• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiskinan Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar

BAB V KONSTRUKSI KEMISKINAN LOKAL

5.4 Kemiskinan Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar

Pada Kampung Padajaya terdapat ketimpangan penghasilan yang dapat dilihat dari adanya dua gunung pada grafik keluarga miskin Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar (lihat Gambar 9). Pada Kampung Padajaya, gunung pertama tercipta pada tangga kehidupan mampu, lembah pada tangga kehidupan standar, kembali naik pada tangga kehidupan sedang, relatif sama pada tangga kehidupan miskin, kemudian menurun membuat lembah lagi di tangga kehidupan fakir dan naik lagi pada tangga kehidupan fakir miskin. Kampung Padajembar

juga memiliki dua gunung. Lembah pada tangga mampu, naik pada tangga standar, turun lagi pada tangga sedang kemudian naik lagi pada tangga miskin, lembah pada tangga fakir dan fakir miskin. Dua gunung pada Gambar 9 memperlihatkan adanya ketimpangan struktur sosial di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar. Ketimpangan ini dikarenakan perbedaan penghasilan dan perbedaan akses masyarakat terhadap mata pencaharian dan informasi. Program penanggulangan kemiskinan di dua kampung ini harus memperhatikan kesenjangan tersebut, agar program yang diimplementasikan dapat dibagi merata tidak hanya dinikmati oleh masyarakat yang sudah mampu, akan tetapi dinikmati oleh semua masyarakat yang membutuhkan.

Terdapat perbedaan jumlah penduduk pada masing-masing tangga di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar. Kampung Padajaya memiliki keluarga yang masuk ke dalam tangga kehidupan mampu lebih banyak dibandingkan Kampung Padajembar. Keluarga yang masuk ke dalam kategori mampu di Kampung Padajaya dan Padajembar rata-rata adalah keluarga yang bekerja di PT Cevron LTD, selebihnya adalah keluarga yang menopangkan hidupnya pada pertanian.

Keluarga mampu lebih banyak di Kampung Padajaya dibandingkan dengan keluarga di Kampung Padajembar dikarenakan ketua Forum Empat Desa merupakan warga dari Kampung Padajaya, sehingga kebanyakan pekerja yang diambil adalah keluarga atau tetangga dari ketua tersebut. Seperti Uci dari RT 2, yang mendapatkan pekerjaan di PT Cevron LTD karena Tatang, ketua Forum Empat Desa adalah mertua dari beliau. Sehingga ini dapat menjelaskan fenomena adanya perbedaan yang signifikan tingkat kesejahteraan pada kategori mampu di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar.

Forum Empat Desa adalah forum yang diketuai oleh Tatang dari RT 2. Forum ini dibentuk dengan inisiatif warga dari empat desa di sekitar wilayah PT Cevron LTD yaitu desa cibunian, desa ciasmara, desa purwabakti dan desa purasari. Tujuan dari forum ini adalah sebagai wadah PT Cevron LTD untuk memberikan timbal balik kepada masyarakat yang wilayahnya terusik karena adanya PT Cevron LTD. Lewat Forum Empat Desa ini, PT Cevron LTD mengambil masyarakat disekitar wilayahnya untuk bekerja di PT Cevron LTD. Akan tetapi pada prakteknya, masyarakat harus membayar sejumlah uang kepada Forum Empat Desa untuk menjadi dapat bekerja di PT Cevron LTD. Untuk dapat

bekerja di PT Cevron LTD, masyarakat harus memberikan uang sekitar Rp 1.000.000,00 dan dipotong Rp 50.000,00 per bulannya untuk biaya administrasi.

Tangga kehidupan standar (Lihat Gambar 9) Kampung Padajembar memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tangga kehidupan standar Kampung Padajaya dikarenakan pada Kampung Padajembar, keluarga yang masuk ke dalam kategori ini adalah keluarga yang bekerja di perkebunan sebagai karyawan tetap baik suami maupun istri, sedangkan pada Kampung Padajaya, tidak adanya mata pencaharian lain yang dapat dikerjakan selain bekerja pada PT Cevron LTD ataupun berdagang, yang membutuhkan modal, membuat masyarakat di Kampung Padajaya sulit untuk masuk kedalam tangga kehidupan ini.

Penghasilan dari berdagang Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar memiliki perbedaan. Penghasilan dari hasil berdagang di Kampung Padajaya lebih besar dibandingkan Kampung Padajembar, karena letak geografis dari kedua kampung yang sangat berbeda. Kampung Padajaya adalah kampung yang memanjang dan sebagian (khususnya RT 1) berada di tepi jalan. Sehingga warga yang berjualan disekitar jalan warungnya dikunjungi oleh orang-orang yang sedang berekreasi ke daerah perkebunan atau TNGH, maupun orang yang menuju Sukabumi atau menuju Leuwiliang. Karena jalan besar yang melintasi kampung ini adalah jalan alternatif menuju sukabumi. Warung di Kampung Padajembar adalah warung untuk warga yang berada di kampung tersebut. Selain itu, letak geografis Kampung Padajembar yang jauh dari jalan utama dan mengumpul pada satu titik, tidak memanjang sesuai dengan jalan dan adanya perbedaan tingkat penghasilan di dua kampung juga mempengaruhi hasil berdagang. Kampung

Padajaya yang merupakan wilayah dari pekerja PT Cevron LTD memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kampung Padajembar yang masyarakatnya hanya mempunyai uang yang pas-pasan untuk hidup.

Pada tangga kehidupan sedang, Kampung Padajaya memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan Kampung Padajembar. Karena banyaknya buruh tani, pedagang, buruh bangunan di Kampung Padajaya di bandingkan dengan Kampung Padajembar. Hal ini dikarenakan Kampung Padajaya memiliki alternatif pekerjaan yang lebih variatif dibandingkan dengan Kampung Padajembar, dimana Kampung Padajembar hanya diisi oleh karyawan perkebunan.

Jumlah orang pada tangga kehidupan miskin dan tangga fakir di Kampung Padajaya dan kampung Padajembar relatif sama. Pada Kampung Padajaya, kategori ini diisi oleh buruh tani, pedagang sedangkan pada Kampung Padajembar diisi oleh keluarga yang menopangkan hidupnya pada perkebunan termasuk di dalamnya pensiunan dari perkebunan.

Karyawan tetap perkebunan menerima uang pensiun yang berbeda-beda. Karyawan yang telah pensiun sejak lama, hanya mendapatkan uang pensiun yang kecil, yaitu kurang lebih 10 juta. Sedangkan untuk karyawan yang baru saja pensiun, lima sampai enam tahun kebelakang, uang pensiunnya bisa lebih besar yaitu sekitar 30 sampai 50 juta. Sehingga mereka yang telah pensiun juga masuk kedalam kategori yang berbeda pula dalam penelitian ini, tergantung besarnya uang pensiun. Pada tangga kehidupan fakir miskin, Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar memiliki perbedaan yang sangat besar. Hal ini dikarenakan pada Kampung Padajaya masyarakat yang sudah lanjut usia tidak ada yang masih

bekerja pada perkebunan, sedangkan pada Kampung Padajembar, warga masyarakat yang sudah usia lanjut tetap bekerja di perkebunan sebagai pemetik teh.

Total jumlah antara keluarga miskin dan tidak miskin antara dua kampung tidak jauh berbeda, karena masing-masing kampung memiliki jumlah keluarga miskin yang berbeda-beda satu sama lainnya pada tiap tangga kehidupannya. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat di Kampung Padajaya yang menopangkan hidupnya pada PT Cevron LTD dan berdagang, banyak masyarakat yang tidak bekerja di PT Cevron LTD dan tidak berdagang dikarenakan tidak adanya modal, menyebabkan mereka harus menjadi buruh tani atau pekerjaan lain yang tingkat pendatannya berbeda jauh dengan bekerja sebagai pekerja di PT Cevron LTD. Sedangkan pada Kampung Padajembar memiliki kemerataan, dikarenakan hampir semua masyarakatnya bekerja di perkebunan dan mempunyai penghasilan yang relatif sama.

Masyarakat di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar dapat dikatakan sebagai daerah yang miskin, karena sebagian besar masyarakatnya yaitu 110 keluarga (71%) berada pada kondisi miskin baik menurut masyarakat maupun berdasarkan standar BPS. Pada Kampung Padajaya, kemiskinan terjadi karena banyak masyarakat di kampung ini yang tidak bekerja pada PT Cevron LTD, berdagang maupun sebagai pekerja di perkebunan. Mereka tidak bekerja pada PT Cevron LTD terkait dengan modal dan koneksi pada Forum Empat Desa, tidak berdagang karena tidak mempunyai modal, sedangkan tidak bekerja di perkebunan dikarenakan sebagian besar warga di Kampung Padajaya menanggap

pekerjaan di perkebunan memakan banyak tenaga sedangkan hasil yang didapatkan sedikit.

Kemiskinan di Kampung Padajembar terjadi karena gaji dari perkebunan yang sedikit, sehingga masyarakat tidak dapat menabung dan berinvestasi sehingga tidak ada peningkatan kesejahteraan pada hidup masyarakat. Kemiskinan karena upah yang desikit di perkebunan ini mempunyai korelasi dengan yang dinyatakan oleh Mubyarto (1992), bahwa perkebunan adalah ”pabrik pertanian” karena memproduksi hasil berupa output komoditi perkebunan adalah melalui proses memadukan aneka faktor produksi (input) ”modem” (tanah, tenaga kerja, dan modal serta manajemen) laksana sebuah pabrik saja, sehingga tanah dan tenaga kerja yang murah adalah unsur pokok sistem perkebunan. Sehingga penekanan upah untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah merupakan bagian dari perkebunan yang tidak dapat pisahkan, karena itu merupakan suatu hal yang mustahil menaikkan upah dari buruh karena dapat mempengaruhi harga komoditi dari teh.

Kemiskinan yang struktural ini memaksa pekerja perkebunan mencari tambahan penghasilan di luar pekerjaan di perkebunan (Mubyarto, 1992). Sehingga pada Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar dibutuhkan suntikan modal, ilmu pengetahuan dan akses-akses lainnya untuk mengembangkan diri dan memulai usaha lain yang dapat membuat mereka tidak menggantungkan hidupnya pada perkebunan.