• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Kebutuhan Sosial Anak Didik

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

3) Pemenuhan Kebutuhan Sosial Anak Didik

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, anak didik berupaya untuk menunjukkan perilaku yang baik kepada petugas untuk mendapatkan penghargaan berupa pemberian remisi pembebasan bersyarat dan mendapatkan pengakuan dari asisten wali pemasyarakatan sebagai anak didik yang berkelakukan baik. Dalam hal ini, mayoritas anak didik residivis berupaya untuk mendapatkan pengakuan lebih dari petugas sebagai anak didik yang dapat dipercaya. Mayoritas informan anak didik mengemukakan bahwa cara yang dilakukan untuk menarik perhatian petugas agar mendapatkan

kepercayaan dan pengakuan kembali sebagai anak didik yang baik adalah dengan cara membantu petugas setiap kali ada anak didik lain yang bertengkar atau menawari bantuan kepada petugas untuk membantu petugas dalam setiap

rangkaian kegiatan.Sebagian besar informan anak didik residivis

mengemukakan bahwa dirinya saat ini belum dipercaya untuk menjadi tamping, namun pernah dipercaya untuk menjabat sebagai ketua RW (ketua asrama) untuk menjaga teman-temannya karena dianggap sebagai anak didik yang lebih berpengalaman dalam menangani permasalahan yang terdapat di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Pembauran diantara sesama anak didik, baik yang sudah lama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak maupun anak baru mutasi yang berasal dari Lembaga Pemasyarakatan luar daerah terjalin dengan keterlibatan anak didik bersama dalam aktivitas sehari-hari. Bentuk interaksi anak didik dengan kelompok teman sebaya selama menjalani masa pembinaan biasanya berupa diskusi kecil di ruang tamu asrama, bermain musik bersama di taman, atau olahraga bersama di lapangan. Mayoritas informan anak didik mengemukakan bahwa dirinya memiliki peran untuk membimbing anak didik lainnya agar mengetahui norma dan etika bergaul di Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang berbeda dengan tata cara pergaulan di Lembaga Pemasyarakatan lain. Hal ini dilakukan melalui diskusi kecil yang biasanya dilakukan setiap pagi di asrama anak didik.

Bila meninjau dari salah satu program yang bertujuan untuk menjalankan konsep pemasyarakatan dalam program pembinaan, maka dapat diketahui bahwa tidak semua anak didik mendapatkan kesempatan untuk menjalankan program asimilasi sebagai tamping, hanya beberapa anak yang disetujui setelah diadakan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan, baru bisa mengikuti program asimilasi.Salah satu syarat untuk mendapatkan kesempatan

dalam program asimilasi sebagai tamping yaitu berkelakuan baik dan tidak pernah melakukan pelanggaran selama menjalani masa tahanan.Namun, biasanya ada beberapa kasus tertentu yang memang masih dipertimbangkan untuk menjadi tamping, seperti halnya penipuan, narkoba, atau anak didik yang selama menjalani masa tahanan sikapnya kurang berkenan bagi petugas. Hal ini tidak ada dalam peraturan perundang-undangan, hanya saja telah dimusyawarahkan bersama atas pengalaman petugas dan tim pengamat pemasyarakatan terhadap anak didik. Dalam hal ini, sebagian besar informan anak didik residivis belum mendapatkan kesempatan untuk menjadi tampingselama menjalani masa pembinaan.

Informan dari staf pembinaan mengatakan bahwa tidak ada perlakuan

khusus terhadap anak didik dengan kasus residivis. Status residivis anak didik juga diketahui dari hasil pengakuan diri mereka terhadap petugas, bila tidak ada yang mengakui dirinya residivis, maka tidak akan diketahui karena hal ini tidak menjadi sebuah kepentingan informasi bagi petugas dan tidak ada data pendukung tentang anak yang berstatus residivis. Staf pembinaan atau wali pemasyarakatan pun terkadang mengetahui status anak residivis dari teman- teman anak didik lainnya yang mengetahui keadaan teman lainnya.Anak didik dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung yang diketahui residivis berjumlah 3 orang dengan bebas murni dalam kasus narkoba dan pencurian.Namun, secara keseluruhan jumlah residivis sebanyak 12 orang anak didik.

Informan staf pembinaan mengemukakan bahwa kegiatan dalam

pembinaan sosial tidak dikhususkan dalam bentuk kegiatan tertentu yang diagendakan. Seperti halnya program tamping yang diadakan bagi anak didik dengan 1/3 sisa masa tahanan dalam rangka memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar bersosialisasi kembali dengan lingkungan sosial diluar

blok, seperti halnya mengadakan interaksi dan kontak langsung dengan para petugasLembaga Pembinaan Khusus Anak. Begitupula dengan beberapa penyuluhan yang diadakan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), civitas akademika, maupun pemerintah berupa pengetahuan tentang kemasyarakatan. Dalam periode satu tahun yang lalu, pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung mengadakan kerjasama dengan pihak kepolisian untuk menyelenggarakan penyuluhan mengenai pengetahuan akan kenegaraan dan kemasyarakatan.Beberapa kegiatan diluar yang sudah diikuti oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung diantaranya Peringatan Hari Anak Nasional dalam agenda musyawarah anak, kegiatan pentas seni, dan lain sebagainya. Pemilihan anak didik yang dilibatkan dalam kegiatan diluar tersebut diantaranya didasarkan atas lama masa tahanan (dikhususkan untuk anak didik dengan 1/3 sisa masa tahanan), permintaan dari pihak penyelenggara sesuai dengan kualifikasi persyaratan peserta acara (didasarkan atas kemampuan dan bakat anak didik yang sesuai dengan kegiatan), atau permintaan dari Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung oleh karena pertimbangan tertentu.

4) Keterlibatan dan Peran Anak Didik dan Petugas Dalam Pembinaan Sosial di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan, petugas yang berperan aktif untuk mendampingi anak didik dalam rangkaian kegiatan pembinaan adalah staf pembinaan, sedangkan asisten wali pemasyarakatan dan wali pemasyarakatan tidak diwajibkan.Dalam hal ini, informan asisten wali pemasyarakatan mengemukakan bahwa dirinya tidak mengenal keluarga dari anak didiknya.Keluarga anak didik pun tidak mengenal keberadaan wali pemasyarakatan maupun asisten wali pemasyarakatan sebagai orangtua asuh

bagi anaknya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.Hal ini menyebabkan setiap kunjungan keluarga, orangtua tidak mengetahui perkembangan anak didik selama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.Keluarga hanya mengetahui bahwa anaknya dididik secara umum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak oleh setiap petugas yang ada.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan, asisten wali pemasyarakatan juga terlibat dalam pengaturan jadwal kegiatan dan Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan. Asisten wali pemasyarakatan dilibatkan dalam penentuan tamping anak didik atau keterlibatan anak didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan di luar Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Sehingga asisten wali pemasyarakatan bertugas untuk meninjau sejauh mana perkembangan perilaku anak didik selama menjalani masa pembinaan. Namun, asisten wali pemasyarakatan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penentuan kegiatan pembinaan yang akan dijalani oleh anak didik. Tidak ada konsultasi antara anak didik dengan asisten wali pemasyarakatan terhadap penentuan kegiatan yang akan dijalani selama menjalani masa tahanan. Keputusan langsung ditangan anak didik dan diserahkan kepada pihak penanggungjawab pembinaan. Setiap pelaksanaan kegiatan pembinaan akan didata anak didik yang akan menjalani masa pembinaan. Data tersebut akan dicatat kemudian untuk pelaporan pelaksanaan pembinaan. Anak didik yang tidak daftar pada kegiatan pembinaan tidak diperkenankan untuk mengikuti kegiatan pembinaan pada saat itu, namun kegiatan pembinaan berjalan bergilir untuk setiap anak didiknya. Sehingga, setiap anak didik mendapatkan giliran yang sama untuk menjalani kegiatan pembinaan pelatihan keterampilan yang diberikan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Lembaga Pembinaan Khusus Anak berhubungan dengan Badan

bersyarat. Setiap anak didik yang menjalani masa pembebasan bersyarat wajib melakukan kegiatan apel ke Badan Pemasyarakatan selama sebulan sekali pada tanggal keluarnya untuk melaporkan keadaan dirinya bahwa masih berkelakukan baik (tidak melakukan pelanggaran) dan masih tinggal di alamat tempat tinggal yang sama. Bila anak didik menjalani masa pembebasan murni, maka anak didik tidak perlu melakukan apel kepada pihak Badan Pemasyarakatan. Bila ada anak didik yang tidak melakukan apel kepada pihak Badan Pemasyarakatan, maka Badan Pemasyarakatan akan melaporkan anak didik tersebut kepada pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk dipantau kembali keberadaannya. Pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak akan langsung menghubungi keluarganya terkait dengan keadaan dan keberadaan anak didik tersebut untuk kemudian dilaporkan kembali ke pihak Badan Pemasyarakatan.Dalam hal ini, mayoritas informan anak didik residivis mengemukakan bahwa dirinya mendapatkan pembebasan bersyarat untuk kasus yang pertama. Dalam pelaksanaan pembinaan saat ini, anak didik tetap mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan masa remisi dan pembebasan bersyarat bila memenuhi persyaratan.

Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan diselenggarakan bersama

dengan seluruh Kepala Sub Seksi Lembaga Pembinaan Khusus Anak, wali pemasyarakatan, dan asisten wali pemasyarakatan yang diketuai oleh Kepala Sub Seksi Pembinaan, untuk memutuskan Sidang Pembebasan Bersyarat dan penentuan tamping dari anak didik. Hal yang biasanya dibahas dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan oleh asisten wali pemasyarakatan diantaranya seputar anak didik yang akan menjelang masa pembebasan bersyarat, perkembangan kepribadian anak didik selama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak, dan hal-hal yang berhubungan dengan rekomendasi anak didik untuk dijadikan tamping. Dalam hal ini, asisten wali pemasyarakatan wajib menyerahkan dan menjelaskan hasil pencatatan di kartu

pembinaan terkait dengan perkembangan anak didik selama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Anak didik yang akan menjalani masa pembebasan bersyarat wajib memenuhi persyaratan surat jaminan dari pihak keluarga atau kerabat yang siap menjamin keberadaan dirinya selama berada di masyarakat. Surat jaminan tersebut akandijadikan acuan bagi Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk menghubungi pihak penanggungjawab anak didik ketika terjadi pelanggaran kembali.Informan mengatakan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak berperan kembali selepas anak didik menjalani masa pembebasan ke dalam masyarakat.Hal ini menjadi tanggungjawab dari Badan Pemasyarakatan.

Mayoritas informan petugas mengemukakan bahwa pembinaan yang secara khusus ditujukan untuk mempersiapkan anak didik kembali ke masyarakat tidak ada, hanya pendidikan formal dan pelatihan keterampilan serta pembinaan kepribadian yang dipersiapkan.Sedangkan, pelatihan mengenai peningkatan kesiapan secara khusus untuk bersosialisasi kembali ke masyarakat tidak ada, hanya saja berupa program tamping yang dijadikan sebagai salah satu media bagi anak didik untuk belajar bersosialisasi kembali dengan masyarakat umum yang berada di sekitar lingkungan Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung juga bekerjasama

dengan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin untuk program pelatihan keterampilan. Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin berperan untuk membantu penyediaan instruktur program pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.Program kegiatan pelatihan keterampilan yang diadakan didasarkan atas kemampuan, bakat, dan minat anak didik sesuai dengan hasil assesment pada registrasi awal menjadi anak didik Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Kelas II Bandung maupun atas hasil wawancara petugas dengan anak didik secara langsung selama masa pembinaan sedang berlangsung.

Dokumen terkait