commit to user
PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI
TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI
DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
MOTIVASI BELAJAR
( Studi Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Jamur Kelas X
Semester 1 SMA Negeri 8 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Biologi
Oleh : Boedhi Rahajoe NIM : S831002010
PROGRAM PASCASARJANA
commit to user
SURAT PERNYATAAN
Dengan puji syukur kepada Allah SWT., yang bertanda tangan di bawah ini
saya :
Nama : BOEDHI RAHAJOE
NIM : S831002010
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul :
“PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI
TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI
KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR” ( Studi
Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Jamur Kelas X Semester 1 SMA
Negeri 8 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011), adalah benar-benar karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh.
Surakarta, Juli 2011
Yang Membuat Pernyataan,
BOEDHI RAHAJOE
NIM. S831002010
commit to user
MOTTO
“Kesakitan adalah guru terbaik dalam kehidupan ..., kesakitan mengajar kita
menghargai masa-masa senang dan masa-masa susah. Kesakitan memberi kita
pengalaman yang mampu mematangkan fikiran, dan kesakitan juga mengajar kita
menjaga kewarasan akal fikiran.
“Hidup sekali, hiduplah yang berarti”.
commit to user
PERSEMBAHAN
“Teriring doa dan syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Almarhum kedua orang tuaku, Ibu mertuaku,
Suamiku tercinta, Anak-anakku,
Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan
yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam menggapai cita-citaku”
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas
berkat limpahan rahmadNya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
(tesis) dengan judul “Pembelajaran Kuantum dengan Metode Inkuiri Terbimbing
dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Ketrampilan Proses Sains dan
Motivasi Belajar” Studi kasus Pembelajaran Biologi untuk meningkatkan Prestasi
Belajar Materi Jamur pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Kediri Tahun Pelajaran
2010/2011. Laporan tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Magister Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta Jurusan Pendidikan Sains.
Penyelesaian laporan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan terima kasih dan
pengharagaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang
telah memberikan bantuan fasilitas, sarana dan prasarana demi kelancaran
dalam menempuh pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas
Maret Surakarta .
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains dan juga sebagai pembimbing I dalam penelitian ini yang telah
memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penyusunan
tesis ini.
3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis ini,
commit to user
viii
penulis mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.
4. Dra. Suparmi, Ph. D, selaku sekretaris Program Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak
memberikan arahan pada awal penyususnan tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS
Surakarta yang telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan
keilmuan .
6. Baidowi, S. Pd. I, suami tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil serta motivasi dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
7. Semua teman seangkatan Pendidikan Sains Biologi angkatan Februari 2010
yang selalu memberi motivasi dan bantuan informasi baik lisan maupun buku
selama penyelesaian laporan ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.
Semoga budi baik Bapak/Ibu sekalian bermanfaat bagi penulis dan
Bapak/Ibu sekalian mendapat limpahan rahmad dari Alloh SWT. Akhirnya tiada
gading yang tak retak, penulis sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu bimbingan dan masukan dari semua pihak terutama dosen
pembimbing, sangat penulis harapkan demi keberhasilan penelitian kami
selanjutnya.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
commit to user
x
A. Landasan Teori ……….
1. Pengertian Belajar-Mengajar ………..………..
2. Teori-teori Belajar …………..………
3. Model Pembelajaran Kuantum ………..
4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ………
5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified
Free Inquiry) ………..
6. Ketrampilan Proses Sains ………
7. Motivasi Belajar …………..………
B. Penelitian yang Relevan …….……….…...
commit to user
xi
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………..………
B. Metode Penelitian ………
C. Variabel Penelitian ……….. …..……….
D. Definisi Operasional ………
1. Hasil Belajar ……….
2. Model Pembelajaran Kuantum ………...
3. Metode Pembelajaran Inkuiri ……….
commit to user
xii
b. Uji Lanjut Anava ……….
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ………
1. Data Prestasi Belajar ……….
2. Data Motivasi Belajar ………...
3. Data Ketrampilan Proses Sains ……….
B. Uji Prasarat Analisis ………...
1.Uji Normalitas ………
2. Uji Homogenitas ………...
C. Pengujian Hipotesis (ANAVA) ……….
1.Uji Anava ………..
2. Uji Lanjut Anava ……….
D. Pembahasan Hasil analisis ……….
E. Keterbatasan Penelitian ……….
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
commit to user
Nilai rata-rata UAN biologi SMAN 8 Kediri Tahun 2007 – 2010….
Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri ………
Perbandingan Metode Inkuiri Terbimbing dengan Metode Inkuiri
Bebas Termodifikasi ………..
Perbandingan Kurikulum 1984 – 2006 ………..
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………..
Desain Penelitian ………. ………
Interpretasi Validitas Soal ………..
Hasil Uji Validitas Instrument Prestasi Belajar dan Angket
Motivasi Belajar ……….
Interpretasi Reliabilitas Soal ………..
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
dan Angket Motivasi Belajar ……….
Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal Prestasi Belajar ………...
Rangkuman Indeks Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif...
Interpretasi Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif ……
.Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda nstrumen Penilaian Kognitif.
Deskripsi Data Ranah Kognitif Dalam Metode Pembelajaran ……..
Deskripsi Data Hasil Belajar Model Kuantum dengan Metode
Inkuiri Terbimbing ………
Deskripsi Data Hasil Belajar Model Kuantum dengan Metode
commit to user
Rerata prestasi belajar dengan motivasi belajar ………
Deskripsi data motivasi belajar ………
Deskripsi data rerata motivasi belajar………...
Distribusi data prestasi belajar dengan motivasi belajar tinggi …….
Distribusi data prestasi belajar dengan motivasi belajar rendah …..
Deskripsi data Ketrampilan Proses Sains ……….
Distribusi data prestasi belajar dengan KPS tinggi ………..
Distribusi data prestasi belajar dengan KPS rendah .………..
Deskripsi data aspek psikomotor ……….
Hasil uji normalitas metode inkuiri ………
Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar …
Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari KPS …………. …
Hasil uji homogenitas ………
Hasil uji anava ………..
Interaksi Motivasi dengan metode terhadap prestasi belajar …….
Interaksi KPS dengan metode ………
commit to user
Pembentukan Tunas pada yeast (Saccharomyces) ………
Struktur Anatomi Lichenes ………. .
Histogram Prestasi Belajar dengan metode inkuiri terbimbing …
Histogram Prestasi Belajar dengan metode inkuiri bebas
termodifikasi ………
Histogram Motivasi Belajar ………
Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar …………..
Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar tinggi …..
Histogram Ketrampilan Proses Sains ……….
Histogram Ketrampilan Proses Sains tinggi ………
Histogram Ketrampilan Proses Sains rendah ……….
Grafik interaksi antara motivasi dengan metode pembelajaran ..
Grafik interaksi antara KPS dengan metode pembelajaran ……
commit to user
a. RPP Model Kuantum Dengan Metode Inkuiri Terbimbing……..
b. RPP Model Kuantum Dengan Metode Inkuiri Bebas
Termodifikasi ………..
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ………. ...
Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif ……….
Soal-soal Tes Kemampuan Kognitif …..………..
Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif ……….
Lembar Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif ………..
Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ..……….
Soal Angket motivasi belajar………...……….
Lembar Jawab Angket………..
Kisi-kisi Lembar Observasi KPS ……….
Lembar Observasi KPS ……… …...
Kisi-kisi Lembar Pengamatan Afektif .………
Tabel Penilaian / Lembar Observasi Afektif ………. ….
Uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes
prestasi belajar ……….
Uji validitas, reliabilitas angket Motivasi Belajar ………
Data Induk Kelas Metode Inkuiri Terbimbing ……….
commit to user 19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Foto kelas Metode Inkuiri Terbimbing ………
Foto kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ……….
Data Normalitas dan Homogenitas Tes Prestasi Belajar ………….
Data Normalitas dan Homogenitas Angket Motivasi Belajar ……..
Data Normalitas dan Homogenitas Lembar Observasi KPS ………
Data Uji Lanjut ……….
Hasil Try Out ………
Jawaban Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ……….
Jawaban Angket Motivasi Belajar ………
Hasil Penilaian KPS ……….
Daftar Hadir Peserta Didik ………...
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen
Penelitian ………..
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :
“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”
Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 merupakan
penjabaran Undang-Undang tersebut yang dituangkan dalam bentuk Standar Isi
(SI) dan meliputi komponen : (1) Standar Kompetensi (SK), yaitu ukuran
kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap
tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. (2) Kompetensi Dasar (KD), berupa
penjabaran dari Standar Kompetensi (SK) yang cakupan materinya lebih sempit
dibanding dengan SK (Standar Kompetensi).
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa Pendidikan Nasional diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan (baik kognitif maupun psikomotorik) peserta
didik dan membentuk watak /sikap (afektif) yang bertanggung jawab, yang
pelaksanaannya dikelola oleh masing-masing satuan pendidikan dengan standar
batasan minimal yang dituangkan dalam SKL ( Standar Kompetensi Lulusan).
Kemampuan (kognitif dan psikomotor) yang dimiliki peserta didik dicirikan
dengan pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan modal utama untuk
commit to user
bersaing ditingkat regional, nasional dan global. Oleh sebab itu tiap Satuan
Pendidikan, mulai Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Menengah dituntut untuk
melakukan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum sesuai dengan potensi
daerahnya masing-masing. Dengan demikian hasil dari pendidikan tersebut
diharapkan lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi ilmu
(kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan mempunyai watak yang bertanggung
jawab dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa (aspek afektif). Sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut diharapkan nantinya dapat mengelola dan
mengembangkan potensi daerah yang ada dengan bijaksana.
Pembelajaran sains salah satu tujuannya adalah untuk membantu agar
peserta didik dapat menguasai pengetahuan tentang keteraturan sains dalam
bentuk fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi sains. Karena
dengan menguasai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi ini diharapkan
peserta didik mampu memahami fenomena alam yang ada disekitarnya
(Her:awati, 2004). Fakta adalah informasi nyata seperti pemberian label,
penggambaran sederhana atau kejadian-kejadian. Fakta dapat diperoleh secara
langsung dengan menggunakan panca indera kita maupun melalui pengalaman
orang lain. Fakta merupakan informasi yang sangat diperlukan untuk membentuk
bagian utama keteraturan sains yang disebut konsep atau generalisasi. Tanpa
adanya sejumlah fakta yang mencukupi sangat sulit bagi peserta didik untuk
melihat adanya keteraturan alam. Hal tersebut dapat menyebabkan konsep dan
generalisasi menjadi sebuah hafalan yang tidak bermakna dan tidak memiliki
commit to user
dibentuk untuk menyederhanakan lingkungan di sekitar kita. Konsep dapat
dibentuk dengan menggolongkan hasil-hasil pengamatan dalam suatu katagori
tertentu. Konsep disebut sebagai abstraksi karena menyatakan proses abstrak
(penggambaran) pada berbagai pengalaman aktual kita. Konsep tersusun sebagai
penggambaran mental atas pengalaman yang kita amati.
Generalisasi atau hukum/ prinsip adalah suatu cara menyimpulkan
pengalaman-pengalaman aktual kita dengan cara menghubungkan satu konsep
dengan konsep yang lain. Generalisasi memuat informasi yang lebih banyak dan
lebih akurat. Karena generalisasi mengandung beberapa konsep dan fakta, maka
generalisasi memungkinkan kita memprediksi kejadian-kejadian. Hal ini sangat
penting dalam pendidikan sains karena tidak hanya berkonsentrasi pada apa yang
dapat dilakukan peserta didik sekarang tetapi juga sesuatu yang dapat dilakukan
mereka di masa yang akan datang. Pemahaman terhadap generalisasi sains juga
memungkinkan untuk mengontrol alam sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Sebagai guru sains, agar dapat membantu peserta didik dalam belajar sains
harus dapat merangsang mereka berfikir, melakukan kegiatan fisik/ keterampilan
proses yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran,
mengembangkan bahasa dan sosialisasi. Guru dapat merangsang kemampuan
berfikir peserta didik dengan melalui kegiatan yang menggunakan indera mereka.
Sedangkan kegiatan fisik/ keterampilan proses yang dapat dilakukan peserta didik
meliputi praktikum/eksperimen atau observasi. Pengembangan ketrampilan
berbahasa dalam belajar Sains dapat dilakukan dengan mengembangkan penalaran
commit to user
hasil observasi. Dan dalam mengembangkan keterampilan sosial peserta didik,
Sains memberikan kesempatan yang sangat besar untuk bekerja sama dan
mengembangkan hubungan sosial melalui kegiatan kelompok atau proyek. Semua
proses kegiatan belajar tersebut telah terangkum dalam metode pembelajaran
Inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wayne Welch dalam artikel oleh Singgih
Trihastuti (2008) yang menyatakan bahwa teknik-teknik yang diperlukan dalam
pembelajaran Sains sama dengan teknik untuk penyelidikan ilmiah. Metode
ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri. Dengan demikian inkuiri merupakan
”roh” pembelajaran Sains, dimana pelajaran sains dapat dipahami (hidup) pada
diri peserta didik bila proses pembelajarannya menggunakan metode inkuiri.
Kajian Biologi merupakan cara mempelajari gejala alam melalui proses
dan sikap ilmiah tertentu untuk memperoleh penemuan-penemuan baru yang
berupa fakta atau teori yang disebut sebagai produk ilmiah (Herawati, 2000:1.3).
Oleh sebab itu dalam mempelajari materi biologi harus dapat menumbuhkan sikap
ilmiah, melalui langkah-langkah metode ilimiah (proses) dan melatih peserta didik
untuk membangun konsep (produk ilmiah) sesuai dengan pengalamannya.
Karakterisitik materi pelajaran Biologi cenderung berupa konsep, fakta yang
kadang letaknya jauh dari lingkungan sekitar peserta didik, atau bahkan
kadang-kadang bersifat abstrak karena tidak dapat diamati secara langsung. Peran guru
adalah membimbing peserta didik untuk membangun konsep sesuai dengan
pengalaman belajar yang diperoleh, sehingga konsep tersebut dapat tertanam
dalam memori peserta didik dalam waktu yang lama atau menjadi pengalaman
commit to user
Oleh sebab itu proses pembelajaran Biologi akan lebih bermakna apabila
menggunakan objek-objek yang dapat diamati baik melalui gambar/charta,
gambar animasi ataupun pengamatan objek secara langsung. Objek-objek yang
dapat diamati dalam proses pembelajaran merupakan media pembelajaran,
sedangkan kegiatan pengamatan merupakan proses belajar, yang dapat
memunculkan berbagai fenomena yang menarik perhatian peserta didik.
Fenomena-fenomena yang ditangkap dan diindera oleh peserta didik dari efek
penggunaan media akan memunculkan keingintahuan yang berkaitan dengan
topik yang dipelajari. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta
didik dan meningkatkan ketrampilan proses sainsnya.
Pembelajaran sains dalam penilaiannya perlu dilakukan secara autentik.
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran
perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Bila data dan informasi yang dikumpulkan guru menunjukkan bahwa peserta
didik mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil
tindakan yang tepat agar peserta didik dapat terbebas dari masalah tersebut.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan dalam proses
pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode
pembelajaran saja, tetapi dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran sains seharusnya ditekankan pada upaya membantu
commit to user
informasi yang diperoleh peserta didik diakhir periode pembelajaran. Guru yang
ingin mengetahui perkembangan belajar sains peserta didiknya harus
mengumpulkan data dari kegiatan nyata para peserta didik saat bekerja ilmiah,
bukan hanya dari tes tulis saja. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan kinerja
(performance) yang diperoleh peserta didik. Penilai bisa dari guru, teman atau
orang lain.
Kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya di
SMA Negeri 8 Kediri, penilaian oleh guru ditekankan hanya pada aspek kognitif
saja (hasil tes akhir pembelajaran), penilaian psikomotorik diambil dari keikut
sertaan dalam kegiatan praktik di laboratorium, dan penilaian afektif dari presensi
(kehadiran yang mencerminkan minat/motivasi belajar peserta didik). Hal ini
menyebabkan penilaian kurang bermakna. Data dari hasil UAN mata pelajaran
Biologi dari tahun 2008 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
dan sebaran nilai UAN Biologi grafiknya tidak stabil. Rata-rata nilai, nilai
tertinggi dan terendah hasil UAN mata pelajaran biologi SMAN 8 Kediri tahun
2007 – 2010 tampak pada tabel 1.1. berikut :
Tabel : 1.1. Nilai rata-rata dan sebaran nilai UAN mata pelajaran Biologi SMA Negeri 8 Kediri dari tahun 2007 – 2010
NO TAHUN N. TERTINGGI N. TERENDAH N. RATA-RATA
1. 2007 / 2008 8,50 3,25 5.50
2. 2008 / 2009 9,25 6,25 7,25
3. 2009 /2010 9,00 5,50 7,00
Sumber : Data Kurikulum SMA Negeri 8 Kediri.
Disamping masih rendahnya sebaran nilai UAN, nilai untuk kenaikan
commit to user
peserta didik yang harus melaksanakan program remidial. Dari kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa peserta didik dan guru belum siap untuk memenuhi harapan
dari tujuan dan arah kebijakan Pendidikan Nasional, yaitu lairnya sumber daya
manusia yang berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap
ilmiahnya. Oleh sebab itu perlu pengkajian dan perubahan paradigma
pembelajaran yang dapat memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut.
Ditinjau dari cara guru dalam mengajar, guru lebih cenderung
menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu daripada
menerapkan metode pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran lebih
bermakna. Akibatnya guru cenderung mengajar dengan metode ceramah dan
latihan soal untuk persiapan UAN, sehingga peserta didik menjadi pasif dan bosan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Peranan guru sebagai pendidik dan pengajar sangat penting agar
permasalahan tersebut di atas dapat diminimalisir. Guru hendaknya dapat
menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat ikut terlibat
dalam proses belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru sangat
penting dalam membangun suasana belajar yang menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan topik materi yang akan dibahas, karena karakteristik/sifat materi pelajaran
berbeda-beda.
Strategi belajar atau disebut juga strategi kognitif merupakan alat untuk
commit to user
digunakan untuk membantu peserta didik agar ”belajar bagaimana belajar” (learn
how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan, dan mengingat kembali
keterampilan dan informasi yang telah diperoleh. Pengaruh positif strategi belajar
terhadap hasil belajar peserta didik telah ditunjukkan oleh banyak hasil
penelitian. Oleh sebab itu, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah
atau melibatkan peran guru dan peserta didik maka dikembangkan model-model
pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan dalam
pembelajaran sains, antara lain pembelajaran langsung (Direct Instruction),
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), pengajaran berdasarkan
permasalahan ( Problem Based Instruction), dan masih banyak lagi. Namun,
masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki variasi dan memerlukan
suasana atau lingkungan belajar yang sesuai. Pembelajaran Kuantum merupakan
salah satu model pembelajaran yang mengarahkan guru saat berada di kelas,
berhadapan dengan peserta didik, merencanakan pembelajaran, dan
mengevaluasinya. Pola pembelajaran kuantum terangkum dalam konsep
TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan. Hal ini sangat sesuai untuk membangkitkan minat belajar peserta didik.
Guru berperan sebagai aktor dalam kegiatan pembelajaran, yang mampu
memainkan peran berbagai gaya belajar peserta didik, mengorkestrakan kelas,
menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri
peserta didik. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia peserta didik dan ajaklah
peserta didik ke dunia guru. Dalam pembelajaran kuantum, tidak ada peserta didik
commit to user
sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru
perlu menyesuaikan dengan kondisi peserta didik dengan berpedoman pada
segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama,
akui setiap usaha yang dilakukan peserta didik, dan rayakan keberhasilannya.
Dengan pembelajaran kuantum guru diharapkan dapat membantu proses belajar
peserta didik sesuai harapan. Kelebihan model pembelajaran Kuantum ini adalah
terciptanya suasana belajar yang dapat dikondisikan senyaman mungkin, sehingga
peserta didik tidak merasa bosan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka model pembelajaran
kuantum dengan metode inkuiri perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
di SMA Negeri 8 Kediri, agar dapat meningkatkan motivasi belajar, pembentukan
konsep materi oleh peserta didik dan peningkatan prestasi belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka
permasalahan yang ada di SMAN 8 Kediri dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Secara umum hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 8 Kediri pada mata
pelajaran Biologi belum memuaskan.
2. Model pembelajaran kuantum, CTL, dan STM menekankan pada penciptaan
lingkungan belajar yang efektif dengan melibatkan interaksi peserta didik di
dalam dan di luar kelas, namun pembelajaran yang menyenangkan ini belum
banyak guru yang menerapkan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar
commit to user
metode yang dapat digunakan seperti inkuiri, discovery dan proyek.
4. Pemahaman guru Biologi tentang hakikat pembelajaran Sains Biologi masih
kurang menyeluruh, sehingga guru hanya menekankan pada produk saja,
yang seharusnya pembelajaran sains meliputi proses, produk dan sikap.
Kegiatan pembelajaran yang mencakup ketiga aspek tersebut tertuang dalam
metode inkuiri.
5. Faktor motivasi belajar, ketrampilan proses sains, sikap ilmiah, kreativitas
dan kemampuan memori peserta didik dalam pembelajaran Biologi belum
diperhatikan, padahal faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
6. Peserta didik belum dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga keterampilan proses sainsnya tidak berkembang.
7. Guru masih menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) sesuai dengan
acuan soal-soal UAN, yang seharusnya juga memperhitungkan aspek yang
lain, yaitu psikomotor dan afektif.
8. Materi pelajaran Biologi tentang protista, jamur dan keanekaragaman hayati
bersifat nyata, tetapi contoh bahannya tidak selalu ada di lingkungan peserta
didik, sehingga guru melaksanakan pembelajarannya dengan metode
ceramah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu pembatasan masalah agar
pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Adapun pembatasan
commit to user
1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah
model pembelajaran kuantum, dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri
bebas termodifikasi.
2. Motivasi belajar peserta didik dibedakan kriteria tinggi-rendah.
3. Ketrampilan proses sains dengan kriteria tinggi-rendah, yang meliputi
ketrampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), membuat
tabel perbandingan dan mengkomunikasikan.
4. Prestasi belajar biologi yang diukur adalah hasil belajar peserta didik yang
meliputi aspek kognitif melalui tes formatif setelah penelitian, aspek
psikomotor dan afektif menggunakan lembar observasi.
5. Materi pelajaran yang dibahas adalah Kingdom Fungi/ Jamur sesuai dengan
Kompetensi Dasar 2.4. Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur
berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya
bagi kehidupan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan
metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi
belajar biologi peserta didik?
2. Apakah ada pengaruh keterampilan proses sains tinggi dan rendah terhadap
commit to user
3. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi ?
4. Apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan
metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan keterampilan
proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?
5. Apakah ada interaksi antata penggunaan model pembelajaran kuantum dengan
metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar biologi ?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains
terhadap prestasi belajar biologi ?
7. Apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum
dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, motivasi
belajar dan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri
terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar biologi.
2. Pengaruh ketrampilan proses sains tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
biologi.
3. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi.
commit to user
Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri bebas termodifikasi dengan ketrampilan
proses sains terhadap prestasi belajar biologi.
5. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode
inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar biologi.
6. Interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains terhadap
prestasi belajar biologi.
7. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode
inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, ketrampilan proses sains
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum
dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap
prestasi belajar peserta didik ditinjau dari motivasi belajar dan ketrampilan
proses sainsnya.
b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didik dengan memilih metode pembelajaran yang tepat pada
commit to user
b. Memberikan masukan kepada sesama rekan guru biologi agar dapat
memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar prestasi
belajar peserta didik lebih meningkat.
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang dapat menunjang
keberhasilan belajar peserta didik.
d. Melatih peserta didik untuk memahami hakikat sains khususnya biologi
secara praktik.
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar-Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dan guru
dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Belajar merupakan proses pertumbuhan
yang dihasilkan oleh perkembangan kondisi stimulus dan respon.
Menurut Sudjana, Nana (2004: 28) :
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai akibat hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Dari pernyataan tersebut, belajar berarti usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan
kemampuan berpikir dan bernalar dalam dirinya. Untuk mencapai hasil yang
optimal, maka belajar harus dilaksanakan dengan baik.
Menurut Nana Sudjana (2004; 29), “Mengajar adalah suatu proses yakni
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan dan mendorong peserta didik
melakukan proses belajar”. Dengan demikian mengajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suatu kegiatan belajar peserta didik
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Disini guru berperan penting sebagai
koordinator dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan suatu proses
yang dilakukan oleh guru untuk mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar
commit to user
terjadi interaksi belajar mengajar yang baik antara peserta didik dengan guru
dalam rangka mencapai tujuan belajar secara optimal. Hal ini akan terwujud bila
guru dapat memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi,
situasi dan kondisi peserta didik.
Beberapa pendapat tentang prinsip-prinsip mengajar antara lain :
menurut Slameto (2003: 35), “bahwa prinsip mengajar meliputi 10 prinsip yaitu :
perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi,
sosialisasi, individualisme dan evaluasi”. Dimana uraiannya sebagai berikut: 1)
Perhatian, di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta
didik kepada pelajaran yang akan diberikan oleh guru; 2) Aktivitas, dalam proses
belajar-mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas peserta didik dalam berpikir
maupun berbuat; 3) Apersepsi, guru dalam mengajar harus dapat
menghubungkan antara materi pelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki
peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperoleh hubungan antara
pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang akan diterima;
4) Peragaan, guru diharapkan saat akan mengajar dapat menunjukkan benda yang
sebenarnya, atau bila kesulitan dapat menggunakan model, gambar atau tiruan;
5) Repetisi, bila guru menjelaskan materi perlu diulang-ulang sehingga
pengertian itu semakin jelas; 6) Konsentrasi, hubungan antara mata pelajaran
dapat diperluas sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan secara luas dan
mendalam bila pikiran peserta didik terfokus pada materi yang sedang dibahas;
7) Korelasi, hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan supaya
commit to user
anak perlu bergaul dengan temannya, dan bekerja dalam kelompok dapat
meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan masalah dan
menyimpulkan pengetahuannya sendiri secara berkelompok; 9) Individualisme,
peserta didik merupakan makhluk yang masing-masing mempunyai perbedaan,
sehingga guru harus bisa menyesuaikan dengan kemampuannya; 10) Evaluasi,
dapat menggambarkan kemajuan peserta didik dan prestasinya serta dapat
digunakan sebagai umpan balik bagi guru itu sendiri. Dengan demikian peran
guru dalam kegiatan pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya proses
pembelajaran. Untuk itu guru harus mempunyai kompetensi seperti yang tertuang
dalam kesepuluh prinsip mengajar tersebut.
2. Teori-teori Belajar
Ada beberapa teori belajar, menurut Gagne, Jerome Bruner dan Jean
Piaget, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Teori Belajar menurut Gagne
Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang memungkinkan
organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat
permanen. Jadi belajar adalah proses, dan belajar dikatakan berhasil bila terdapat
perubahan tingkah laku (Herawati, 2000:1.14). Tingkah laku hasil belajar dapat
berupa kemampuan ketrampilan proses sains, sikap ilmiah atau kematangan dalam
berfikir.
Pembelajaran yang melalui tahapan proses pembelajaran atau langkah
demi langkah, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan
commit to user
menurut Gagne adalah penekanan pada pencapaian tujuan yang telah dicanangkan
dan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Gagne beranggapan
bahwa terdapat jenjang belajar (learning hierarchi). Peserta didik akan berhasil
belajar yang kompleks bila ia telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah dan
sederhana. Penerapan teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah :
keberhasilan mempelajari sesuatu kemampuan tergantung pada ada tidaknya
kemampuan yang lebih sederhana yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab
itu belajar harus dimulai dari yang paling sederhana kemudian berangsur-angsur
ke topik yang lebih kompleks.
b. Teori Belajar menurut Bruner
Bruner menyatakan bahwa: “Proses belajar yang paling baik adalah
melalui penemuan, proses pembelajaran peserta didik tersebut akan melibatkan
tiga hal yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah: 1)
memperoleh informasi baru; 2) transformasi informasi; 3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan” (Bruner, 1973) yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar
(1989: 101). Sesuai teori ini proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika
guru memberikan kebebasan dalam mengembangkan kemampuannya diantaranya
kognitif, psikomotor dan afektifnya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan
teori tersebut adalah metode inkuiri yang mengandung langkah-langkah metode
ilmiah.
Dalam pembelajaran biologi Bruner mengemukakan bahwa
“perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yaitu : 1) Enactive
commit to user
tersebut; 2) Iconic representation, yaitu pola pikir anak bergantung pada
organisasi visual (benda-benda konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan 3)
Simbolic representation, yaitu anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang
sesuatu hal sehingga dapat mengutarakan pengalamannya dengan bahasa.
Menurut Bruner tugas orang dewasa (guru) untuk membantu mengajarkan
kesiapan anak untuk mengasah kemampuannya.
Pendapat tersebut sangat sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri
dimana peserta didik mengenali permasalahan yang sederhana kemudian belajar
merespon permasalahan tersebut (identifikasi), memanfaatkan indra sensorinya
untuk menganalisis dan menghubungkan dengan pengalaman yang pernah
diperoleh sebelumnya, kemudian mengutarakan pengalaman tersebut dalam
bentuk bahasa (pelaporan).
c. Teori Belajar menurut Piaget
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat
tahap yaitu: 1) sensory motor (0-2 tahun) selama ini anak mengenal alam dengan
indranya (sensori) dan dengan tindakannya (motor); 2) pre operational (2-7
tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi dasar matematika;
3) concrete operational (7-11 tahun), tahap ini anak mulai berpikir secara
rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak; 4)
formal operational (11 tahun ke atas), anak pada periode ini tidak perlu berpikir
dengan pertolongan benda atau peristiwa yang konkret dan sudah mempunyai
kemampuan untuk berpikir secara abstrak. (Herawati, 2000:1.14). Dengan teori
commit to user
sesuai dengan tahap usianya yaitu 15 tahun lebih, seharusnya pola berfikirnya
bersifat abstrak yang membutuhkan penalaran, sehingga materi pelajaran biologi
yang sarat dengan konsep dapat disampaikan dengan konsep penalaran.
Selanjutnya Bambang Sumintono dalam artikelnya yang berjudul “TEORI
BELAJAR DARI PERSPEKTIF KONSTRUKTIVIS”, dan dimuat dalam
http://deceng.wordpress.com/, menuliskan bahwa : Piaget juga menjelaskan bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi
aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan “berpikir
mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan
akomodasi. Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan
mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang
harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru.
Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan
menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan
melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru
karena memang diperlukan (akomodasi).
Penjelasan di atas menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman
yang dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan
konstruksi pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari
lingkungan. Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi
kemampuan kognitif dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas
lingkungan eksternalnya.
commit to user
siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu
padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang
mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa
mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah
meniadakan faktor guru dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang
terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi,
melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan
mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu
siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.
3. Model Pembelajaran Kuantum
Sekolah masa depan adalah sekolah yang ditandai dengan pola
pembelajaran yang menyenangkan, karena terdapat sebuah adigium yang
menyatakan, “belajar akan efektif, kalau ada dalam keadaan fun”. Revolusi cara
belajar mengubah segalanya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi
atmosfir pembelajaran. “Warung Jamu”, adalah sebuah kaidah yang merupakan
kepanjangan dari Waktu-Ruang-Jumlah dan Mutu. Makna Warung Jamu adalah
dimensi ukur yang harus diperhatikan, ketika seorang Guru melakukan
pembelajaran. Uraian kaidah tersebut antara lain : a). Kapan [waktu], kita
melakukan pembelajaran; b). Pada rentangan bagaimana atau pada kondisi yang
bagaimana [ruang], kita melakukan pembelajaran; c). Kuantitas audience
[jumlah]; dan d). Kulitas yang diharapkan [mutu]
Sejalan dengan kaidah tersebut, kita diingatkan pula dengan kaidah
commit to user
menjadi pengarah para guru untuk memilih strategi pembelajaran yang disingkat
EER ( Efektif – Efisien – Rasional ). Saat ini terjadi revolusi pembelajaran, yang
melahirkan banyak metode pembelajaran, namun yang perlu kita cermati adalah
berubahnya paradigma pembelajaran. Dari paradigma Teachers center atau Guru
sebagai pusat pembelajaran, atau semuanya sangat ditentukan dari atas “driver
company”, menuju pembelajaran yang memberikan ruang gerak secara utuh dan
menyeluruh pada peserta didiknya “driver customer”. Paradigma inilah yang
menuntut setiap Guru untuk cermat dalam memilih strategi dan metode
pembelajaran. Dr. Georgi Lozanov, yang dikenal sebagai bapak pembelajaran
dipercepat [accerated learning], pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen
dengan suggestology ternyata mengilhami Bobi DePorter untuk mengembangkan
strategi pembelajaran, yang mengubah cahaya menjadi energi. Pembelajaran
inilah yang disebut dengan “Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)”. Model
pembelajaran ini diadopsi dari beberapa teori, antara lain teori sugesti, teori otak
kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan
kinestetik) dan pendidikan holistic. Buah pikir ini telah sukses diterapkan di Super
Camp, lembaga kursus yang dibangun oleh de Porter. Dari penelitian yang
dilakukan untuk disertasi doktoralnya pada 1991, dengan melibatkan sekitar 6.042
responden, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis peserta didik, antara
lain peningkatan motivasi 80 %, nilai belajar 73 %, dan memperbesar keyakinan
diri 81 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Kuantum ini dapat memperbaiki kualitas pembelajaran.
commit to user Quantum yaitu : E = mc2 , dengan :
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat)
m = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
(Bobby De Porter & Mike Hernacki, 2005 : 16)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami bahwa interaksi serta proses
pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan
antusiasme belajar para peserta didik. Kata Kuantum sendiri berarti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Pembelajaran Kuantum menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan berenergi/ menyenangkan, dengan cara
mengolah unsur yang ada pada peserta didik dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila strategi ini diterapkan, maka guru akan
lebih mencintai pekerjaannya dan lebih berhasil dalam menyampaikan materi
pembelajaran serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan
berbagai strategi pembelajaran. Apalagi dalam Pembelajaran Kuantum, ada istilah
”Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia
mereka”. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan metode pembelajaran
kuantum tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari peserta didik.
Tetapi lebih dari itu, peserta didik juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik dalam pembelajaran dan ketika belajar. Selain itu,
ada beberapa prinsip Pembelajaran Kuantum, yaitu : 1). Segalanya berbicara,
lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan
commit to user
tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan; 3). Pengalaman sebelum
konsep, dari pengalaman guru dan peserta didik diperoleh banyak konsep; 4).
Akui setiap usaha, menghargai usaha peserta didik sekecil apa pun; 5). Jika layak
dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada peserta didik
yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk
tangan, berkata: bagus!, baik!, atau pemberian hadiah.
Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab,
pembelajaran Kuantum akan membantu peserta didik dalam menumbuhkan
minat belajarnya dengan semangat. Apalagi pembelajaran Kuantum juga sangat
menekankan pada pentingnya bahasa tubuh, seperti tersenyum, bahu tegak,
kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan peserta didik dan diselingi
humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki
Emotional Intelligence, yaitu kemampuan guru untuk dapat mengelola emosi.
Strategi pembelajaran kuantum diperkuat dengan pendekatan multisensori,
multi kecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan belajar yang dikenal
sebagai TANDUR :
Berikut ini adalah tinjauan sekilas mengenai TANDUR dan maknanya :
T : Tumbuhkan minat dengan memuaskan, ”Apakah Manfaatnya Bagiku”
(AMBAK).
A : Ciptakan atau datangkan pengalaman umum ( Alami ) yang dapat dimengerti
semua peserta didik.
N : Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi ( Namai ) sebagai sebuah
commit to user
D : Sediakan kesempatan bagi peserta didik untuk ”menunjukkan bahwa mereka
tahu” ( Demonstrasi pengetahuannya ).
U : Tunjukkan pada peserta didik cara-cara mengulang materi dan menegaskan,
”Aku tahu bahwa aku memang tahu tentang ini”.
R : Rayakan / pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan
ketrampilan dan ilmu pengetahuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran
kuantum, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
multisensori sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.
Jika seorang guru belum pernah sama sekali mengenal tentang
pembelajaran Kuantum, memang akan merasa kesulitan untuk melaksanakannya
dalam ruangan kelas. Hal ini wajar karena tidak semua guru mengenal tentang
pembelajaran Kuantum. Oleh karena itu disini akan diuraikan beberapa petunjuk
yang dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran Kuantum di
ruang-ruang kelas. Ada beberapa petunjuk yang dapat dimanfaatkan seorang guru
antara lain : 1). Guru wajib menjadi teladan dalam tingkah laku, misalnya jujur,
jadi pendengar yang baik dan selalu gembira ( tersenyum); 2). Guru harus dapat
membuat suasana belajar yang menyenangkan, ”learning is most effective when
it’s fun.” Kata menyenangkan / gembira disini berarti bangkitkan minat, libatkan
secara maksimal peserta didik, terciptanya makna dan pemahaman (penguasaan)
atas materi yang dipelajari serta nilai yang membahagiakan pada diri peserta
didik; 3). Ciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa
commit to user
tempat duduk, perubahan warna cat, adanya tanaman segar serta poster, slogan
atau kata mutiara yang dapat memacu semangat peserta didik; 4). Guru harus
dapat mempengaruhi suasana emosi peserta didik dengan memberikan selingan
yang dapat melepaskan stres, seperti bernyanyi bersama, outbond, permainan,
pelayanan konsultasi masalah emosional, atau makan bersama; 5). Pemutaran
musik sebagai relaksasi dalam proses pembelajaran; 6). Pemberian arahan dari
guru pada peserta didik tentang manfaat materi pelajaran, dan pemberian waktu
untuk merekam data secara menyeluruh; 7). Menerapkan 8 kata kunci keunggulan
tiap hari : Integritas, sukses, niat baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab,
luwes dan fleksibel, seimbang, tuntaskan tugas, demonstrasi / unjuk kerja.
Disamping itu, agar pembelajaran Kuantum dapat terlaksana dengan baik di
sekolah, perlu adanya dukungan dari sistem yang ada di lingkungan sekolah
tersebut. Sistem tersebut meliputi : 1). Masuk dan pulang tepat waktu; 2). Tidak
ada jam tambahan saat istirahat berlangsung; 3). Perangkat mengajar lengkap dan
ciptakan suasana belajar yang kondusif dan tenang; 4). Guru bersifat proaktif
terhadap ketertiban di lingkungan sekolah; 5). Melibatkan seluruh indera dalam
proses kegiatan pembelajaran; 6). Manfaatkan media pembelajaran seefektif
mungkin; 7). Belajar tidak harus selalu dalam ruang kelas, dapat di luar kelas; 8).
Terapkan gaya belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik; 9).
Pemberian reward atau penghargaan pada peserta didik yang telah berhasil
mengubah prilaku belajarnya menjadi lebih bermakna.
Guru harus mampu mengarahkan peserta didik ke arah
commit to user
psikomotor dan afektif. Hal ini akan dapat membantu peserta didik untuk
membangun kecerdasan otaknya agar mampu bersaing dengan peserta
didik yang lain. Oleh sebab itu suasana belajar harus selalu diperhatikan
oleh seorang guru. Karena suasana belajar akan mampu mempengaruhi
belajar anak. Suasana belajar juga melibatkan mental, fisik, emosi sosial
peserta didik secara aktif supaya mampu memberikan peluang besar bagi
peserta didik untuk mengamati, dan merekam data hasil pengamatan,
menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil
memberikan argumentasi dan sejumlah penalaran. Pada prinsipnya
pembelajaran Kuantum bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar
yang hidup, penuh semangat, suka untuk datang dan menjelajahi dunia
belajar.
4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( guided inquiry)
Metode pembelajaran inkuiri pada dasarnya sangat berkaitan dengan
discovery, karena inkuiri artinya penyelidikan sedangkan discovery adalah
penemuan. Dengan melalui penyelidikan peserta didik akhirnya dapat
memperoleh suatu penemuan. Menurut Beyer (1971,24) dalam Nuryani (2005,8)
disebutkan bahwa : “Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan proses, produk
atau pengetahuan (content, knowledge) dengan konteks dan nilai (content, values,
affective)”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah model
pembelajaran yang identik dengan hakikat pembelajaran sains itu sendiri.
Selanjutnya Revans (1983) dalam Stappenbelt (Australian journal of engineering
commit to user
of action learning (McGill & Beaty, 2002), described the process of learning in
the terms of the reflective inquiry process, where learning is the sum total of
attaining programmed knowledge and questioning of current insight. Marquardt
(1999) added a third element, reflection, to this model of learning to emphasise its
importance.” Jadi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode
pembelajaran pembelajaran aktif yang sangat penting. Untuk melaksanakan
metode pembelajaran inkuiri pada level manapun, guru perlu melakukan beberapa
langkah yaitu pembimbingan, pengarahan dan fasilitasi. Pembimbingan disini
diperlukan untuk membantu peserta didik agar proses inkuiri dapat terfokus pada
materi yang akan dibahas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri, peran
guru adalah sebagai: 1) fasilitator; 2) memberikan bimbingan kepada peserta didik
dalam menemukan masalah dan merancang pemecahannya, serta menyimpulkan
dan menganalisis data.
Menurut Bruner dalam (Ratna Wilis Dahar, 1989 :108), ” pembelajaran
discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran inkuiri”. Hal ini disebabkan
adanya strategi yang serupa, karena keduanya menekankan pentingnya proses
kognitif peserta didik dalam mengungkapkan arti sesuatu yang dijumpai di
lingkungannya. Proses pembelajaran ini sama-sama berpusat pada peserta didik
dan juga mengembangkan rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, kepuasan
dalam belajar serta pengembangan kemampuan secara maksimal.
Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang lebih
commit to user
kegiatan pembelajaran. Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang
berarti menyelidiki atau menanyakan tentang sesuatu. Tujuan penyelidikan disini
adalah upaya untuk menyelesaikan masalah. Jadi metode inkuiri adalah suatu
metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong
peserta didik untuk dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Proses mental yang dilakukan antara lain mengamati,
mengidentifikasi, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil
kesimpulan. Metode ini berusaha mengarahkan peserta didik kepada beberapa
tujuan belajar antara lain meningkatkan motivasi belajar (usaha untuk mendorong
peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar), pragmatis (usaha
mendorong peserta didik untuk mengembangkan sendiri cara/metodenya untuk
mendapatkan ilmu), dan curiosity (usaha untuk menyalurkan rasa keingintahuan
sesuatu yang baru dari peserta didik). Dengan demikian metode ini memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk berlatih mandiri.
Adapun ciri dari pembelajaran inkuiri antara lain : 1) Guru dalam
menyajikan pembelajaran tidak dalam bentuk konsep jadi, disini peserta didiklah
yang diberi kesempatan untuk menelaah, menyelidiki dan menemukan sendiri
jawabannya melalui teknik pemecahan masalah; 2) Peserta didik menemukan
masalah sendiri atau mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah;
3) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat
kemungkinannya untuk dipecahkan; 4) Peserta didik berlatih merumuskan
hipotesis, untuk mengarahkan dalam mencari data; 5) Peserta didik menyusun
commit to user
eksperimen, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 6) Peserta didik
melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk mengumpulkan data;
7) Peserta didik mengolah data serta menyusun kesimpulan.
Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan belajar mengajar dimana
dalam pemilihan masalah/ topik yang akan dipelajari ditentukan oleh
guru, tetapi dalam proses penemuan konsep dilaksanakan oleh peserta
didik dengan cara guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada
terbentuknya konsep. Langkah-langkah kegiatan inkuiri terbimbing
menurut Joyce dan Weil (2000:179) antara lain : a). Guru menyajikan
suatu polemik dan menjelaskan prosedur inquiri kepada peserta didik; b).
Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka
lihat dan alami; c). Pengumpulan data eksperimen, para peserta didik
diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d).
Memformulasikan penjelasan; e). Menganalisis proses inkuiri.
5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ( modified free inquiry)
Metode Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan
inkuiri bebas yang dalam penentuan masalahnya ditetapkan oleh guru.
Pada metode ini guru memberikan masalah melalui pengamatan,
eksplorasi atau prosedur penelitian, untuk memperoleh jawaban peserta
didik didorong untuk memecahkan masalah tersebut dalam kerja
kelompok atau individual.
Strategi penggunaan inkuiri bebas termodifikasi mempunyai
commit to user
pengumpulan data dan keterangan, maka hasilnya akan kurang
memuaskan; b. Peserta didik masih kurang mempunyai inisiatif untuk
mendapatkan data, karena kurang pengalaman dalam kegiatan
eksperimen. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu, biaya dan
tenaga yang relatif banyak.
Kelebihan penggunaan metode inkuiri bebas termodifikasi antara
lain ; a. Membantu perkembangan berfikir peserta didik, terutama dalam
hal memproses dan menentukan bermacam-macam keterangan; b. Peserta
didik memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan ide-ide yang
orisinil; c. Peserta didik terdorong untuk berpikir secara bebas dan
terbuka sehingga akan memberikan kepuasan pada dirinya sendiri; d.
Peserta didik terdorong untuk berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri.
Pada penelitian ini akan diterapkan proses pembelajaran menggunakan
metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan harapan dapat
meningkatkan ketrampilan proses sains peserta didik dan peningkatan motivasi
belajarnya. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing,
peserta didik diarahkan pada tugas pengamatan objek yang berarti membimbing
mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini berbentuk urutan
kegiatan yang dituangkan dalam LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik).
Selanjutnya peserta didik melakukan kegiatan observasi, membuat klasifikasi,
membuat pengukuran/pengelompokkan, mengorganisasi data, membuat
kesimpulan dan memprediksi hasil kegiatan selanjutnya. Penerapan metode
commit to user
Pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan ilmiah
hingga ditemukan konsep-konsep baru. Sedangkan proses pembelajaran dengan
metode inkuiri bebas termodifikasi, peserta didik diberikan suatu permasalahan
terlebih dahulu baru kemudian selanjutnya mereka diberi kesempatan yang luas
untuk memecahkan masalah tersebut dengan inisiatif sendiri dan dari bekal
pengetahuan yang pernah mereka peroleh sebelumnya.
Penggunaan metode inkuiri dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai
tujuan: 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi
atau data yang diperoleh melalui pengamatan dan proses penemuan; 2) Melatih
peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan hasil
penemuan; 3) Melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif dalam
menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui proses
penemuan.
Dari berbagai definisi dan ciri metode inkuiri diatas dapat penulis
simpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang
menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah, sehingga peserta didik
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengeksplorasi berbagai
informasi agar dapat menemukan konsep dengan didampingi oleh guru. Peran
guru dalam metode inkuiri adalah : 1) menciptakan suasana yang memberi
peluang kepada peserta didik untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi untuk
menemukan masalah dan memecahkan masalah tersebut; 2) sebagai fasilitator
commit to user
masalah; 4) membimbing penelitian, mendorong keberanian berpikir untuk
mencari alternative pemecahan masalah.
Adapun sintaks dari metode pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel
2.1. berikut :
1 Perumusan masalah Membimbing peserta
commit to user
Diadaptasi dari pendapat Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007 : 141) dan
http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html
Sedangkan perbandingan antara metode inkuiri terbimbing dan inkuiri
bebas termodifikasi dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut :
Tabel 2.2. Perbandingan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi
NO FASE-FASE INKUIRI TERBIMBING INKUIRI BEBAS
commit to user
Ada beberapa keunggulan dari metode inkuiri dalam kegiatan
belajar-mengajar antara lain: 1) peserta didik belajar bagaimana belajar (learn how to
learn); 2) belajar menghargai dirinya sendiri; 3) memotivasi diri dan lebih mudah
mentransfer; 4) memperkecil atau menghindari hafalan; 5) peserta didik lebih
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Sedangkan kekurangan metode
inkuiri antara lain: 1) lebih tergantung pada petunjuk/ bimbingan Guru; 2) butuh
penguasaan konsep lebih yang terkait dengan materi.
Menurut Roestiyah (2002 : 20-21) dalam artikel yang dimuat dalam http:/
/resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html
Model pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan:
Kelebihan model pembelajaran inquiry yaitu: a. Mampu mengembangkan
penguasaan ketrampilan untuk berkembang dan maju dengan menggunakan
potensi yang ada pada diri peserta didik itu sendiri; b. Mampu memberikan
motivasi belajar, memperkuat, dan menambah kepercayaan pada diri peserta didik
dengan proses menemukan sendiri.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran inquiry yaitu: a. Peserta
didik harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan lebih baik; b. Bila kelas terlalu besar, maka bentuk
ini akan kurang berhasil.
6. Ketrampilan Proses Sains