• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasangan memiliki usaha lebih untuk menjaga kualitas komunikasi

Dalam dokumen 44 Universitas Kristen Petra (Halaman 39-44)

4.3.7 Romantic Relationship dalam Dimensi Komitmen

4.3.7.3 Pasangan memiliki usaha lebih untuk menjaga kualitas komunikasi

Pasangan ini juga mengakui diperlukannya usaha dalam menjalini hubungan apalagi jarak yang jauh. Bicara soal usaha, waktu dianggap paling tepat untuk mewakilinya. Waktu tersebut digunakan dan dihabiskan untuk hal-hal yang paling berkomitmen untuk dilakukan bahkan terkadang membutuhkan pengorbanan. Bagi mereka berdua, waktu berkomunikasi adalah saat-saat yang paling penting teruama pada bulan-bulan awal perpisahan mereka. Perbedaan waktu yang cukup ekstrim tidak bisa menjadi penghalang sekalipun butuh beberapa penyesuaian. Bryan sendiri sering lupa jika perbedaan waktu yang ada terpaut cukup jauh. Karena itulah tidak sadar Bryan telepon padahal di Indonesia waktu menunjukkan pukul 12 malam. Akibatnya Marsha sering mengalami sakit kepala karena terbangun di malam hari dan berlanjut hingga terkena vertigo.

“Iya. awalnya itu setiap hari, terus kemudian paling seminggu 3x gitu, sama kan ai yang bingung dia belum bisa sesuaikan waktu ya, ai malem-malem di telpon dikira dia disana pagi, jadi dia masi bingung nganu waktu, jadi ai malem-malem mesti kaget. Kan bedanya 12 jam toh.” “Iya bener. Jadi bayangin sana jam 5 pagi, sini jam 5 sore. Jadi disana 12 siang, sini 12 malem. Pas telpon itu Ai itu sering kaget dikirain ada apa. Tapi berjalannya waktu dia bisa nyesuain. Setelah berapa bulan dia nggak pernah telepon malem-malem.”

“Iya, di sana jam berapa? Jam 12 siang. Disini lho jam 12 malam. Jadi ai sampek kena vertigo. Sering vertigo.”

83

Universitas Kristen Petra “Iya. Di sana dia kan kerjanya pagi, kadang malem juga ada kerja gitu lembur”

Sekalipun waktu yang berbeda jauh dan sering mengalami sakit kepala, hal ini tidak membuat Marsha menyerah dalam menjalin komunikasi. Marsha sering mengingatkan Bryan mengenai perbedaan waktu yang ada. Di pihak Bryan, dia selalu berusaha mengingat dan menghitung perbedaan waktu sebelum menelepon. Walaupun sering lupa, hal ini tidak dijadikan masalah besar bagi mereka berdua karena saat komunikasi termasuk waktu yang berkualitas bagi kedua pasangan ini. Selain itu, rindu yang tak terbendung atau terlalu bersemangat untuk menceritakan sesuatu menjadi alasan utama Bryan yang sering lupa pada waktu.

Tidak berhenti pada titik saling pengertian saja, Marsha dan Bryan harus melakukan investasi baik waktu, tenaga, dan hal lain demi menjaga hubungan keduanya agar tetap baik. Jelas kedua pasangan itu tidak bisa melakukan komunikasi tatap muka. Sebagian besar komunikasi melalui via telepon dimana untuk melakukannya butuh usaha dan biaya yang tidak murah. Karena itu sebagian besar selalu Bryan yang telepon terlebih dahulu karena biayanya lebih murah. Hari Minggu dipilih sebagai waktu komunikasi yang paling intens karena di tempat Bryan setiap hari Minggu biaya telepon lebih murah bahkan gratis.

“Ya smsnya nggk sih. Ehh kalau sms biasa paling cuma 1000 mungkin ya jaman dulu. Kebanyakan susuk yang telpon ke saya. Ai kalo telepon ke sana kan mahal, kalo dari sana kan nggak. Apalagi kalo minggu itu katanya free di sana.

“ Iya nggk bayar, jadi telepon sepuasnya nggk bayar”

Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul, kedua pasangan ini lebih suka menggunakan telepon dari pada via chat atau sms. Bagi Marsha, teks bisa multitafsir. Dia lebih suka langsung telepon untuk menghindari asumsi pribadi dan meminimalisir segala bentuk miskomunikasi.

84

Universitas Kristen Petra “Karena kan jaraknya jauh. Jadi ngomongnya nggak seperti kita ngomong bener-bener. Ya lewat telepon sih tapi telepon kan nggak enak. Nggak leluasa. Nggak sebebas seperti tatap muka. Jadi kadang ya mau video call tapi sinyalnya ini susah. Apalagi daerah Citraland gini. Kalau sudah gitu juga ini loh kuotanya sering habis kan. “

“Ai kalau sms itu kayaknya nggak enak gitulo. Enak langsung telpon langsung ngomong. Gara-gara itu susuknya harus lebih sering teleponj ai. Nah akhirnya susuknya juga jarang sms.”

“Oh ya langsung. Kan signalnya di rumah jelek. Jadi kalau kadang nggak diangkat dia biasaya sms “telepon kok nggak diangkat?” gitu. Terus ai bilang “Oh iya di charge, atau oh iya lagi jalan-jalan. Kalau pas jalan-jalan gitu kan nggak mungkin ya. Kadang ai bilang signalnya. Terus ya akhirnya ai keluar gitu. Di Citraland kan susah sinyal. Kadang ya capek kalau mesti keluar terus. Makanya kadang ya bolak balik ganti provider.”

Marsha dan Bryan menyadari bahwa rasa curiga adalah gerbang awal hancurnya sebuah komitmen. Untuk itu segala sesuatu harus dipastikan terlebih dahulu. Bukan dengan persepsi atau asumsi sendrii tetapi dengan kenyataan yang ada. Untuk itu sebelum melakukan komitmen harus dilandasi dengan pengenalan yang baik satu sama lain dan saling percaya. Hal ini tidak mudah. Mereka berdua harus membangun semuanya sejak awal pacaran.

“Oh nggak ada. Nggak ada janjian sih. Cuman mungkin ya anu ya dari sendiri. Memang sudah jodohnya kali ya. Walaupun ya apa gitu ya tetep bertahan. Terus waktu pacaran ya sudah anu itu apa kenal baik. Ya pas lima tahun itu sudah tau baik jeleknya semua. Dipakai buat saling kenal terus ya intropeksi diri.”

“Ya nggak gampang. Apalagi kalau bicara soal mau ai sama mau dia kan beda. Terus dari kecil semuanya beda kan nggak isa sama. itulah makanya kita harus itu intorpeksi diri.”

85

Universitas Kristen Petra Marsha mengaku sejak awal pacaran tidak ada perjanjian khusus mengenai hal ini. Semua berjalan secara alami dan berawal dari diri pribadi dengan cara intropeksi diri. Saling pengertian adalah kunci untuk menjalin komitmen tetap utuh. Jika ada salah satu diantara mereka yang melupakannya atau membuat pasangannya sedih, memaafkan adalah jalan yang dipilih. Marsha lebih memilih untuk banyak bersabar dan menerima. Baginya, pilihannya lima tahun yang lalu tidak akan mengubah apapun. Pilihan hanya bisa dilakukan sekali dan apapun yang terjadi Marsha bertekad untuk menerima keadaan suaminya beserta kelebihan dan kekurangannya. Termasuk kekurangan yang sangat mengganggunya sekalipun. Hal ini jugalah yang membuat mereka berdua bertahan sekalipun dua orang teman yang sama-sama pergi ke Amerika waktu itu memutuskan untuk bercerai.

“Iya he‟eh. Jadi kan sudah tahu gimana orangnya kan ya itu nggak mungkin lah, semua itu manusia ya manusia itu kan nggak ada yang sempurna tapi kalau kita serahkan kita tetep perlu kepercayaan. Kita percaya, dia percaya. Memang banyak temen-temennya yang 2 itu akhirnya sama istrinya cerai. Yang satu nggk cerai cuma renggang, terus yang laki di sana juga ada simpanan gitu.”

Bukan hanya investasi dalam bentuk yang sudah dijabarkan diatas, beberapa kali Bryan harus memberikan waktu bersama teman-temannya dan memilih untuk berdiam di kamar hanya demi mendengar kata-kata romantis dari istrinya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Marsha. Bagi mereka ini merupakan investasi jangka panjang.

“Orang melihat mungkin sederhana ya. Karena oh kok Cuma telepon. Tapi bagi kami hal ini tak ternilai. Bayangkan harus melewatkan apa ya istilahnya ya waktu refreshing ya hanya untuk telepon ai. Bagi saya mungkin hasilnya ngga terlalu terasa sekarang tapi itu baik untuk ke depan.”

“Iya dong. Kalau lagi marah atau nggak enak, ingat perjuangannya sampai seperti itu membuat marah itu bisa hilang”

86

Universitas Kristen Petra Bryan juga berusaha berhemat, mengeluarkan uang seperlunya untuk membeli barang yang diinginkan istri dan anaknya. Semua hal ini dilakukan agar rasa sayang yang tidak bisa terungkap karena bentangan jarak yang memisahkan bisa tersalurkan saat nanti mereka bertemu.

Bagi Marsha dan Bryan yang tinggal berjauhan, cara mengungkapkan kasih sayang mereka adalah dengan berusaha perhatian dan tanggap memenuhi kebutuhan satu sama lain. Contohnya dalam hal kesehatan dan obat-obatan. Ada beberapa tipe obat yang tidak dijual di Amerika maupun di Turki. Bryan sendiri tipe orang yang susah untuk beralih ke merk obat tertentu. Karena itu cara satu-satunya adalah dengan mengirimkan obat-obatan dari Indonesia.

Tidak hanya obat-obatan saja, Bryan seringkali mengirimkan barang-barang untuk anak dan istrinya. Di tempat negara Bryan bekerja, barang-barang-barang-barang yang dijual jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia apalagi mendekati hari natal atau pergantian musim. Cara inilah yang digunkan Bryan untuk mengungkapkan perasaan sayang kepada keluarga.

Sekalipun sibuk tenggelam dalam kegiatan masing-masing, kedua pasangan ini tidk pernah lupa hari ulang tahun masing-masing. Biasanya Bryan akan memberi selamat melalui sms atau menyempatkan diri telepon dan memberikan kado untuk anak dan istrinya. Meski demikian tidak dapat dipungkiri jika terkadang salah satu diantara mereka lupa mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi hal itu tidak mau dipermasalahkan agar tidak ribut pada akhirnya. Mereka berdua mempunyai cara yang unik untuk mengingatklan pasangan jika ada hari tertentu yang mereka lupakan.

“Oh anu sering lupa hehhee. Sering lupa sih. Cuma kalau ulang tahunnya ehhhh. Sering lupa ya. Kalau ulang tahun ai atau anak gitu masih inget. Tapi kalau ulang tahun kayak perkawinan gitu dia lupa.”

“Nggak. Nggak masalah sih ai. Biasanya ya nanti sms.”

“Dulu awal-awalnya masih di Amerika itu dia awalnya kirim boneka Barbie. Nah Gladys itu kan suka. Kan seneng. Terus setelah itu sudah

87

Universitas Kristen Petra umur berapa gitu nggak. Paling ya kirim kartu ucapan aja. Atau ai lagi kepingin apa gitu ya dia nanti kirim pas ulang tahun sebagai hadiah” “Iya. Kalau dia tau ai kepengennya apa terus lagi ada disana ya dia belikan. Dia orangnya baik ngga pelit.”

Jika lagi di Indonesia, hari-hari penting seperti ini dimanfaatkan untuk merekatkan kembali hubungan yang renggang dengan cara pergi menghabiskan waktu bersama di luar. Atau terkadang makan di rumah dan mengundang saudara-saudara untuk datang.

“Iya. Paling ya keluar makan gitu. Kalau nggak ya undang saudara-saudara ke rumah. Yang penting kumpul-kumpul”

Dalam dokumen 44 Universitas Kristen Petra (Halaman 39-44)