• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 16-44

2.2 Kepribadian Big-Five

2.2.1 Definisi kepribadian big-five

Kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan Odbert pada tahun 1930-an, kemudian dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an, dan dilanjutkan oleh Tupes, Christal dan Norman pada tahun 1960-an (Feist & Feist, 2018).

Menurut Allport kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis untuk menentukan dengan cara yang khas dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan (Suryabrata, 2003). Psikofisis yang dimaksud oleh Allport bahwa kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian (Suryabrata, 2003).

Sedangkan, Menurut Feist dan Feist (2018) kepribadian merujuk pada pola trait dan karakteristik yang relatif permanen pada diri individu yang dapat memberikan konsistensi ataupun individualitas pada perilaku seorang. McCrae dan Costa (1992) juga mendefinisikan kepribadian sebagai gaya emosional, interpersonal, eksperimental, objektif, dan motivasional yang dapat menjelaskan perilaku individu dalam situasi berbeda dan bertahan lama pada diri seseorang.

Berdasarkan pengertian kepribadian di atas, kepribadian mencakup fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan yang tidak terlihat serta

kepribadian memiliki sifat menetap, yang artinya jika individu dihadapkan dalam situasi yang sama akan memunculkan sikap yang sama walaupun di tempat yng berbeda.

McCrae dan Costa (1987) kemudian mendefinisikan kepribadian sebagai suatu karakteristik seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience yang dikenal dengan five factor model kepribadian atau kepribadian big-five. Sejalan dengan definisi tersebut, Feist dan Feist (2018) juga menjelaskan bahwa kepribadian big-five adalah sebuah teori kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan suatu perilaku dengan menggunakan analisis faktor yang terdiri dari model lima faktor yaitu neuroticism, extraversion, opennes to experiences, agreeableness, dan conscientiousness. Menurut Cervone dan Pervin (2013) kepribadian big-five adalah kepribadian yang terdiri dari lima faktor yaitu neuroticism, extraversion, opennes to experiences, agreeableness, dan conscientiousness.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan, kepribadian big-five merupakan suatu teori dalam kepribadian yang terdiri dari lima trait utama yaitu neuroticism, extraversion, opennes to experiences, agreeableness, dan conscientiousness.

2.2.2 Dimensi kepribadian big-five

Seperti yang sudah dijelaskan dalam definisi kepribadian big-five sebelumnya, bahwa kepribadian big-five terdiri dari lima faktor yaitu extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience. Berikut ini adalah karakteristik pada masing-masing trait kepribadian big-five.

1. Extraversion

Extraversion menunjukkan pendekatan yang energik terhadap dunia sosial dan fisik yang mencakup sifat-sifat seperti mudah bersosialisasi, menyukai kegiatan aktivitas, asertif, dan memiliki emosi yang positif (John & Srivastava, 1999). Seseorang dengan extraversion yang tinggi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan menyenangkan (Feist & Feist, 2018). Sedangkan individu dengan extraversion rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat (Feist & Feist, 2018).

2. Agreeableness

Agreeableness merupakan mencakup sifat-sifat seperti altruisme, sikap selalu mengalah, selalu percaya dan sopan (John & Srivastava, 1999). Seseorang dengan agreeableness yang tinggi cenderung mudah percaya, ramah, murah hati, mudah menerima, selalu mengalah, tidak enak hati dan memiliki perilaku yang baik (Feist & Feist, 2018). Individu yang memiliki agreeableness yang rendah cenderung memiliki karakter yang penuh curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal dan suka mengkritik orang lain (Feist & Feist, 2018).

3. Conscientiousness

Conscientiousness diidentifikasi sebagai orang-orang yang teratur, terkontrol, terorganisir, berpikir sebelum bertindak, mengikuti norma dan aturan, ambisius, fokus pada pencapaian (John & Srivastava, 1999). Individu dengan

conscientiousness yang tinggi biasanya pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu dan mampu bertahan (Feist & Feist, 2018). Sebaliknya individu dengan conscientiousness yang rendah akan cenderung tidak teratur, ceroboh, pemalas, serta tidak memiliki tujuan dan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan (Feist & Feist, 2018).

4. Neuoroticism

Neuroticism mencakup tempremen emosi yang negatif seperti cemas, gugup, sedih dan tegang (John & Srivastava, 1999). Seseorang yang memiliki neuroticism tinggi cenderung penuh kecemasan, tempramental, mengasihani diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional dan rentan terhadap gangguan stres (Feist & Feist, 2018). Bagi individu yang memiliki neuroticism rendah biasanya tenang, tidak tempramental, puas terhadap dirinya sendiri dan tidak emosional (Feist & Feist, 2018).

5. Openness to experience

Opennes to experience menggambarkan luasnya, dalamnya, dan orisinalitas serta kompleksitasnya mental dan pengalaman kehidupan seseorang (John & Srivastava, 1999). Seseorang yang memiliki keterbukaan tinggi biasanya kreatif, imaginatif, penuh dengan rasa penasaran, cenderung terbuka dan lebih memilih pada kerbervariasian atau keberagaman (Feist & Feist, 2018). Sebaliknya, individu dengan keterbukaan yang rendah biasanya konvensional, rendah hati, konservatif, dan tidak terlalu tertarik pada sesuatu (Feist & Feist, 2018).

2.2.3 Pengukuran kepribadian big-five

Terdapat banyak alat ukur untuk mengukur kepribadian big-five yaitu sebagai berikut.

1. NEO-Personality Inventory Revised (NEO-PI-R)

Awalnya Costa dan McCrae menerbitkan skala NEO-PI dan NEO-FFI (1985, 1989) yang awalnya alat ukur ini digunakan hanya mengukut tiga faktor saja yaitu neuroticim, extraversion dan openness (Cervone & Pervin, 2013). Skala ini kemudian di revisi menjadi NEO-PI-R oleh Costa dan McCrae (1992) yang terdiri dari 240 item (Cervone & Pervin, 2013).

2. Big-five Inventory (BFI)

Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue dan Kentle (1991) terdiri dari 44 item dengan skala likert 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju). Skala ini dikembangan dengan menggunakan frasa pendek berdasarkan sifat-sifat yang dikenal sebagai tanda dari prototipikal big-five (John & Srivastava, 1999).

3. International Personality Item Pool-Five Factor Inventory (IPIP-FFI) Alat ukur big-five IPIP-FFI dikembangkan oleh Goldberg (1999) dengan 50 item dan 100 item. IPIP versi 100 item terdiri dari 20 item untuk masing-masing faktor kepribadian big-five. Pengukuran alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak akurat) sampai “5” (sangat akurat) yang masing-masing trait kepribadian terdiri dari 10 item.

4. Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP)

Mini-IPIP merupakan versi pendek dari skala IPIP-FFI 50 item milik Goldberg (1999). Skala Mini-IPIP dikembangkan oleh Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas (2006) yang terdiri dari 20 item dengan empat item pada masing-masing trait kepribadian. Pengukuran alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju). Skala ini memiliki reliabilitas internal sebesar di atas 0.60 dan menunjukkan validitas konvergen, diskriminan dan kriteria yang dapat diterima (Donnellan et al., 2006).

Dari alat ukur yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian akan menggunakan skala Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP). Hal tersebut dikarenakan skala MINI-IPIP memiliki validitas dan konsistensi internal skala yang sudah teruji secara psikometri (Donnellan et al., 2006). Selain itu, penulis juga mempertimbangkan efisiensi waktu pengisian kuesioner dengan 20 item dalam skala ini.

Dokumen terkait