• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat pada masa lampu yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa.39 Pembelajaran sejarah diterapkan di sekolah karena memiliki tujuan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran sejarah yang paling sederhana adalah untuk membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. Agar tercapainya tujuan pembelajaran maka guru sebagai pendidik harus memiliki strategi dalam menyampaikan materi supaya siswa tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran. Strategi yang harus digunakan guru yaitu dengan menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan menarik. Salah satu model pembelajaran yang menarik yaitu model kooperatif tipe talking stick.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, agama dan lainnya). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama untuk saling membantu dalam memahami suatu bahan pembelajaran.40 Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe talking

39 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 209-210

40 Aris Shoimin, loc. cit.

stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat.

Kelompok yang mendapat tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya.41 Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengarahkan siswa supaya aktif dalam proses pembelajaran dan melatih siswa untuk mampu bekerjasama dalam kelompok. Selain itu, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, memacu siswa untuk belajar dengan giat, berani mengemukakan pendapat, serta membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Hal ini karena dalam penerapan talking stick siswa belajar sambil mendengarkan lagu atau musik yang diputar guru.

Berdasarkan uraian di atas, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, proses pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik dan tidak monoton sehingga siswa tidak merasa bosan dan mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sendiri mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. Dalam berdiskusi siswa dituntun untuk saling bekerjasama dalam mengumpulkan informasi atau mencari pemecahan masalah atas permasalahan yang diberikan guru. Selain itu, siswa harus bisa bertanggungjawab atas hasil diskusi kelompoknya, sehingga pada saat mendapat giliran untuk

41 Miftahul Huda, loc. cit.

menjawab pertanyaan dari guru maka siswa yang bersangkutan bisa menjawab dengan benar tanpa harus bertanya kepada teman-teman kelompoknya. Model pembelajaran talking stick juga menuntun siswa untuk selalu fokus dan siap dalam menghadapi situasi apapun.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I: Kerangka Berpikir Pembelajaran Sejarah

Indonesia

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick

Gagasan model pembelajaran koopeatif

tipe talking stick

Penerapan dalam Pembelajaran Sejarah

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sesuai dengan objek kajiannya maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan.

Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.42 Sedangkan penelitian kepustakaan (studi literatur) adalah studi yang mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis atau penelitian relevan yang pernah dilakukan oleh orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang diteliti.43

B. Seting Penelitian

Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mencari sumber-sumber buku, jurnal dan skripsi yang diperoleh dari perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

42 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: Suaka Media, 2015, hlm. 8

43 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hlm. 26

C. Sumber Data 1. Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang didapat secara langsung dari lapangan atau laboratorium.44 Data primer diperoleh dari sumber asli atau pertama. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.45 Sumber primer dalam kajian pustaka ini yaitu kurikulum 2013 dan silabus sejarah Indonesia Sekolah Menengah Atas (SMA)

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan bacaan. Sumber-sumber sekunder terdiri dari berbagai macam seperti buku, jurnal, skripsi maupun internet. Adapun sumber sekunder yang terdapat dalam kajian pustaka ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Buku Ilmiah

Buku-buku yang sering digunakan dalam kajian pustaka ini yaitu:

1) Buku yang berjudul Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah yang ditulis oleh I Gde Widja pada tahun 1989 oleh Penerbit Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan di Jakarta. Buku ini digunakan untuk membahas kajian teori tentang tujuan pengajaran sejarah. Isi dari buku ini

44 Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara,2003, hlm. 143

45 Jonathan Sarwono, op. cit., hlm. 129

yaitu membahas tentang dasar-dasar pengembangan pengajaran sejarah, peranan guru sejarah dalam usaha perbaikan dan pengembangan pengajaran sejarah, sifat, materi dan tujuan pengajaran sejarah, strategi dalam pengajaran sejarah, metode mengajar sejarah, dan penggunaan media dalam pengajaran sejarah.

2) Buku dengan judul Seputaran Pembelajaran Sejarah ditulis oleh Heri Susanto pada tahun 2014 dan diterbitkan oleh Aswaja Pressindo di Yogyakarta. Buku ini membahas tentang tujuan pembelajaran sejarah, karakteristik pembelajaran sejarah, strategi pengajaran sejarah dan lainnya.

3) Buku dengan judul Model-Model Pembelajaran ditulis oleh Rusman pada tahun 2010 dan dicetak oleh PT Rajagrafindo Persada di Jakarta. Buku digunakan untuk membahas kajian teori tentang model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Isi dari buku ini membahas model-model pembelajaran, antara lain: Model Pembelajaran Kontekstual (CTL), Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Model Pembelajaran Tematik, Model Pembelajaran Berbasis Komputer, Model Pembelajaran PAKEM, Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Learning), Model Pembelajaran Mandiri dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.

4) Buku yang berjudul 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 ditulis oleh Aris Shoimin pada tahun 2014 dan dicetak oleh Ar-Ruzz Media di Yogyakarta. Buku ini membahas tentang model-model

pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013 yang bisa diterapkan di sekolah dalam proses pembelajaran dan salah satu di antaranya yaitu model pembelajaran talking stick.

b. Internet

1) Skripsi dari Noviani Kumalasari, yang berjudul Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan, diakses dari

http://repository.usd.ac.id/11882/2/131314048_full.pdf, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 10.15. Skripsi ini digunakan sebagai penelitian yang relevan.

2) Hasil penelitian oleh Rosidi, dkk. Dengan judul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pada Siswa Kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Jember, di akses dari

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62704, pada tanggal 18 Mei 2020 pukul 11.20. Skripsi ini digunakan sebagai penelitian yang relevan.

c. Jurnal

1) Jurnal yang ditulis oleh Machin, yang berjudul Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan, diakses dari

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2898/2927,

pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 11.00. Jurnal ini digunakan pada kajian teori untuk membahas pendekatan saintifik.

2) Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Nuh, dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Panyubungan, di akses dari

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/school/article/view/2947/2 613pada tanggal 18 Mei 2020 pukul 15.35. Jurnal ini digunakan sebagai penelitian yang relevan.

3) Nur, dkk. Pembelajaran Sejarah Konstruktivistik: Pendekatan Critical Discourse Analysis, diakses dari http:// jurnal. fkip. unmul.ac.id/index.

php/yupa/article/view/87/26, pada tanggal 29 Mei 2020 pukul 14.52.

Jurnal ini digunakan untuk membahas pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran sejarah Indonesia berbasis model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang relevan dengan topik yang akan atau sedang diteliti.46

46 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan, Malang: Literasi Nusantara, 2019, hlm. 80

Data-data yang digunakan dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, tesis dan disertasi dan lainnya.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber data sesuai dengan fokus kajian. Sumber data yang digunakan peneliti yaitu berupa buku, jurnal, internet dan skripsi hasil penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data yaitu; pertama, peneliti mengumpulkan sumber-sumber data melalui buku-buku ilmiah, jurnal, dan skripsi hasil penelitian. Kedua, peneliti memilih sumber-sumber data yang sudah dikumpulkan dengan membuang sumber-sumber-sumber-sumber yang tidak relevan. Ketiga, peneliti menganalisis sumber-sumber yang sudah tersedia.

Keempat, peneliti mencatat dan merangkum data-data sudah dikumpulkan.

Kelima, data-data yang sudah dikumpulkan diolah dalam bentuk laporan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data dengan menggunakan kartu data. Kartu data yang berfungsi untuk mencatat hasil data yang telah didapat untuk lebih memudahkan peneliti dalam mengklasifikasi data yang telah didapatkan.47 Data-data yang diperoleh peneliti, dicatat dengan menggunakan kartu data secara paraphrase, yang mana peneliti menulis intisari dari data-data yang sudah ada dengan menggunakan kata-kata yang disusun oleh peneliti sendiri.

4747 Milya Sari, Penelitian Kepustakaan (Library Reseach) dalam Penelitian Pendidikan IPA, di akses dari https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/issue/view/220, pada tanggal 5 Juli 2020, pukul 13.15

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan analisis interaktif model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono) mengemukakan bahwa proses analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai dirasa cukup.48 Proses analisis data dilakukan dengan reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification).

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses analisis data yang dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal penting, menggolongkan dan membuang data-data yang tidak diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mencari dan merangkum data-data yang sesuai dengan fokus kajian yaitu data yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah dan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

2. Penyajian data (data display)

Setelah melakukan reduksi data langkah selanjutnya yaitu dengan menyajikan data-data yang sudah direduksi. Dalam penelitian ini, setelah peneliti mendapat data-data tentang pembelajaran sejarah dan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, selanjutnya peneliti menyajikan dalam bentuk laporan.

48 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 91

3. Kesimpulan/verifikasi data

Tahap ketiga yaitu dengan menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang sudah didapatkan dan didukung oleh bukti-bukti yang ada. Berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan, direduksi dan disajikan, maka selanjutnya peneliti membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan tentang pembelajaran sejarah berbasis model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan.

Adapun visualisasi proses analisis data Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

Gambar II: Proses Analisis Data

(sumber gambar, buku Sugiyono, hlm. 247) Pengumpulan data

Reduksi data

Display data

Kesimpulan

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gagasan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam Pembelajaran Sejarah

a. Arti Penting Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran talking stick merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Model talking stick sendiri sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran terlebih untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pokok yang sudah dijelaskan guru. Model pembelajaran talking stick dilakukan dengan bantuan tongkat (stick), siswa yang memegang tongkat akan menjawab pertanyaan dari guru. Model pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan diberbagai jenjang pendidikan seperti pada siswa SD, SMP maupun SMA/SMK.

Selain melatih siswa untuk berbicara, model pembelajaran ini mampu membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menarik serta melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian relevan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick diyakini mampu meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan penggunaan model kooperatif tipe talking stick dapat melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan melatih siswa agar mampu bekerjasama dalam kelompok. Selain itu, melatih siswa agar

mampu memahami materi dengan cepat, memacu siswa agar belajar dengan giat, berani mengemukakan pendapat, serta membuat proses pembelajaran menjadi santai sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan karena dengan talking stick siswa belajar sambil mendengarkan lagu atau musik yang diputar guru.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran talking stick dapat diterapkan di awal pembelajaran maupun pada pertengahan pembelajaran. Penerapan pada awal pembelajaran bertujuan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami atau mengingat materi pembelajaran sebelumnya. Sementara itu penerapan model talking stick pada pertengahan pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa paham atas materi pembelajaran yang sudah diberikan, serta sejauh mana siswa fokus dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah untuk meningkat minat belajar siswa serta membuat proses pembelajaran lebih menarik dan bervariasi.

b. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Talking Stick Secara Umum Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang berukuran kecil.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian siswa dalam kelompok berdiskusi tentang topik-topik permasalahan yang diberikan guru.

3) Setelah siswa selesai berdiskusi dalam kelompok, guru mempersilahkan siswa untuk menutup semua buku catatan.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memutarkan lagu dan tongkatnya bergulir secara berurutan dari siswa ke siswa. Saat tongkatnya berpindah, guru menghentikan lagunya dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Metode ini bermanfaat karena mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan dalam mengemukakan pendapat dan melatih siswa untuk memahami materi pelajaran dengan cepat, serta mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi apapun.

Dalam kajian pustaka ini langkah-langkah pembelajaran sejarah menggunakan model talking stick pada materi KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, dapat digambarkan melalui skema di bawah ini.

Gambar III: Rancangan Proses Pembelajaran

Pertemuan pertama

1. Menjelaskan materi pokok 2. Membentuk kelompok dan berdiskusi

3. Penerapan model talking stick.

4. Presentasi hasil diskusi 6. Kesimpulan

Pertemuan kedua

1. Menjelaskan materi pokok 2. Membentuk kelompok dan berdiskusi

3. Penerapan model talking stick.

4. Presentasi hasil diskusi 5. Penugasan

6. Kesimpulan

Gambar IV: Proses Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Guru menjelaskan secara garis

besar materi pokok pada KD 3.7 tentang teori-teori masuk dan siswa untuk menutup semua buku pelajaran. Guru memberikan sebuah tongkat kepada siswa. sambil

mendengarkan musik atau lagu yang diputar guru, tongkat akan terus bergulir. Ketika lagi berhenti siswa yang sedang memegang tentang hasil diskusi kelompok

Contoh pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademis Tabel 2: Prestasi Siswa di Kelas

Prestasi siswa Jumlah siswa

A 9

B 12

C 9

Keterangan:

A: Pandai B: Sedang C: Rendah

Gambar III: Kelompok Diskusi

c. Identifikasi Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013 terdapat tiga aspek yang harus dicapai yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran sejarah Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA), jumlah kompetensi dasar dari kelas X sampai kelas XII terdapat kurang lebih 27 Kompetensi Dasar (KD). Untuk kelas X terdapat 8 Kompetensi Dasar, sedangkan kelas XI terdapat 10 Kompetensi Dasar dan untuk kelas XII terdapat 9 Kompetensi Dasar yang harus dicapai.

Kompetensi dasar sejarah Indonesia yang cocok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat dirincikan melalui tabel berikut.

Tabel 3: Kompetensi dasar yang cocok dengan talking stick

Kelas X Kelas XI Kelas XII

3.3 dan 4.3 3.1 dan 4.1 3.1 dan 4.1

3.4 dan 4.4 3.2 dan 4.2 3.2 dan 4.2

3.5 dan 4.5 3.3 dan 4.3 3.3 dan 4.3

3.6 dan 4.6 3.4 dan 4.4 3.4 dan 4.4

3.7 dan 4.7 3.5 dan 4.5 3.5 dan 4.5

3.8 dan 4.8 3.6 dan 4.6 3.6 dan 4.6

3.7 dan 4.7 3.7 dan 4.7 3.8 dan 4.8 3.8 dan 4.8 3.9 dan 4.9 3.9 dan 4.9 3.10 dan 4.10

Berdasarkan tabel di atas, terdapat dua kompetensi dasar pada kelas X yaitu KD 3.1 memahami konsep berpikir kronologis, diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah dan KD 3.2 memahami konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah, yang tidak cocok untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Hal ini dikarenakan kedua kompetensi dasar tersebut

tidak memenuhi kriteria untuk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sendiri semakin banyaknya materi pembelajaran, maka guru dengan mudah mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok diskusi. Selain itu, dengan materi pembelajaran yang luas dapat membantu guru untuk membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya yang akan digunakan pada saat penerapan model talking stick yaitu dengan melakukan proses tanya jawab (kuis).

Adapun contoh materi pembelajaran yang cocok untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang peneliti gunakan dalam dalam kajian pustaka ini yaitu materi kelas X dengan Kompetensi Dasar 3.7 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia dan 4.7 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam Pembelajaran Sejarah.

Dalam membuat rancangan pembelajaran ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran merupakan rancangan atau desain tindakan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.49 Dalam perencanaan pembelajaran beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti kompetensi dasar, indikator

49 Heri Susanto, op. cit., hlm. 85

pencapaian kompetensi, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, metode, model dan pendekatan pembelajaran, media pembelajaran serta sumber belajar.

1) Menentukan Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi dasar adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dicapai oleh siswa berdasarkan standar kompetensi yang telah ditentukan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan kompetensi dasar antara lain:50

a) Meluas, yang berarti siswa memperoleh kesempatan yang luas dalam mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai yang diperoleh pada saat pembelajaran.

b) Seimbang, artinya setiap kompetensi yang akan dicapai harus sesuai dengan alokasi waktu yang cukup dan pembelajaran yang efektif.

c) Relevan, yang berarti kompetensi-kompetensi yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan siswa.

d) Perbedaan, merupakan upaya pelayanan individual dimana siswa perlu memahami apa yang perlu untuk dipelajari dan bagaimana ia berpikir.

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan kompetensi dasar yang baik antara lain:51

a) Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa.

50 Nur Fitri, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-standar-kompetensi-sk-kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/#_ftn8 diakses pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 13.50

51 Ibid

b) Rumusan kompetensi dasar harus mencerminkan tingkah laku yang diamati dan diukur.

c) Rumusan kompetensi dasar harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang akan diajarkan pada saat kegiatan mengajar.

Seperti contohnya dalam penelitian ini kompetensi dasar yang digunakan yaitu KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, dan KD 4.7 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2) Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar yang digunakan. Tujuan dari indikator pencapaian kompetensi ini yaitu sebagai acuan dalam menentukan tujuan pembelajaran. Contohnya dalam KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Indikator pencapaian kompetensi (IPK) untuk aspek kognitif dijabarkan sebagai berikut. 3.7.1 Menelaah teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia. 3.7.2 Membedakan teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia. 3.7.3 Membuat garis besar teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia.

3.7.4 Mengidentifikasikan saluran penyebaran Islam di Indonesia. Sedangkan aspek psikomotorik dituangkan dalam KD 4.7 Mengolah informasi teori tentang

3.7.4 Mengidentifikasikan saluran penyebaran Islam di Indonesia. Sedangkan aspek psikomotorik dituangkan dalam KD 4.7 Mengolah informasi teori tentang