• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Usahatani Tebu Petani Mitra PG XYZ

V . GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5.4 Keragaan Usahatani Tebu Petani Mitra PG XYZ

Sebagian besar responden skala kecil menyatakan bahwa berusahatani tebu tidak membutuhkan penanganan yang rumit. Meskipun hanya dipanen satu tahun sekali, akan tetapi bisnis tebu memiliki untung yang cukup besar dan tingkat resiko yang kecil.

Tanaman tebu (saccharum offiicinarum) merupakan tanaman tahunan sehingga hanya dipanen satu tahun sekali. Untuk tanaman tebu tahun pertama dinamakan plant cane, sedangkan tanaman tahun berikutnya dinamakan keprasan atau ratoon. Tanaman tebu memiliki umur empat tahun sehingga setiap empat tahun sekali harus dilakukan bongkar ratoon. Apabila umur tebu melebihi empat tahun, maka produksi per hektar akan semakin menurun.

Untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi perlu dilakukan program bongkar ratoon. Gerakan bongkar ratoon dilatarbelakangi oleh turunnya produksi gula nasional serta program akselerasi dari pemerintah dalam menunjang program swasembada gula pada tahun 2008.

Namun demikian, bongkar ratoon membutuhkan modal yang besar. Kegiatan bongkar ratoon meliputi pembukaan dan pengolahan tanah, penanaman serta sarana bibit. Kegiatan ini tidak dilakukan untuk tebu ratoon. Pemerintah turut membantu modal petani dengan menyediakan pinjaman dana dengan suku bunga nol persen.

5.4.1 Pembukaan Lahan

Untuk menanam tebu diawali dengan membuka lahan serta menentukan tingkat kemiringan lahan. Hal ini berguna untuk menciptakan pola tanam serta saluran air.

Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1000 m2. Parit membujur, melintang dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan. Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.

Bibit yang ditanam dapat berupa bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan, dan bibit siwilan. Bibit pucuk diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah ruas yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Biaya bibit ini lebih murah, mudah diangkut, dan pertumbuhannya tidak membutuhkan banyak air. Bibit batang muda atau bibit mentah berasal dari tanaman yang berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan tiga stek. Dalam satu hektar tanaman kebun bibit muda dapat digunakan untuk keperluan 10 hektar. Bibit rayungan diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akarnya belum keluar, sedangkan bibit siwilan diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Bibit unggul yang digunakan PG XYZ adalah PS-86, PS-85, PS-92, dan BL-86.

5.4.2 Teknik Penanaman

Pada umumnya, tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus atau pada akhir musim hujan. Penanaman tebu dapat dibagi dua cara, yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara aluran, bibit diletakkan sepanjang aluran dan ditutup tanah setebal 2-3 cm kemudian disiram. Cara ini banyak dilakukan padap lahan reynoso. Cara

kedua, bibit diletakkan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm dan bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan.

Setelah bibit ditanam, pekerjaan berikunya adalah pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah ZA dengan dosis 8 kuintal per hektar, SP-36 2 kuintal per hektar, dan KCl 2 kuintal per hektar. Untuk satu minggu setelah tanam (pupuk I) diberikan 4 kuintal per hektar pupuk ZA dan 2 kuintal per hektar pupuk SP-36. sebulan kemudian (pupuk II) diberikan 4 kuintal per hektar ZA dan 2 kuintal per hektar pupuk KCl. Penyiangan terhadap gulma juga dilakukan tergantung dari pertumbuhan gulma.

Setelah empat bulan, daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun kering dan menghindari kebakaran. Pekerjaan ini biasa disebut klentek atau perempalan. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh dengan baik dibuang. Perempalan berikutnya dilakukan setelah tebu berumur 6-7 bulan.

Tanaman tebu membutuhkan air pada saat masa pertumbuhan vegetatif dan waktu tanam. Hal ini dapat dilakukan dengan membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam dan air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

5.4.3 Panen

Setelah tebu memenuhi timgkat kemasakan, maka akan dilakukan pengolahan panen. Umur panen tebu bergantung dari varietas tebu. Varietas genjah masak optimal pada kisaran kurang dari 12 bulan, varietas sedang masak optimal pada 12-14 bulan, sedangkan varietas dalam masak optimal pada kisaran diatas 14 bulan. PG XYZ melakukan puncak giling pada bulan Agustus pada saat rendemen maksimal dicapai.

Cara memanen tebu masih menggunakan alat tradisional dan jasa tenaga buruh tani dengan bantuan cangkul dan arit. Langkah awal tanah di sekitar rumpun tebu dicangkul sedalam 20 cm. Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan tiga ruas dari pangkal batang dan pucuknya dibuang. Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) dengan menggunakan daun tebu sebagai talinya. Tebu tanaman pertama yang sudah ditebang akan dilakukan pengeprasan untuk tanaman kedua pada tahun berikutnya. Untuk menyelesaikan pekerjaan pengeprasan diperlukan 10-14 orang per hektar.

Biaya tebang akan meningkat, bilamana musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan truk pengangkut tebu tidak dapat memasuki lahan petani tebu sehingga buruh tebang harus berjalan jauh dari lahan milik petani ke truk pengangkut tebu.

5.4.4 Pasca Panen

Tebu yang sudah ditebang dan diikat akan segera dimasukkan ke dalam PG untuk digiling. Biaya angkut tergantung dari jarak kebun petani tebu terhadap PG.

Syarat batang tebu yang baik agar memiliki rendemen yang baik adalah tidak mengandung pucuk tebu, bersih dari kotoran seperti tanah atau daun kering, dan berumur maksimun 36 jam setelah tebang. Dengan demikian, tebu yang digiling harus memenuhi syarat manis, bersih, dan segar untuk mendapatkan rendemen yang optimal.

Tebu yang tidak memenuhi standar tingkat kemasakan, akan ditolak oleh PG. Hal ini perlu pula tingkat pengambilan sampel yang cermat dan teliti sehingga tebu yang diambil dapat mewakili keseluruhan tebu yang diangkut. Tingkat kemasakan juga

mempengaruhi rendemen. Tingkat kemasakan merupakan salah satu komponen awal dari menghitung rendemen sementara.