• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.3 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2017:60) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Menurut Kotler & Keller (2017:128) dimensi-dimensi desain produk terbagi menjadi:

a. Mutu Kesesuaian

Mutu kesesuaian adalah tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi nya. Produk yang bagus memiliki mutu kesesuaian yang mampu memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan, dan kualitas yang bagus.

b. Tahan Lama

Daya tahan merupakan ukuran waktu operasi yang diharapkan dari suatu produk tertentu. Produk dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Dengan kata lain produk memiliki keawetan.

c. Model

Model menggambarkan seberapa jauh suatu produk tampak dan berkenan-berkenaan bagi konsumen, mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Model memberi keunggulan pada produk dan keunikan yang sulit untuk ditiru.

d. Tahan Uji

Adalah ukuran kemungkinan bahwa suatu produk tidak akan berfungsi salah satu atau rusak dalam suatu periode waktu tertentu. Pembeli rela membayar lebih untuk produk dengan reputasi reliabilitas yang lebih tinggi yang meliputi produk tidak mudah rusak, menghindari biaya karena kerusakan, dan waktu untuk reparasi.

Menurut Kotler (2018:234), indikator layanan purna jual adalah sebagai berikut:

a. Garansi, ditunjukkan untuk meyakinkan pelanggan bahwa produk dalam keadaan baik atau bebas dari kerusakan, akibat dari ketidaktelitian pengerjaan atau penggunaan material yang kurang baik yang berlaku untuk jangka waktu tertentu.

b. Pelayanan pemeliharaan diperlukan apabila suatu produk memiliki masa konsumsi yang lama dan memerlukan perawatan yang teratur agar dapat

selalu berfungsi dengan baik.

c. Pelayanan Perbaikan, melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada produk tersebut selama pemakaian.

d. Fasilitas dan Perlengkapan (suku cadang), merupakan saran untuk melakukan layanan purna jual. Peralatan dan perlengkapan yang canggih akan dapat menentukan kelancaran pelayanan petugas dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan produk yang dibeli pelanggan.

Menurut Kotler & Armstrong (2018:155) mengemukakan keputusan pembelian memiliki dimensi sebagai berikut:

a. Pilihan Produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berniat membeli sebuah produk serta alternative yang mereka pertimbangkan.

b. Pilihan Merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli setiap mereka memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

c. Pilihan Penyalur

Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan dalam belanja, keluasan tempat dan lain-lain.

d. Waktu Pembelian

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda. Misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua minggu sekali dan lain sebagainya.

e. Jumlah Pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelanjakan pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.

f. Metode Pembayaran

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan keputusan menggunakan produk atau jasa. Saat ini keputusan pembelian dipengaruhi oleh tidak hanya aspek lingkungan dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian.

Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka pemikiran untuk penelitian ini, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis (2022) 2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan hanya berdasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2018:63). Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya serta kerangka, hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini yaitu:

a. Desain Produk memiliki pengaruh terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki di Kabupaten Bekasi secara parsial.

b. Layanan Purna Jual memiliki pengaruh terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki di Kabupaten Bekasi secara parsial.

c. Desain Produk dan Layanan Purna Jual memiliki pengaruh terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki di Kabupaten Bekasi secara

simultan.

2.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian menjelasakan mengenai batasan dan cakupan untuk menjaga konsistensi tujuan penelitian, sehingga masalah yang di hadapi tidak meluas dan pembahasan lebih terpusat. Batasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu:

1) Variabel bebas (independent variabel) yaitu Desain Produk (X1) dan Layanan Purna Jual (X2).

2) Variabel terikat (dependent variabel) yaitu Keputusan Pembelian (Y) b. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi, dengan objek penelitian yaitu pengguna sepeda motor.

c. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2022.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:2) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui Pengaruh Desain Produk dan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Suzuki Di Kabupaten Bekasi, maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai satu bentuk penelitian ilmiah yang mengkaji satu permasalahan dari suatu fenomena, serta melihat kemungkinan kaitan atau hubungan-hubungan antara variabel dalam permasalahan yang ditetapkan. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mendapatkan penjelasan tentang besarnya kebermaknaan dalam model yang dihipotesiskan sebagai jawaban atau masalah yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2018:51)

Penelitian ini mengunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang luas (Sugiyono, 2018:141). Metode ini bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan karakteristik dari fenomena.

3.2 Operasionalisasi Variabel dan Skala Pengukuran 3.2.1 Operasional Variabel

Variabel merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi maupun kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk 50 dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Berikut ini adalah variabel dalam penelitian ini, yaitu:

a. Variabel bebas (independent variabel)

Menurut Sugiyono (2018:153) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Pada penelitian ini variabel independen adalah Desain Produk (X1) dan Layanan Purna Jual (X2).

b. Variabel terikat (dependent variabel)

Menurut Sugiyono (2018:153) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini variabel dependen adalah Keputusan Pembelian (Y).

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Item Skala

Desain Produk

Tingkat dimana desain produk dan karakteristik operasinya mendekati standar sasaran. diharapkan dari suatu produk tertentu. tampak dan berkenan berkenaan bagi konsumen

Ukuran kemungkinan bahwa suatu produk tidak akan

Untuk meyakinkan pelanggan bahwa produk dalam keadaan baik atau bebas dari kerusakan

Ketelitian Diperlukan apabila suatu produk memiliki masa konsumsi yang lama dan memerlukan perawatan yang teratur agar dapat selalu

(Sambungan)

garansi, jasa reparasi, latihan tenaga profesional dan cara penggunaannya serta

Merupakan saran untuk melakukan layanan purna jual. Peralatan dan perlengkapan yang canggih akan dapat menentukan kelancaran pelayanan petugas dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan produk yang dibeli pelanggan. terjadi pada konsumen dalam mempelajari, memahami, mengkaji serta mendapatkan informasi terkait suatu produk tertentu

Pilihan Produk

Konsumen dapat

mengambil keputusan untuk membeli sebuah

produk atau

(Sambungan)

3.2.2 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang telah digunakan sebagai dasar untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif Sugiyono (2018: 167).

Menurut Sekaran & Bougie dalam (Sugiyono, 2018:177) skala pengukuran adalah suatu alat ataupun suatu mekanisme yang dipakai untuk membedakan variabel satu dengan lainnya dalam suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan skala ordinal dengan menggunakan metode Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Penelitian ini menggunakan 5 skala, penggunaan 5 skala Likert menurut Susanty dalam (Sugiyono, 2018:178), akan memberikan hasil yang lebih reliabel karena menghilangkan poin tengah atau netral. Berikut adalah skala yang dipakai:

Tabel 3.2 Skala Likert

Keterangan Nilai

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Tidak Setuju (TS) 2

Netral (N) 3

Setuju (S) 4

Sangat Setuju (SS) 5

Sumber: Sugiyono (2018:177) 3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Sumber : Sugiyono (2018)

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dihasilkan kesimpulannya (Sugiyono, 2018:115). Dilihat dari jumlahnya, populasi dapat menjadi dua bagian, yaitu:

a. Populasi yang jumlahnya terhingga atau terbatas, yakni populasi yang memiliki sumber-sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.

b. Populasi yang jumlahnya tak terhingga, yakni populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna sepeda motor Suzuki yang tidak diketahui jumlah pastinya di Kabupaten Bekasi.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2018:81). Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu

menghasilkan kesimpulan yang dapat di generalisasikan terhadap populasi yang ada pada penelitian. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang di pilih menjadi sampel (Sugiyono, 2018:120).

Penulis menggunakan teknik sampling purposive yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu, yang bertujuan untuk menghasilkan sampel yang secara logis dapat dianggap mewakili populasi.

Teknik ini digunakan karena topik yang diteliti adalah mengenai keputusan pembelian sebagai pengendara sepeda motor, jadi responden dari penelitian ini adalah siapapunpengendara sepeda motor di Kabupaten Bekasi.

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat ketelitian yang dipilih oleh penulis yaitu 10%, tingkat kepercayaan 95% memberi arti bahwa membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini 95%. Sehingga diperoleh Z = 1,96.

Tingkat kesalahan ditentukan sebesar 5%. Kuesioner benar (diterima) atau salah (ditolak) masing-masing adalah 0,5. Penelitian ini menggunakan rumus menurut Lemeshow, maka diperoleh sampel minimum yaitu:

n = (𝑍𝑎/2)

2𝑝.𝑞 𝑒2

𝑛 ≥[1,96]2. 0,5. 0,5 0,12 𝑛 ≥ [3,8416].0,25

0,01 𝑛 ≥ 96,04 = 97 Keterangan :

n = Jumlah sample minimum Z = Nilai distribusi normal α = Tingkat signifikasi (0,95)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diperoleh sampel minimum sebesar 97 responden, tetapi pada penelitian ini penulis membulatkan menjadi 100 responden untuk mengurangi kesalahan dalam pengisian kuisoner.

e = Tingkat kesalahan (0,05)

p = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar q = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap salah

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Menurut Agung dan Zarah dalam (Indrawati, 2017:78) Data primer adalah adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama.

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil pengolahan kuesioner. Menurut Sekaran & Bougie dalam (Indrawati, 2017:130), data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh langsung dari tangan pertama oleh peneliti terkait dengan variabel ketertarikan untuk tujuan tertentu dari sebuah studi. Data primer pada penelitian ini berupa hasil kuesioner dan pengolahan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini kuesioner berupa google form yang akan disebarkan melalui beberapa grup line kepada responden yang berstatus Masyarakat Kabupaten Bekasi yang mengendarai sepeda motor. Dalam segi cara ataupun teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2017:142).

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil, yang selanjutnya disebut wawancara. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2017:137).

3.5.2 Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2017:137), sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Dalam hal ini data sekunder yang penulis dapatkan berdasarkan dokumen kantor, jurnal internasional, jurnal nasional, skripsi atau tesis, buku, artikel serta karya ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2017:177) bahwa validitas merupakan derajat kesesuaian antara data yang sesuai di lapangan dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Sehingga data yang valid adalah data yang sama antara yang dilaporkan peneliti dengan data yang terdapat dilapangan. Uji validitas diketahui dengan cara menghitung korelasi (r) antara data pada masing-masing pernyataan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment pearson sebagai berikut:

Keterangan:

r = koefisien korelasi n = Jumlah responden X = Skor total koresponden Y = Skor total pernyataan

Menurut Ghozali (2016:52-53), uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner, kuesioner dikatakan valid apabila pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut).

Untuk menentukan valid atau tidak dapat diukur dengan membandingkan nilai r tabel dan r hitung. Jika nilai r hitung > r tabel dapat dikatakan bahwa pernyataan kuesioner valid, sedangkan apabila nilai r hitung < r tabel maka dapat dikatakan bahwa pernyataan kuesioner tidak valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017:177), Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Pengujian terhadap reliabilitas ditunjukan dalam memastikan bahwa responden benar-benar konsisten terhadap jawaban yang telah diisi dalam kuesioner, variabel kuesioner dianggap reliabel jika nilai koefisien

∑x = Jumlah skor dalam distribusi X

∑y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑x2 = Jumlah kuadrat masing-masing X

∑y2 = Jumlah kuadrat masing-masing Y

reliabilitas cronbach alpha (ɑ) lebih besar dari 0,60 dan semakin mendekati dengan angka 1,0 maka bisa diterima dan instument adalah baik. Menurut Sugiyono (2016:177), rumus cronbach alpha (ɑ), yakni sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument k = Banyaknya Butir Pertanyaan

∑σ2t = Jumlah Varian Butir

∑2t = Varian Total 3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2019:206), “statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya”. Untuk dapat mengetahui penilaian baik atau tidaknya data yang telah digambarkan, peneliti melakukan penilaian dengan memanfaatkan atau mengadopsi tabel kriteria interpretasi skor menurut Riduwan (2015:15), sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor

Presentase Kriteria Interpretasi

0-20% Sangat Tidak Baik

21-40% Tidak Baik

41-60% Cukup Baik

61-80% Baik

81-100% Sangat Baik

Sumber: Riduwan (2017:15) 3.7.2 Method of Succesive Interval (MSI)

Menurut Riduwan & Kuncoro (2017:44), “metode succesive interval digunakan agar data yang diperoleh dari hasil kuesioner dengan menggunakan skala likert (tingkat skala pengukuran ordinal) dapat diolah dengan menggunakan analisis jalur yang mensyaratkan penggunaan data interval”. Data yang didapatkan dari hasil kuesioner

yang berskala ordinal tersebut dinaikkan skala pengukurannya ke skala interval dengan menggunakan MSI.

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018:154), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji Normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan one sample kolmogorov smirnov, yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal, sedangkan jika hasil nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2018:155), suatu model regresi dapat dikatakan baik jika tidak ada korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji suatu model regresi apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen atau tidak, untuk menunjukan ada atau tidak multikolinearitas dalam model regresi dapat diketahui dari nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF terletak diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF < 1 atau > 10 maka terjadi multikolinearitas dalam model regresi.

c. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2018:134), model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara untuk menguji heteroskedastisitas, yaitu dengan metode chart atau diagram scatterplot dan uji statistik dengan menggunakan uji glejser. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode chart atau diagram scatterplot untuk menguji heteroskedastisitas melalui aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution).

3.7.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2017:275), regresi linear berganda adalah model regresi linear dengan melibatkan lebih dari satu variable bebas atau predictor. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi linier ganda dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = a + bιXι + b2X2 Keterangan :

Y = Variabel Terikat (Keputusan Pembelian) α = Konstanta

βι, β2 = Koefisien regresi Xι = Varibel bebas X2 = Variabel bebas 3.8 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk melakukan pengujian hipotesis.

a. Uji T

Menurut Ghozali (2018:97) menyatakan bahwa uji statistik t pada dasarnya memiliki fungsi untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh dari satu variabel independen atau penjelas secara parsial dalam menjelaskan variasi variabel dependen, dimana pengujian dilakukan dengan menggunakan

signifikansi level 0,05 (ɑ=5%). Hipotesis nol (H0) yang akan diuji merupakan parameter (bi) sama dengan nol, atau dirumuskan dengan H0 : bi = 0. Rumus tersebut menjelaskan apakah suatu variabel independen tidak menjadi penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau dirumuskan dengan Ha : bi ≠ 0. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat disusun melalui ketentuan berikut ini:

1) Jika nilai t hitung > nilai t tabel dengan tingkat signifikan < 0,05, maka H0 ditolak a dan Ha diterima, artinya variabel bebas berpengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel terikat.

2) Jika nilai t hitung< nilai t tabel dengan tingkat signifikan > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel bebas.

Penerimaan dan penolakan hipotesis dihitung berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t tabel yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

t tabel = df = n-k-1

Keterangan:

df = Derajat kebebasan nilai residual n = Jumlah sampel dalam penelitian

k = Jumlah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian b. Uji F

Menurut Sugiyono (2018:79) menyatakan bahwa pada dasarnya uji statistik f menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel independen. Uji f dilakukan dengan membandingkan nilai f hitung dengan f tabel dan melihat nilai signifikansi 0,05 menggunakan cara sebagai berikut:

1) Bila f hitung > f tabel atau probabilitas < nilai signifikan (sig <

0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya model penelitian dapat digunakan.

2) Bila f hitung < f tabel atau probabilitas > nilai signifikan (sig >

0,05), maka H0 diterima dan Ha diterima, artinya model penelitian tidak dapat digunakan.

Penerimaan dan penolakan hipotesis dihitung berdasarkan perbandingan nilai f hitung dan f tabel yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

f tabel = (k;n-k)

Keterangan:

k = Jumlah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian n = Jumlah sampel dalam penelitian

c. Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2016:95), dalam mengukur seberapa jauh kemampuan model untuk variabel dependen digunakan koefisien determinasi (R2), dimana nol (0) dan satu adalah nilai koefisien determinasi, nilai koefisien determinasi yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Menurut Gani dan Amalia dalam (Ghozali, 2018:103), koefisien determinasi secara statistik dapat dihitung dengan rumus:

KD = r

2

x 100%

Keterangan:

KD = Nilai Koefisien Determinasi r2 = Nilai koefisien korelasi

DAFTAR PUSTAKA

Arif, D., dkk. (2021). Pengaruh Desain Produk, Harga dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Sepatu SPECS. Jurnal Ecopreneur, 4(1), 14-26.

Arif, D., dkk. (2021). Pengaruh Desain Produk, Harga dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Sepatu SPECS. Jurnal Ecopreneur, 4(1), 14-26.

Dokumen terkait