• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari kajian teori dapat disusun kerangka berpikir yang dapat digunakan untuk memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang muncul :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar.

Karakteristik materi Kingdom Fungi adalah materi yang sebagian bersifat konkrit dan sebagian bersifat abstrak. Kongkrit disini sebagian jamur yang berukuran makroskopis sering kita jumpai di lingkungan sekitar, tetapi ada sebagian lagi yang berukuran mikroskopis dan tidak dapat diamati langsung di lingkungan sekitar peserta didik. Untuk mempelajarinya maka guru menghadirkan beberapa contoh yang dapat mewakilinya dalam bentuk benda asli, gambar dari

commit to user

buku atau animasi. Dengan demikian peserta didik telah memiliki bekal untuk membentuk konsep materi tentang fungi untuk belajar dengan metode pembelajaran inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kelebihan dimana peserta didik dapat mengembangkan penguasaan ketrampilan proses sainsnya dan dapat memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk membangun atau menemukan konsep materi. Disamping itu dengan metode inkuiri terbimbing juga mampu membangkitkan motivasi belajar, memperkuat, dan menambah kepercayaan pada diri peserta didik. Sedangkan metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi juga memiliki kelebihan dalam hal mendorong mereka untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, membangkitkan minat untuk berpikir inklusif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik, serta membangun situasi proses belajar mengajar yang lebih menantang.

Seperti halnya pendapat Piaget yang dikutip oleh Bambang Sumintono (http://padepokanguru.org/2011/06/06/teori-belajar-dari-perspektif-konstruktivis/) bahwa “ tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi aksi atau pola pikir yang membuat peserta didik secara mental mencerminkan “berpikir mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi peserta didik berusaha memahami hal yang baru dengan mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru. Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau

commit to user

dengan melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru karena memang diperlukan (akomodasi).” Menurut Piaget belajar terjadi karena peserta didik memang mengkonstruksi pengetahuan secara aktif dan ini diperkuat bila peserta didik mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang akan dipelajari. Di sini gurulah yang berperan sebagai kontrol untuk mendampingi kegiatan belajarnya.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menduga bahwa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing peserta didik akan lebih berhasil dalam mempelajari materi kingdom fungi. Karena selama peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui kegiatan inkuiri terdapat guru yang berperan sebagai kontrol terhadap pemilihan materi yang dipelajari, sehingga dalam proses pembelajaran biologi dengan materi kingdom fungi menjadi lebih terarah sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2. Pengaruh tinggi - rendahnya ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi.

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa ada beberapa alasan perlunya penerapan pendekatan ketrampilan proses (sains) dalam

pembelajaran, antara lain perkembangan ilmu pengetahuan yang

berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik. Juga pendapat para ahli psikologi bahwa anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya

commit to user

penemuan konsep melalui perlakuan fisik, pengamatan benda-benda yang benar-benar nyata. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya pengembangan konsep tidak lepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik.

Ketrampilan proses sains melibatkan beberapa ketrampilan seperti kognitif atau intelektual, manual dan proses sosial. Ketrampilan kognitif atau intelektual yaitu ketrampilan peserta didik dalam menggunakan pikirannya. Ketrampilan manual yaitu penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dan dengan ketrampilan sosial mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Tinggi-rendahnya ketrampilan proses sains diduga akan

berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran sains. Peserta didik dengan ketrampilan proses sains tinggi akan lebih mudah dalam memahami konsep materi karena mereka dapat

melibatkan pikiran/ intelektualnya, mampu menggunakan alat untuk

membantu membangun pengetahuannya dan memiliki ketrampilan sosial untuk berdiskusi dengan teman-temannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Uzer Usman (1995:42) dalam Singgih Trihastuti (2008: makalah), bahwa

pendekatan ketrampilan proses (sains) merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri peserta didik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Piaget bahwa

commit to user

pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang melainkan melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa

jauh mereka aktif dalam memanipulasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan uaraian diatas adalah metode inkuiri dimana dalam metode ini terdapat langkah-langkah yang dapat memandu peserta didik untuk membangun pengetahuannya secara aktif dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

3. Pengaruh motivasi belajar tinggi-rendah terhadap prestasi belajar.

Berbagai pakar yang diperkuat oleh beberapa temuan dari berbagai penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara kinerja dan prestasi. Demikian juga dalam belajar, prestasi belajar peserta didik berhubungan dengan kinerja belajarnya. Karena kinerja belajar berkorelasi dengan motivasi belajar. Sedangkan kinerja belajar berkorelasi juga dengan prestasi belajar, maka prestasi belajar secara tidak langsung berkorelasi pula dengan prestasi belajar peserta didik. (Abdorrakhman Gintings, 2008 : 87).Berdasarkan uarain diatas jelas bahwa terdapat pengaruh atau hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

Motivasi belajar merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal dan eksternal. Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran, salah satunya adalah motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi dapat dibedakan motivasi intrinsik dan ekstrinsik). Bersifat internal bila motivasi tersebut berasal dari dalam dirinya

commit to user

sendiri dengan kesadaran akan manfaat materi pelajaran tersebut. Sedangkan bersifat eksternal bila motivasi tersebut berasal dari luar diri peserta didik. Faktor luar dapat berupa lingkungan belajar, model pembelajaran, guru atau teman belajarnya.

Model Pembelajaran Kuantum yang didefinisikan sebagai interaksi – interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, diharapkan dapat berperan sebagai motivasi yang bersifat eksternal bagi peserta didik. Dengan model pembelajaran kuantum maka suasana belajar akan lebih menyenangkan bagi peserta didik, sehingga motivasi belajar dapat ditingkatkan. Dalam jurnal

(http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-

inquiry.html) disebutkan bahwapembelajaran discovery-inquiry siswa

dirancang untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga diharapkan dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsik siswa karena siswa merasa puas atas hasil dari penemuan mereka”. Dengan demikian motivasi belajar tinggi diduga akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada yang motivasi belajar rendah. Dengan motivasi belajar biologi yang tinggi peserta didik akan tergerak untuk mempelajari materi pelajaran biologi dan menikmati kegiatan belajar tersebut.

4. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar ter- hadap prestasi belajar.

commit to user

merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi suasana belajar, sehingga hal ini akan berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik yang tentunya juga akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah akan terbantu dengan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat mereka merasa nyaman dalam lingkungan belajarnya. Demikian juga metode pembelajaran inkuiri yang melibatkan peran aktif peserta didik diharapkan mereka tidak merasa bosan serta akan mendapatkan kepuasan bila mereka dapat membangun konsep materi secara mandiri.

5. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode Inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa model dan metode pembelajaran merupakan faktor eksternal yang berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik, karena model dan metode pembelajaran memberikan suasana belajar yang nyaman yang dapat membangkitkan motivasi belajar. Dalam hubungannya dengan ketrampilan proses sains dapat dijelaskan sebagai berikut : Joko Sutrisno, 2010 dalam http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_ content&task=view&id=353&Itemid=435. menyebutkan bahwa “Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains membantu perkembangan scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif“. Dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman peseta didik terhadap

commit to user

konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam dirinya. Ketrampilan proses sains adalah suatu pendekatan atau cara yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan penyusunan atau penemuan konsep secara mandiri. Oleh sebab itu dapat diduga bahwa dengan bekal tingkat ketrampilan proses yang tinggi peserta didik akan dapat menemukan konsep materi tentang kingdom fungi secara lebih mendalam melalui pembelajaran inkuiri.

6. Interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi.

Ketrampilan proses sains merupakan kegiatan yang berupa keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dengan kegiatan ini peserta didik dapat memanfaatkan seluruh indra dan fisiknya dalam proses pembelajaran, sehingga akan membangkitkan rasa ingin tahu yang lebih besar. Dengan rasa keingin tahuan yang besar tersebut peserta didik akan merasa nyaman berada dalam lingkungan belajar. Dengan demikian diduga ada interaksi antara ketrampilan proses sains dengan motivasi belajar peserta didik.

7. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum, metode inkuiri, ketrampilan proses sains dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar.

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa motivasi belajar dapat internal dan eksternal. Motivasi belajar bersifat internal bila berasal dari dalam diri individu tersebut karena kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan bersifat eksternal bila motivasi belajar tersebut terbentuk karena faktor luar antara lain lingkungan belajarnya. Model pembelajaran kuantum merupakan sarana

commit to user

untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan, sedangkan ketrampilan proses sains merupakan praktik nyata dari metode inkuiri yang juga dapat memacu motivasi belajar peserta didik. Berdasarkan alasan diatas diduga terdapat interaksi antara model, metode pembelajaran, motivasi belajar dan ketrampilan proses saian peserta didik dalam peningkatan prestasi belajarnya.

Dokumen terkait