• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI

TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI

DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

MOTIVASI BELAJAR

( Studi Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Jamur Kelas X

Semester 1 SMA Negeri 8 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Biologi

Oleh : Boedhi Rahajoe NIM : S831002010

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

commit to user

SURAT PERNYATAAN

Dengan puji syukur kepada Allah SWT., yang bertanda tangan di bawah ini

saya :

Nama : BOEDHI RAHAJOE

NIM : S831002010

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul :

“PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI

TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI

KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR” ( Studi

Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Jamur Kelas X Semester 1 SMA

Negeri 8 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011), adalah benar-benar karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh.

Surakarta, Juli 2011

Yang Membuat Pernyataan,

BOEDHI RAHAJOE

NIM. S831002010

(5)

commit to user

MOTTO

“Kesakitan adalah guru terbaik dalam kehidupan ..., kesakitan mengajar kita

menghargai masa-masa senang dan masa-masa susah. Kesakitan memberi kita

pengalaman yang mampu mematangkan fikiran, dan kesakitan juga mengajar kita

menjaga kewarasan akal fikiran.

“Hidup sekali, hiduplah yang berarti”.

(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

“Teriring doa dan syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Almarhum kedua orang tuaku, Ibu mertuaku,

Suamiku tercinta, Anak-anakku,

Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan

yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam menggapai cita-citaku”

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas

berkat limpahan rahmadNya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian

(tesis) dengan judul “Pembelajaran Kuantum dengan Metode Inkuiri Terbimbing

dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Ketrampilan Proses Sains dan

Motivasi Belajar” Studi kasus Pembelajaran Biologi untuk meningkatkan Prestasi

Belajar Materi Jamur pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Kediri Tahun Pelajaran

2010/2011. Laporan tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Magister Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta Jurusan Pendidikan Sains.

Penyelesaian laporan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan terima kasih dan

pengharagaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang

telah memberikan bantuan fasilitas, sarana dan prasarana demi kelancaran

dalam menempuh pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas

Maret Surakarta .

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains dan juga sebagai pembimbing I dalam penelitian ini yang telah

memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penyusunan

tesis ini.

3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis ini,

(8)

commit to user

viii

penulis mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.

4. Dra. Suparmi, Ph. D, selaku sekretaris Program Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak

memberikan arahan pada awal penyususnan tesis ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS

Surakarta yang telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan

keilmuan .

6. Baidowi, S. Pd. I, suami tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan

materiil serta motivasi dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

7. Semua teman seangkatan Pendidikan Sains Biologi angkatan Februari 2010

yang selalu memberi motivasi dan bantuan informasi baik lisan maupun buku

selama penyelesaian laporan ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

Semoga budi baik Bapak/Ibu sekalian bermanfaat bagi penulis dan

Bapak/Ibu sekalian mendapat limpahan rahmad dari Alloh SWT. Akhirnya tiada

gading yang tak retak, penulis sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,

oleh sebab itu bimbingan dan masukan dari semua pihak terutama dosen

pembimbing, sangat penulis harapkan demi keberhasilan penelitian kami

selanjutnya.

Surakarta, Juli 2011

(9)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

(10)

commit to user

x

A. Landasan Teori ……….

1. Pengertian Belajar-Mengajar ………..………..

2. Teori-teori Belajar …………..………

3. Model Pembelajaran Kuantum ………..

4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ………

5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified

Free Inquiry) ………..

6. Ketrampilan Proses Sains ………

7. Motivasi Belajar …………..………

B. Penelitian yang Relevan …….……….…...

(11)

commit to user

xi

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………..………

B. Metode Penelitian ………

C. Variabel Penelitian ……….. …..……….

D. Definisi Operasional ………

1. Hasil Belajar ……….

2. Model Pembelajaran Kuantum ………...

3. Metode Pembelajaran Inkuiri ……….

(12)

commit to user

xii

b. Uji Lanjut Anava ……….

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ………

1. Data Prestasi Belajar ……….

2. Data Motivasi Belajar ………...

3. Data Ketrampilan Proses Sains ……….

B. Uji Prasarat Analisis ………...

1.Uji Normalitas ………

2. Uji Homogenitas ………...

C. Pengujian Hipotesis (ANAVA) ……….

1.Uji Anava ………..

2. Uji Lanjut Anava ……….

D. Pembahasan Hasil analisis ……….

E. Keterbatasan Penelitian ……….

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

(13)

commit to user

Nilai rata-rata UAN biologi SMAN 8 Kediri Tahun 2007 – 2010….

Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri ………

Perbandingan Metode Inkuiri Terbimbing dengan Metode Inkuiri

Bebas Termodifikasi ………..

Perbandingan Kurikulum 1984 – 2006 ………..

Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………..

Desain Penelitian ………. ………

Interpretasi Validitas Soal ………..

Hasil Uji Validitas Instrument Prestasi Belajar dan Angket

Motivasi Belajar ……….

Interpretasi Reliabilitas Soal ………..

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif

dan Angket Motivasi Belajar ……….

Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal Prestasi Belajar ………...

Rangkuman Indeks Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif...

Interpretasi Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif ……

.Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda nstrumen Penilaian Kognitif.

Deskripsi Data Ranah Kognitif Dalam Metode Pembelajaran ……..

Deskripsi Data Hasil Belajar Model Kuantum dengan Metode

Inkuiri Terbimbing ………

Deskripsi Data Hasil Belajar Model Kuantum dengan Metode

(14)

commit to user

Rerata prestasi belajar dengan motivasi belajar ………

Deskripsi data motivasi belajar ………

Deskripsi data rerata motivasi belajar………...

Distribusi data prestasi belajar dengan motivasi belajar tinggi …….

Distribusi data prestasi belajar dengan motivasi belajar rendah …..

Deskripsi data Ketrampilan Proses Sains ……….

Distribusi data prestasi belajar dengan KPS tinggi ………..

Distribusi data prestasi belajar dengan KPS rendah .………..

Deskripsi data aspek psikomotor ……….

Hasil uji normalitas metode inkuiri ………

Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar …

Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari KPS …………. …

Hasil uji homogenitas ………

Hasil uji anava ………..

Interaksi Motivasi dengan metode terhadap prestasi belajar …….

Interaksi KPS dengan metode ………

(15)

commit to user

Pembentukan Tunas pada yeast (Saccharomyces) ………

Struktur Anatomi Lichenes ………. .

Histogram Prestasi Belajar dengan metode inkuiri terbimbing …

Histogram Prestasi Belajar dengan metode inkuiri bebas

termodifikasi ………

Histogram Motivasi Belajar ………

Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar …………..

Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar tinggi …..

Histogram Ketrampilan Proses Sains ……….

Histogram Ketrampilan Proses Sains tinggi ………

Histogram Ketrampilan Proses Sains rendah ……….

Grafik interaksi antara motivasi dengan metode pembelajaran ..

Grafik interaksi antara KPS dengan metode pembelajaran ……

(16)

commit to user

a. RPP Model Kuantum Dengan Metode Inkuiri Terbimbing……..

b. RPP Model Kuantum Dengan Metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi ………..

Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ………. ...

Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif ……….

Soal-soal Tes Kemampuan Kognitif …..………..

Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif ……….

Lembar Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif ………..

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ..……….

Soal Angket motivasi belajar………...……….

Lembar Jawab Angket………..

Kisi-kisi Lembar Observasi KPS ……….

Lembar Observasi KPS ……… …...

Kisi-kisi Lembar Pengamatan Afektif .………

Tabel Penilaian / Lembar Observasi Afektif ………. ….

Uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes

prestasi belajar ……….

Uji validitas, reliabilitas angket Motivasi Belajar ………

Data Induk Kelas Metode Inkuiri Terbimbing ……….

(17)

commit to user 19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

Foto kelas Metode Inkuiri Terbimbing ………

Foto kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ……….

Data Normalitas dan Homogenitas Tes Prestasi Belajar ………….

Data Normalitas dan Homogenitas Angket Motivasi Belajar ……..

Data Normalitas dan Homogenitas Lembar Observasi KPS ………

Data Uji Lanjut ……….

Hasil Try Out ………

Jawaban Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ……….

Jawaban Angket Motivasi Belajar ………

Hasil Penilaian KPS ……….

Daftar Hadir Peserta Didik ………...

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen

Penelitian ………..

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :

“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”

Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 merupakan

penjabaran Undang-Undang tersebut yang dituangkan dalam bentuk Standar Isi

(SI) dan meliputi komponen : (1) Standar Kompetensi (SK), yaitu ukuran

kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap

tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. (2) Kompetensi Dasar (KD), berupa

penjabaran dari Standar Kompetensi (SK) yang cakupan materinya lebih sempit

dibanding dengan SK (Standar Kompetensi).

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa Pendidikan Nasional diarahkan

untuk mengembangkan kemampuan (baik kognitif maupun psikomotorik) peserta

didik dan membentuk watak /sikap (afektif) yang bertanggung jawab, yang

pelaksanaannya dikelola oleh masing-masing satuan pendidikan dengan standar

batasan minimal yang dituangkan dalam SKL ( Standar Kompetensi Lulusan).

Kemampuan (kognitif dan psikomotor) yang dimiliki peserta didik dicirikan

dengan pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan modal utama untuk

(19)

commit to user

bersaing ditingkat regional, nasional dan global. Oleh sebab itu tiap Satuan

Pendidikan, mulai Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Menengah dituntut untuk

melakukan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum sesuai dengan potensi

daerahnya masing-masing. Dengan demikian hasil dari pendidikan tersebut

diharapkan lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi ilmu

(kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan mempunyai watak yang bertanggung

jawab dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa (aspek afektif). Sumber daya

manusia yang berkualitas tersebut diharapkan nantinya dapat mengelola dan

mengembangkan potensi daerah yang ada dengan bijaksana.

Pembelajaran sains salah satu tujuannya adalah untuk membantu agar

peserta didik dapat menguasai pengetahuan tentang keteraturan sains dalam

bentuk fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi sains. Karena

dengan menguasai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi ini diharapkan

peserta didik mampu memahami fenomena alam yang ada disekitarnya

(Her:awati, 2004). Fakta adalah informasi nyata seperti pemberian label,

penggambaran sederhana atau kejadian-kejadian. Fakta dapat diperoleh secara

langsung dengan menggunakan panca indera kita maupun melalui pengalaman

orang lain. Fakta merupakan informasi yang sangat diperlukan untuk membentuk

bagian utama keteraturan sains yang disebut konsep atau generalisasi. Tanpa

adanya sejumlah fakta yang mencukupi sangat sulit bagi peserta didik untuk

melihat adanya keteraturan alam. Hal tersebut dapat menyebabkan konsep dan

generalisasi menjadi sebuah hafalan yang tidak bermakna dan tidak memiliki

(20)

commit to user

dibentuk untuk menyederhanakan lingkungan di sekitar kita. Konsep dapat

dibentuk dengan menggolongkan hasil-hasil pengamatan dalam suatu katagori

tertentu. Konsep disebut sebagai abstraksi karena menyatakan proses abstrak

(penggambaran) pada berbagai pengalaman aktual kita. Konsep tersusun sebagai

penggambaran mental atas pengalaman yang kita amati.

Generalisasi atau hukum/ prinsip adalah suatu cara menyimpulkan

pengalaman-pengalaman aktual kita dengan cara menghubungkan satu konsep

dengan konsep yang lain. Generalisasi memuat informasi yang lebih banyak dan

lebih akurat. Karena generalisasi mengandung beberapa konsep dan fakta, maka

generalisasi memungkinkan kita memprediksi kejadian-kejadian. Hal ini sangat

penting dalam pendidikan sains karena tidak hanya berkonsentrasi pada apa yang

dapat dilakukan peserta didik sekarang tetapi juga sesuatu yang dapat dilakukan

mereka di masa yang akan datang. Pemahaman terhadap generalisasi sains juga

memungkinkan untuk mengontrol alam sehingga bermanfaat bagi kehidupan.

Sebagai guru sains, agar dapat membantu peserta didik dalam belajar sains

harus dapat merangsang mereka berfikir, melakukan kegiatan fisik/ keterampilan

proses yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran,

mengembangkan bahasa dan sosialisasi. Guru dapat merangsang kemampuan

berfikir peserta didik dengan melalui kegiatan yang menggunakan indera mereka.

Sedangkan kegiatan fisik/ keterampilan proses yang dapat dilakukan peserta didik

meliputi praktikum/eksperimen atau observasi. Pengembangan ketrampilan

berbahasa dalam belajar Sains dapat dilakukan dengan mengembangkan penalaran

(21)

commit to user

hasil observasi. Dan dalam mengembangkan keterampilan sosial peserta didik,

Sains memberikan kesempatan yang sangat besar untuk bekerja sama dan

mengembangkan hubungan sosial melalui kegiatan kelompok atau proyek. Semua

proses kegiatan belajar tersebut telah terangkum dalam metode pembelajaran

Inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wayne Welch dalam artikel oleh Singgih

Trihastuti (2008) yang menyatakan bahwa teknik-teknik yang diperlukan dalam

pembelajaran Sains sama dengan teknik untuk penyelidikan ilmiah. Metode

ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri. Dengan demikian inkuiri merupakan

”roh” pembelajaran Sains, dimana pelajaran sains dapat dipahami (hidup) pada

diri peserta didik bila proses pembelajarannya menggunakan metode inkuiri.

Kajian Biologi merupakan cara mempelajari gejala alam melalui proses

dan sikap ilmiah tertentu untuk memperoleh penemuan-penemuan baru yang

berupa fakta atau teori yang disebut sebagai produk ilmiah (Herawati, 2000:1.3).

Oleh sebab itu dalam mempelajari materi biologi harus dapat menumbuhkan sikap

ilmiah, melalui langkah-langkah metode ilimiah (proses) dan melatih peserta didik

untuk membangun konsep (produk ilmiah) sesuai dengan pengalamannya.

Karakterisitik materi pelajaran Biologi cenderung berupa konsep, fakta yang

kadang letaknya jauh dari lingkungan sekitar peserta didik, atau bahkan

kadang-kadang bersifat abstrak karena tidak dapat diamati secara langsung. Peran guru

adalah membimbing peserta didik untuk membangun konsep sesuai dengan

pengalaman belajar yang diperoleh, sehingga konsep tersebut dapat tertanam

dalam memori peserta didik dalam waktu yang lama atau menjadi pengalaman

(22)

commit to user

Oleh sebab itu proses pembelajaran Biologi akan lebih bermakna apabila

menggunakan objek-objek yang dapat diamati baik melalui gambar/charta,

gambar animasi ataupun pengamatan objek secara langsung. Objek-objek yang

dapat diamati dalam proses pembelajaran merupakan media pembelajaran,

sedangkan kegiatan pengamatan merupakan proses belajar, yang dapat

memunculkan berbagai fenomena yang menarik perhatian peserta didik.

Fenomena-fenomena yang ditangkap dan diindera oleh peserta didik dari efek

penggunaan media akan memunculkan keingintahuan yang berkaitan dengan

topik yang dipelajari. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta

didik dan meningkatkan ketrampilan proses sainsnya.

Pembelajaran sains dalam penilaiannya perlu dilakukan secara autentik.

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran

perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Bila data dan informasi yang dikumpulkan guru menunjukkan bahwa peserta

didik mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil

tindakan yang tepat agar peserta didik dapat terbebas dari masalah tersebut.

Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan dalam proses

pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode

pembelajaran saja, tetapi dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran sains seharusnya ditekankan pada upaya membantu

(23)

commit to user

informasi yang diperoleh peserta didik diakhir periode pembelajaran. Guru yang

ingin mengetahui perkembangan belajar sains peserta didiknya harus

mengumpulkan data dari kegiatan nyata para peserta didik saat bekerja ilmiah,

bukan hanya dari tes tulis saja. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan kinerja

(performance) yang diperoleh peserta didik. Penilai bisa dari guru, teman atau

orang lain.

Kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya di

SMA Negeri 8 Kediri, penilaian oleh guru ditekankan hanya pada aspek kognitif

saja (hasil tes akhir pembelajaran), penilaian psikomotorik diambil dari keikut

sertaan dalam kegiatan praktik di laboratorium, dan penilaian afektif dari presensi

(kehadiran yang mencerminkan minat/motivasi belajar peserta didik). Hal ini

menyebabkan penilaian kurang bermakna. Data dari hasil UAN mata pelajaran

Biologi dari tahun 2008 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa rata-rata nilai

dan sebaran nilai UAN Biologi grafiknya tidak stabil. Rata-rata nilai, nilai

tertinggi dan terendah hasil UAN mata pelajaran biologi SMAN 8 Kediri tahun

2007 – 2010 tampak pada tabel 1.1. berikut :

Tabel : 1.1. Nilai rata-rata dan sebaran nilai UAN mata pelajaran Biologi SMA Negeri 8 Kediri dari tahun 2007 – 2010

NO TAHUN N. TERTINGGI N. TERENDAH N. RATA-RATA

1. 2007 / 2008 8,50 3,25 5.50

2. 2008 / 2009 9,25 6,25 7,25

3. 2009 /2010 9,00 5,50 7,00

Sumber : Data Kurikulum SMA Negeri 8 Kediri.

Disamping masih rendahnya sebaran nilai UAN, nilai untuk kenaikan

(24)

commit to user

peserta didik yang harus melaksanakan program remidial. Dari kenyataan tersebut

menunjukkan bahwa peserta didik dan guru belum siap untuk memenuhi harapan

dari tujuan dan arah kebijakan Pendidikan Nasional, yaitu lairnya sumber daya

manusia yang berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap

ilmiahnya. Oleh sebab itu perlu pengkajian dan perubahan paradigma

pembelajaran yang dapat memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut.

Ditinjau dari cara guru dalam mengajar, guru lebih cenderung

menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu daripada

menerapkan metode pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran lebih

bermakna. Akibatnya guru cenderung mengajar dengan metode ceramah dan

latihan soal untuk persiapan UAN, sehingga peserta didik menjadi pasif dan bosan

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Peranan guru sebagai pendidik dan pengajar sangat penting agar

permasalahan tersebut di atas dapat diminimalisir. Guru hendaknya dapat

menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat ikut terlibat

dalam proses belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru sangat

penting dalam membangun suasana belajar yang menyenangkan dalam kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan

dengan topik materi yang akan dibahas, karena karakteristik/sifat materi pelajaran

berbeda-beda.

Strategi belajar atau disebut juga strategi kognitif merupakan alat untuk

(25)

commit to user

digunakan untuk membantu peserta didik agar ”belajar bagaimana belajar” (learn

how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan, dan mengingat kembali

keterampilan dan informasi yang telah diperoleh. Pengaruh positif strategi belajar

terhadap hasil belajar peserta didik telah ditunjukkan oleh banyak hasil

penelitian. Oleh sebab itu, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah

atau melibatkan peran guru dan peserta didik maka dikembangkan model-model

pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan dalam

pembelajaran sains, antara lain pembelajaran langsung (Direct Instruction),

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), pengajaran berdasarkan

permasalahan ( Problem Based Instruction), dan masih banyak lagi. Namun,

masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki variasi dan memerlukan

suasana atau lingkungan belajar yang sesuai. Pembelajaran Kuantum merupakan

salah satu model pembelajaran yang mengarahkan guru saat berada di kelas,

berhadapan dengan peserta didik, merencanakan pembelajaran, dan

mengevaluasinya. Pola pembelajaran kuantum terangkum dalam konsep

TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan

Rayakan. Hal ini sangat sesuai untuk membangkitkan minat belajar peserta didik.

Guru berperan sebagai aktor dalam kegiatan pembelajaran, yang mampu

memainkan peran berbagai gaya belajar peserta didik, mengorkestrakan kelas,

menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri

peserta didik. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia peserta didik dan ajaklah

peserta didik ke dunia guru. Dalam pembelajaran kuantum, tidak ada peserta didik

(26)

commit to user

sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru

perlu menyesuaikan dengan kondisi peserta didik dengan berpedoman pada

segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama,

akui setiap usaha yang dilakukan peserta didik, dan rayakan keberhasilannya.

Dengan pembelajaran kuantum guru diharapkan dapat membantu proses belajar

peserta didik sesuai harapan. Kelebihan model pembelajaran Kuantum ini adalah

terciptanya suasana belajar yang dapat dikondisikan senyaman mungkin, sehingga

peserta didik tidak merasa bosan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka model pembelajaran

kuantum dengan metode inkuiri perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar

di SMA Negeri 8 Kediri, agar dapat meningkatkan motivasi belajar, pembentukan

konsep materi oleh peserta didik dan peningkatan prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka

permasalahan yang ada di SMAN 8 Kediri dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Secara umum hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 8 Kediri pada mata

pelajaran Biologi belum memuaskan.

2. Model pembelajaran kuantum, CTL, dan STM menekankan pada penciptaan

lingkungan belajar yang efektif dengan melibatkan interaksi peserta didik di

dalam dan di luar kelas, namun pembelajaran yang menyenangkan ini belum

banyak guru yang menerapkan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar

(27)

commit to user

metode yang dapat digunakan seperti inkuiri, discovery dan proyek.

4. Pemahaman guru Biologi tentang hakikat pembelajaran Sains Biologi masih

kurang menyeluruh, sehingga guru hanya menekankan pada produk saja,

yang seharusnya pembelajaran sains meliputi proses, produk dan sikap.

Kegiatan pembelajaran yang mencakup ketiga aspek tersebut tertuang dalam

metode inkuiri.

5. Faktor motivasi belajar, ketrampilan proses sains, sikap ilmiah, kreativitas

dan kemampuan memori peserta didik dalam pembelajaran Biologi belum

diperhatikan, padahal faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar

terhadap keberhasilan belajar peserta didik.

6. Peserta didik belum dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran,

sehingga keterampilan proses sainsnya tidak berkembang.

7. Guru masih menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) sesuai dengan

acuan soal-soal UAN, yang seharusnya juga memperhitungkan aspek yang

lain, yaitu psikomotor dan afektif.

8. Materi pelajaran Biologi tentang protista, jamur dan keanekaragaman hayati

bersifat nyata, tetapi contoh bahannya tidak selalu ada di lingkungan peserta

didik, sehingga guru melaksanakan pembelajarannya dengan metode

ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu pembatasan masalah agar

pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Adapun pembatasan

(28)

commit to user

1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah

model pembelajaran kuantum, dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri

bebas termodifikasi.

2. Motivasi belajar peserta didik dibedakan kriteria tinggi-rendah.

3. Ketrampilan proses sains dengan kriteria tinggi-rendah, yang meliputi

ketrampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), membuat

tabel perbandingan dan mengkomunikasikan.

4. Prestasi belajar biologi yang diukur adalah hasil belajar peserta didik yang

meliputi aspek kognitif melalui tes formatif setelah penelitian, aspek

psikomotor dan afektif menggunakan lembar observasi.

5. Materi pelajaran yang dibahas adalah Kingdom Fungi/ Jamur sesuai dengan

Kompetensi Dasar 2.4. Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur

berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya

bagi kehidupan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan

metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi

belajar biologi peserta didik?

2. Apakah ada pengaruh keterampilan proses sains tinggi dan rendah terhadap

(29)

commit to user

3. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar biologi ?

4. Apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan

metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan keterampilan

proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?

5. Apakah ada interaksi antata penggunaan model pembelajaran kuantum dengan

metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar biologi ?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains

terhadap prestasi belajar biologi ?

7. Apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum

dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, motivasi

belajar dan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri

terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar biologi.

2. Pengaruh ketrampilan proses sains tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

biologi.

3. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi.

(30)

commit to user

Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri bebas termodifikasi dengan ketrampilan

proses sains terhadap prestasi belajar biologi.

5. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode

inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar biologi.

6. Interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains terhadap

prestasi belajar biologi.

7. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode

inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, ketrampilan proses sains

dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum

dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap

prestasi belajar peserta didik ditinjau dari motivasi belajar dan ketrampilan

proses sainsnya.

b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar

peserta didik dengan memilih metode pembelajaran yang tepat pada

(31)

commit to user

b. Memberikan masukan kepada sesama rekan guru biologi agar dapat

memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar prestasi

belajar peserta didik lebih meningkat.

c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang dapat menunjang

keberhasilan belajar peserta didik.

d. Melatih peserta didik untuk memahami hakikat sains khususnya biologi

secara praktik.

(32)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar-Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dan guru

dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Belajar merupakan proses pertumbuhan

yang dihasilkan oleh perkembangan kondisi stimulus dan respon.

Menurut Sudjana, Nana (2004: 28) :

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai akibat hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.

Dari pernyataan tersebut, belajar berarti usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan

kemampuan berpikir dan bernalar dalam dirinya. Untuk mencapai hasil yang

optimal, maka belajar harus dilaksanakan dengan baik.

Menurut Nana Sudjana (2004; 29), “Mengajar adalah suatu proses yakni

proses mengatur, mengorganisasi lingkungan dan mendorong peserta didik

melakukan proses belajar”. Dengan demikian mengajar adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suatu kegiatan belajar peserta didik

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Disini guru berperan penting sebagai

koordinator dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan suatu proses

yang dilakukan oleh guru untuk mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar

(33)

commit to user

terjadi interaksi belajar mengajar yang baik antara peserta didik dengan guru

dalam rangka mencapai tujuan belajar secara optimal. Hal ini akan terwujud bila

guru dapat memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi,

situasi dan kondisi peserta didik.

Beberapa pendapat tentang prinsip-prinsip mengajar antara lain :

menurut Slameto (2003: 35), “bahwa prinsip mengajar meliputi 10 prinsip yaitu :

perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi,

sosialisasi, individualisme dan evaluasi”. Dimana uraiannya sebagai berikut: 1)

Perhatian, di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta

didik kepada pelajaran yang akan diberikan oleh guru; 2) Aktivitas, dalam proses

belajar-mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas peserta didik dalam berpikir

maupun berbuat; 3) Apersepsi, guru dalam mengajar harus dapat

menghubungkan antara materi pelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki

peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperoleh hubungan antara

pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang akan diterima;

4) Peragaan, guru diharapkan saat akan mengajar dapat menunjukkan benda yang

sebenarnya, atau bila kesulitan dapat menggunakan model, gambar atau tiruan;

5) Repetisi, bila guru menjelaskan materi perlu diulang-ulang sehingga

pengertian itu semakin jelas; 6) Konsentrasi, hubungan antara mata pelajaran

dapat diperluas sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan secara luas dan

mendalam bila pikiran peserta didik terfokus pada materi yang sedang dibahas;

7) Korelasi, hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan supaya

(34)

commit to user

anak perlu bergaul dengan temannya, dan bekerja dalam kelompok dapat

meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan masalah dan

menyimpulkan pengetahuannya sendiri secara berkelompok; 9) Individualisme,

peserta didik merupakan makhluk yang masing-masing mempunyai perbedaan,

sehingga guru harus bisa menyesuaikan dengan kemampuannya; 10) Evaluasi,

dapat menggambarkan kemajuan peserta didik dan prestasinya serta dapat

digunakan sebagai umpan balik bagi guru itu sendiri. Dengan demikian peran

guru dalam kegiatan pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya proses

pembelajaran. Untuk itu guru harus mempunyai kompetensi seperti yang tertuang

dalam kesepuluh prinsip mengajar tersebut.

2. Teori-teori Belajar

Ada beberapa teori belajar, menurut Gagne, Jerome Bruner dan Jean

Piaget, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Teori Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang memungkinkan

organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat

permanen. Jadi belajar adalah proses, dan belajar dikatakan berhasil bila terdapat

perubahan tingkah laku (Herawati, 2000:1.14). Tingkah laku hasil belajar dapat

berupa kemampuan ketrampilan proses sains, sikap ilmiah atau kematangan dalam

berfikir.

Pembelajaran yang melalui tahapan proses pembelajaran atau langkah

demi langkah, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan

(35)

commit to user

menurut Gagne adalah penekanan pada pencapaian tujuan yang telah dicanangkan

dan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Gagne beranggapan

bahwa terdapat jenjang belajar (learning hierarchi). Peserta didik akan berhasil

belajar yang kompleks bila ia telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah dan

sederhana. Penerapan teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah :

keberhasilan mempelajari sesuatu kemampuan tergantung pada ada tidaknya

kemampuan yang lebih sederhana yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab

itu belajar harus dimulai dari yang paling sederhana kemudian berangsur-angsur

ke topik yang lebih kompleks.

b. Teori Belajar menurut Bruner

Bruner menyatakan bahwa: “Proses belajar yang paling baik adalah

melalui penemuan, proses pembelajaran peserta didik tersebut akan melibatkan

tiga hal yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah: 1)

memperoleh informasi baru; 2) transformasi informasi; 3) menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan” (Bruner, 1973) yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar

(1989: 101). Sesuai teori ini proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika

guru memberikan kebebasan dalam mengembangkan kemampuannya diantaranya

kognitif, psikomotor dan afektifnya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan

teori tersebut adalah metode inkuiri yang mengandung langkah-langkah metode

ilmiah.

Dalam pembelajaran biologi Bruner mengemukakan bahwa

“perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yaitu : 1) Enactive

(36)

commit to user

tersebut; 2) Iconic representation, yaitu pola pikir anak bergantung pada

organisasi visual (benda-benda konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan 3)

Simbolic representation, yaitu anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang

sesuatu hal sehingga dapat mengutarakan pengalamannya dengan bahasa.

Menurut Bruner tugas orang dewasa (guru) untuk membantu mengajarkan

kesiapan anak untuk mengasah kemampuannya.

Pendapat tersebut sangat sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri

dimana peserta didik mengenali permasalahan yang sederhana kemudian belajar

merespon permasalahan tersebut (identifikasi), memanfaatkan indra sensorinya

untuk menganalisis dan menghubungkan dengan pengalaman yang pernah

diperoleh sebelumnya, kemudian mengutarakan pengalaman tersebut dalam

bentuk bahasa (pelaporan).

c. Teori Belajar menurut Piaget

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat

tahap yaitu: 1) sensory motor (0-2 tahun) selama ini anak mengenal alam dengan

indranya (sensori) dan dengan tindakannya (motor); 2) pre operational (2-7

tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi dasar matematika;

3) concrete operational (7-11 tahun), tahap ini anak mulai berpikir secara

rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak; 4)

formal operational (11 tahun ke atas), anak pada periode ini tidak perlu berpikir

dengan pertolongan benda atau peristiwa yang konkret dan sudah mempunyai

kemampuan untuk berpikir secara abstrak. (Herawati, 2000:1.14). Dengan teori

(37)

commit to user

sesuai dengan tahap usianya yaitu 15 tahun lebih, seharusnya pola berfikirnya

bersifat abstrak yang membutuhkan penalaran, sehingga materi pelajaran biologi

yang sarat dengan konsep dapat disampaikan dengan konsep penalaran.

Selanjutnya Bambang Sumintono dalam artikelnya yang berjudul “TEORI

BELAJAR DARI PERSPEKTIF KONSTRUKTIVIS”, dan dimuat dalam

http://deceng.wordpress.com/, menuliskan bahwa : Piaget juga menjelaskan bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi

aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan “berpikir

mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan

akomodasi. Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan

mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang

harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru.

Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan

menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan

melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru

karena memang diperlukan (akomodasi).

Penjelasan di atas menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman

yang dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan

konstruksi pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari

lingkungan. Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi

kemampuan kognitif dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas

lingkungan eksternalnya.

(38)

commit to user

siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu

padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang

mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa

mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah

meniadakan faktor guru dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang

terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi,

melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan

mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu

siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.

3. Model Pembelajaran Kuantum

Sekolah masa depan adalah sekolah yang ditandai dengan pola

pembelajaran yang menyenangkan, karena terdapat sebuah adigium yang

menyatakan, “belajar akan efektif, kalau ada dalam keadaan fun”. Revolusi cara

belajar mengubah segalanya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi

atmosfir pembelajaran. “Warung Jamu”, adalah sebuah kaidah yang merupakan

kepanjangan dari Waktu-Ruang-Jumlah dan Mutu. Makna Warung Jamu adalah

dimensi ukur yang harus diperhatikan, ketika seorang Guru melakukan

pembelajaran. Uraian kaidah tersebut antara lain : a). Kapan [waktu], kita

melakukan pembelajaran; b). Pada rentangan bagaimana atau pada kondisi yang

bagaimana [ruang], kita melakukan pembelajaran; c). Kuantitas audience

[jumlah]; dan d). Kulitas yang diharapkan [mutu]

Sejalan dengan kaidah tersebut, kita diingatkan pula dengan kaidah

(39)

commit to user

menjadi pengarah para guru untuk memilih strategi pembelajaran yang disingkat

EER ( Efektif – Efisien – Rasional ). Saat ini terjadi revolusi pembelajaran, yang

melahirkan banyak metode pembelajaran, namun yang perlu kita cermati adalah

berubahnya paradigma pembelajaran. Dari paradigma Teachers center atau Guru

sebagai pusat pembelajaran, atau semuanya sangat ditentukan dari atas “driver

company”, menuju pembelajaran yang memberikan ruang gerak secara utuh dan

menyeluruh pada peserta didiknya “driver customer”. Paradigma inilah yang

menuntut setiap Guru untuk cermat dalam memilih strategi dan metode

pembelajaran. Dr. Georgi Lozanov, yang dikenal sebagai bapak pembelajaran

dipercepat [accerated learning], pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen

dengan suggestology ternyata mengilhami Bobi DePorter untuk mengembangkan

strategi pembelajaran, yang mengubah cahaya menjadi energi. Pembelajaran

inilah yang disebut dengan “Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)”. Model

pembelajaran ini diadopsi dari beberapa teori, antara lain teori sugesti, teori otak

kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan

kinestetik) dan pendidikan holistic. Buah pikir ini telah sukses diterapkan di Super

Camp, lembaga kursus yang dibangun oleh de Porter. Dari penelitian yang

dilakukan untuk disertasi doktoralnya pada 1991, dengan melibatkan sekitar 6.042

responden, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis peserta didik, antara

lain peningkatan motivasi 80 %, nilai belajar 73 %, dan memperbesar keyakinan

diri 81 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran

Kuantum ini dapat memperbaiki kualitas pembelajaran.

(40)

commit to user Quantum yaitu : E = mc2 , dengan :

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat)

m = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

(Bobby De Porter & Mike Hernacki, 2005 : 16)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami bahwa interaksi serta proses

pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan

antusiasme belajar para peserta didik. Kata Kuantum sendiri berarti interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Pembelajaran Kuantum menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan berenergi/ menyenangkan, dengan cara

mengolah unsur yang ada pada peserta didik dan lingkungan belajarnya melalui

interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila strategi ini diterapkan, maka guru akan

lebih mencintai pekerjaannya dan lebih berhasil dalam menyampaikan materi

pembelajaran serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan

berbagai strategi pembelajaran. Apalagi dalam Pembelajaran Kuantum, ada istilah

”Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia

mereka”. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan metode pembelajaran

kuantum tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari peserta didik.

Tetapi lebih dari itu, peserta didik juga diajarkan bagaimana menciptakan

hubungan emosional yang baik dalam pembelajaran dan ketika belajar. Selain itu,

ada beberapa prinsip Pembelajaran Kuantum, yaitu : 1). Segalanya berbicara,

lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan

(41)

commit to user

tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan; 3). Pengalaman sebelum

konsep, dari pengalaman guru dan peserta didik diperoleh banyak konsep; 4).

Akui setiap usaha, menghargai usaha peserta didik sekecil apa pun; 5). Jika layak

dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada peserta didik

yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk

tangan, berkata: bagus!, baik!, atau pemberian hadiah.

Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab,

pembelajaran Kuantum akan membantu peserta didik dalam menumbuhkan

minat belajarnya dengan semangat. Apalagi pembelajaran Kuantum juga sangat

menekankan pada pentingnya bahasa tubuh, seperti tersenyum, bahu tegak,

kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan peserta didik dan diselingi

humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki

Emotional Intelligence, yaitu kemampuan guru untuk dapat mengelola emosi.

Strategi pembelajaran kuantum diperkuat dengan pendekatan multisensori,

multi kecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan belajar yang dikenal

sebagai TANDUR :

Berikut ini adalah tinjauan sekilas mengenai TANDUR dan maknanya :

T : Tumbuhkan minat dengan memuaskan, ”Apakah Manfaatnya Bagiku”

(AMBAK).

A : Ciptakan atau datangkan pengalaman umum ( Alami ) yang dapat dimengerti

semua peserta didik.

N : Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi ( Namai ) sebagai sebuah

(42)

commit to user

D : Sediakan kesempatan bagi peserta didik untuk ”menunjukkan bahwa mereka

tahu” ( Demonstrasi pengetahuannya ).

U : Tunjukkan pada peserta didik cara-cara mengulang materi dan menegaskan,

”Aku tahu bahwa aku memang tahu tentang ini”.

R : Rayakan / pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan

ketrampilan dan ilmu pengetahuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran

kuantum, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan

multisensori sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Jika seorang guru belum pernah sama sekali mengenal tentang

pembelajaran Kuantum, memang akan merasa kesulitan untuk melaksanakannya

dalam ruangan kelas. Hal ini wajar karena tidak semua guru mengenal tentang

pembelajaran Kuantum. Oleh karena itu disini akan diuraikan beberapa petunjuk

yang dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran Kuantum di

ruang-ruang kelas. Ada beberapa petunjuk yang dapat dimanfaatkan seorang guru

antara lain : 1). Guru wajib menjadi teladan dalam tingkah laku, misalnya jujur,

jadi pendengar yang baik dan selalu gembira ( tersenyum); 2). Guru harus dapat

membuat suasana belajar yang menyenangkan, ”learning is most effective when

it’s fun.” Kata menyenangkan / gembira disini berarti bangkitkan minat, libatkan

secara maksimal peserta didik, terciptanya makna dan pemahaman (penguasaan)

atas materi yang dipelajari serta nilai yang membahagiakan pada diri peserta

didik; 3). Ciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa

(43)

commit to user

tempat duduk, perubahan warna cat, adanya tanaman segar serta poster, slogan

atau kata mutiara yang dapat memacu semangat peserta didik; 4). Guru harus

dapat mempengaruhi suasana emosi peserta didik dengan memberikan selingan

yang dapat melepaskan stres, seperti bernyanyi bersama, outbond, permainan,

pelayanan konsultasi masalah emosional, atau makan bersama; 5). Pemutaran

musik sebagai relaksasi dalam proses pembelajaran; 6). Pemberian arahan dari

guru pada peserta didik tentang manfaat materi pelajaran, dan pemberian waktu

untuk merekam data secara menyeluruh; 7). Menerapkan 8 kata kunci keunggulan

tiap hari : Integritas, sukses, niat baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab,

luwes dan fleksibel, seimbang, tuntaskan tugas, demonstrasi / unjuk kerja.

Disamping itu, agar pembelajaran Kuantum dapat terlaksana dengan baik di

sekolah, perlu adanya dukungan dari sistem yang ada di lingkungan sekolah

tersebut. Sistem tersebut meliputi : 1). Masuk dan pulang tepat waktu; 2). Tidak

ada jam tambahan saat istirahat berlangsung; 3). Perangkat mengajar lengkap dan

ciptakan suasana belajar yang kondusif dan tenang; 4). Guru bersifat proaktif

terhadap ketertiban di lingkungan sekolah; 5). Melibatkan seluruh indera dalam

proses kegiatan pembelajaran; 6). Manfaatkan media pembelajaran seefektif

mungkin; 7). Belajar tidak harus selalu dalam ruang kelas, dapat di luar kelas; 8).

Terapkan gaya belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik; 9).

Pemberian reward atau penghargaan pada peserta didik yang telah berhasil

mengubah prilaku belajarnya menjadi lebih bermakna.

Guru harus mampu mengarahkan peserta didik ke arah

(44)

commit to user

psikomotor dan afektif. Hal ini akan dapat membantu peserta didik untuk

membangun kecerdasan otaknya agar mampu bersaing dengan peserta

didik yang lain. Oleh sebab itu suasana belajar harus selalu diperhatikan

oleh seorang guru. Karena suasana belajar akan mampu mempengaruhi

belajar anak. Suasana belajar juga melibatkan mental, fisik, emosi sosial

peserta didik secara aktif supaya mampu memberikan peluang besar bagi

peserta didik untuk mengamati, dan merekam data hasil pengamatan,

menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil

memberikan argumentasi dan sejumlah penalaran. Pada prinsipnya

pembelajaran Kuantum bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

yang hidup, penuh semangat, suka untuk datang dan menjelajahi dunia

belajar.

4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( guided inquiry)

Metode pembelajaran inkuiri pada dasarnya sangat berkaitan dengan

discovery, karena inkuiri artinya penyelidikan sedangkan discovery adalah

penemuan. Dengan melalui penyelidikan peserta didik akhirnya dapat

memperoleh suatu penemuan. Menurut Beyer (1971,24) dalam Nuryani (2005,8)

disebutkan bahwa : “Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan proses, produk

atau pengetahuan (content, knowledge) dengan konteks dan nilai (content, values,

affective)”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah model

pembelajaran yang identik dengan hakikat pembelajaran sains itu sendiri.

Selanjutnya Revans (1983) dalam Stappenbelt (Australian journal of engineering

(45)

commit to user

of action learning (McGill & Beaty, 2002), described the process of learning in

the terms of the reflective inquiry process, where learning is the sum total of

attaining programmed knowledge and questioning of current insight. Marquardt

(1999) added a third element, reflection, to this model of learning to emphasise its

importance.” Jadi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode

pembelajaran pembelajaran aktif yang sangat penting. Untuk melaksanakan

metode pembelajaran inkuiri pada level manapun, guru perlu melakukan beberapa

langkah yaitu pembimbingan, pengarahan dan fasilitasi. Pembimbingan disini

diperlukan untuk membantu peserta didik agar proses inkuiri dapat terfokus pada

materi yang akan dibahas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri, peran

guru adalah sebagai: 1) fasilitator; 2) memberikan bimbingan kepada peserta didik

dalam menemukan masalah dan merancang pemecahannya, serta menyimpulkan

dan menganalisis data.

Menurut Bruner dalam (Ratna Wilis Dahar, 1989 :108), ” pembelajaran

discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran inkuiri”. Hal ini disebabkan

adanya strategi yang serupa, karena keduanya menekankan pentingnya proses

kognitif peserta didik dalam mengungkapkan arti sesuatu yang dijumpai di

lingkungannya. Proses pembelajaran ini sama-sama berpusat pada peserta didik

dan juga mengembangkan rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, kepuasan

dalam belajar serta pengembangan kemampuan secara maksimal.

Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang lebih

(46)

commit to user

kegiatan pembelajaran. Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang

berarti menyelidiki atau menanyakan tentang sesuatu. Tujuan penyelidikan disini

adalah upaya untuk menyelesaikan masalah. Jadi metode inkuiri adalah suatu

metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong

peserta didik untuk dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses

mentalnya sendiri. Proses mental yang dilakukan antara lain mengamati,

mengidentifikasi, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil

kesimpulan. Metode ini berusaha mengarahkan peserta didik kepada beberapa

tujuan belajar antara lain meningkatkan motivasi belajar (usaha untuk mendorong

peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar), pragmatis (usaha

mendorong peserta didik untuk mengembangkan sendiri cara/metodenya untuk

mendapatkan ilmu), dan curiosity (usaha untuk menyalurkan rasa keingintahuan

sesuatu yang baru dari peserta didik). Dengan demikian metode ini memberikan

kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk berlatih mandiri.

Adapun ciri dari pembelajaran inkuiri antara lain : 1) Guru dalam

menyajikan pembelajaran tidak dalam bentuk konsep jadi, disini peserta didiklah

yang diberi kesempatan untuk menelaah, menyelidiki dan menemukan sendiri

jawabannya melalui teknik pemecahan masalah; 2) Peserta didik menemukan

masalah sendiri atau mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah;

3) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat

kemungkinannya untuk dipecahkan; 4) Peserta didik berlatih merumuskan

hipotesis, untuk mengarahkan dalam mencari data; 5) Peserta didik menyusun

(47)

commit to user

eksperimen, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 6) Peserta didik

melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk mengumpulkan data;

7) Peserta didik mengolah data serta menyusun kesimpulan.

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan belajar mengajar dimana

dalam pemilihan masalah/ topik yang akan dipelajari ditentukan oleh

guru, tetapi dalam proses penemuan konsep dilaksanakan oleh peserta

didik dengan cara guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada

terbentuknya konsep. Langkah-langkah kegiatan inkuiri terbimbing

menurut Joyce dan Weil (2000:179) antara lain : a). Guru menyajikan

suatu polemik dan menjelaskan prosedur inquiri kepada peserta didik; b).

Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka

lihat dan alami; c). Pengumpulan data eksperimen, para peserta didik

diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d).

Memformulasikan penjelasan; e). Menganalisis proses inkuiri.

5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ( modified free inquiry)

Metode Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan

inkuiri bebas yang dalam penentuan masalahnya ditetapkan oleh guru.

Pada metode ini guru memberikan masalah melalui pengamatan,

eksplorasi atau prosedur penelitian, untuk memperoleh jawaban peserta

didik didorong untuk memecahkan masalah tersebut dalam kerja

kelompok atau individual.

Strategi penggunaan inkuiri bebas termodifikasi mempunyai

(48)

commit to user

pengumpulan data dan keterangan, maka hasilnya akan kurang

memuaskan; b. Peserta didik masih kurang mempunyai inisiatif untuk

mendapatkan data, karena kurang pengalaman dalam kegiatan

eksperimen. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu, biaya dan

tenaga yang relatif banyak.

Kelebihan penggunaan metode inkuiri bebas termodifikasi antara

lain ; a. Membantu perkembangan berfikir peserta didik, terutama dalam

hal memproses dan menentukan bermacam-macam keterangan; b. Peserta

didik memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan ide-ide yang

orisinil; c. Peserta didik terdorong untuk berpikir secara bebas dan

terbuka sehingga akan memberikan kepuasan pada dirinya sendiri; d.

Peserta didik terdorong untuk berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri.

Pada penelitian ini akan diterapkan proses pembelajaran menggunakan

metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan harapan dapat

meningkatkan ketrampilan proses sains peserta didik dan peningkatan motivasi

belajarnya. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing,

peserta didik diarahkan pada tugas pengamatan objek yang berarti membimbing

mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini berbentuk urutan

kegiatan yang dituangkan dalam LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik).

Selanjutnya peserta didik melakukan kegiatan observasi, membuat klasifikasi,

membuat pengukuran/pengelompokkan, mengorganisasi data, membuat

kesimpulan dan memprediksi hasil kegiatan selanjutnya. Penerapan metode

(49)

commit to user

Pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan ilmiah

hingga ditemukan konsep-konsep baru. Sedangkan proses pembelajaran dengan

metode inkuiri bebas termodifikasi, peserta didik diberikan suatu permasalahan

terlebih dahulu baru kemudian selanjutnya mereka diberi kesempatan yang luas

untuk memecahkan masalah tersebut dengan inisiatif sendiri dan dari bekal

pengetahuan yang pernah mereka peroleh sebelumnya.

Penggunaan metode inkuiri dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai

tujuan: 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi

atau data yang diperoleh melalui pengamatan dan proses penemuan; 2) Melatih

peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan hasil

penemuan; 3) Melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif dalam

menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui proses

penemuan.

Dari berbagai definisi dan ciri metode inkuiri diatas dapat penulis

simpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang

menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah, sehingga peserta didik

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengeksplorasi berbagai

informasi agar dapat menemukan konsep dengan didampingi oleh guru. Peran

guru dalam metode inkuiri adalah : 1) menciptakan suasana yang memberi

peluang kepada peserta didik untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi untuk

menemukan masalah dan memecahkan masalah tersebut; 2) sebagai fasilitator

(50)

commit to user

masalah; 4) membimbing penelitian, mendorong keberanian berpikir untuk

mencari alternative pemecahan masalah.

Adapun sintaks dari metode pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel

2.1. berikut :

1 Perumusan masalah Membimbing peserta

(51)

commit to user

Diadaptasi dari pendapat Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007 : 141) dan

http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html

Sedangkan perbandingan antara metode inkuiri terbimbing dan inkuiri

bebas termodifikasi dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2. Perbandingan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi

NO FASE-FASE INKUIRI TERBIMBING INKUIRI BEBAS

(52)

commit to user

Ada beberapa keunggulan dari metode inkuiri dalam kegiatan

belajar-mengajar antara lain: 1) peserta didik belajar bagaimana belajar (learn how to

learn); 2) belajar menghargai dirinya sendiri; 3) memotivasi diri dan lebih mudah

mentransfer; 4) memperkecil atau menghindari hafalan; 5) peserta didik lebih

bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Sedangkan kekurangan metode

inkuiri antara lain: 1) lebih tergantung pada petunjuk/ bimbingan Guru; 2) butuh

penguasaan konsep lebih yang terkait dengan materi.

Menurut Roestiyah (2002 : 20-21) dalam artikel yang dimuat dalam http:/

/resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html

Model pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan:

Kelebihan model pembelajaran inquiry yaitu: a. Mampu mengembangkan

penguasaan ketrampilan untuk berkembang dan maju dengan menggunakan

potensi yang ada pada diri peserta didik itu sendiri; b. Mampu memberikan

motivasi belajar, memperkuat, dan menambah kepercayaan pada diri peserta didik

dengan proses menemukan sendiri.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran inquiry yaitu: a. Peserta

didik harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan lebih baik; b. Bila kelas terlalu besar, maka bentuk

ini akan kurang berhasil.

6. Ketrampilan Proses Sains

Gambar

Tabel 2.1. Sintaks Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas
Tabel  2.2. Perbandingan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
tabel 2.3.
Gambar 2.1. Siklus hidup Fungi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengunakan metodologi perbandingan bahasa, teori Teritori Informasi,dan mengunakan contoh kalimat yang dikumpulkan dalam komik bahasa Jepang yang telah diterjemahkan ke

Berdasarkan pemaparan temuan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai postes literasi sains siswa secara signifikan lebih baik dari pada rata-rata nilai

ABSTRAK PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH TERHADAP PELA YANAN KARTUTANDA PENDUDUK ELEKTRONIK Studi Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dari nilai RSSI yang diterima, maka mobilenode akan mencoba untuk mencari nilai dari satic node mana yang terkuat yang berarti dapat menandakan bahwa node

Sabin adalah orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue, yaitu dari darah penderita sewaktu terjadi epidemi demam dengue di Hawai dengan diberi nama tipe 1, sedangkan

Menurut Warren (2009:351) catatan untuk sistem persediaan perpetual dapat dikelola secara manual. Akan tetapi, bagi perusahaan dengan jumlah barang persediaan yang

2.2.4 Pengaruh Positive Word of Mouth in- group terhadap Niat Pembelian Word of mouth, Menurut Tatik Suryani (2008:191) dan (Reingen dan Kernan 1986, dalam Desmond

bahkan mereka juga melampaui batas dalam menyikapi para pengikut Nabi Isa ‘alalihissallam yang dianggap masih berada di atas ajaran Nabi Isa ‘alaihissalam. Mereka meyakini para