• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Landasan Teori

7. Motivasi Belajar

Menurut Asra (2008:236): ”motivasi didefinisikan sebagai dorongan yang yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku”. Jadi motivasi adalah sesuatu yang ada di dalam tubuh organisme yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.

Sedangkan menurut Luthans (2002:161) dalam Arko Pujadi (2007:420 disebutkan bahwa : “motivation is a process that starts with a pshycological deficiency or need a drive that is aimed at a goal or incentive.” Dorongan (incentive) itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan. Dorongan dapat dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan, sehingga dikenal motif berprestasi (achievement motive). Hal ini berarti bahwa keinginan untuk mencapai keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi dapat membangkitkan semangat yang luar biasa terhadap seseorang untuk belajar hingga dapat mencapai apa yang dicita- citakan.

commit to user

Motivasi penting dalam menentukan seberapa banyak peserta didik akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga peserta didik itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.

Eysenck dan kawan-kawan seperti dikutip oleh Slameto (1995: 170) memberi batasan tentang motivasi adalah: ”suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi serta arah umum tingkah laku manusia, hal ini merupakan konsep yang rumit yang berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya”. Peserta didik yang tampaknya tidak termotivasi mungkin pada kenyataannya cukup termotivasi tetapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan guru. Mungkin peserta didik cukup termotivasi untuk berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat-saat yang sama ada kekuatan lain yang menyebabkan menjadi tidak termotivasi, misalnya teman-teman yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di sekolah.

Motivasi penentu perilaku, guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan perkembangan peserta didik ke arah tujuan yang bermanfaat. Motivasi dapat dikatakan sebagai kecenderungan ke arah jenis perilaku tertentu yang berkembang pada diri individu sebagai akibat keberhasilan yang relatif, atas berbagai macam usahanya dalam memuaskan kebutuhannya.

Menurut Sardiman (2010: 89) jenis motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-

commit to user

faktor dari dalam diri peserta didik sendiri, motivasi ini sering disebut motivasi murni. Misalnya: keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, keinginan untuk diterima orang lain. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya secara mutlak sehubungan dengan aktivitas belajarnya. (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar diri anak/ peserta didik, misalnya: pujian, hadiah, persaingan, medali dan hukuman. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud motivasi adalah suatu dorongan baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada peserta didik. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar peserta didik, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar.

Peran motivasi dalam proses pembelajaran dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin, motivasi belajar yang memadai akan mendorong peserta didik berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar peserta didik. Karena motivasi ini akan berdampak sebagai ambisi untuk memuaskan suatu kebutuhan.

commit to user

Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya : 1). Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar; 2). Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; 3). Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai berikut : 1). Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar peserta didik; 2). Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri peserta didik; 3). Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar peserta didik; 4). Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas; 5). Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran.

Seseorang akan muncul motivasinya untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, tergantung pada lingkungan dimana dia berada dan tentunya juga fasilitas pendukung untuk melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut termasuk motivasi seseorang atau peserta didik yang pada umumnya untuk belajar. Seorang peserta didik termotivasi untuk belajar biologi (misalnya), bila dia memiliki pemahaman

commit to user

dan harapan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan materi pelajaran biologi yang sedang dipelajari. Pemahaman tentang materi tersebut dapat diperoleh dari: informasi dari seorang guru atau dari orang-orang yang berpengalaman (ahli dibidang biologi), dari suatu artikel tentang biologi serta dari berbagai bidang yang ditekuninya yang dapat dikembangkan. Dengan diperolehnya informasi dari berbagai pihak, motivasi seseorang akan muncul untuk mempelajarinya jika fasilitas pendukungnya terpenuhi.

Setiap orang pada hakekatnya memiliki motivasi untuk berprestasi dalam hidupnya dan mereka tidak mudah puas dengan apa yang sudah diraih sebelumnya. Dorongan untuk berprestasi menjadi yang lebih selalu muncul, namun intensitas tinggi rendahnya motivasi berprestasi tersebut antara orang yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama.

8. Prestasi Belajar

Nana Sudjana (2006:22) mendefinisikan “prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar”. Peserta didik mengalami perubahan perilaku belajar setelah melewati proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil usaha peserta didik dalam proses belajar. Sedangkan maksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai peserta didik, yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar oleh guru yang berujud angka.

Sedangkan pengertian prestasi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

commit to user

dikembangkan melalui mata pelajaran yang diwujudkan dengan nilai atau angka. Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan

berupa penguasaan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap

yang dinyatakan dalam bentuk nilai, yang berupa symbol-simbol, angka atau huruf maupun kalimat dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar ini dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik antara lain : faktor individu dan faktor sosial. Faktor individual adalah faktor yang ada pada diri peserta didik masing-masing, sedangkan faktor sosial adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.

Menurut Ngalim Purwanto (1996:102) yang termasuk dalam

faktor individual adalah kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan

faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah

keluarga/keadaan rumah tangga, guru, cara mengajar, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial. Dari uraian diatas jelas bahwa aspek penilaian terhadap prestasi belajar peserta didik dapat menggunakan hasil dari prestasi belajar yang berupa pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik) dan aspek sikap (afektif). Sedangkan bentuk penilaian dapat berupa angka atau symbol.

commit to user

Hasil belajar ranah kognitif berhubungan degan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta penngembangan kemampuan intelektual. Kemampuan kognitif meliputi kemampuan intelektual peserta didik yang dapat diukur menggunakan tes prestasi dan hasilnya dapat dinyatakan secara kuantitatif. Ranah kognitif dalam taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkatan perilaku yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam jenis perilaku tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki peserta didik yang tersusun secara hirarkis. Artinya bahwa untuk belajar menuju perubahan perilaku harus diawali dari kemampuan yang lebih rendah baru kemudian meningkat kearah kemampuan yang lebih tinggi.

Hasil belajar ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan peranan sistem koordinasi. Hasil belajar ranah psikomotorik yang digunakan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains meliputi keterampilan mengamati (observation),

mengelompokkan (classification), menyimpulkan (inferensi), dan

mengkomunikasikan hasil (communication).

Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan dan emosi. Hal lain yang patut medapat perhatian dari ranah afektif adalah respon terhadap pelajaran, sikap disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, perasaan, keingin tahuan, dan hasrat untuk bertanya. Ranah afektif berdasarkan taksonomi Bloom terdiri dari lima jenis

commit to user

perilaku yang meliputi : menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, dan mengkarakterisasi.

9. Hakekat Biologi

Menurut para ahli mengajarkan ilmu kepada siswa dikatakan baik kalau memenuhi kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu dan sesuai dengan pengetahuan tentang bagaimana siswa belajar. Biologi sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai dengan hakikat biologi dan teori belajar yang mendasari pembelajaran biologi itu.

Para ilmuwan biologi mempelajari gejala alam yang merupakan kajian biologi melalui proses dan sikap ilmiah. Proses meliputi pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat sedang mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah, para ilmuwan memperoleh penemuan yang berupa fakta atau teori, dan penemuan itu merupakan produk ilmiah. Fakta merupakan hasil pengamatan, konsep merupakan generalisasi dari beberapa stimulus yang berciri sama, sedangkan teori merupakan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.

Dengan demikian hakikat biologi meliputi tiga komponen, yaitu : 1)sikap ilmiah, 2) proses ilmiah dan 3) produk ilmiah. Oleh sebab itu untuk mengajarkan biologi harus mencakup ketiga komponen tersebut. Komponen sikap ilmiah perlu ditanamkan pada siswa karena bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa. Sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain tanggung jawab, keingintahuan, jujur, terbuka, objektif, toleransi, kerja keras, kecermatan dalam

commit to user

bekerja, disiplin, percaya diri, konsep diri positif, dan terbuka dalam menafsirkan gejala alam dari sudut-sudut prinsip ilmiah. Dengan kata lain bahwa pendidikan biologi bertujuan mengembangkan kepribadian siswa.

Proses ilmiah dapat diartikan sebagai perangkat ketrampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah merupakan bagian dari bidang studi biologi. Sehingga bila siswa belajar biologi hanya terbatas pada produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru belajar salah satu komponen biologi saja tanpa ada penanaman sikap ilmiah.

Belajar ilmu (termasuk biologi) yang seharusnya adalah dengan cara sebagaimana ilmu itu ditemukan oleh para ilmuwan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses. Menurut Funk, dkk (1979) dalam Herawati Susilo ( 2000) ketrampilan proses IPA dibedakan dua kelompok, yaitu ketrampilan proses IPA dasar dan ketrampilan proses IPA terpadu. Ketrampilan proses IPA dasar meliputi pengamatan, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan inferensi. Sedangkan ketrampilan proses IPA terpadu meliputi rancangan, persiapan dan pelaksanaan eksperimen termasuk didalamnya variabel, data dan hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah..

Biologi merupakan ilmu yang sudah cukup tua, karena sebagian besar berasal dari keingintahuan manusia tentang dirinya, tentang lingkungannya, dan tentang kelangsungan jenisnya. Kerena lingkup materi yang dicakupnya Biologi sering dimasukan kedalam ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia selain

commit to user

sosiologi dan psikologi. Namun biologi juga termasuk kedalam studi tentang alam seperti juga astronomi, geologi, fisika, dan kimia.

Biologi mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia dengan segala keingintahuannya. Segenap alat-alat tubuh manusia bekerja masing-masing, tetapi satu sama lain saling membantu. Biologi mempelajari alat tersebut di sekitar atau lingkunganya. Kedua aspek tersebut, baik tubuh manusia maupun alam, dipandang sebagai system. Dalam setiap system terdapat komponen-komponen yang saling menunjang agar keseluruhan system dapat berlangsung.

Biologi memiliki kekhasan dalam berfikirnya. Dalam fisiologi atau biologi fungsi, orang yang mempelajarinya diminta mengembangkan berfikir sibernetik, sementara dalam sistematika biologi atau taksonomi dikembangkan ketrampilan berfikir logis melalui klasifikasi logis. Dalam genetika diperlukan berfikir peluang atau probabilitas (khususnya untuk genetika populasi) dan kombinatorial. Sayangnya hal ini semua tampaknya kurang disadari oleh para mahasiswa yang mempelajarinya dan guru-guru biologi pemula.

Dalam studi biologi sering dan banyak digunakan istilah yang pada umumnya berupa istilah latin atau kata yang dilatinkan. Banyaknya istilah latin tersebut menyebabkan kurangnya minat para siswa sekolah menengah untuk memasuki jurusan biologi dan jurusan-jurusan yang menggunakan biologi sebagai ilmu dasarnya. Sebenarnya istilah tersebut bukan sekedar istilah namun konsep yang sudah disepakati diantara para biologiwan, dan istilah tersebut dapat dikembangkan atau dikombinasikan dengan membentuk pengertian yang lebih

commit to user

kompleks atau lebih spesifik. Umpamanya istilah poda untuk kaki. Jika ditambahkan awalan hexa (yang artinya enam) akan berarti berkaki enam. Jika Hexapoda ditulis dengan huruf capital berarti dia kelompok organisme (dalam hal ini hewan) yang berkaki enam buah dalam 3 pasang, yaitu kelompok serangga. Dengan demikian penggunaan istilah latin mempersingkat suatu pernyataan, mirip dengan notasi atau symbol dalam matematika, fisika atau kimia. Jadi penggunaan istilah latin untuk mewakili konsep dalam biologi memenuhi prinsip hemat (parsimony) yang perlu dipenuhi oleh suatu ilmu atau teori.

Jadi, proses belajar mengajar biologi dengan pendekatan ketrampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat berlatih menemukan fakta-fakta , membangun konsep-konsep, dan teori-teori dengan ketrampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Namun perlu dicatat bahwa PBM dengan PKP tidak bermaksud menjadikan setiap siswa sebagai ilmuwan, melainkan PKP merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa . Kepribadian yang berkembang merupakan prasarat untuk melangkah ke jalur profesi apapun yang diminati siswa.

Guru biologi di SMA perlu menguasai materi biologi secara lebih mendalam dan metode pembelajaran biologi, serta ketrampilan-ketrampilan dasar biologi. Dalam international biologi olimpiade dan olimpiade biologi nasional (2000) siswa peserta dituntut untuk memiliki metode-metode biologi dan ketrampilan – ketrampilan dasar biologi serta ketrampilan proses sains (75%), selain kemampuan mengaplikasikan pengetahuannya (25%) guru biologi

commit to user

seharusnya memiliki penguasaan fisika, kimia yang memadai, serta memiliki kemampuan numeric, ratio dan nalar.

Sebagaimana kita ketahui sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, dalam sains terkandung hal lain. Cain dan Evans (1990) dalam Nuryani Y. Rustaman ( __: 90) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu : konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta – fakta, hukum- hukum, prinsip – prinsip dan teori – teori yang sudah diterima kebenaranya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka jujur, dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Jika sains mengandung empat hal seperti diatas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tesebut. Dalam belajar sains siswa hendaknya tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar – benar memahami sains secara utuh. Karena itu dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi siswanya guru tidak hanya menekankan produk semata tetapi juga kepada aspek proses, sikap, dan keterkaitanya dengan kehidupan sehari – hari.

Faktor lain yang mempengaruhi bagaimana guru mengajar adalah pandangan guru terhadap belajar. Dari penelitian yang telah dilakukan (Aguirre &

commit to user

Haggerty, 1995; Gustafon & Rowell, 1995; Ari Widodo, 1997) dalam Nuryani Y. Rustaman ( __: 90) mengungkapkan bahwa sebagian besar guru dan mahasiswa calon guru berpendapat belajar adalah mencari informasi atau pengetahuan baru dari sesuatu yang sudah ada didalam alam. Dari penelitian-penelitian tersebut terungkap bahwa belajar diidentikkan dengan menghafal apa yang sudah diberikan oleh guru. Hal ini menunjukan bahwa banyak calon guru mempunyai pandangan “tabula rasa” yang beranggapan bahwa anak adalah sesuatu yang kosong yang diisi dengan pengetahuan atau kertas putih yang dapat ditulis apa saja. Dengan demikian apabila kita menghendaki siswa mempunyai pandangan tentang sains sebagai suatu proses dan belajar sains sebagai membangun konsep kemampuan berargumen, maka sudah seharusnya mereka mempunyai pengalaman sebagai mana nantinya mereka akan bertingkah laku dalam mengajar sains. Tidak mungkin kita berharap guru – guru dilapangan nanti akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar sains yang memberikan pengalaman berdasarkan aktivitas, apabila semasa menempuh studi di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) hanya mendengarkan saja, tidak mengalami sendiri. Hal ini sangat beralasan karena mereka pada umumnya menyatakan bahwa mengajar adalah transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.

Untuk meneruskan pengalaman belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa faktor, antara lain : karakteristik konsep yang diajarkan, kesiapan siswa, dan fasilitas yang tersedia. Karakteristik konsep yang dimaksud adalah tuntutan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Sebagai contoh, konsep evolusi yang berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama,

commit to user

memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti –bukti evolusi. Sebagai arahan, guru dapat memperhatikan bagaimana saran atau arahan yang diberikan oleh kurikulum. Faktor kedua yang harus diperhatikan dalam memilih pengalaman belajar adalah kesiapan siswa. Guru hendaknya mempertimbangkan kesiapan siswa. Untuk itu guru hendaknya juga memperhatikan tingkat perkembangan, terutama perkembangan negative. Apabila tingkat berfikir siswa diperkirakan masih pada tingkat konkret, tentunya konsep tersebut akan sulit dipahami siswa apabila hanya lewat penjelasan. Siswa yang demikian tentunya akan lebih baik apabila pengalaman belajarnya adalah pengalaman belajar langsung dengan objek nyata.

Faktor ketiga yang juga penting dipertimbangkan guru adalah ketersediaan alat. Guru tentunya tidak bisa merancang suatu kegiatan yang akan menggunakan alat atau bahan yang tidak dapat diperolehnya. Untuk itu dalam merancang pengalaman belajar guru harus mempertimbangkan betul ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkannya. Misalnya, guru yang mengajar disekolah yang terletak di suatu pegunungan yang jauh dari laut dan tidak mempunyai awetan ganggang laut, tentunya tidak tepat apabila guru tersebut merancang pengalaman belajar siswa dengan observasi langsung terhadap ganggang laut. Karena itu sebelum merancang suatu pengalaman belajar perlu diidentifikasi sarana yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.

10. Kingdom Fungi / Jamur :

Fungi biasa dikenal dalam hal menguraikan kayu, menyerang tumbuhan, merusak makanan, menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia,

commit to user

menguraikan organisme yang mati, dan bahan organik lain menjadi unsur kimia vital kembali ke lingkungan hingga dapat diserap oleh tumbuhan. Selain itu fungi juga mempunyai peran dalam pembentukan antibiotik, mengembangkan adonan kue, memfermentasikan bir dan anggur atau bahan makanan lain sehingga memiliki nilai ekonomi dan kandungan gizi yang lebih tinggi.

a. Ciri-ciri Fungi

Fungi dikelompokkan dalam kingdom tersendiri, tetapi sebelumnya fungi dimasukkan dalam kingdom plantae. Fungi adalah eukariota multiseluler, strukturnya yang menyerupai tumbuhan tetapi tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrop, reproduksi dengan spora, dan memperoleh nutrisi dengan cara menyerap atau menguraikan substrat dengan mengeluarkan enzim. Berdasarkan kajian molekuler, fungi dan hewan kemungkinan berasal dari satu nenek moyang yang sama.

Cara hidup heterotrof pada fungi dengan mensekresikan enzim hidrolitik ke dalam makanannya. Enzim tersebut akan menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh fungi. Cara memperoleh nutrien yang absorptif ini menjadikan fungi sebagai pengurai (saproba), parasit atau simbion-simbion mutualistik. Fungi saprobik menguraikan bahan organik yang sudah mati, seperti batang pohon yang sudah tumbang, bangkai hewan, atau buangan organisme hidup. Fungi parasitik menyerap zat makanan dari sel-sel inang yang masih hidup. Sebagian besar fungi parasitik bersifat patogen baik pada manusia atau hewan. Fungi mutualistik juga menyerap zat makanan dari sel inang, akan tetapi fungi tersebut membalasnya dengan fungsi

commit to user

yang menguntungkan bagi inangnya, misalnya membantu inang (tumbuhan) untuk

Dokumen terkait