• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Landasan Teori

6. Ketrampilan Proses Sains

commit to user

lampiran dan dalam bab pokok – pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan dengan pendekatan ketrampilan proses. Begitu juga kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Atas menekankan penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan demikian, jelas bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA. Sudah sewajarnya apabila ketrampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) Guru IPA pada jenjang pendidikan manapun.

Aspek produk dan proses yang terdapat dalam kurikulum 2006 tampak terinci dan lebih jelas. Hal itu dimaksudkan agar para guru sebagai pelaksana di lapangan dapat lebih memahami dan menerjemahkannya ke dalam rencana atau persiapan mengajar mereka. Garis besar dan ringkasan perbandingan aspek produk dan proses kurikulum 1984 hingga kurikulum KTSP dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Perbandingan kurikulum 1984, 1994 dan KTSP untuk IPA

GBPP ASPEK

Kurikulum 1984 Kurikulum 1994 Kurikulum

2006/KTSP Konsep dan Proses Terdapat dalam satu tujuan kurikuler

Terdapat dalam satu tujuan kurikuler dan setiap TPU

Terdapat dalam Standar Kompetensi

Konsep Lebel konsep

berupa pokok- pokok bahasan Terjabar berupa ”working definition” Terjabar dalam Kompetensi Dasar Proses Ketrampilan proses (KP) sebagai penjabaran metode ilmiah KP tercermin dalam bulatan (alternative pembelajaran sebagai contoh) KP dijabarkan dalam indicator Pendekatan Konsep, ketrampilan Konsep, PKP, lingkungan, (STM), Konsep, PKP, lingkungan, (STM),

commit to user proses (PKP),

lingkungan, terpadu /PKG

Penemuan Penemuan

(Keterangan : hasil analisis dan rangkuman Nuryani Rustaman, 2000) Namun kenyataanya yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang belum melaksanakannya. Ketrampilan proses baru dikenal secara harfiah, belum dikuasai oleh para calon guru, guru maupun dosen LPTK. Hal itu diduga karena adanya pendapat bahwa dengan menguasai konsep –konsep IPA, segalanya menjadi beres. Ketrampilan proses tidak dirasa perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA dilapangan. Soal – soal EBTANAS / UAN hampir tidak pernah memunculkan soal – soal yang mengukur ketrampilan proses.

Pendekatan ketrampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan

atau anutan pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial,

dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri peserta didik. Pendekatan ketrampilan proses sains lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.

Menurut Dimyati dan Mujiono ( 2002;138) dalam Singgih

Trihastuti (2008: makalah), yang diambil dari pendapat Funk (1985), bahwa : 1. Pendekatan ketrampilan proses dapat mengembangkan hakekat

ilmu pengetahuan peserta didik. Peserta didik terdorong untuk

memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; 2. Pembelajaran melalui ketrampilan proses akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja

commit to user

mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; 3. Ketrampilan proses dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar proses dan sekaligus produk dari ilmu pengetahuan. Dari uaraian diatas nampak bahwa dengan penerapan ketrampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental intelektual peserta didik. Disamping itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Uzer Usman (1995:42) dalam Singgih Trihastuti (2008: makalah), bahwa pendekatan ketrampilan proses (sains) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri peserta didik.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan

pendekatan ketrampilan proses (sains) dalam kehidupan sehari-hari.

Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik. Kedua, para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan fisik, pengamatan benda-benda yang benar-benar nyata. Ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar, penemuan bersifat relatif. Keempat, dalam proses belajar

commit to user

mengajar seharusnya pengembangan konsep tidak lepas dari

pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik. Konsep di satu pihak serta sikap dilain pihak harus saling terkait.

Ketrampilan proses melibatkan beberapa ketrampilan seperti kognitif atau intelektual, manual dan proses sosial. Ketrampilan kognitif atau intelektual terlihat karena dengan melakukan ketrampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Ketrampilan manual jelas terlihat dalam ketrampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan ketrampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Nuryani Y. Rustaman (___: 95), SAPA (Science A Process Approach), pendekatan ketrampilan sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan proses dalam membentuk konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya , sedangkan jenis-jenis ketrampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah – pisah bergantung

metode yang digunakan. Umumnya dalam mendemonstrasikan dapat

dikembangkan ketrampilan proses tertentu (observasi, interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep). Dengan demikian dalam penilaian KPS tidak selalu semua aspek menjadi subjek penilaian sehingga dapat dikembangkan pendekatan KPS yang sesuai dengan materi atau topik pembelajaran.

commit to user

Ketrampilan proses terdiri atas sejumlah ketrampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing – masing ketrampilan proses tersebut. 1) Melakukan pengamatan (observasi); Menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba pada waktu mengamati ciri-ciri semut, capung, kupu-kupu, dan hewan lain yang termasuk serangga merupakan kegiatan yang sangat dituntut dalam belajar IPA. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk ketrampilan proses mengamati. 2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi); Mencatat setiap hasil pengamatan tentang fermentasi secara terpisah antara hasil utama dan hasil sampingan termasuk menafsirkan atau interpretasi. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan tentang bentuk alat gerak dengan habitatnya menunjukkan bahwa siswa melakukan interpretasi. Begitu pula jika siswa menemukan pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan tentang jenis-jenis makanan berbagai burung, misalnya semua bergizi tinggi, dan

menyimpulkan bahwa makanan bergizi diperlukan oleh burung. 3)

Mengelompokkan (Klasifikasi); Penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-cirinya. Dengan demikian dalam proses pengelompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, membandingkan ciri-ciri, mencari kesamaan. 4) Meramalkan (prediksi); Ketrampilan meramalkan atau prediksi mencakup ketrampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.

Memperkirakan bahwa besok matahari akan terbit dari timur merupakan contoh prediksi. 5) Berkomunikasi; Membaca grafik, tabel dan diagram dari hasil

commit to user

percobaan tentang faktor –faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau pernapasan termasuk berkomunikasi dalam pembelajaran IPA. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Selain itu termasuk kedalam berkomunikasi juga adalah menjelaskan hasil percobaan misalnya mempertelakan atau memberikan tahap-tahap perkembangan daun termasuk menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. 6) Berhipotesis; Hipotesis menyatakan hubungan anatara dua variable atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya. 7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan; Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk kedalam ketrampilan proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembaran kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variable atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan tentang pengaruh pupuk terhadap laju pertumbuhan tanaman termasuk kegiatan merancang penyelidikan. Selanjutnya menentukan variable control dan variable bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan penyelidikan. 8) Menerapkan konsep atau prinsip; Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru (misal banjir) dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki (erosi dan pengangkutan air), berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa

commit to user

menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. 9) Mengajukan pertanyaan; Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan dapat menunjukkan bahwa siswa ingin mengetahui, berfikir, menggunakan pemikiran untuk menguji atau memeriksanya. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pemikiran.

Ketrampilan intelektual dan ketrampilan fisik diperlukan ketika peserta didik berupaya untuk menerapkan gagasan mereka pada situasi baru. Ternyata hal ini perlu didukung oleh guru, atau guru berperan dalam mengembangkan ketrampilan proses peserta didik. Dalam mengembangkan ketrampilan proses peran guru dapat dibahas secara umum, maupun secara khusus. Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu peserta didik mengembangkan ketrampilan proses sains. Menurut Harlen (1992) dalam artikel Singgih Tri H. sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan ketrampilan proses. Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Pengalaman langsung tersebut memungkinkan peserta didik untuk menggunakan alat – alat inderanya dalam mengumpulkan informasi atau bukti – bukti untuk kemudian ditindak lanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan yang ada. Kedua, memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok – kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang agar mereka berbagi gagasan, menyimak teman lain, menjelaskan dan mempertahankan gagasannya, sehingga mereka belajar berfikir

commit to user

reflektif tentang hal-hal yang sudah dilakukannya, menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak untuk menyiapkan dasar berfikir untuk bertindak.

Ketiga, mendengarkan pembicaraan peserta didik dan mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Keempat, mendorong peserta didik mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan. Selama dan setelah menyelesaikan percobaan, mereka seyogianya mendiskusikan bagian – bagian atau keseluruhan penyelidikan. Mereka juga hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternative untuk meningkatkan kegiatan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengenali ketrampilan-ketrampilan yang perlu ditingkatkan. Kelima, memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan ketrampilan khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam berkomunikasi. Begitu pula dalam penggunaan alat, karena mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tidak sama dengan menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti memerlukan pengetahuan bagaimana cara bertanya yang baik.

Sedangkan peran guru secara khusus dilakukan bila seorang guru akan mengembangkan ketrampilan proses tertentu, hendaknya dia memperhatikan syarat-syarat tertentu dan menyiapkan kondisi yang diperlukan untuk itu. Sebagai contoh, membantu menggunakan ketrampilan observasi. Kesempatan untuk menggunakan alat- alat indera untuk memperoleh fakta dari obyek atau fenomena

commit to user

dijajagi. Sangatlah baik apabila menggunakan obyek untuk memulai topik baru beberapa saat sebelumya untuk meningkatkan minat peserta didik. Selanjutnya dapat ditampilkan contoh-contoh lainya agar peserta didik, dapat menangkap esensi dari sejumlah objek yang ditampilkan. Memang untuk mengembangkan ketrampilan observasi diperlukan waktu lebih banyak dari pada ketrampilan proses lainya.

Namun tidak semua observasi perlu dilakukan didalam kelas. Persiapan yang direncanakan dengan baik untuk melakukan ekspedisi (observasi diluar kelas, diluar jam pelajaran) juga memungkinkan kegiatan yang kaya dengan observasi. Memberikan lembar pengamatan yang sudah dirancang dengan mempertimbangkan aspek – aspek penting yang harus diamati sangat membantu guru dan peserta didik untuk mengungkap hasil pengamatan mereka.

Ketrampilan klasifikasi merupakan ketrampilan “beyond observation”. Seperti dalam mempersiapkan ketrampilan observasi, guru juga perlu menyiapkan beragam objek yang perlu diobservasi sebagai persiapan, mengembangkan ketrampilan klasifikasi. Berdasarkan hasil observasi, ditentukan ciri tertentu yang diamati yang akan digunakan sebagai dasar klasifikasi. Setelah itu barulah dilakukan pemilahan anggota (objek) yang memiliki ciri tersebut dan tidak. Untuk itu perlu disiapkan format lembar kerja yang berisi aspek-aspek tersebut (ciri yang teramati, ya, tidak) dalam bentuk matriks.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

ketrampilan proses adalah suatu pendekatan atau cara yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan penyusunan atau penemuan konsep

commit to user

secara mandiri. Pendekatan ketrampilan proses ini bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan dalam situasi yang tepat mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Pendekatan ketrampilan proses sains juga merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat mata pelajaran biologi, yang mengutamakan keaktifan peserta didik untuk menemukan/ membangun

konsep-konsep biologi dengan menghubungkan pengalaman yang

diperoleh dan dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait