44 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA
4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani
Yani adalah seorang wanita ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun 1954 dan besar di Tarakan. Ia merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Ia memiliki dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Tahun ini Yani genap berumur 62 tahun. Yani dididik dengan ajaran agama Konghuchu dan diajarkan untuk rajin beribadah di Klenteng. Hubungan Yani dengan kedua orang tua maupun saudara-saudaranya sangat dekat dan akrab.
Setelah tamat SMA, Yani memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan memilih untuk mengembangkan hobinya di bidang kecantikan. Yani mengaku sejak kecil dirinya suka segala sesuatu yang berhubungan dengan makeup dan rambut. Untuk mendukung hal tersebut Yani bekerja di salah satu salon yang terkenal di Tarakan pada saat itu.
Sekarang Yani menghabiskan waktunya sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama anak pertamanya. Untuk mengalihkan dari rasa bosan, Yani pergi bersama kakaknya yang rumahnya hanya satu kompleks dengannya atau pergi dengan anak dan cucunya. Jika anak pertamanya pergi untuk mengurus pekerjaan di luar kota, Yani tinggal bersama anak keduanya. Yani mengakui tidak bisa tinggal jauh dengan anak keduanya karena sering rindu dengan cucunya.
4.1.2 Informan 2 : Joni
Joni adalah seorang pria keturunan campuran Cina-Jawa kelahiran tahun 1958 dan besar di Surabaya. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Sejak kecil Joni dididik dengan ajaran Kristen dan termasuk anak yang taat beragama. Tahun ini Joni genap berusia 58 tahun. Sejak kecil Joni memiliki hobi memancing dan sangat suka Chinese food.
Sejak kecil Joni gemar berjualan barang. Pada saat Sekolah Dasar (SD), Joni membawa barang-barang untuk dijual ke teman-temannya. Sehingga tamat SMA, Joni memilih untuk langsung bekerja menjadi sales. Joni tipe orang yang suka berkomunikasi dan bertemu dengan banyak orang.
45
Universitas Kristen Petra Sekarang Joni harus tinggal menetap di Bali untuk mengurus pekerjaannya. Pekerjaannya yang mengalami kegoncangan memaksa Joni untuk tinggal berjauhan lagi dari istri dan anaknya. Dalam satu tahun Joni bertemu dengan Yani sekitar 2x. Jika Joni tidak sempat ke Surabya, maka Yani yang akan mengunjungi Joni terutama mendekati hari besar keagamaan seperti Paskah dan Natal sekalian berlibur bersama keluarga.
4.1.3 Gambaran umum keluarga Yani dan Joni
Pada saat berumur 28 tahun, tepatnya pada tahun 1984, Yani memperingati tahun baru China di rumah neneknya. Saat itu Yani mendapat tugas untuk mempersiapkan hidangan untuk saudara-saudara yang datang berkunjung. Ditempat itulah pertama kali Yani bertemu dengan Joni. Joni merupakan pria berumur 24 tahun yang saat itu sedang melakukan tugas dinasnya di Tarakan. Selama di Tarakan Joni tinggal bersama sepupu Yani. Tepat saat tahun baru China itulah Joni diajak temannya yang juga merupakan sepupu Yani untuk merayakan hari besar pagi etnis Tionghoa.
Setelah acara selesai, ketertarikan Joni kepada Yani semakin besar. Hampir setiap malam Joni ditemani oleh temannya (yang juga merupakan sepupu Yani) pergi berkunjung ke rumah Yani. Sampai suatu ketika Joni memberanikan diri untuk pergi sendiri mulai mengungkapkan cinta. Yani pun menerima cinta Joni dan sejak saat itu mereka mulai berpacaran.
Hubungan mereka berdua harus dipisahkan oleh jarak karena Joni harus kembali ke Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Mereka berdua menjaga komunikasi dengan saling berkirim surat untuk awalnya. Setelah itu Yani memilih untuk menjaga komunikasi dengan menggunakan telepon. Karena jaman belum terlalu berkembang, Yani harus pergi ke wartel untuk bisa telepon. Percakapan meliputi seputar aktivitas yang terjadi hari itu dan percakapan romantis untuk melepas rindu.
Selama berpacaran, Yani bertemu dengan Joni kurang lebih sekitar 4 kali. Kunjungan Joni ke Tarakan tidak bisa di prediksi karena sesuai dengan dinas kantornya. Biasanya Joni menetap di Tarakan maksimal 1 minggu. Waktu itulah yang digunakan kedua pasangan ini untuk bertemu. Akhirnya setelah 1 tahun
46
Universitas Kristen Petra berpacaran, Yani dan Joni memutuskan untuk menikah. Saat itu umur Yani 29 tahun dan umur Joni 25 tahun.
Setelah menikah, kedua pasangan ini menetap di Tarakan. Joni mengusahakan untuk pulang satu bulan sekali untuk bertemu dengan Yani. Komunikasi hanya bisa dilakukan melalui telepon rumah dengan durasi kurang lebih 30 menit dan membahas kegiatan yang terjadi selama hari itu. Akhirnya, setelah emnpat tahun menikah, Yani dan Joni memutuskan untuk pindah ke Surabaya.
Selang satu tahun menikah, Yani mengandung anak pertama. Pada proses kelahirannya anak tersebut meninggal dunia karena sakit dan ada gangguan di tubuhnya. Sekitar dua tahun kemudian Yani mengandung lagi dan memiliki anak laki-laki. Saat ini anak tersebut sudah berumur 29 tahun. Setelah itu Yani dan Joni dikaruniai anak perempuan yang saat ini berumur 27 tahun.
Memasuki tahun pernikahan yang ke-sepuluh, Yani dan Joni mulai berpikir untuk membuka usaha sendiri. Mereka berdua memikirkan untuk membangun usaha bersama-sama tanpa perlu menjalani LDR (Long Distance Relationship) lagi. Setelah melewati proses pemikiran dan banyak pertimbangan, Joni membuka usaha sendiri yang memiliki bidang yang sama dengan pekerjaannya dahulu. Selain karena sudah adanya pengalaman di bidang itu, koneksi juga sudah terbuka sehingga lebih mudah untuk merintis dari awal.
Awal-awal merintis usaha, Joni banyak menghabiskan waktu di Surabaya. Setelah itu, Joni harus memperlebar usahanya dan mulai keliling ke luar pulau. Kedua pasangan ini harus rela menjalin hubungan jarak jauh lagi. Paling cepat dua bulan sekali Joni kembali ke Surabaya untuk bertemu dengannya dan kedua anaknya. Komunikasi masih dilaukan memalui telepon. Sibuknya pekerjaan membuat komunikasi tidak sesering dulu. Dalam satu minggu, 3-4 kali Joni dan Yani saling telepon dan menanyakan kabar. Yani mengaku sebagian besar, dia duluan yang telepon karena sangat ingin tahu keadaan suaminya.
Saat ini Joni tinggal di Bali untuk mengurus pekerjaannya. Pekerjaannya yang semakin maju membuatnya harus menetap lebih lama di Bali. Terhitung 3 tahun sudah pasangan ini tinggal di dua pulau yang berbeda. Setiap pertengahan tahun dan akhir tahun, Yani, anaknya dan cucunya mengunjungi Joni di Bali
47
Universitas Kristen Petra sekaligus pergi berlibur. Jika ada urusan lain, Joni yang balik mengunjungi Yani di Surabaya.
4.1.4 Informan 3: Marsha
Marsha adalah seorang wanita ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun 1964 dan besar di Surabaya. Ia merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun ini Yani genap berumur 52 tahun. Marsha dan keluarganya merupakan penganut agama Budha yang sangat taat terhadap agama. Walaupun tidak seberapa religius, Marsha mengaku tetap pergi ke tempat ibadah dan memperingati hari besar keagamaan. Setelah mengenal Bryan, Marsha pun memutuskan untuk pindah ke kepercayaan suaminya dan melaksanakan upacara dan pemberkatan nikah secara Kristen.
Sebagai anak pertama, Marsha dididik sebagai anak yang disiplin dan dituntut untuk menjadi teladan yang baik bagi adik-adiknya. Marsha pun tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak mudah menggantungkan orang lain. Ia juga memiliki sifat yang cepat dalam mengerjakan segala sesuatu dan berpegang pada prinsip untuk tidak menunda pekerjaan.
Sebelumnya Marsha adalah ibu rumah tangga. Semenjak ditinggal bekerja di luar negri oleh suaminya, kini Marsha menyibukkan diri sebagai guru di sekolah dekat rumahnya, guru les, aktivis gereja dan ibu rumah tangga. Setiap pagi Marsha menyiapkan sarapan untuk anak perempuannya. Setelah itu ia berangkat mengajar di sekolah. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis sepulang mengajar, Marsha segera pulang ke rumah karena harus mengajar anak yang les. Sisa waktunya dipakai untuk mengurus rumah, datang ke pertemuan-pertemuan ibadah seperti Doa Malam, Pengajaran Alkitab dan lain-lain. Selain itu Marsha aktif sebagai anggota paduan suara di gereja.
4.1.5 Informan 4: Bryan
Bryan adalah seorang pria ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun 1965 dan besar di Malang. Ia merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara. Tahun ini Bryan genap berumur 51 tahun. Karena rentang umur yang cukup jauh dengan kakak-kakaknya, Bryan termasuk anak yang paling disayangi oleh orang tua dan
48
Universitas Kristen Petra kakaknya. Hal ini pulalah yang membuat Bryan sangat patuh dengan masukan atau nasihat yang diberikan kakaknya. Sejak orang tuanya meninggal, bagi Bryan kakaknya sudah dianggap seperti orang tua yang nasihat dan masukannya sangat perlu untuk diperhatikan.
Sejak kecil Bryan sangat suka berolahraga. Beberapa lomba pernah diikutinya. Olahraga yang paling digemarinya adalah bersepeda. Setelah lulus STM, Bryan pindah ke Surabaya menyusul kakaknya untuk mencari pekerjaan. Tanpa disangka di Surabaya inilah Bryan menemukan pasangan hidupnya.
Sekarang Bryan tinggal di Turki sebagai seorang Chef masakan Jepang. Dengan sistem kerja kontrak, Bryan tidak dapat berhenti sesuai dengan keinginannya. Setelah masa kontrak habis, Bryan memutuskan untuk kembali ke Surabaya untuk berkumpul bersama keluarganya. Bryan mengakui sudah cukup waktu yang dia habiskan untuk bekerja di luar negri. Selain sudah mencukupi secara finansial, dia merasa cukup pengalamannya tinggal di negara orang. Kini keinginannya adalah kembali berkumpul menggantikan tahun-tahun yang telah hilang.
4.1.6 Gambaran umum keluarga Marsha dan Bryan
Marsha dan teman-temannya senang merencanakan pergi bersama. Suatu ketika teman baik Marsha mengajak adiknya yang bernama Bryan dan mulai mengenalkan kepadanya. Saat itulah Bryan mulai tertarik kepada Masrha. Menurut Bryan Marsha adalah seorang yang baik, mandiri, menyenangkan jika diajak bertukar pikiran. Sejak saat itu juga Marsha dan Bryan sering bertemu saat acara jalan bersama teman-teman.
Benih asmara muncul diantara mereka berdua. Akhirnya Marsha dan Bryan mulai memasuki tahap yang lebih dalam. Bryan mengajak Marsha pergi jalan-jalan berdua dan saat itulah Bryan mulai mengutarakan perasaannya. Belum genap satu tahun mereka saling mengenal, Marsha dan Bryan memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dan berpacaran.
Pada jaman itu, handphone belum ada dan telepon masih sangat jarang. Awal-awal untuk berkomunikasi Marsha maupun Bryan harus pergi ke wartel untuk telepon. Setelah berapa tahun akhirnya mereka memiliki telepon rumah dan
49
Universitas Kristen Petra mulai menggunakannya untuk berkomunikasi. Dalam satu minggu sekitar 2x mereka bertemu dan pergi bersama. Pada masa pacaran itulah mereka berdua mengenal sifat satu sama lain. Marsha mengaku di masa-masa inilah karakternya semakin dibentuk untuk sabar dan dewasa. Banyak perbedaan diantara mereka berdua apalagi Bryan merupakan anak paling kecil yang sering dimanja oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Tapi akhirnya setelah 5 tahun berpacaran, Marsha memantapkan hati untuk menikah dengan Bryan. Alasannya sederhana yaitu dia melihat bahwa Bryan orang yang setia. Hal ini bisa dilihat dari sikap Bryan terhadap lawan jenis. Bryan sangat menghormati lawan jenis dan tidak melakukan tindakan macam-macam seperti menggoda atau sebagainya.
Pasangan ini dikaruniai anak perempuan yang sekarang berumur 22 tahun. Setelah beberapa tahun menikah, Marsha dan Bryan ini mulai mengalami kesusahan finansial. Bryan memilih untuk jual beli sparepart mobil dan motor. Tetapi dalam usahanya Bryan banyak ditipu orang. Mereka membeli barang tapi tidak membayar bahkan ada yang melarikan diri. Bryan harus menanggung banyak kerugian dan mulaai terlilit hutang. Ketika pasangan ini mulai putus asa dengan keadaannya, teman baik Bryan mengajaknya untuk ke Amerika dan bekerja disana. Kedua pasangan ini membutuhkan satu tahun untuk bergumul menghadapi masalah ini. Marsha tahu dengan jelas jika dia membiarkan Bryan pergi, dia harus berpisah jarak yang sangat jauh, perbedaan waktu yang cukup ekstrim, dan tidak dapat bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya demi kehidupan yang lebih baik, pasangan ini setuju untuk hidup sementara terpisah jarak. Bryan nekat berangkat bersama dua orang temannya sebagai pekerja ilegal.
Selama di Amerika komunikasi dilakukan menggunakan telepon. Sebagian besar Bryan yang telepon terlebih dahulu karena harganya lebih murah. Hari Minggu dipilih sebagai hari komunikasi mereka yang intens karena pada hari itu Bryan biaya teleponnya sangat murah bahkan terkadang gratis.
Pada masa awal berpisah dengan Bryan, Marsha mengaku sangat stress dan sempat down. Beberapa kali Marsha harus melewati malam dengan tangisan. Di masa itulah Marsha mengaku semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. Akhirnya Marsha memutuskan untuk menyibukkan diri sebagai aktifis gereja
50
Universitas Kristen Petra untuk mengalihkan pikiran negatif. Beberapa pembicaraan miring sempat menerjang Marsha, tapi semuanya itu disikapi dengan respon cuek. Marsha tidak mau komentar atau omongan orang lain mengendalikan dirinya.
Setelah sepuluh tahun berlalu, Bryan memutuskan pulang ke Surabaya. Selama di Surabaya Bryan banyak menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman. Selama di Surabaya itu Bryan mendapat tawaran bekerja di Turki sebagai Chef dengan sistem kontrak. Bryan memutuskan untuk berangkat dan mulai menyiapkan segala keperluannya. Sampai saat ini Bryan masih di Turki untuk melakukan pekerjaannya.
4.2 Setting Penelitian 4.2.1 Informan 1 : Yani
Pada hari Jumat, 16 September peneliti menghubungi Yani untuk menjelaskan waktu bertemu dan membuat janji wawancara. Akhirnya wawancara pertama dilakukan pada hari Senin, 19 September 2016 pukul 15.30 di rumah Yani yang terletak di kompleks perumahan daerah Surabaya Barat. Sesampainya disana peneliti disambut hangat oleh Yani. Yani menyuguhkan beberapa makanan dan menawarkan minuman.
Rumah Yani sangat bersih, tertata rapi dan cukup besar untuk dihuni 2 orang (Yani dan anak laki-lakinya). Yani mempunyai taman yang cukup luas. Disana peneliti melihat beberapa macam tanaman dan pot. Ternyata Yani suka merawat tanaman. Ini juga yang membuat rumah Yani tampak asri dan dingin. Masuk lebih dalam, peneliti masuk ke kamar di sebelah kanan yang biasanya digunakan sebagai kamar tamu. Kamar ini juga sering digunakan untuk anak perempuannya yang datang berkunjung bersama cucunya. Masuk lebih dalam lagi peneliti melihat kamar 2 kamar yaitu kamarnya dan kamar anak laki-lakinya. Tepat disebelah kamar ada wastafel dan kamar mandi. Di bagian kiri, peneliti melihat meja makan kecil, kulkas, dan dispenser. Masuk sedikit lebih dalam, peneliti melihat dapur dan ruangan kecil terbuka untuk menjemur pakaian. Dekat dengan tempat menjemur, peneliti melihat kandang anjing. Ternyata Yani memelihara 7 anjing. Yani dan anak laki-lakinya sangat suka anjing.
51
Universitas Kristen Petra Setelah melihat rumah, peneliti mulai mengajukan beberapa pertanyaan meengenai Yani dan keluarganya. Selain itu peneliti juga berkenalan dengan anak pertama dan keduanya yang saat itu kebetulan datang ke rumah. Keluarga Yani adalah keluarga yang hangat.
Wawancara kedua dilakukan pada hari Sabtu, 24 September 2016 pukul sepuluh pagi di rumahnya. Siang itu Yani yang seorang diri di rumah sedang membersihkan rumah. Peneliti memutuskan untuk membantu Yani menyapu ruang tamu sebelum memulai wawancara sambil berbincang mengenai hal-hal ringan yang terjadi di sekitar. Seperti berita yang sering diberitakan di televisi dan hal lainnya. Setelah suasana semakin cair, peneliti melakukan wawancara.
Wawancara ketiga dilakukan pada hari Senin, 17 Oktober 2016 sekitar pukul setengah dua belas siang di rumah Yani. Peneliti berkenalan dengan anak pertama peneliti dan anak kedua yang pada saat itu sedang berkunjung ke rumahnya. Peneliti berada di sana sekitar 3 jam untuk wawancara dan berbincang ringan dengan Yani. Peneliti juga sempat berbincang dengan anak kedua dan sempat menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian. Peneliti juga meminta ijin kepada Yani untuk observasi dan merekam pembicaraan Yani dan Joni.
Peneliti berhasil merekam beberapa kali percakapan antara Yani dan Joni. Tetapi keduanya tidak mengijinkan hasil rekaman untuk ditranskrip dan dimasukkan dalam hasil skripsi. Sehingga peneliti mencatat garis besar pembicaraan dan menuliskannya dalam bentuk deskripsi. Untuk melengkapi beberapa data yang masih kurang, peneliti menggunakan via percakapan telepon untuk berkomunikasi dengan Yani.
Setelah itu peneliti mendiskusikan sekali lagi bagian mana saja yang bisa dituliskan dalam skripsi dan menunjukkan hasil yang sudah dituliskan kepada Yani sebagai bukti bahwa peneliti sudah menuliskan sesuai dengan kesepakatan.
4.2.2 Informan 2 : Joni
Peneliti meminta nomor handphone Joni melalui istrinya, Yani. Peneliti melakukan contact pertama kali menggunakan WhatsApp Messenger pada hari Selasa tanggal 1 November 2016. Tiga hari kemudian tepatnya tanggal 4
52
Universitas Kristen Petra November 2016 peneliti mengirimkan pesan yang berisi perkenalan diri, maksud dan tujuan wawancara, dan memberi penjelasan singkat mengenai skripsi.
Selanjutnya peneliti membuat janji untuk telepon menggunakan WhatsApp call untuk bertanya lebih detail hingga data berhasil dikumpulkan. Semua data yang diperlukan berhasil terkumpul pada hari Selasa tanggal 8 November 2016.
4.2.3 Informan 3 : Marsha
Awalnya peneliti menghubungi marsha melalui Gladys. Setelah peneliti mendapatkan nomor handphone, akhirnya wawancara pertama baru dilakukan pada hari Senin, 3 Oktober 2016. Peneliti bertemu dengan Dewi di salah satu cafe di Surabaya Barat.
Marsha merupakan wanita yang ramah tapi tidak banyak bicara. Wanita yang datang dengan baju yang rapi dan casual ini ternyata sangat menyukai kopi. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, peneliti mulai melakukan wawancara. Pada hari pertama peneliti banyak bertanya mengenai diri Marsha sendiri.
Wawancara kedua dilakukan pada hari Jumat, 8 Oktober 2016 pukul 11 pagi. Peneliti datang ke rumah Marsha. Dari luar rumah tersebut tampak rapi dan sepi. Sekilas terlihat seperti tidak ada penghuninya. Peneliti memencet bel dan segera Marsha membuka. Dari luar tercium bau masakan yang harum. Ternyata Marsha sedang memasak sesuatu dan letak dapur sangat dekat dengan pintu masuk. Peneliti dipersilahkan duduk terlebih dahulu dan Marsha melanjutkan masaknya sebentar. Di ruang tamu peneliti melihat banyak sekali foto keluarga terutama foto wisuda anak semata wayangnya. Ruang tamu tersebut tampak rapi dan teratur. Di di dekat pintu masuk terdapat rak sepatu yang rapi tersusun. Rumah Marsha memiliki 2 lantai. Semua kamar tidur berada di lantai dua. Pada saat datang kesana Marsha seorang diri baru pulang dari aktivitas gereja. Anaknya sudah pergi bekerja pagi tadi.
Tidak lama kemudian, Marsha keluar sambil membawakan suguhan minuman. Setelah itu peneliti lanjut berbincang dengan Marsha. Setelah bercerita panjang lebar, peneliti menyadari bahwa Marsha orang yang bijaksana, hangat dan suka bercerita.
53
Universitas Kristen Petra Wawancara kedua dilakukan pada hari Jumat 18 November 2016 pada pukul 11.30 siang di ruang tamu. Peneliti bertanya mengenai beberapa hal dan meminta ijin untuk melakukan observasi selama beberapa hari. Setelah itu peneliti mulai mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Marsha selama 2 hari (masing-masing setengah hari).
Wawancara ketiga dilakukan pada hari Jumat, 29 Oktober 2016. Peneliti bertanya mengenai beberapa pertanyaan. Karena susah menentukan jadwal telepon dengan Bryan, peneliti meminta ijin untuk membaca chat yang dilakukan oleh Marsha dan Bryan. Setelah itu Marsha berbaik hati untuk memberikan screenshot sebanyak 10 kali kepada peneliti sebagai bahan observasi.
Selama Bulan Oktober hingga November, peneliti banyak melakukan aktivitas chating dengan Marsha. Hal ini dilakukan sebab Marsha orang yang sangat sibuk dan hanya bisa melakukan wawancara setiap hari Jumat saja.
Setelah itu peneliti mendiskusikan sekali lagi bagian mana saja yang bisa dituliskan dalam skripsi dan menunjukkan hasil yang sudah dituliskan kepada Yani sebagai bukti bahwa peneliti sudah menuliskan sesuai dengan kesepakatan.
4.2.4 Informan 4 : Bryan
Pada hari Selasa tanggal 1 November 2016, peneliti mengirimkan email pertama kepada Bryan. Setelah beberapa hari tidak ada tanggapan, hari Jumat tanggal 4 November 2016, peneliti datang berkunjung ke rumah Marsha untuk wawancara sekaligus menanyakan cara lain untuk menghubungi Bryan. Akhirnya, Marsha berinisiatif untuk membantu menghubungi Bryan.
Peneliti mulai melakukan komunikasi dengan Bryan menggunakan WhatsApp Messenger pada hari Senin, 7 November 2016. Karena pekerjaannya yang cukup padat, Bryan tidak bisa langsung membalas pesan tersebut bahkan setelah hari berlalu. Akhirnya pada hari Jumat tanggal 11 November 2016, peneliti selesai mengumpulkan data yang diperlukan.
54
Universitas Kristen Petra
4.3 Temuan Data
4.3.1 Relationship Maintenance dalam Dimensi Positif
Dimensi ini melibatkan perilaku seperti bersikap riang, menjadi sopan, dan menahan diri dari kritik. Seperti tersenyum saat berkomunikasi dengan pasangan, mengatakan betapa berharganya pasangan untuk mereka, dan tidak pernah mengeluh mengenai hubungan.
Sikap Positif harus dimulai dari dalam diri sendiri. Menurut Marsha, kalau dalam hatinya teguh dan berusaha menjaga, maka hal-hal negatif diluar sana tidak bisa mempengaruhi. Jika pun mempengaruhi, tidak akan banyak. Hal ini terjadi ketika Bryan pergi ke Amerika dan tidak pulang-pulang, banyak sekali berita miring tentangnya.
“Ai cuek orangnya. Ai ya denger aja. Tapi nggak mau gampang terpengaruh. “Loh kamu nggak takut suamimu diluar sana ada godaan apa apa gitu ta?”
“Ya tak iya ai tak sneyumi. Soalnya Ai itu yakin dia orangnya nggak sembarangan. Kan sudah kenal”
Marsha tidak mau pikiran negatif menyiksa dirinya apalagi dia tahu bahwa Bryan tidak bisa pulang dalam waktu singkat. Dan untuk berkomunikasi lewat telepon pun juga terbatas. Marsha tidak ingin waktu-waktu berharganya yang seharusnya digunakan untuk saling bertanya kabar atau mengungkapkan rasa sayang digunakan untuk „menginterogasi‟ suaminya yang belum tentu terjadi. Bisa saja itu karena pemikiran Marsha sendiri.
4.3.1.1 Gestur tubuh positif saat melihat pasangan
Dimensi positif bisa dilihat dari raut muka maupun gestur tubuh. Pada saat melakukan wawancara, beberapa kali peneliti melihat Yani yang tersenyum saat membicarakan mengenai Joni. Air mukanya terlihat gembira sambil beberapa menerawang mengembalikan memori di masa lalu. Di tengah wawancara, Yani pamit untuk mengangkat telepon sejenak. Dan ketika kembali raut wajah Yani semakin sumringah. Ternyata baru saja dia menermia telepon dari Joni.
55
Universitas Kristen Petra Yani menjelaskan bahwa dalam berhubungan, sikap positif sangat diperlukan.
“Positif kan harus dari dalam dulu gaby. Kalau positif dari dalam terus kan orang yang diajak ngomong jadi ikutan positif”
4.3.1.2 Pasangan tidak sering mengeluh terhadap keadaan masing-masing
Yani mengakui bahwa dalam perjalanan hidup bersama Joni beberapa kali dia mengeluh karena keadaan yang tidak bisa bertemu. Bahkan jika tidak diatasi, keluhan Yani berujung kepada kecurigaan yang berlebihan. Karena itu Yani berusaha menyiasatinya dengan berbagai cara salah satunya berpikiran positif sambil terus menjaga kualitas dan kuantitas komunikasi.
Sedangkan untuk pasangan kedua, Marsha mengatakan bahwa diantara mereka Bryan lah yang paling sering mengeluh soal hubungan. Bryan sering mengeluh lelah dan ingin segera kembali berkumpul dengan anaknya. Bryan menyadari banyak waktu yang tidak bisa dihabiskan dengan putrinya. Dia tidak bisa mengikuti perkembangan anaknya secara baik. Tapi kedua pasangan ini selalu berusaha mengembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan. Marsha menyadari bahwa mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Tidak ada cara lain selain menjalani. Meski demikian, Marsha tidak anti terhadap keluhan. Bagi Marsha, mendengar keluhan menjadikannya semakin mahir menjadi pendengar yang baik dan membuatnya mengerti apa yang dirasakan Bryan. Saat-saat seperti inilah yang digunakan untuk menguatkan satu sama lain.
"Namanya manusiawi ya itu ya semua kalau kita ditinggal jauh sama keluarga ya seperti gitu. Tapi ya sudah lah namanya perjalanan hidup itu kan mungkin rencana ya sudah dari Tuhan mungkin dibuat seperti itu. Ya Ai terima aja. Dijalani aja sudah. Nggak usah mengeluh. Kalau mengeluh tambah nggak selsai dan terasa berat. Dijalani berserah aja. Kan ada Tuhan."
56
Universitas Kristen Petra
4.3.1.3 Pasangan saling menghargai satu sama lain
Marsha menjelaskan bahwa salah satu cara bersikap positif adalah dengan menghargai pasangan. Ungkapan betapa berharganya pasangan ini lebih banyak dirasakan dengan perbuatan dibandingkan dengan kata-kata. Hal ini terlihat dari perhatian Marsha terhadap Bryan dengan mengirimkan segala kebutuhan dan hal-hal kesuakaan Bryan yang tidak ada disana). Berusaha menyelesaikan semuanya sendiri untuk mengurangi beban pikiran Bryan. Sebaliknya Bryan banyak mengirimkan barang-barang yang sangat diinginkan oleh Marsha
4.3.2 Relationship maintenance dalam Dimensi Keterbukaan (Openess)
Dimensi ini menceritakan bagaimana pasangan secara eksplisit membahas sifat dari hubungan mereka. Dengan keterbukaan, orang merefleksikan untuk memelihara hubungan mereka dengan berdiskusi mengenai tujuan akhir berhubungan, pengakuan terhadap perasaan mereka mengenai hubungan, bertanya bagaimana perasaan pasangan meengenai hubungan.
4.3.2.1 Pasanagan berdiskusi sebelum mengambil keputusan
Bagi Yani, penting sekali untuk selalu mendiskusikan sesuatu bersama sebelum mengambil keputusan.
“Cukup terbuka Gaby. Kalau ada sesuatu pasti diceritakan kok. Ai juga kalau ada apa-apa pasti bicara dengan dia”.
Dalam proses berkomunikasi, pasangan ini cukup terbuka ketika berdiskusi mengenai tujuan akhir berhubungan terutama bisa berkumpul lagi bersama dengan Joni. Yani sangat berharap Joni bisa menetap di Surabaya dan memindahkan pekerjaannya. Apalagi anak pertama Yani dan Joni akan segera menikah. Yani sangat ingin kembali tinggal satu atap dengan Joni. Beberapa kali mereka sempat membahas apakah Joni yang harus kembali atau Yani yang menyusul ke Bali.
“Ai kan semakin tua Gaby. Apalagi habis ini Willy akan menikah. Kan pasti waktu sama ai makin jarang. Ai ini nggak suka sendirian. Jadi ya
57
Universitas Kristen Petra sempet diskusi-diskusi gitu sama susuk. Kalau nggak ya ai yang pindah ke Bali setelah Willy menikah.”
Keinginan itu masih dibicarakan oleh keduanya. Yani mengaku sampai saat ini masih belum menemukan jawabannya. Bagi Yani pindah ke kota lain bukan hal yang mudah. Yani mengaku sering merindukan cucu pertamanya.
“Ai itu suka kangen sama Shiery. Kan dari kecil ai yang rawat kalau maminya sibuk kerja. Terus harus pindah lagi ke tempat lain. Kan disana ai nggak ada kenal siapa-siapa.”
“Nggak bisa langsung pindah Gaby. Ai juga perlu bergumul dan berdoa sama Tuhan bagusnya seperti apa.”
“Ya kalau ai sih berharpnya bisa kumpul semua di satu kota gitu. Kan susuk sudah tua jadi ya sudah lah waktunya menikmati hidup.”
Sama halnya dengan pasangan kedua. Pasangan ini juga berdiskusi dalm hal tahapan atau tujuan akhir berhubungan. Bagi Marsha dan Bryan, tujuan akhir hubungan mereka adalah berkumpul bersama keluarga. Tak jarang pasangan ini berdiskusi mengenai kontrak kerja di Turki. Marsha menjeaskan bahwa memutuskan tinggal di Turki atau kembali ke Surabaya tidaklah mudah. Mereka berdua harus menghitung dengan jeli apa yang menjadi kebutuhan mereka kelak. Kehilangan 60% penghasilan, fasilitas, tunjangan, dan sebagainya juga masuk dalam pehitungan dan pertimbangan mereka.
Bagi pasangan ini cara termudah untuk mengambil keputusan adalah dengan melihat faktor pendorong atau motivasi awal melakukan sesuatu. Awalnya Bryan memutuskan pergi ke Amerika adalah untuk mencari pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Ternyata sepuluh tahun berlalu, Bryan kembali dengan kesuksesan. Kesuksesan lain didapat saat menerima tawaran di Turki. Seharusnya semua tujuan awal sudah tercapai. Karena itu setelah kontrak tahunan ini habis, Bryan memiliki keputusan bulat untuk pulang dan kembali ke Surabaya.
Marsha menambahkan bahwa keterbukan bukan sekedar masalah hari ini mengalami apa, pergi bersama siapa, apa yang disukai dari pasangan, adakah hal
58
Universitas Kristen Petra yang mengganjal hati saja. Tapi lebih jauh adalah hubungan jangka panjang. Marsha menilai bahwa tinggal terpisah lebih lama lagi bukanlah pilihan yang baik. Mempertahankan kedekatan sebagai suami istri bukan hal yang mudah jika bertahun-tahun tidak bertemu. Diperlukan usaha ekstra untuk tidak canggung. Untuk itu, secara rutin, mereka sering membahas bagaimana hubungan ke depan dan apa yang dirasakan pasangan. Hal ini juga untuk mengurangi kebosanan dan keinginan untuk melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Bryan sendiri mengaku tidak ada waktu yang presisi dalam membahas hubungan ini. Apapun yang menjadi ganjalan atau pemikiran, bebas diungkapkan oleh pasangan.
“Tidak ada waktu yang pasti. Kalau ada masalah dibicarakan. Jika tidak ada ya membahas hal lainnya.”
Selain dalam hal hubungan, dalam hal keuangan pun tidak pernah disembunyikan. Masalah keuangan biasanya disampaikan secara transparan. Marsha menjelaskan bahwa Bryan akan mengirimkan jumlah uang yang sama atau bahkan lebih. Biasanya Marsha akan bertanya dari mana uang lebihnya berasal dan Bryan menjelaskan. Inilah salah satu yang disukai Bryan saat bekerja di luar negri adalah bonus atau tips yang banyak.
“Dia kirim ai uang. Hampir nggak pernah terlambat. Berapa jumlahnya pasti dia jelaskan. Kenapa kok lebih kenapa kok kurang. Kadang ya uangnya itu dibuat belanja oleh-oleh atau barang yang ai atau Gladys inginkan.”
Bagi Marsha dan Bryan, hal ini penting dilakukan selain untuk mengurangi rasa curiga, kedua pasangan ini bisa saling kontrol keuangan masing-masing.
“Dia itu boros. Suka beli-beli. Apalagi beli barang untuk Gladys. Tapi kadang suka beli yang nggak penting. Nah kalau dia cerita kan bisa tau bisa sama-sama kasih masukan. Bisa kontrol bersama gitu.”
59
Universitas Kristen Petra
4.3.2.2 Pasangan saling terbuka dengan perasaan satu sama lain
Pasangan ini membuka pikiran dan perasaannya satu sama lain. Bryan sering menceritakan apapun yang terjadi di Amerika maupun Turki. Walaupun tidak ditanya, Bryan berinisiatif untuk berbagi kepada Marsha baik hal yang menyenangkan maupun yang menyebalkan. Biasanya Bryan akan mengirimkan foto-foto kemana dan dengan siapa dia pergi kepada Marsha. Barulah saat telepon Bryan menceritakan semua kepada Marsha apa yang dialaminya saat itu.
“Kalau waktu off dia jalan-jalan sama temen-temennya. Sering kirim foto. Dia cerita terus ai dengerin”
Marsha melakukan hal yang sama. Marsha menjelaskan walaupun mampu melakukan semua tugasnya sendiri, dia tetap akan menceritakan semuanya kepada Bryan. Sebagai suaminya, Marsha merasa Bryan berhak tau apapun yang dia lakukan. Masrha menambahkan justru saat-saat seperti ini bisa menjadi evaluasi baginya. Apakah dia melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan, kedepan harus berbuat seperti apa, hal-hal apa yang bisa diperbaiki dari kesalahan tersebut. Bryan menambahkan bahwa hal ini merupakan waktu yang sangat baik untuk mendekatkan diri satu sama lain.
“Dia yang sering, soalnya dia dulu hampir tiap hari itu telpon. Kadang itu bingung apa yang harus dibicarain. Kalo ai kan paling anak, pelayanan nggak ada yang lain. Dia cerita hari-harinya terus temen-temennya gimana”
Marsha maupun Bryan terbiasa mengungkapkan hal apa yang tidak ia sukai dengan memikirkan cara yang tepat.
“Iya terbuka banget. Cuma ya susuk kan lebih banyak di luar negri, jadi komunikasinya ya terbatas. Jadi ya pokoknya sedikit aja ngomongnya jadinya. Karena kan jaraknya jauh. Jadi ngomongnya nggak seperti kita ngomong bener-bener”
60
Universitas Kristen Petra Selain itu, mereka berusaha untuk mengungkapkan perasaan ketika ada hal yang tidak disukai. Salah satunya terjadi pada saat Marsha sedang hamil muda. Bryan mulai terpengaruh kebiasaan buruk teman-temannya yaitu suka dengan dunia malam dan diskotik. Seringkali Marsha ditinggal sendrian di rumah hingga larut malam. Tak jarang Bryan pulang dalam keadaan mabuk. Hal ini membuat Marsha sangat jengkel.
“Oh pernah. Dulu waktu hamil itu, itu kan dia kan orangnya gampang terpengaruh. Ya susuk itu. Kalau temenhya baik ya baik, tapi kalau temennya jelek ya jelek. Dia ikut jelek. Waktu hamil itu kan Ai suka ditinggal karena dia punya temen itu suka itu pergi diskotik. Jadi ai itu kadang itu kalau dia pergi itu ya Ai nangis sendiri. Tapi ai bisanya Cuma berdoa sama Tuhan. Mohon kekuatan sama Tuhan. Datang pulang gitu mabuk. Nah itu temennya. Ehh Ai itu sudah ngomongin. Jadi ai kalau dia dateng ya sudah ai diemin aja. Terus ai nasihatin. Ya dijawab iya iya gitu aja.”
Jika menurut pada keinginan dan emosinya, Marsha akan marah pada saat itu juga. Tetapi Marsha berusaha menjernihkan pikiran dan memilih untuk tidur. Keesokan paginya barulah Marsha mengeluarkan apa yang tidak dia sukai dari sikap Bryan.
Marsha sendiri bukan tipe orang yang suka ribut atau mempermasalahkan suatu hal. Dia mengaku sejak pacaran hingga menikah, dia berusaha mengutarakan pendapatnya walaupun konsekuensi terburuknya harus menghadapi pertengkaran yang besar. Tapi baginya, komunikasi yang baik dimulai dari saling terbuka satu sama lain. Sejak saat itulah Marsha mencoba terus untuk mengeluarkan apa yang menjadi isi hatinya pada saat dan momen yang tepat. Marsha menjelaskan bagian tersusah bukan saat mengeluarkan apa yang mengganjal di hatinya tetapi memilih momen, waktu, kata-kata yang tepat untuk mengatakannya. Pasangan ini berusaha mewujudkan keterbukaan tanpa mengundang pertengkaran.
61
Universitas Kristen Petra
4.3.2.3 Pasangan membahas kualitas hubungan dan terbuka satu sama lain
Yani mengaku bahwa menjalani kehidupan rumah tangga bukan hal yang mudah. Cinta bukan satu-satunya hal yang mampu dijadikan landasan. Bagi Yani, cinta adalah penghantar utama sedangkan untuk membuat hubungan kuat, dibutuhkan komitmen yang kuat pula. Bagi yani hal yang paling dia pelajari dalam kehidupan rumah tangga adalah memaafkan dan terus menajaga keterbukaan kepada pasangan. Hal inilah yang membuat Yani berhasil melewati masa sulit dengan Joni.
Berbicara soal pengakuan, Yani mulai menerawang bercerita bahwa dalam rumah tangganya sempat terjadi kegoncangan yang cukup besar. Sejak pacaran hingga hampir lima belas tahun menikah, Yani sangat terbiasa dengan hubungan jarak jauh. Yani berpikir bahwa rumah tangga akan baik-baik saja dengan pola komunikasi yang sudah ada. Tapi siapa yang menyangka, Yani sering mendapat gangguan dari pihak luar seperti telepon dan lain sebagainya. Hal ini membuat kepercayaan Yani kepada Joni perlahan goyang. Yani mulai merasa ada yang tidak beres dalam rumah tangganya dan benar saja beberapa lama kemudian Yani harus menghadapi kenyataan bahwa dalam rumah tangganya muncul orang ketiga. Sempat beberapa kali pasangan ini bertengkar hebat karena hal tersebut. Yani yang diliputi rasa curiga berusaha menekan rasa penasaran hingga suatu hari Yani tidak mampu lagi menahan dan meledaklah emosinya. Saat itu terjadi pertengkaran hebat diantara keduanya. Disaat pasangan itu sama-sama dipiluti emosi yang besar, pasangan ini memilih untuk tidak berkomunikasi bahkan Bryan sempat tidak pulang ke rumah selama satu bulan.
“Ai merasa saat itu sudah akhir dari segalanya Gaby. Ai sudah kecewa dan beberapa kali berpikir untuk bercerai saja. Tapi kalau bercerai selalu kepikiran anak-anak. Ai nggak mau gagal menjadi contoh pernikahan yang baik atau kasih trauma ke anak-anak.”
Pada saat Yani mulai menerawang dan kembali mengenang masa-masa itu tanpa disadari air matanya mulai menetes.
62
Universitas Kristen Petra “Sampai sekarang ai ini bersyukur sama Tuhan bisa melalui itu semua. Keluarga tetap utuh dan semuanya baik-baik saja. Ai sadar bahwa berapa lama menikah tidak bisa menjamin apapun. Hati manusia itu licik Gaby. Bisa berubah tanpa disadari.”
Setelah melalui pergumulan yang panjang, Joni mulai menghubungi Yani dan akhirnya mereka bertemu membicarakan semua ini. Joni meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Joni menceritakan semua yang terjadi dengan penuh penyesalan. Yani pun meminta waktu sejenak untuk berpikir ulang dan menenangkan diri. Joni berusaha menghormati keputusan Yani.
Selam proses menenenagkan diri, Yani selalu merasa sebagai korban. Dia merasa dijahati oleh suaminya. Tapi perkataan salah satu konselor di gerejanya mulai mengubah hatinya dan mulai menerima Joni kembali. Yani memetik pelajaran berharga bahwa didalam hubungan pernikahan selalu ada hukum sebab akibat. Permasalahan besar selalu dimulai dari hal kecil. Kesalahan kecil yang tidak diselesaikan akan terus berguling maju hingga menjadi besar dan menjalar kemana-mana. Yani sadar bahwa dirinya juga salah karena tidak memperhatikan Joni lebih lagi dan tidak menyadari adanya keretakan komunikasi yang terjadi diantara keduanya. Dan semua itu dimulai dari keterbukaan yang sangat sedikit.
Yani mengaku tidak mengerti apapun tentang pekerjaan Joni. Apa yang terjadi dan bagaimana prosesnya terjadi. Yani juga mengakui ketika bertanya mengenai pekerjaan bukan karena sungguh-sungguh ingin mengetahui tetapi lebih ke arah mencari topik pembicaraan atau basa-basi saja. Dia tidak benar-benar memaknai ucapannya. Tanpa disadari hal inilah yang membuat Joni akhirnya malas bercerita mengenai pekerjaan dengan Yani. Joni merasa bahwa tidak ada manfaat juga untuk menceritakan kepada Yani. Tidak hanya soal pekerjaan tetapi juga masalah keuangan. Hal ini bertahun-tahun terjadi hingga tanpa disadari mulai merusak hubungan diantara mereka berdua.
Sejak masalah tersebut, Yani dan Joni berusaha untuk satu sama lain mengenai hubungan. Salah satunya mengenai hal keuangan. Hal kecil pun
63
Universitas Kristen Petra berusaha diungkapkan baik hal yang tidak disukai maupun yang disukai. Melalui masalah itu juga Yani mengaku lebih mengenal siapa Joni sebenarnya.
“Gini Gaby. Awalnya ai berpikir sudah lama menikah dan pacaran sudah kenal susuk itu orangnya gimana kan Gabu. Tapi waktu itu konselor bilang ke Ai ketika berhenti berusaha megenal satu sama lain itu awal dari permasalahan. Dan Ai merasa kesalahannya terletak disana Gaby. Sudah sama-sama kenal kan Gaby. Jadi ya gitu sudah nggak bisa menghormati lagi satu sama lain. Semuanya dianggap ah biasa gitu terus.”
Hal lain yang membuat pasangan ini pantang untuk bercerai adalah perjanjian nikah yang sudah diucapkan satu sama lain beberapa tahun yang lalu. Bagi Yani maupun Joni janji pernikahan yang mereka buat itu mampu menjadi penawar ketika sudah ingin melakukan tindakan-tindakan ekstrim dalam pernikahan.
Yani menjelaskan bahwa tidak ada waktu yang presisi untuk membahas hubungan. Ada yang mengganjal langsung diungkapkan supaya nggak terlalu lama.
4.3.3 Relationship maintenance dalam Dimensi Kepastian (Assurance)
Dimensi ini membahas bahwa dengan kepastian, komunikator menunjukkan bahwa mereka setia, menekankan komitmen dalam hubungan mereka, dan jelas menyiratkan bahwa hubungan mereka memiliki masa depan.
Berkaitan dengan kepastian ada aktivitas komunikasi yang mampu membuat pasangan menjadi terhibur yang terdiri dari ucapan yang menawarkan dukungan emosional, pertanyaan mengenai keadaan pikiran, tanggapan mengenai topik dengan referensi yang relevan, ucapan yang menawarkan metode untuk mengatasi keadaan emosional, ucapan yang menunjukkan pengertian dalam mengatasi keadaan emosional, hingga menawarkan pernyataan terhadap suatu masalah.
64
Universitas Kristen Petra
4.3.3.1 Pasangan melakukan tindakan menghibur untuk meyakinkan pasangan mengenai hubungan mereka
Sejak masa pacaran, Yani melihat bahwa Joni merupakan orang yang mampu mendampinginya seumur hidup. Hal ini diperjelas bahwa selama masa mudanya, berkali-kali Yani dijodohkan oleh orang lain tetapi tidak ada yang pas di hatinya. Ketika Joni datang, yani merasakan sesuatu yang berbeda. Dan setelah melewati proses pacaran, Yani semakin mantap memilih Joni sebagai suaminya.
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, Yani juga melakukan aktifitas menghibur seperti yang dijelaskan di bagian atas. Yani bertanya kepada Bryan bagaimana pekerjaannya di Bali dan mulai menceritakan. Sesekali Joni mengeluh kelelahan karena umurnya yang sudah tua. Yani menjelaskan bahwa sudah saatnya Joni pensiun dan mengalihkan usahanya kepada Willy. Tetapi Joni keras kepala tidak mau melakukannya. Joni akan mengalihkan kepada Willy ketika usahanya keadaannya lebih stabil. Joni tidak ingin membebani Willy dengan keadaan perusahaannya yang sekarang.
"Iya tau maksudnya papa baik. Tapi anak-anak sudah mandiri. Nggak usah terlalu dipaksakan seperti dulu. Yang penting kita bahagia".
Hal ini juga yang menjadi pertimbangan bagi Yani apakah ia harus menyusul ke Bali atau Joni saja yang pulag ke Surabaya. Yani tidak tega melihat kondisi Joni yang semakin kurus dan tidak terawat. Hingga sekarang hal ini menjadi pergumulan bagi Yani dan Joni. Joni juga sempat mengalami gangguan tidur karena memikirkan apa yang menimpa keluarganya.
"Iya dulu juga sempat nggak isa tidur. Coba sambil baca aja atau melakukan apa gitu. Kalau masih sakit kepala minum obat aja. Yang ada efek ngantuknya"
Baik Yani maupun Joni mengusahakan memiliki kehidupan yang lebih pasti. Dalam waktu dekat, pasangan ini akan mengambil keputusan. Yani mengaku akan mempersiapkan kepindahannya ke Bali.
65
Universitas Kristen Petra “Dulu kan pertimbangannya karena ada anak-anak di sini. Kasihan siapa yang urus Gaby. Apalagi Willy kan belum menikah. Tapi sekarang Ai lihat sudah bisa ditinggal. Walau nanti pasti kangen ya sama Shierry. Tapi susuk lebih butuh ai.”
“Masing nggak tau sih. Mau dipikirkan lagi yang mateng jangan sampai salah langkah.”
4.3.3.2 Pasangan menunjukkan perasaan setia kepada pasangan
Sejak masa pacaran, Marsha mengakui bahwa Bryan adalah sosok yang setia dengan pasangan. Hal itu banyak dibuktikan dengan perilaku non verbal dan perkataan Bryan terhadap lawan jenis. Selain itu, selama 5 tahun Marsha menilai bahwa Bryan adalah sosok yang bertanggung jawab dan bisa diandalkan. Karena itulah Marsha memilih untuk memasuki jenjang pernikahan bersama Bryan.
Berkaitan dengan kepastian, Marsha dan Bryan melakukan aktivitas komunikasi. Pada saat di Turki, Bryan sempat sakit dan tidak sembuh-sembuh. Beberapa kali Bryan mengeluh pada Marsha ingin segera pulang ke Surabaya. Tapi Bryan tidak bisa melakukannya karena Bryan sudah terikat kontrak kerja di Turki. Beberapa kali Marsha memberikan dukungan emosional agar Bryan dapat lebih tenang dan tidak terlalu banyak beban pikiran.
"Kamu jangan capek-capek. Istirahat aja. Besok mama coba kirim obat. Kalau masih nggak sembuh ke dokter aja daripada makin parah."
Keesokan harinya Marsha pergi ke apotik dan membeli obat-obatan yang ada untuk dikirimkan ke Turki. Marsha menjelaskan bahwa Bryan bukan tipe orang yang suka berganti obat. Jika sudah percaya dengan satu obat, dia akan terus menggunakannnya. Sayangnya obat tersebut tidak ada di Turki.
Tidak hanya itu, Marsha juga bertanya apakah Bryan sedang banyak pikiran. Marsha mengenal Bryan bukanlah orang yang mudah sakit apalagi dalam jangka waktu yang lama. Marsha ingin mengetahui apakah ada faktor lain yang membuat Bryan seperti itu. Bryan mengaku pada saat itu dia sedang ada salah
66
Universitas Kristen Petra paham dengan salah satu atasannya dan itu sangat mengganggu pikiran dan pekerjaannya. Apalagi pada saat itu didukung dengan keadaan udara Turki yang tidak bagus. Hal inilah yang mengakibatkan kondisi Bryan drop. Di saat-saat seperti itu, marsha menyarankan agar Bryan mengambil cuti dan segera pergi ke dokter. Selain digunakan untuk istirahat dan menenangkan diri. Bryan pun melakukan hal yang sama terhadap Marsha. Setiap kali dia mengeluh, Bryan berusaha untuk membuatnya merasa aman dengan ucapan yang sangat simpati dan menghibur. Hal ini mampu menenangkan keadaan pikiran Marsha. Hal ini pulalah yang membuat Marsha sering merindukan Bryan.
4.3.4 Relationship Maintenance dalam Dimensi Jaringan Sosial (Social Network)
Jaringan sosial menjelaskan bahwa pasangan yang sudah menikah menggunakan sosial media lebih banyak dibandingkan dengan pasangan yang berpacaran. Hal ini terjadi karena pasangan yang sudah menikah mengalami peningkatan dalam melakukan kegiatan bersama dan lingkaran sosial umum.
4.3.4.1 Menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan pasangan
Pasangan ini banyak menggunakan sosial media untuk berkomunikasi dengan pasangan. Pada awal pergi ke Amerika pasangan ini menggunakan yahoo messenger untuk berkomunikasi sambil telepon. Setelah teknologi semakin maju, pasangan ini beralih ke Facebook, BBM, dan WhatssApp.
“Ai dulu pakai line. Oh nggak pakai itu apa messenger itu.”
“Iya. Terus sempet ya pakai FB. Awalnya kan itu. Dulu kan bbm nggak berapa ya. Ya terakhir-terakhir itu sudah pakai bbm tapi sudah nggak. Susuk nggak suka pakai BBM makanya lebih pilih pakai line. Papanya itu suka pakai messenger. Waktu disini baru pakai line, kalau BBM dia nggak mau. Terus terakhir ya whatsapp”
Marsha menjelaskan Facebook awalnya banyak digunakan untuk chat sambil melihat-lihat foto yang diunggah disana. Setelah itu banyak menggunakan
67
Universitas Kristen Petra WhatssApp untuk chat. Jika diluar hari Minggu, biasanya telepon menggunakan WhatsApp karena menurut Marsha suaranya lebih jelas terdengar. Begitu pula jika mengirim rekaman. Jika sama-sama sibuk dan tidak bisa telepon, pasangan ini sesekali menggunakan Voice Message yang ada untuk saling memberi kabar. Untuk video call, biasanya menggunakan Line karena menurut Marsha kualitas gambarnya lebih bagus, lancar, dan praktis.
Meski banyak menggunakan sosial media, Marsha lebih suka telepon secara langsung.
“Yang penting jangan pakai sms atau tulisan. Sering salah paham.”
Untuk menyelesaikan atau membicarakan masalah yang serius, Marsha lebih suka menggunakan telepon. Hal ini dapat mengurangi salah paham. Salah paham karena salah menggunakan nada dalam membaca pesan beberapa kali terjadi. Dalam hal ini Marsha mengaku bahwa dirinya yang sering salah menanggapi.
“Ai pikir dia pakai nada yang agak tinggi gitu ya. Kan terkesan marah. Terus ai pas lagi ngomel ada Gladys. Gladys tanya „Apa ma kok marah-marah‟ ya ai cerita terus tunjukkan ke Gladys. Lucu ya pas itu dia bilang marah-marahnya di bagian mana. Ai tunjukkan itu terus ya dia ketawa. Dia baca pakai nadanya. Sejak itu ya sadar ternyata bisa banyak nadanya. Bisa dibaca nada marah bisa dibaca nada biasa saja.”
Sejak mengetahui hal itu, Marsha jadi lebih berhati-hati dalam membaca. Marsha menjelaskan aktivitasnya yang padat membuatnya lelah dan jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hatinya semakin mudah memicu emosinya keluar. Jika Marsha dalam keadaan yang seperti itu, dia memilih untuk tidak membaca pesan yang ditulis oleh Bryan. Dia akan mengambil waktu sejenak untuk beristirahat, ketika rasa lelahnya sudah mereda dia baru akan membalas pesan itu.
“Kalau lagi banyak acara gitu ya ai nggak balas dulu. Atau ai bilang sebentar masih di gereja. Nah nanti waktu sampai rumah ai duduk dulu
68
Universitas Kristen Petra atau melakukan apa dulu yang buat santai terus baru di balas. Kalau sudah kesel ya ai balas langsung suruh dia telepon.”
Marsha menambahkan cara inilah yang digunakan oleh mereka berdua untuk mengatasi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
“Kadang kalau dipikir gitu ya lucu. Dia bilang kok balesnya nggak enak apa ada masalah. Ai bingung perasaan ya biasa aja. Langsung ai balik tanya rasanya yang ada masalah itu kamu. Gitu”
“Iya hampir semuanya benar. Kan biasanya ketiknya ya gitu-gitu aja. Kok kali ini sensi jawabnya. Biasanya capek atau banyak pikiran. Setelah ditanya ya akhirnya cerita.”
Bagi pasangan ini terkadang hal-hal seperti ini baik untuk melatih kepekaan dan semakin tanggap dengan keadaan pasangan.
“Kalau sudah gitu ya jangan satunya ikutan panas juga. Nggak jadi peka adanya ya ribut.”
Berbeda dengan pasangan pertama, Bagi Yani, jaringan sosial dengan fitur chat, video call dan lainnya bukanlah hal yang menarik. Justru Yani lebih suka menggunakan telepon biasa. Alasannya sederhana, Yani tidak suka repot. Pada jamannya, jaringan sosial belum ada sehingga Yani harus belajar lagi menggunakannya. Baginya hal ini cukup ribet dan menyita waktu. Yani lebih suka menggunakan telepon biasa karena praktis. Selain itu lebih puas untuk melakukan komunikasi. Tidak perlu mengetik atau terganggu karena sinyal yang tidak bagus. Joni sangat menghargai keputusan Yani untuk tidak menggunakan jaringan sosial dalam berkomunikasi walaupun Joni sendiri bisa menggunakannya. Joni mengaku memang terasa lebih puas jika menggunakan telepon. Meskipun harus rutin mengisi pulsa, tapi hal itu tidak menjadi masalah baginya.
69
Universitas Kristen Petra “Saya menggunakan telepon”
“Lebih praktis. Suaranya jernih tidak putus-putus”
Yani menjelaskan bahwa keadaan seperti ini melatihnya untuk lebih percaya terhadap Joni. Yani tidak bisa membuka ataupun mengoperasikan sosial media sehingga tidak mengerti dengan siapa Joni melakukan komunikasi dan topik apa yang sedang dibicarakan. Meski begitu, setiap kali bertemu terkadang Joni menunjukkan dan berbagi berita yang ada di sana.
“Dia yang cerita lagi ngobrol sama siapa terus ngomong apa gitu. Ai ya lihat tulisannya. Jadi dia ya cerita-cerita sendiri gaby. Kadang kita ya tertawa bersama kalau ada hal yang lucu atau cerita apa yang dikatakan siap misalnya begitu.”
“Nggak tau ya Gaby. Kok ai ini nggak tertarik sama seperti itu. Enak seperti ini sudah. Lebih nyaman damai. Jadi nggak banyak yang cari atau ganggu. Kalau butuh ya tinggal ngomong lewat telepon. Kalau sudah selesai ya sudah.”
Jika Joni ingin mengirimkan foto atau gambar, biasanya dikirimkan ke handphone anak pertamanya. Tapi hal ini sangat jarang sekali. Joni mengaku lebih suka menceritakan dan mendeskripsikan dengan kata-kata daripada mengirim foto. Sedangkan Yani mengatakan pernah melakukan video call itupun bersama-sama dengan anaknya.
4.3.4.2 Pasangan cenderung menutup diri dari pergaulan sosial disekitarnya
Yani merasa bahwa jarak yang memisahkan kedua pasangan ini membuat pengaruh terhadap hubungan dan komunikasi dengan teman-teman. Yani mengaku lebih menutup diri dari perkumpulan. Hal ini dikarenakan kebanyakan teman di Surabaya adalah teman Joni. Yani merupakan tipe yang pendiam jika tidak terlalu akrab dengan orang lain.
70
Universitas Kristen Petra “Apa ya. Nggak mau aja. Buat apa juga. Lagipula nggak enak kalau ditanya-tanya. Sudah nggak dekat juga. Kebanyakan teman susuk”.
Meski demikian, Yani mengaku hubungan dengan sesama keluarga masih terjalin baik. Yani masih bersedia untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dengan teman atau keluarganya.
“Oh masih Gaby. Kalau sama keluarga susuk masih. Kan ai juga dekat dengan adiknya.”
“Datang Gaby. Kalau ada undangan pernikahan ai datang. Kemarin waktu saudaranya susuk meninggal ai juga datang.”
Sama halnya dengan Yani dan Joni, Marsha mengakui lebih jarang berkumpul dengan teman dan keluarga. Jika ada undangan pernikahan anak dari teman Bryan, Marsha akan berdiskusi dulu dengan Bryan apakah harus datang atau tidak. Berapa jumlah uang yang harus diberikan. Biasanya Marsha meminta anak perempuannya untuk menemani. Hal yang sama juga dilakukan kepada saudara. Marsha mengakui walau hubungan dengan saudara Bryan cukup dekat mengingat kakak Bryan yang mengenalkannya pada Bryan.
“Iya ngomong. Pasti ngomong. Dia bilang “Datengo. Nanti kasih angpao berapa” gitu. Mesti bilang. Terus diskusi perlu datang apa nggak. Kalau nggak dekat itu malas Gaby.”
Marsha mengakui agak malas jika menghadiri pesta pernikahan yang bukan teman dekatnya atau memang teman Bryan. Tetapi Marsha tetap menyempatkan diri untuk datang mewakili Bryan hanya saja dia tidak mengikuti acara hingga selesai. Di pertengahan acara dia pulang.
Karena memiliki teman-teman dari kumpulan yang sama, Marsha mengaku masih ikut pergi bersama jika ada acara kumpul-kumpul.
71
Universitas Kristen Petra “Iya dekat karena kan dulu satu kumpulan. Otomatis temannya dia, teman ai juga. Jadi masih nyaman. Nyambung gitu. Kalau yang teman susuk Cuma tau aja tapi nggak pernah kumpul. Kalau pergi kayaknya pernah ya tapi ya pas susuk pulang itu.”
4.3.5 Relationship Maintenance dalam Dimensi Pembagian Tugas (Sharing Task)
Tahap ini sangat menekankan pada saling berbagi tugas, atau melakukan pembagian satu pekerjaan dalam hubungan.
4.3.5.1 Pasangan mengetahui dan bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing
Yani dan Joni tidak pernah melakukan diskusi kesepakatan pembagian tugas. Yani menjelaskan bahwa apapun yang bisa Joni lakukan, akan dilakukan semua agar tidak menyusahkan Yani.
“Susuk itu orangnya perhatian sekali Gaby. Sayang sama keluarga sama anak-anak. Pokoknya mbelani orangnya Gaby. Pulang kerja capek-capek gitu kalau minta apa pasti langsung dibelikan. Apa yang belum beres kalau masih kuat ya dia yang selesaikan”.
Jika Joni tidak ada di rumah, Yani berusaha menyelesaikan sendiri, seperti belanja kebutuhan rumah tangga, membayar tagihan (listrik, air, telepon), dan sebagainya. Yani mengaku bahwa dia tidak suka melakukan segala sesuatunya sendiri sehingga Yani mengajak kakaknya untuk menemani. Ketika anak-anaknya sudah dewasa, yani biasanya meminta anak-anak untuk menemaninya pergi”.
“Ai nggak suka kalau pergi sendirian. Biasanya ya minta tolong Willy untuk belikan. Atau kalau ai harus ikut ya minta dia temani ai”.
“Oh kalau pas kecil ya ai sendiri. Tapi kalau cece bisa nemeni biasanya sama cece. Sekalian pergi Gaby. Cuma kalau cece nggak bisa ya mau nggak mau harus urus sendiri”.
72
Universitas Kristen Petra Yani mengaku bahwa untuk urusan anak-anak, Joni berusaha mendahulukannya dan menyempatkan untuk menyelesaikannya bagi mereka. Hal ini dilakukan Joni untuk bisa dekat dengan anaknya.
“Iya ai antar sekolah. Masuk sekolah tapi kalau ada papanya ya sama papanya. Ai kadang nunggui juga.”
Sejak ditinggal pergi oleh Bryan, Marsha harus membiasakan diri untuk mengurus segala sesuatunya sendiri. Marsha menjelaskan bahwa tidak ada perjanjian khusus atau diskusi untuk membagi tugas. Semuanya terjadi secara alami dengan berjalannya waktu. Bagi Marsha apapun yang bisa dia lakukan akan dilakukan bahkan sebisa mungkin segera selesai. Hal ini terjadi karena sejak kecil sebagai anak sulung, Marsha sudah dididik mandiri dan mampu menjadi contoh bagi adik-adiknya. Daripada harus menunggu dan menunda, Marsha memilih menyelesaikannya. Di satu pihak dia merasa tidak terbeban semakin banyak karena tugas yang harus di selesaikan, di pihak lain Marsha merasa sudah sangat membantu Bryan mengatasi tugas rumah tangga. Pada titik inilah Marsha merasa sudah menjalankan tugas utamanya sebagai seorang istri yaitu penolong suami.
Marsha menjelaskan seperti pada saat hendak pindah rumah. Marsha harus mengurus mulai surat-surat hingga perpindahan barang sendirian saja. Setiap kali telepon Marsha akan melapor kepada Bryan bagaimana proses perpindahannya apakah berjalan dengan lancar atau tidak. Sesekali Bryan menanyakan kelancaran pindahan rumah tersebut.
“Ya iya. Ai yang ngurus. Ya surat pindah, ya apa gitu, ya ngurus sendiri”
“Iya soalnya ya udah kebiasaan itu tadi, Gaby. Dulu waktu jaman papa saya yang ngurusin ya saya, jadi ya makanya biasa.”
“He‟eh. Paling papanya cuma udah diurusin belum? Oh iya nanti besok tak urus”
73
Universitas Kristen Petra Ketika Bryan kembali ke Indonesia pun, segala urusan tetap dilakukan oleh Marsha. Marsha mengaku bahwa Bryan cenderung tidak mau membantu mengurus urusan yang ada di Surabaya. Biasanya Bryan hanya bertanya dan mengingatkan saja. Jika harus Bryan yang melakukan, biasanya dia meminta Marsha untuk mendampinginya. Menurut Marsha sikap Bryan ini dikarenakan terlalu lama tinggal di luar negri dan sudah tidak terbiasa lagi mengurus berbagai macam urusan yang berkaitan dengan rumah tangga. Alhasil bahkan hal kecil pun sebagian besar dilakukan oleh Marsha.
“Sampai sekarang ya ai yang urus. Dia nggak mau. Terima beres gitu.” “Loh iyaa. Sampai sekarang pun ya ai yang urus. Kan ada yang tukang listrik nyasar alamat. Pas itu ya ai ya nggak lihat ya namanya. “Buk belum bayar” apa apa gitu mau diputus. Ai mikir loh sudah bayar kok mau di putus. Terus tak lihat alamatnya ternyata salah. Nomor 23. Ya langsung ai taruh di nomer 23 situ. Di rumahnya yang bersangkutan.” “Iya. Kemarin aja loh ai cerita soal listrik gitu dia tanya “Lah kamu sudah bayar apa belum?” “Ya sudah. Sudah tak bayar tanggal 10 itu kan jatuh tempo. Waktuya bayar”. Wong ke bank ada urusan gitu ya ai sendiri yang nganu kok. Nggak mau snediri.”
“Iya nggak mau. Ya udah kebiasaan ya. Sampai sekarang. Meskipun buka rekening gitu ya sendiri aja lo udah nggak mau. Minta di barengi.”
Untuk urusan yang terkait dengan pekerjaan Bryan seperti mengurus Visa, kelengkapan surat-surat untuk bekerja di luar negri dan sebagainya, dilakukan sendiri oleh Bryan. Marsha mengaku tidak ikut campur terhadap urusan tersebut. Marsha hanya bertanya untuk mengetahui dan membantu mengingatkan saja. Marsha mengaku bukannya tidak peduli terhadap urusan suaminya, hanya pasangan ini merasa jika fokus megerjakan tugasnya sendiri-sendiri hasilnya akan lebih maksimal dan efisien. Pasangan ini percaya bahwa satu sama lain bisa mengerjakan sendiri bagiannya.
74
Universitas Kristen Petra
4.3.6 Romantic Relationship dalam Dimensi Gairah
Dalam hal ini, gairah tidak termasuk dalam konteks perasaan seksual saja, tetapi juga termasuk pada perasaan yang luar biasa, spiritual dan daya tarik.
4.3.6.1 Pasangan terbuka dalam mengutarakan hasrat seksual
Sejak pacaran, pasangan ini sudah terbiasa hidup berjauhan karena adanya faktor pekerjaan. Pada awal-awal hubungan, Yani mengaku tidak mengalami kesulitan dalam hal yang berhubungan dengan gairah seksual. Hal ini disebabkan karena sejak awal pernikahan, mereka membiasakan untuk memiliki waktu berdua terutama ketika Joni pulang bekerja. Waktu berdua secara khusus ini digunakan untuk mendekatkan diri secara intim. Bahkan Yani mengaku pada awal-awal pernikahan Yani sengaja berdandan dan mengenakan baju tidur lebih terbuka dari biasanya untuk menyenangkan Joni.
Tidak hanya dari segi penampilan, Yani berusaha menyenangkan hati Joni. Bagi Yani ini merupakan salah satu bentuk untuk menjaga gairah diantara mereka. Ketika pulang kerja dalam keadaan lelah, Yani akan menghindari bahkan hal-hal kecil yang tidak disukai Joni. Usia pernikahan yang bertambah juga membantu Yani untuk peka kapan waktunya untuk bermanja-manaja, kapan waktunya untuk diam. Yani menjelaskan bahwa Joni mudah terpancing jika Yani mampu membuatnya nyaman.
Yani mengaku setelah permasalahan besar dengan pihak ketiga, pasangan ini berusaha untuk menjaga gairah diantara mereka dan menyemptkan untuk berhubungan intim. Tidak hanya itu, pasangan ini juga berusaha mengkomunikasikan kenyamanan dalam hubungan tersebut. Intinya setiap ada waktu, mereka berusaha untuk melakukan kontak fisik mulai dari yang ringan hingga semakin intens.
Selama menjalani hubungan jarak jauh dengan Joni, Yani mengaku tidak pernah bertukar foto nakal atau video call dengan Joni. Alasannya sudah jelas karena Yani tidak bisa dan tidak suka menggunakan sosial media. Dengan wajah merona Yani mengakui sempat beberapa kali melakukan „telepon nakal‟ dengan Joni dan biasanya dilakukan pada malam hari. Dalam telepon ini biasanya Joni
75
Universitas Kristen Petra bercerita mengenai fantasinya dan biasanya request kepada Yani untuk melakukan atau mengenakan sesuatu saat mereka bertemu.
Berbeda dengan pasangan kedua, yaitu Marsha dan Bryan. Tinggal berjauhan beda benua membuat kedua pasangan ini sempat mengalami penurunan gairah dimana terjadinya kecanggungan saat bertemu dengan pasangan. Sepuluh tahun tinggal berjauhan, tidak pernah bertemu, dan tidak adanya komunikasi tatap muka, membuat hubungan Marsha dan Bryan mengalami kecanggungan.
“Ya waktu jemput di bandara agak canggung, Gladys gitu juga merasa asing. Ngomongnya nggak lancar seperti di telepon, ketemu langsung jadi grogi, ya kayak gitu. Tapi kebanyakan dia yang tanya, ai njawab, dia tanya ai njawab. Karna ya itu apa lama nggak ketemu ya.”
Marsha mengakui bahwa canggung terus bukanlah hal yang baik. Untuk itu harus segera dicari penyelesaiannya. Sehingga baik Marsha maupun Bryan berusaha keras menghabiskan banyak waktu bersama seperti keluar bersama. Pada awal-awal kedatangannya, Bryan sendiri jarang menghabiskan waktu bersama teman-teman dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga terlebih dahulu. Bryan sendiri mengakui bahwa keluarga adalah prioritas utamanya.
“Yaa yaa makanya itu. Dia kan sering di rumahya ngobrol-ngobrol bareng. Terus kalau pergi selalu bertiga, sama-sama. Ya dia pokoknya kalau bisa itu. Kalau bisa waktunya untuk keluarga, dia jarang keluar sama temen-temennya. Dia tipenya memang suka di rumah dari pada jalan-jalan.”
Bukan hanya sebatas menghabiskan waktu bersama saja, Marsha dan Bryan juga mulai memperbaiki exceptional emotional satu sama lain. Sudah terbiasa tinggal di negara yang memiliki perbedaan waktu ekstrim juga menjadi masalah terutama saat menjelang tidur.
76
Universitas Kristen Petra “Terus awal-awal tidurnya itu kan jetlag gitu ya, jadi waktu malem dia tidur ai bangun. Jadi ai ya terganggu juga. Jadi dia bangun ya nonton Tvnya di luar. Ya dia ya apa ya ai ya nggak isa tidur.
“Iya. Yang kemarin itu pulang dari Turki ya gitu juga, kan beda 6 jam to tapi ya lumayan ya gitu juga dia. jadi dia belum ngantuk dia jadi nonton TV di luar. Soalnya nggak kebiasaan.”
Bagi Marsha waktu menjelang tidur adalah waktu yang terbaik untuk memulihkan hubungan terutama hubungan intim yang terjalin diantara mereka berdua. Kedua pasangan ini setuju mungkin hal ini tidak berdampak pada hubungan jangka pendek tetapi bisa berakibat buruk pada hubungan jangka panjang. Gairah merupakan hal yang abstrak dan tidak ada tolak ukur khusus untuk melihatnya. Tanpa terasa gairah satu sama lainh bisa padam dan membuka celah untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.
“Ya gitulah. Biasanya dia sebelum tidur terus sering ajak ngobrol lalu lebih bicara yang saying-sayang gitu terus ya seperti itu. Yang jelas usaha untuk mendekatkan diri lebih intim dan dalam.”
Tidak hanya ketertarikan secara fisik jasmani saja, kedua pasangan ini juga terus bersama memiliki kerinduan yang kuat dalam segi spiritual. Marsha meyakini jika keduanya dekat dengan Tuhan, hubungan akan berjalan dengan semakin baik. Karena itu selain usaha dari manusia, mereka melibatkan Tuhan dalam segala sesuatu. Marsha sering mengajak Bryan untuk berdoa dan pergi gereja ersama untuk menguatkan iman mereka terhadap godaan yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari orag lain.
“Iya makanya itu. Nggk usah yang jauh ya, yang deket aja yang tiap hari ketemu aja bisa lo mau berbuat yak an bisa, nggk usah yang jauh, apalagi yang jauh tapi kita punya iman yang kuat yah kita serahkan sama Tuhan.Jadi Tuhan yang bantu untuk tahan hawa nafsu dan keinginan-keinginan yang bukan pada tempatnya.”
77
Universitas Kristen Petra “iya, puji Tuhan lah. Selama dia berapa lama itu. Sampe tahun berapa ya dia pulang itu nggk ada masalah ya.”
Dengan kata lain, gairah mereka juga diletakkan di tangan Tuhan sehingga tidak ada pikiran-pikiran yang tidak patut dipikirkan. Untuk mengatasi hal itu, mereka berdua sepakat untuk menyibukkan diri dan mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang baik seperti Marsha yang memilih untuk sibuk sebagai aktivis gereja. Secara gamblang Marsha mengakui hal ini mampu mengalihkan keinginannya untuk merasakan perasaan dicintai secara langsung dan kontak fisik yang lebih mendalam.
4.3.7 Romantic Relationship dalam Dimensi Komitmen
Komitmen adalah niat untuk tetap menjalin sebuah hubungan. Komitmen sendiri terdiri dari beberapa bentuk. Bahkan terkadang, komitmen adalah dasar yang harus dilakukan dari dalam diri seseorang atau pasangan. Dalam komitmen terdiri dari enam dimensi yaitu mempersepsi masa depan yang mengntungkan, mengidentifikasi sebuah hubungan, mengamati alternatif menarik yang lebih sedikit, kemauan untuk mengerahkan usaha dalam menajlin hubungan, investasi lebih dalam sebuah hubungan , bekerja bersama dalam menghadapi masalah, dan menunjukkan komitmen.
Selain beberapa hal yang dijabarkan diatas, berbagai penelitian menunjukkan bahwa komitmen dapat ditunjukkan dengan beberapa katagori berikut yaitu memberikan kasih saying, memberikan dukungan, memelihara integritas, saling bersahabat, melakukan usaha untuk berkomunikasi, menunjukkan rasa hormat, menciptakan masa depan yang berhubungan, menciptakan atmosfer positif dalam sebuah hubungan, bekerja bersama dalam menghadapi masalah, dan menunjukkan komitmen itu sendiri.
4.3.7.1 Pasangan saling menguasahakan untuk mencapai masa depan yang lebih baik
Dimensi pertama yang dibahas dalam dimensi komitmen adalah mempersepsi masa depan yang menguntungkan. Dimensi ini secara spesifik