• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KEPENTINGAN AKTOR SOSIAL TERHADAP KONVERSI

5.4 Kepentingan Masyarakat

5.4 Kepentingan Masyarakat

Aktor masyarakat adalah masyarakat pemilik lahan sawah yang sawahnya digunakan untuk pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan dan petani yang menggarap lahan sawah. Pemilik lahan sawah yang lahannya dikonversikan untuk pembangunan terminal ini merupakan masyarakat yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai pedagang. Pemilik tanah yang lahannya dikonversikan terdiri dari sepuluh orang, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Lahan Pribadi yang Terkonversi Menurut Nama Pemilik dan Pekerjaan di Desa Kertawangunan

No. Nama Pekerjaan Luas Lahan

Terkonversi (m2) 1. DD Pedagang 3.720 2. TMD Pedagang/Petani 3.500 3. UJ Pedagang 1.505 4. AL (Alm) Pensiunan 2.340 5. MSD (Alm) Pedagang/Petani 1.820 6. STJ Pedagang 4.600 7. JNL (Alm) Pedagang 700 8. SPD Wiraswasta 1.400 9. SHJ Pensiunan 1.300 10. MMN Wiraswasta 840  

  Pemilik lahan pada dasarnya tidak memiliki keinginan untuk menjual tanah tersebut. Tanah yang mereka miliki sebagian besar dikelola dengan sistem bagi hasil dengan petani. Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik lahan dan petani adalah sistem maro. Tanah milik mereka kemudian dijual karena penawaran harga yang sesuai dengan kesepakatan antara pemilik tanah dengan pemerintah daerah.

Tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan diberikan penawaran harga dua kali lipat dari harga pasaran oleh pemerintah daerah. Harga lahan yang lebih tinggi ini menyebabkan ketertarikan pemilik lahan untuk menjual lahannya kepada pemerintah daerah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu ERN menantu dari Bapak STJ:

“tanah warisan gaduh suami abdi nu diical kanggo ngabangun terminal luasna 350 bata. Harga diicalna teh Rp 1.500.000,00/bata na. Ngical tanah teh sami-sami nguntungkeun kanggo pamarentah oge sareng anu ngicalna oge.”

“tanah warisan suami saya yang dijual untuk pembangunan terminal seluas 350 bata. Harga jualnya Rp 1.500.000,00/ bata. Menjual tanah itu sama-sama saling menguntungkan baik untuk pemerintah maupun untuk pemilik tanah.”

Alasan lain penjualan tanah yang dilakukan oleh pemilik lahan yaitu menambah modal usaha. Sebagian besar pemilik lahan sawah bermatapencaharian sebagai pedagang. Penjualan lahan memberikan keuntungan bagi pemilik lahan untuk

modal usahanya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak TMD yang pekerjaannya sebagai pedagang sekaligus petani:

“ari nikmat na mah ngagarap sawah neng, lamun dari segi keuntungan memang lebih untung icalan. Artos tina ngical tanah dianggo modal icalan ayeuna.”

“sebenarnya nikmatnya memang mengelola sawah, walaupun dari segi keuntungan lebih untung jualan. Uang hasil penjualan tanah digunakan untuk modal usaha yang sekarang dijalankan.”

Ada pula yang menggunakan uang hasil menjual tanah untuk membeli tanah kembali di daerah lain. Seperti yang dilakukan oleh Bapak DD dan Bapak MMN. Bapak MMN menyatakan bahwa:

“Tanah abdi anu 50 bata upami henteu kacandak kanggo terminal moal diical, kumargi nyaah tanahna sae kanggo pertanian, tanah kualitas no.1. Artos tina hasil ngical tanah eta teh dianggo meser deui tanah di daerah nu sanes.”

“Tanah saya yang 50 bata kalau tidak terambil untuk terminal tidak akan dijual, karena sayang tanahnya bagus untuk pertanian tanah kualitas no. 1. Uang hasil menjual tanah digunakan lagi untuk membeli tanah di daerah lain.”

Hasil penjualan lahan pun ada yang dibagikan kepada keluarganya dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Keputusan dibebaskannya lahan oleh pemilik lahan untuk pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan disebabkan oleh penawaran harga yang sesuai, modal usaha, dan pemilikan lahan baru yang lebih luas di daerah lain. Harga lahan yang diperoleh pemilik lahan perorangan dan pemanfaatan hasil penjualan lahan untuk pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan dapat dilihat pada Tabel 6. Pemilik lahan perorangan yang dapat ditemui dilapangan sebanyak tujuh orang dari sepuluh orang yang lahannya digunakan untuk pembangunan terminal. Dua orang pemilik lahan sudah tidak berada di lingkungan Desa Kertawangunan yaitu AL dan UJ. Satu orang pemilik lahan lainnya telah meninggal Bapak MSD, informasinya telah di dapat dari DD yang merupakan putra Bapak MSD.

Tabel 6. Data Responden Mengenai Pekerjaan, Status Kepemilikan Tanah, Luas Tanah, Harga Tanah dan Pemanfaatan Hasil

Penjualan Tanah di Desa Kertawangunan

No. Responden Pekerjaan Status Luas tanah yang dikonversikan Harga Tanah per bata Pemanfaatan hasil penjualan 1. DD putra Bapak MSD (Alm)

Pedagang Pemilik • 200 bata

• 200 bata • Rp 1.750.000,00• Rp 1.500.000,00

Digunakan untuk modal usaha, dibagikan kepada keluarganya 2. TMD Wiraswasta, Petani Pemilik-penggarap • 50 bata • 200 bata • Rp 1.500.000,00• Rp 1.250.000,00

Membuat toko untuk usaha, modal usaha

3. ERN menantu STJ

Ibu Rumah Tangga

Pemilik • 350 bata • Rp 1.500.000,00 Digunakan untuk

membangun rumah, modal usaha 4. NN anak Bapak JNL (Alm) Buruh Bangunan

Pemilik • 40 bata • Rp 1.500.000,00 Digunakan untuk

keperluan sehari-hari

5. SPD Wiraswasta Pemilik • 100 bata • Rp 1.500.000,00 Digunakan untuk membeli

lahan di daerah lain

6. SHJ Pensiunan Pemilik • 100 bata • Rp 1.250.000,00 Dibagikan kepada

keluarganya

7. MMN Wiraswasta Pemilik • 50 bata • Rp 1.250.000,00 Digunakan untuk membeli

Dilain pihak, masyarakat bermatapencaharian sebagai petani yang mengelola lahan di lahan pemilik tidak mendapatkan keuntungan dari pembebasan lahan tersebut. Pada saat pembebasan lahan sawah terdapat suatu penolakan dari masyarakat yang bergantung hidupnya pada lahan sawah. Penolakan pembebasan lahan untuk pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan dilakukan oleh petani dan buruh karena kebutuhan mereka akan lahan garapan. Akan tetapi, petani tidak memiliki kekuasaan terhadap lahan sawah karena petani hanya menyewa dan menggarap lahan sawah bukan sebagai pemilik lahan sawah. Pembebasan lahan tersebut menyebabkan petani kehilangan lahan garapan. Secara tidak langsung, para petani menjadi kehilangan mata pencahariannya. Seperti yang diutarakan oleh Bapak BHR (petani):

“lahan nu diperyogikeun kanggo terminal teh aya kontra neng ti masyarakat, biasalah lamun pembangunan aya pro sareng kontrana. Masalahna mah kumaha kanggo kelanjutan hirup masyarakat (petani), saentos dibangun ieu terminal teh.”

“lahan yang dibutuhkan untuk terminal ada kontra dari masyarakat, bisalah kalau pembangunan ada pro dan kontranya. Masalahnya bagaimana kelanjutan hidup masyarakat (petani), setelah dibangunnya terminal.”

Bagi petani yang dibutuhkan dengan adanya pembangunan terminal ini adalah kesempatan kerja baru untuk keberlangsungan hidup mereka.

Dokumen terkait