4.4 Analisis dan Interpretasi Data Interpersonal Maintenance dalam Konteks Commited Romantic Relationship
4.4.1 Sikap Positif Memupuk Hubungan Jangka Panjang
Manusia memiliki tujuan hubungan jangka panjang, dan menggunakan perilaku komunikasi untuk mengejar tujuan mereka (Canary, Cody, Manusov, 2008, p.292). Satu kalimat diatas menunjukkan bahwa dalam kehidupanmya di dunia, manusia tidak bisa lepas dari dua hal yaitu kehidupan jangka panjang dan aktifitas pemeliharaan hubungan. Kedua ini saling terkait dimana hubungan jangka panjang mustahil dapat terwujud jika manusia tidak mampu melakukan aktifitas pemeliharaan hubungan yang tepat.
Manusia diciptakan sangat unik dengan berbagai macam latar belakang dan banyak perbedaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh setiap individu memiliki field of experience dan frame of referance yang berbeda satu sama lain. field of experience dan frame of referance inilah yang mempengaruhi latar belakang individu yang sangat majemuk. Kedua hal ini sangat melekat pada individu dan dibawa terus selama proses kehidupan di dunia. Perbedaan ini memiliki dampak yang cukup berpengaruh apalagi jika tujuan akhir dalam hubungan adalah jangka panjang. Perlu sekali untuk mengetahui dengan jelas field of experience dan frame of referance dari setiap pasangan. Setelah masing-masing pasangan sudah saling mengenal dengan baik, aktifitas pemeliharaan hubungan tidak terlalu sulit untuk diwujudkan. Pengenalan field of experience dan frame of referance baik dari masing-masing pihak, mampu menciptakan hubungan yang positif.
Untuk mewujudkan pernikahan yang ideal itu, sejak pacaran fokus utama pasangan ini adalah mengenal dan memahami dengan benar pasangan masing-masing. Pada tahap ini, Marsha harus banyak melakukan penyesuaian dengan Bryan begitu sebaliknya. Hal ini dipengaruhi dari latar belakang kehidupan mereka. Marsha tumbuh sebagai anak yang mandiri, tegas, dan cepat dalam mengerjakan segala sesuatu bahkan cenderung perfeksionis, sedangkan Bryan tidak. Bryan yang merupakan anak terakhir lebih banyak dimanja oleh orang tua dan kakak serta mendapatkan bagian tugas yang lebih sedikit dalam keluarganya.
92
Universitas Kristen Petra Latar belakang yang berbeda inilah yang menjadi alasan seringnya pasangan ini bertengkar.
Marsha sering menasihati Gladys dengan mengatakan bahwa menikah bukanlah hal yang mudah karena kesenangannya mungkin hanya dirasakan satu hari yaitu pada pesta pernikahan. Setelah itu harus menghadapi kenyataan untuk hidup bersama selamanya dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Butuh mengenal dengan dalam dan komitmen seumur hidup untuk menjalaninya. Tidak bisa bosan di tengah jalan dan menyerah, tetapi harus diselesaikan sampai akhir. Dan untuk mencapai tahap ini diperlukan pengenalan yang mendalam satu sama lain. Hal ini juga yang menjadi rahasia pernikahan Marsha dan Bryan tetap awet meskipun terpisah jarak yang jauh dan perbedaan waktu yang ekstrim.
Dalam penjelasannya, Marsha menambahkan bahwa pengenalan yang baik, membuat dia mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai oleh Bryan. Dari sinilah dia memahami strategi pemeliharaan apa yang harus diambil demi menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh DeVitto bahwa salah satu fungsi dari pemeliharaan hubungan adalah untuk menjaga hubungan yang utuh : untuk mempertahankan kemiripan hubungan, untuk mencegah pembubaran hubungan (DeVito, 2007, 240).
Bagi pasangan yang menjalani Commuter Marriage, Sikap positif tidak bisa muncul dengan instan. Dibutuhkan kemauan untuk mengerahkan usaha dalam menjalin hubungan. Tidak hanya sebatas kemauan tetapi kemauan yang disertai dengan komitmen penuh. Dalam konteks Commuter Marriage yang sangat terbatas oleh jarak dan frekuensi bertemu, waktu memegang peranan yang sangat penting. Setiap manusia memiliki waktu. Waktu tersebut digunakan dan dihabiskan untuk hal-hal yang kita anggap paling komitmen untuk dilakukan. Bahkan terkadang membutuhkan pengorbanan untuk melakukannya (Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297) .
Kedua informan setuju bahwa waktu merupakan hal yang paling baik untuk mewakili usaha mereka dalam menjalin hubungan. Bagi Marsha dan Bryan, waktu berkomunikasi merupakan saat-saat paling penting terutama pada awal-awal masa perpisahan mereka. Hal ini juga dirasakan oleh Yani dan Joni. Lebih lanjut Yani menjelaskan jika dalam satu hari tidak menghabiskan waktu dengan
93
Universitas Kristen Petra Joni di telepon, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Ganjalan ini bisa menuntunnya ke arah yang negatif. Yani jadi berpikiran macam-macam. Untuk itulah bagi pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh, mengerahkan usaha agar bisa mempunyai waktu berkualitas bersama, baik melalui telepon atau media sosial, sangatlah penting.
Dalam prosesnya, usaha yang dilakukan tidak selalu berjalan mudah. Bahkan terkadang membutuhkan pengorbanan untuk melakukannya. Dengan partner yang saling berkomitmen, pengorbanan merupakan suatu hal yang alami dan wajar untuk diekpresikan. Hal ini bukanlah jenis pengorbanan yang dilakukan dengan maksud untuk membuat orang lain merasa bersalah atau merasa berhutang budi (Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297) .
Seperti yang dijabarkan dalam temuan data, pada masa awal hubungan jarak jauh (Surabaya-Amerika), Marsha sering sekali mengalami vertigo. Hal ini disebabkan karena Bryan sering telepon pada malam ketika Marsha sedang tidur. Bahkan lebih sering menelepon pada tengah malam. Bryan sering lupa perbedaan waktu di dua benua berbeda itu hampir mencapai 12 jam. Hal yang terjadi secara berulang ini menyebabkan Marsha mengalami vertigo. Sekalipun waktu yang berbeda jauh dan sering mengalami sakit kepala, hal ini tidak membuat Marsha menyerah dalam menjalin komunikasi. Marsha sering mengingatkan Bryan mengenai perbedaan waktu yang ada. Bagi marsha sendiri hal ini bukan termasuk dalam pengorbanan. Marsha megaku tidak pernah lelah mengingatkan Bryan mengenai jam untuk telepon. Ketika Bryan lupa, Marsha tidak serta merta memarahinya. Daripada memilih untuk memarahi atau mengomel karena Bryan sering lupa, marsha memilih untuk dengan sabar mengingatkan. Dia tidak mau membuat suasana yang seharusnya menyenangkan menjadi tidak nyaman. Saat-saat inilah yang membuat Marsha merasakan dirinya semakin positif. Hal ini sama seperti yang ditulis oleh Canary, Cody, dan Manusov bahwa positifitas dan menjadi efektif dalam artian memelihara hubungan karena dengan positif dapat meningkatkan tingkat penghargaan dari pasangan. Dan orang-orang yang benar-benar positif dan bermanfaat untuk sesama (Canary, Cody, Manusov, 2008, p.292).
94
Universitas Kristen Petra Hal serupa juga dilakukan oleh Yani. Yani rela meninggalkan aktifitasnya untuk fokus menerima telepon dari Bryan. Bahkan Yani rela tidur lebih malam atau bangun lebih pagi hanya untuk menyesuaikan dengan waktu senggang Joni. Sebaliknya, Joni rela melawan rasa lelah karena pekerjaan demi bisa mendengar cerita Yani atau bahkan untuk mendengar suara istrinya itu. Untuk membedakan, Yani sampai membeli nomor khusus yang hanya digunakan untuk berkomunikasi dengan Joni saja. Yani mengaku akan melakukan hal-hal apapun demi membuat hubungan diantara keduanya tetap dekat.
Seseorang ingin memperluas banyaknya usaha demi sebuah hubungan, dimana salah satu terlihat ingin melakukan banyak hal sedangkan yang lainnya tidak (backs off). Selama pasangan sering menunjukkan sedikit usaha untuk hubungan, usaha mungkin diperkuat dengan tidak adanya peningkatan keinginan yang datang dari pihak lain (Knapp&Vangelisti, 2009, p.298). Karena itu dalam melakukan komitmen yang baik sebisa mungkin menyangkut kedua orang.
Tidak cukup berhenti pada level berkomitmen untuk mengerahkan usaha dalam menjalin hubungan, teori yang ada menjelaskan bahwa positifvitas melibatkan perilaku seperti bersikap riang, menjadi sopan, dan menahan diri dari kritik. Peneliti juga menemukan bahwa pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus berusaha ekstra untuk mewujudkan dimensi positif ini. Marsha mengakui aktifitasnya yang sangat padat tidak jarang menyedot energinya. Sebagai ibu rumah tangga, pengajar di sekolah, guru les, aktifis gereja, dan sebagainya. Ketika dalam kondisi yang sangat lelah dan ada hal yang tidak berjalan sesuai harapannya, tak bisa dipungkiri emosinya mudah tersulut dan sensitif. Kesalahan kecil bisa berubah menjadi besar. Ketika suasana hatinya menjadi buruk, terkadang orang-orang terdekat merasakan dampaknya. Marsha berbicara dengan nada yang ketus dan tidak enak didengar.
Di awal-awal menjalani hubugan jarak jauh, suasana hati yang buruk berpengaruh kepada pasangan. Saat Bryan telepon dengan keadaan seperti ini biasanya pembicaraan menjadi tidak enak. Bahkan Marsha mengaku setiap keluhan yang diucapkan Bryan selalu ditanggapi dengan kritik bahkan kritikan yang sangat menkritisi. Tak jarang kalimat itu berubah menjadi tuduhan kesalahan untuk Bryan. Bryan menanggapi tidak enak dan pembicaraan di telepon berakhir
95
Universitas Kristen Petra tidak menyenangkan. Hal ini membuat Marsha semakin tidak enak hati. Karena inilah beberapa malam dilewatinya dengan tangisan. Dalam keadaan yang tidak enak, Marsha ingin bermanja-manja dengan suaminya tetapi tidak bisa. Yang ia dapatkan malah komunikasi yang buruk.
Beberapa tahun menjalani akhirnya Marsha sadar. Keadaan hati tidak bisa menguasainya. Ketika keadaan mulai tidak enak dan harus berkomunikasi dengan Bryan, Marsha terus mengingatkan dirinya bahwa Bryan tidak berada di sampingnya. Untuk mendengar suaranya pun tidak bisa setiap waktu. Butuh perjuangan dan terkadang pengorbanan. Karena itu sebelum berkomunikasi, marsha mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri dan melepas penatnya terlebih dahulu. Bahkan jika keadaan hatinya sangat tidak enak, Marsha sengaja tidak mengangkat telepon. Setelah telepon berhenti berdering, Marsha chat Bryan dan memintanya untuk menunggu sejenak. Marsha mengakui bahwa hal ini tidaklah mudah. Tapi ketika marsha mampu menekan egoi dan mengendalikan emosinya, Marsha bisa mendapatkan komunikasi yang berkualitas dengan Bryan. Teknik ini akhirnya diberitahukan kepada Bryan dan hingga sekarang pasangan ini masih menggunakannya.
Pelajaran lain yang berhasil dipetik Marsha adalah sikap yang positif bisa menular dan mampu membuat hubungan semakin erat. Ketika Bryan telepon dengan keadaan yang tidak baik (banyak pikiran, ada masalah, lelah karena bekerja, dan sebagainya), kalimat yang dikeluarkan Marsha seharusnya mampu menjadi „obat‟ dan mengembalikan Bryan kepada sikap yang positif. Bukan malah membuatnya semakin negatif dan membuat bebannya bertambah. Marsha juga sempat memberikan peneliti wejangan kepada peneliti. Berikut kutipannya :
“Nanti kalau sudah pacaran gaby akan tau. Gini ya, misal gaby sudah pacaran. Diantara banyak orang, pasangan Gaby memilihmu untuk menjadi pelariannya ketika ada masalah. Kamu orang pertama yang dia cari. Pasti nanti terasa kamu berusaha kasih yang terbaik supaya dia kembali bahagia.”
96
Universitas Kristen Petra Melalui kalimat singkat itu, Marsha menjelaskan jangan sampai pasangan kita menyesal karena memilih kita untuk menjadi „pelarian‟ dalam masalahnya Terpisahnya jarak diantara mereka dengan perbedaan waktu yang cukup ekstrim, Marsha menyadari bahwa penting sekali untuk menghargai waktu bersama pasangan dengan bersikap positif. Marsha juga menambahkan bahwa sebaiknya lingkungan di luar tidak mempengaruhi. Walaupun susah, Marsha mengakui terus melakukan hal ini karena baginya waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi bersama Bryan jauh lebih berharga dibandingkan ego dan emosinya.
Hal ini juga terjadi kepada Yani. Bagi Yani, bisa menghabiskan waktu bersama Joni adalah saat yang sangat berharga. Karena itu kesempatan sekecil apapun akan diusahakan untuk memberi yang terbaik. Yani berusaha menahan keinginannya untuk menceritkan hari-hari buruknya jika kebetulan pada saat itu Joni merasakan hal yang sama. Beberapa kali yani membiarkan Joni untuk menceritakan permasalahannya terlebih dahulu. Waktu yang berlalu membuat Yani semakin peka untuk merespon cerita-cerita Joni. Apakah Joni butuh diberikan masukan berupa solusi, hanya butuh di dengarkan saja, atau justru kalimat-kalimat yang menenangkan. Walaupun sempat beberapa kali salah dalam merespon, Yani tidak kapok terus belajar untuk mengenali pasangannya. Yani menjelaskan ketika dirinya berhasil membuat Joni tenang dan membantu menemukan jalan keluar, keinginan untuk menceritakan hari-hari buruknya sirna. Bahkan suasana hati Yani yang buruk, berubah menjadi baik.
Sikap positif juga bisa dilakukan secara sengaja dengan mencari persamaan daya tarik. Positifitas sama seperti yang diungkapkan oleh ide Bell, Daly, dan Gonzales (1987) bahwa pemeliharaan hubungan didapatkan dari perilaku mencari persamaan atau daya tarik. Pencarian persamaan atau daya tarik mengacu pada cara agar mendapatkan seseorang untuk mendapatkan orang lain seperti dia (Canary, Cody, Manusov, 2008, p.292). Sebagai contoh, pasangan Marsha-Bryan sangat menyukai olahraga. Marsha mengetahui olahraga yang paling disukai Bryan adalah bersepeda. Walaupun hanya berkomunikasi melalui telepon dan sosial media, Marsha seringkali membahas hal ini dengan Bryan. Marsha mengamati ketika dirinya membicarakan suatu topik yang sangat disukai Bryan, pasangannya itu secara intonasi suara terlihat lebih tertarik dan positif
97
Universitas Kristen Petra menanggapi pembicaraan Marsha. Bryan menjadi lebih cerewet dari biasanya bahkan mendominasi pembicaraan hari itu. Sebaliknya Marsha sangat suka berenang. Bryan biasanya akan mengajak Marsha kembali bernostalgia dengan masa muda ketika dulu sering berenang bersama.
Mencari persamaan daya tarik bisa diterapkan dalam pembicaraan yang lebih intim lagi. Seperti yang dilakukan oleh Yani dan Joni. Kedua pasangan ini mempunyai kebiasaan saling memuji satu sama lain. Bagi Yani, kata-kata positif akan menghasilkan perlaku yang positif pula. Setelah itu, baru masuk ke dalam topik pembicaraan yang menarik bagi keduanya. Bahkan terkadang rasa positif ini membangun keintiman diantara keduanya. Yani mengaku karena hal ini, gairah seksual diantara keduanya terjaga dengan baik. Bahkan semakin kreatif. Joni jadi lebih sering tertarik secara fisik dengannya dan membahas hal-hal yang berbau seksualitas.
Pasangan yang menjalani Commuter Marriage tidak bisa hanya berfokus kepada hubungan interpersonal suami istri saja. Tetapi harus mengacu kepada hubungan dengan anak dan orang tua, terutama orang tua yang tinggal berjauhan. Pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus bisa membangun positifitas dengan anak.
Commuter Marriage tidak hanya berpengaruh kepada pasangan suami istri tetapi juga keadaan anak. Orang tua harus memastikan selain memiliki hubungan yang dekat dengan pasangan, anak juga harus mempunyai hubungan yang baik juga dengan salah satu orang tua yang tidak tinggal bersama. Dalam penelitian ini Joni dan Bryan terpisah dari anak-anaknya.
Rotter, Barnett, & Fawcett (dalam Rhodes, 2002) setuju bahwa pasangan Commuter Marriage akan mengalami pola hidup yang lebih menyulitkan dengan adanya kehadiran anak yang tinggal di rumah. Ketika pasangan setuju untuk melakukan tipe pernikahan seperti ini, salah satu orang tua biasanya tinggal di rumah bersama dengan anak-anak, sehingga akan mengemban tanggung jawab, stress, dan jumlah pekerjaan yang lebih besar.
Marsha sempat merasakan seperti seorang single parent. Ketika Bryan pergi ke Amerika, marsha harus mengurus anaknya yang waktu itu masih berumur 3 tahun. Marsha harus menghadapi pertanyaan anaknya mengenai ayahnya dan
98
Universitas Kristen Petra beberapa kali menjelaskan tentang keadaan keluarganya. Hal tersulit lain yang harus dihadapi marsha adalah membuat sang anak tetap dekat dan merasa memiliki ayahnya. Gladys yang berusia 3 tahun saat itu belum mengerti apa-apa dan dia sudah terbiasa tumbuh melewati masa-masanya di Sekolah dasar tanpa kehadiran seorang ayah secara langsung dalam dirinya. Marsha menceritakan sempat Gladys kecil pulang sekolah protes karena iri melihat teman-temannya dijemput oleh ayahnya. Dengan kesabaran untuk memberikan penjelasan membuat Gladys akhirnya mengerti bahwa ayahnya pergi ke Amerikan untuk mewujudkan kehidupan finansial yang lebih baik.
Meski demikian Gladys mengaku kurang dekat dan canggung ketika pertama kali bertemu dengan ayahnya.
“Ya ya apa ya. Kayak ada perasaan asing. Selama ini kan Cuma denger suarae di telepon, nggak pernah ketemu langsung toh. Terus tiba-tiba ketemu. Sempet mikir ini beneran ta. Ya alay se tapi kayak nggak nyata. Papaku dateng. Balik pulang.”
Di sisi lain, Gladys merasa bahagia akhirnya bertemu lagi dengan ayahnya. Gladys tau bahwa ayahnya sangat mencintainya. Karena sejak kecil Gladys sering dibelikan berbagai macam mainan dan barang-barang bagus. Tapi hati kecil Gladys tidak bisa memungkiri bahwa jarak diantara dia dengan ayahnya tetaplah ada.
Perasaan yang tidak jaub berbeda juga dialami oleh Willy, anak pertama dari pasangan Yani dan Joni. Willy mengaku hubungan dengan ayahnya tidak begitu dekat. Masih ada kecanggungan pada saat berbicara mengingat pria lebih susah mengungkapkan perasaannya kepada orang tua. Pemicaraan hanya seputar pekerjaan dan menanyakan kabar. Susah baginya untuk bercerita mengenai kehidupan pribadi. Bukan karena tidak mau tetapi Willy merasakan canggung. Pada saat wawancara, Willy mengaku sempat mengingat bagaimana dulu perjuangan ayahnya untuk bekerja dan membahagiakan anak-anaknya. Bahkan masih menyempatkan waktu untuk mengantar mereka sekolah.
99
Universitas Kristen Petra Banyak orang tua yang melakukan perpisahan merasakan rasa bersalah telah berpisah dengan keluarga dan melewatkan bagian-bagian penting dalam perkembangan anak-anak mereka (Johnson, 1987, Rotter et al., 1998). Hal ini juga dialami oleh Bryan. Melalui Marsha, Bryan bercerita sering merasa bersalah dengan Gladys karena tidak bisa bermain dan menemani bersama seperti anak lain pada umumnya. Bryan juga beberapa kali menyalahkan diri sendiri mengapa harus meninggalkan Gladys diusianya yang masih sangat kecil dimana anak seusianya membutuhkan perhatian seorang ayah.
Perasaan-perasaan seperti inilah yang akhirnya timbul dan membuat Bryan bertekad untuk bekerja lebih giat. Bryan secara rutin membelikan Gladys mainan dan menuruti apapun yang putrinya inginkan. Ketika kembali ke Surabaya, Bryan banyak menghabiskan waktu bersama keluarga terutama dengan Gladys. Marsha menjelaskan bahwa Bryan tidak ingin anaknya tidak kehilangan figur seorang ayah. Apalagi anaknya perempuan. Hal ini seuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Jackosn bahwa Untuk menutupi rasa bersalah mereka, umumnya orang tua tersebut mengambil langkah-langkah seperti memberikan perhatian secara kualitas ketika menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka.
Selain itu, orang tua yang tinggal berjauhan penting sekali untuk melakukan kontak secara intens dengan anak. Bisa melaalui telepon, sosial media, bahkan video call. Hal ini dilakukan agar hubungan dengan orang tua semakin akrab dan anak tidak akan kehilangan figur orang tuanya. Dalam hal ini, biasanya Willy melakukan contact dengan ayahnya melalui sosial media WhatsApp dan telepon. Jika ada libur dari kantor atau waktu senggang, Willy pasti mengambil cuti untuk bertemu dengan ayahnya. Willy lebih dekat dengan ayahnya dibandingkan sang adik karena Willy lebih banyak melakukan kontak dengan Joni. Tapi tetap tidak bisa dipungkiri, hubungan Willy dengan ayahnya tidak bisa dekat dan akrab. Masih banyak kecanggungan.
4.4.2 Keterbukaan Untuk Memperkuat Kepercayaan Dan Meminimalisir