• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepastian mempengaruhi Tujuaan Akhir Berhubungan

Dalam dokumen 44 Universitas Kristen Petra (Halaman 64-70)

4.4 Analisis dan Interpretasi Data Interpersonal Maintenance dalam Konteks Commited Romantic Relationship

4.4.3. Kepastian mempengaruhi Tujuaan Akhir Berhubungan

Dengan menggunakan strategi ini, komunikator menunjukkan bahwa mereka setia, menekankan komitmen dalam hubungan mereka, dan jelas

108

Universitas Kristen Petra menyiratkan bahwa hubungan mereka memiliki masa depan (Stafford&Canary, 1991).

Menurut Marsha kesetiaan adalah hal yang abstrak dan hanya bisa dirasakan. Tidak bisa ditunjukkan lewat perkataan saja tetapi harus dilakukan dengan tulus. Dalam hal ini, kesetiaan Bryan sudah terlihat sejak mereka berdua berpacaran. Bryan sangat menjaga sikapnya pada saat bersama dengan lawan jenis. Hal ini yang membuat yakin untuk melewati masa depannya dengan Bryan. Selain itu, selama di terpisah oleh jarak yang jauh, Bryan tidak lupa hari-hari penting terutama hari ukang tahun. Walaupun beberapa kali sempat lupa, Marsha mampu memakluminya karena kesibukan Bryan yang padat. Bryan juga menunjukkan kesetiaan dengan berusaha meluangkan waktu bersama dengan keluarganya saat berada di Surabaya. Marsha menjelaskan bahwa saat berada di Surabaya, dia jarang sekali membuka handphone-nya kecuali ada hal yang sangat mendesak. Bryan fokus untuk berbicara dengan istri dan anaknya. Selain itu, Bryan berusaha memprioritaskan waktu dengan keluarga. Jika dihadapkan pada pilihan, Bryan lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga daripada dengan teman-temannya.

Tidak berbeda jauh dengan Joni. Yani menjelaskan bahwa kasih sayang Joni dan keseriusan dalam rumah tangga terlihat saat Joni berusaha mendahulukan kepentingan keluarga sejak dulu. Setiap pulang dari pekerjaannya, Joni akan menelepon Yani dan anak-anak serta menanyakan apa yang sedang mereka inginkan. Joni akan pulang dan membawa barang-barang yang mereka inginkan tersebut. Setiap pulang ke rumah, Joni selalu mengajak istri dan anaknya keluar. Yani mengaku bahwa Joni sangat sayang kepada anak-anaknya. Bahkan jika ada kemungkinan untuk pergi bersama, Joni akan menunda untuk pergi dengan Yani dan memilih pergi bersama-sama dengan anak. Hal ini dilakukan Joni karena Joni jarang bertemu dan berkomunikasi dengan anak-anak.

Selain itu, kepastian juga berbicara mengenai masa depan yang menguntubngkan. Tingkatan yang digunakan untuk melihat masa depan yang bermanfaat dengan pasangan, dapat meningkatkan komitmen yang ada dalam hubungan tersebut. Membicarakan masa depan dapat didapat dari berbagai macam bentuk. Dapat secara spesifik mengenai masa depan sebuah hubungan itu sendiri,

109

Universitas Kristen Petra atau seperti hal-hal yang umum. Bisa dalam bentuk fokus pada rencana jangka pendek maupun jangka panjang, atau bahkan bisa ditekankan pada seseorang atau berkaitan dengan kedua pasangan tersebut (Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297). Marsha dan Bryan yang sedang mengalami kesulitan dalam hal keuangan melihat bahwa ada masa depan yang bisa diperbaiki jika Bryan bekerja di luar negri. Setelah melewati waktu satu tahun untuk berpikir, Bryan akhirnya mengambil peluang ini dan pulang sepuluh tahun kemudian. Begitu pula pada saat hendak berangkat ke Turki. Bryan melihat bahwa ada jenjang karir yang baik di Turki. Setelah berpikir pun akhirnya Bryan memutuskan untuk berangkat ke Turki. Dalam hal ini bisa terlihat bahwa pasangan yang terlibat dalam jenis hubungan yang mendalam, membutuhkan komitmen yang serius, semakin mampu pula memprediksi masa depannya. Bahkan memprediksi dan membangun masa depan bersama bisa menimbulkan kedekatan diantara keduanya.

Sama halnya dengan pasangan Yani dan Joni, sejak mengetahui anak pertamanya akan lahir, Joni mengajak Yani untuk pindah ke Surabaya. Joni merasa di Surabaya sudah ada rumah sehingga tidak perlu lagi menumpang pada keluarga Yani. Hal ini sudah menunjukkan bahwa sejak awal mereka berdua pun melakukan tahap ini. Pertimbangan demi pertimbangan yang mengganjal di hati Yani ketika mampu diutarakan dengan baik dan menemukan solusi bersama, menimbulkan rasa aman bagi Yani. Rasa aman dalam hatinya ini yang membuatnya mantap dan pasti dalam mempertahankan hubungan serta terus berusaha melakukan pemeliharaan hubungan secara interpersonal.

Pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus mampu memprediksi kapan mereka akan kembali. Hal ini harus sering dikomunikasikan dengan baik agar tidak mengganggu keintiman dalam pasangan bahkan kedekatan dengan orang lain. Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang menjalani Commuter Marriage biasanya lebih tertutup terhadap sekitarnya. Karena itu, penting sekali dibicarakan secara berkala agar jika ada pertanyaan yang muncul dari pihak luar, pasangan mampu menjawab dengan baik. Hal ini terlihat sepeleh, tapi jika menjalani Commuter Marriage dalam waktu yang lama dengan durasi waktu bertemu yang sangat singkat, lambat laun bisa terjadi persoalan. Seperti halnya yang dialami oleh Marsha dan Yani.

110

Universitas Kristen Petra Sejak awal, Yani mengaku tidak terlalu dekat dengan keluarga Joni. Biasanya ketika ada kumpul keluarga selalu ditemani Joni. Jika Joni tidak ada di Surabaya, Yani lebih selektif dalam memilih. Yani biasanya melihat apa tujuan dari perkumpulan keluarga tersebut apakah menikah, arisan keluarga, atau hanya sekedar berkumpul. Setlanjutnya Yani melihat siapakah yang mengundang. Apakah hubungannya dekat atau tidak. Jika yang mengundang dari pihak keluarga Joni, biasanya yani akan mengkomunikasikan dulu kepada Joni apakah dirinya perlu datang atau tidak. Jika yang mengundang berasal dari pihak keluarga Yani, terkadang dia bertanya pendapat Joni tapi tidak jarang Yani mengambil keputusan sendiri.

Hal yang sama berlaku dalam jaringan sosial dalam berteman. Yani mengaku jarang sekali ikut dalam acara perkumpulan bersama dengan teman, reuni atau hanya pergi biasa. Yani memang memiliki teman di Surabaya tetapi sebagian besar adalah teman Joni pada masa muda atau partner kerja. Yani mengaku tidak terlalu mengetahui bagaimana seluk beluk pekerjaan Joni dan orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan suaminya secara mendetail. Hal ini membuat Yani sangat tidak nyaman jika harus datang atau beramah tamah dengan orang tersebut jika tidak ada Joni. Yani malu jika ditanya mengenai pekerjaan Joni walaupun mungkin orang tersebut hanya basa-basi. Selain itu, sebagian besar teman Yani ada di tarakan tempat dia lahir dan besar.

Yani menjelaskan bahwa keberatannya dalam menghadridi acara seperti itu bukan karena semata-mata malas atau tidak menghargai. Sebenarnya Yani malas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul berkaitan dengan keberadaan Joni dan keluarganya. Apalagi yani bukan tipe orang yang sangat ramah dan mudah akrab dengan orang baru. Yani memiliki karakter yang cenderung cuek dan pendiam jika berada di lingkungan yang baru. Berbeda dengan Joni yang lebih bisa bersosialisasi dan supel. Beberapa kali Yani harus menekan rasa malasnya untuk menghadiri acara seperti itu hanya demi mewakili Joni. Yani menyadari bahwa teman Joni adalah teman yani juga. Jangan sampai hubungan Joni dengan teman maupun rekan kerja retak hanya karena tidak hadir dalam acara-acara tertentu (pernikahan anak dari temannya, dll).

111

Universitas Kristen Petra Masalah jaringan sosial ini diperburuk ketika terjadi konflik hingga melibatkan orang ketiga. Beberapa teman-teman gereja Yani mengetahui hal tersebut karena yang menjadi pihak ketiga dalam rumah tangga mereka adalah teman satu persekutuan Yani sendiri. Sejak masalah itu yani semakin menutup diri dan tidak mau datang ke persekutuan. Alasannya sederhana yaitu Yani malas menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Saat itu Yani dalam keadaan yang stress dan down. Dia sangat malu dengan keadaan yang menimpa keluarganya. Yani mengaku akan stress menjelang hari Minggu, ketakutan berlebihan bahkan menyebabkan penyakit maagnya kambuh. Yani juga sempat berpikir untuk pindah gereja dan memiliki jaringan pertemanan yang baru. Yani menjelaskan bahwa kekhawatiran, pemikirannya, asumsi, dan ketakutannya tidak terbukti. Teman-teman di gereja sangat mendukungnya bahkan mendoakannya walaupun memang ada beberapa orang yang sempat mempertanyakannya.

Hal yang serupa juga dialami oleh Marsha. Pada masa awal ketika dirinya ditinggalkan oleh Bryan, banyak sekali orang-orang yang bertanya termasuk keluarganya. Tidak hanya bertanya, sebagian besar dari mereka memberikan pernyataan yang negatif. Hal ini sangat menggangu dan mengintimidasi Marsha. Masrha malas sekali untuk datang ke acara keluarga maupun teman hanya untuk menghindari hal seperti ini. Beberapa kali ditanya Marsha menjawab dengan sabar. Dan ketika pertanyaan masuk dalam pernyataan yang negatif, masrha menanggapi hanya dengan senyuman. Ketika Bryan di Amerika dan memasuki tahun kelima, Marsha mengaku semakin menutup diri. Beberapa temannya bertanya dan tidak jarang yang menuding Bryan berselingkuh. Bagi marsha hal tersusah bukan menjawab pertanyaan tersebut tetapi tetap mempertahankan respon hati yang benar. Marsha tidak mau pernyataan negatif yang dikeluarkan oleh teman-temannya mempengaruhi pola pikirnya dan menyiksa Marsa dalam jeerat kecurigaan. Dengan tersipu Marsha mengaku selalu berdoa agar teman-temannya tidak bertanya mengenai Bryan kepadanya saat bertemu. Bahkan marsha sudah memikirkan pertanyaan dan menyediakan jawaban yang mungkin akan ditanyakan.

Kedua pasangan ini memiliki persamaan yaitu berusaha menghindar dari segala pertemuan yang beraitan dengan jaringan sosial jika tidak ditemani oleh

112

Universitas Kristen Petra pasangan. Kalaupun harus datang ke acara seperti undangan pernikahan atau ulang tahun, pasangan ini berusaha keras memaksa anaknya untuk datang menemani, datang dengan waktu yang sangat mepet bahkan terlambat, dan pulang lebih awal. Semuanya dilakukan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan sederhana “Mana suamimu?” yang ketika dijawab akan berlanjut ke pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Marsha mengyadari bahwa teman-teman dan keluarganya terkadang terpengaruh bahwa hubungan jarak jauh yang berlangsung dalam durasi yang lama sebagian besar hancur karena pihak ketiga atau salah satu diantara pasangan (terutama pria) tidak kuat menahan godaan baik dalam dirinya sendiri (hasrat seksual) maupun godaan dari luar.

Hal diatas mampu diminimalisir atau bahkan tidak akan terjadi jika kedua pasangan berusaha mengkomunikasikan dengan pasti kapan mereka akan kembali. Sehingga begitu pertanyaan ddilontarkan, pasangan yang tinggal mampu menjawab dengan yakin setiap pertanyaan yang masuk. Hal ini membangkitkan percaya diri untuk menghadapi baik orang lain disekitarnya maupun pasangannya.

Tidak hanya memprediksi masa depan yang menguntungkan bersama-sama, pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus terus mengidentifikasi hubungan mereka. Identifikasi hubungan secara berlanjut dapat menumbuhkan kepastian bagi masing-masing pasangan. Komitmen yang dijalin juga dapat diukur dari tingkat identifikasi dalam sebuah hubungan. Kemajuan ke arah yang lebih intim membawa setiap orang dari pandangan fokus pada “saya” menjadi “kita”. Semakin spontan kata jamak (kita) digunakan, persepsi yang lebih besar dari kesatuan pasangan, danhubungan sentral adalah bagian dari apa yang terjadi ketika pasangan romantis menjadi sangat berkomitmen satu sama lain.

Marsha membenarkan hal tersebut. Bagi marsha, pasangan yang sudah menikah tidak bisa lagi fokus pada dirinya sendiri. Bagi dia, pasangan yang sudah menikah seakan sudah menjadi satu. Apa yang menjadi kebahagiaan pasangan akan menjadi kebahagiaannya. Begitu pula sebaliknya. Jika ada masalah yang sangat rumit dan butuh berdiskusi, pasangan ini selalu berusaha untuk kembali pada hubungan sentral dimana tidak ada kata saya, saya, dan saya tetapi kita, kita, dan kita. Dengan mengetahui apa yang menjadi perasaan pasangan, Marsha

113

Universitas Kristen Petra mampu mempertimbangkan segala sesuatunya jadi lebih matang bahkan semakin mantap dalam mengambil keputusan.

Dalam dokumen 44 Universitas Kristen Petra (Halaman 64-70)