• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Srining Winanti (2010) di SMPN 5 Klaten, yang berjudul : Pembelajaran IPA Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kreativitas Siswa, diperoleh hasil ada pengaruh antara metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi terhadap prestasi belajar. Peserta didik yang belajar dengan metode Inkuiri Terbimbing

commit to user

prestasinya lebih baik daripada yang belajar dengan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi. Dan sikap ilmiah yang tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan sikap ilmiah yang rendah. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah model pembelajaran yang digunakan dan tinjauan dalam penelitiannya, peneliti menggunakan model pembelajaran Kuantum dengan tinjauan ketrampilan proses sains dan motivasi sedangkan pada penelitian Srining Winanti menggunakan model pembelajaran Berbaasis Masalah dengan tinjauan sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Adapun persamaannya adalah sama-sama menggunakan metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunarti (2009) dengan judul: Pendekatan Siswa Belajar Aktif dengan Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi pada Pembelajaran Biologi ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa, diperoleh hasil ada perbedaan prestasi antara pembelajaran dengan metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi. Pembelajaran dengan metode Inkuiri Terbimbing memberikan rata-rata nilai lebih tinggi dari pada rata-rata nilai siswa dengan pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi. Persamaan : Penggunaan metode Inkuiri Terbimbing dan Bebas Termodifikasi, sedangkan perbedaannya : pada penelitian tersebut tinjauannya sikap ilmiah siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Suseno (2009) dengan judul : Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Minat dan Kreativitas Siswa, memperoleh hasil bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah dengan metode Inkuiri Terbimbing dan

commit to user

Inkuiri Bebas Termodifikasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar Plantae. Hasil uji lanjut anava menunjukkan bahwa ada beda rerata pembelajaran dengan metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi. Metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih efektif dari pada metode Inkuiri Bebas Termodifikasi. Persamaan dengan peneliti adalah penggunaan metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi. Sedangkan yang membedakan adalah: pada penelitian tersebut tinjauannya adalah minat dan kreativitas siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Harti (2009), dengan judul : Pembelajaran model kuantum learning dan simulasi peran ditinjau dari motivasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran model Quantum Learning dan simulasi peran terhadap prestasi belajar siswa. Quantum Learning lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dari pada simulasi peran serta ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Persamaan dengan peneliti : Penggunaan model kuantum learning dan salah satu tinjauannya adalah motivasi belajar. Perbedaan : pada penelitian tersebut model pembandingnya adalah simulasi peran sedangkan peneliti menggunakan metode inkuiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di STKIP Lombok Timur oleh Lily Maysari (2010), dengan judul : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Ketrampilan Proses melalui Metode Inkuiri terbimbing dan Eksperimen ditinjau dari Penalaran Abstrak dan Kemandirian Belajar Mahasiswa, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan eksperimen

commit to user

terhadap prestasi belajar. Dan terdapat interaksi antara tingkat penalaran abstrak dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik. Hal yang membedakan dengan peneliti adalah metode eksperimen dan salah satu tinjauannya. Disini Lily Mayasari menggunakan tinjauan penalaran abstrak dan KPS sedangkan peneliti menggunakan tinjauan KPS dan motivasi belajar.

Berdasarkan laporan penelitian dan pembelajaran yang dilakukan oleh Bruce, VandenPlas, Nerles dan Fliens (2010), dengan judul : Development of a valid and reliable student-achievement and process-skills instrument, disebutkan bahwa : “……, is an important part of our overall research plan to explore the effect that teaching Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) has on general chemistry students. POGIL is an innovative approach to learning that shifts the focus in the classroom from the teacher to the student (The POGIL Project). POGIL emphasizes not only achievement but also the development of process skills such as critical thinking, problem solving, information processing, and metacognition. In addition there are two process skills developed through the small-group interaction, namely, teamwork and communication”. Bruce dan kawan-kawan menjelaskan bahwa Pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang berorientasi pada ketrampilan proses tidak hanya berpengaruh pada prestasi belajar saja tetapi juga pada perkembangan ketrampilan proses yang lain seperti berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, pemrosesan informasi dan metakognisi. Selain itu juga interaksi dalam kelompok kecil dan komunikasi. Persamaan dengan peneliti adalah adanya keterkaitan antara pembelajaran Inkuiri

commit to user

dengan Ketrampilan proses sains. Sedangkan perbedaanya pada tinjauan tentang motivasi belajar dan model pembelajaran Kuantum.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuryani Y. Rustaman (2005), yang berjudul :Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Menyebutkan bahwa hasil penelitian Anggraeni (2005), adalah ada peningkatan kemampuan calon guru dalam ketrampilan-ketrampilan dasar berinkuiri dan terdapat peningkatan rasa ingin tahu dan cara bernalar ilmiah pada mahasiswa yang mengalami pembelajaran Inkuiri. Persamaan dengan peneliti adalah adanya keterkaitan antara pembelajaran Inkuiri dengan Ketrampilan proses sains dalam hal ini ketrampilan dasar berinkuiri. Sedangkan perbedaanya pada tinjauan tentang motivasi belajar dan model pembelajaran Kuantum.

Dalam jurnal internasional yang dipublikasikan oleh Kirschner, P. A., Sweller, J., and Clark, R. E. (2006), dalam "Why minimal guidance during instruction does not work: an analysis of the failure of constructivist, discovery, problem-based, experiential, and inquiry-based teaching", disebutkan bahwa : Hmelo-Silver et al. also cite a large study by Geier on the effectiveness of inquiry- based science for middle school students, as demonstrated by their performance on high-stakes standardized tests. The improvement was 14% for the first cohort of students and 13% for the second cohort. This study also found that inquiry- based teaching methods greatly reduced the achievement gap for African- American students. Disini dijelaskan bahwa pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik dan mereduksi gap/perbedaan prestasi peserta didik di Afrika dan Amerika. Persamaan dengan peneliti adalah

commit to user

penggunaan metode Inkuiri untuk meningkatkan prestasi, sedangkan perbedaan pada jurnal tersebut tidak memperhitungkan aspek dari dalam peserta didik seperti motivasi.

Berdasarkan hasil - hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hanya saja dari beberapa penelitian yang menggunakan metode inkuiri tesebut tinjauannya belum dikembangkan pada ketrampilan proses sains, padahal ketrampilan proses sains merupakan inti dari pembelajaran dengan metode inkuiri. Oleh sebab itu disini peneliti akan mengembangkan tinjauan tersebut pada ketrampilan proses sains. Diduga bahwa ketrampilan proses sains yang dimiliki peserta didik berpengaruh juga pada peningkatan hasil/prestasi belajar peserta didik.

Dokumen terkait