• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari kajian pustaka ini diharapkan sebagai sumbangan ilmiah untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan baru, khususnya mengenai

“Pembelajaran sejarah Indonesia berbasis model pembelajaran kooperatife tipe talking stick”.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

a. Bagi Siswa

Melalui kajian pustaka berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini, diharapkan mampu meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran sejarah, sehingga siswa tidak mengantuk saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, tetapi ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk guru sejarah di sekolah dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif, agar pembelajaran lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

c. Bagi Sekolah

Melalui kajian pustaka ini semoga guru-guru di sekolah bisa menerapkan model pembelajaran yang menarik dan inovatif.

d. Bagi Peneliti

Dengan melakukan kajian pustaka mengenai model-model pembelajaran yang inovatif dapat menambah wawasan serta pengalaman baru bagi peneliti khususnya dalam membuat karya ilmiah. Sehingga pada saat menjadi guru mampu menerapkan model-model pembelajaran yang menarik.

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran sering disebut dengan “instruction” yang terdiri dari dua kata yakni kegiatan belajar dan mengajar. Dalam konsep umum, belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang berlangsung pada diri manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata pembelajaran yaitu proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.6 Woolfolk & Nicolich (dalam Aman 2011: 63) menjelaskan bahwa “Learning is a change in a person that comes about as a result of experience”. Belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil pengalaman.

Perubahan sebagai hasil kegiatan pembelajaran dapat mencakup perubahan dalam hal pengetahuannya, sikap maupun keterampilan. Demikian pula dengan mengajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses, yang meliputi proses mengatur dan mengorganisir lingkungan belajar siswa yang tujuannya adalah menumbuhkan dan memotivasi siswa untuk belajar.7

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang didukung oleh metode, model maupun media yang digunakan untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu

6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ajar, diakses dari https://kbbi.web.id/ajar pada tanggal 12 Maret 2020

7 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011, hlm. 63

siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.8

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan membelajarkan. Dalam pendidikan formal pembelajaran dimaksudkan proses interaksi antara pendidik dan siswa, yang mana tugas siswa adalah belajar dan tugas pendidik mengarahkan dan membimbing siswa dalam proses belajar, dengan mengajarkan atau mentransfer pengetahuan yang dimiliki pendidik. Hasil yang didapat dari proses pembelajaran itu sendiri tidak hanya berupa pengetahuan melainkan juga pengalaman-pengalaman baru bagi siswa.

b. Pembelajaran Sejarah di Sekolah

Pembelajaran sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat pada masa lampu yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa.9 Pembelajaran sejarah sangatlah penting terutama untuk membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

Oleh karena itu, Heri Susanto menuliskan beberapa prinsip yang hendaknya diperhatikan dalam pembelajaran sejarah yaitu sebagai berikut:10

8 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi, Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2016, hlm. 75

9 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 209-210

10 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 56

1) Pembelajaran yang dilakukan harus menyesuaikan dengan perkembangan siswa dan perkembangan zaman. Karena yang walaupun sejarah membahas tentang kehidupan masa lalu, bukan berarti tidak diajarkan secara kontekstual. Sejarah sendiri memiliki banyak nilai dan fakta yang apabila disampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan pikiran siswa maka mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, kesatuan.

2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai.

Menyampaikan fakta dalam pembelajaran sejarah sangatlah penting, namun tidak kalah penting bagaimana mengelola fakta-fakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai tersebut.

3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreativitas dan memaksa siswa hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar terutama dalam menggunakan model pembelajaran.

Tujuannya adalah agar siswa tidak bosan dan jenuh untuk belajar.

Berdasarkan ketiga prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab seorang guru sejarah sangatlah besar. Dalam praktiknya, guru sejarah tidak hanya sekedar menyampaikan materi tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran tersebut terlebih nilai patriotisme dan nasionalisme. Disisi lain guru sejarah harus memperhatikan metode maupun model yang digunakan dalam mengajar karena dengan metode mengajar yang menarik, siswa akan aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian perspektif siswa akan pembelajaran sejarah yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik.

c. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Setiap pembelajaran di sekolah tentu memiliki tujuannya masing-masing, sama halnya dengan pembelajaran sejarah. Moh. Ali dalam Heri Susanto (2014:57) mengatakan pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan:11

1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan;

2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan;

3) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia;

4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa.

Semenatara itu, menurut Sapriya mata pelajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:12

1) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

2) Melatih siswa untuk berpikir kritis siswa dalam memahami fakta-fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

3) Memberikan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4) Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5) Membantu siswa agar dia sadar bahwa dirinya bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

11 Ibid. hlm. 57

12 Sapriya, loc. cit.

Selanjutnya, I Gde Widja membagi tujuan pengajaran sejarah dalam tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:13

Aspek pengetahuan

1) Untuk memperoleh pengetahun tentang tentang aktivitas-aktivitas manusia di masa lalu baik dalam aspek eksternal maupun internalnya.

2) Mampu menguasai fakta-fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lalu yang sesuai dengan waktu, tempat serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

3) Menguasai pengetahuan tentang unsur-unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.

4) Mampu menguasai pengetahuan tentang unsur perkembangan dari peristiwa-peristiwa masa lampau yang terus berlanjut dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.

Aspek Pengembangan Sikap

1) Menumbuhkan kesadaran sejarah pada siswa agar mereka mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.

2) Menanamkan sikap menghargai pentingnya pengalaman masa lampau bagi masa kini suatu bangsa dan menghormati berbagai aspek kehidupan masa kini sebagai hasil pertumbuhan di waktu yang lampau.

3) Menanamkan sikap kesadaran akan perubahan-perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik diwaktu yang akan datang.

Aspek keterampilan

1) Mata pelajaran sejarah di sekolah diharapkan menekankan pengembangan kemampuan dasar dikalangan siswa berupa keterampilan mencari/mengumpulkan jejak-jejak sejarah (kemampuan heuristik), melaksanakan analisis kritis terhadap bukti-bukti sejarah (kemampuan kritik sejarah), keterampilan menginterpretasikan serta merangkai fakta-fakta dan akhirnya juga keterampilan menulis sejarah sederhana.

2) Terampil dalam mengemukakan pendapat terutama dalam mendiskusikan masalah-masalah kesejarahan.

3) Keterampilan menelaah serta mengkritik buku-buku sejarah yang tidak sesuai dengan fakta sejarah terutama yang menyangkut sejarah bangsanya.

13 I Gde Widja, Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta:

Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan., 1989, hlm. 27

4) Keterampilan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif di sekitar masalah sejarah.

5) Keterampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.

Berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah tidak hanya untuk memperkaya ilmu pengetahuan, melainkan juga menanamkan sikap dan keterampilan pada siswa.

Terutama dalam menanamkan sikap cinta tanah air dan menyadarkan siswa untuk menghargai perjuangan-perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

d. Karakteristik Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa atau kejadian masa lampau umat manusia. Aman menjelaskan, mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara substantif, materi sejarah:14

1) Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian siswa;

2) Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban Indonesia di masa depan;

14 Aman, hlm. 57.

3) Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa;

4) Syarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;

5) Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

2. Kurikulum 2013 Perubahan-perubahan kurikulum dalam pendidikan di Indonesia

dilatarbelakangi oleh kekurangan-kekurangan kurikulum sebelumnya. Seperti halnya dalam kurikulum KTSP 2006, ada beberapa kelemahan yang ditemukan sehingga diganti ke kurikulum 2013. Kelemahan-kelemahan dalam kurikulum KTSP 2006 seperti;15

1) Isi dan pesan-pesan dalam kurikulum terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran yang melampaui tingkat perkembangan usia anak.

2) Kompetensi yang dikembangkan lebih mengutamakan aspek pengetahuan sementara aspek keterampilan dan sikap tidak terlihat.

3) Berbagai kompetensi yang diperlukan seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

15 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 60-61

Melihat beberapa kelemahan di atas, penerapan kurikulum 2013 di sekolah bertujuan untuk memperbaiki kurikulum-kurikulum sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat pada kurikulum 2013, kompetensi yang hendak dicapai yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan minat. Di mana dalam kurikulum 2006, kompetensi yang dikembangkan hanya aspek pengetahuan saja. Selain itu banyak orang beranggapan bahwa kurikulum-kurikulum sebelumnya sangat memberatkan siswa. Dikarenakan terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari.

a. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014, pada sekolah-sekolah yang ditunjuk Pemerintah, serta sekolah yang siap melaksanakan atau menerapkannya. Terdapat beberapa hal penting dari perubahan kurikulum sebelumnya menjadi kurikulum 2013, yaitu dengan mengetahui keunggulan dan kekurangannya. Adapun keunggulan dan kekurangan dari kurikulum 2013 akan dijabarkan di bawah ini.16

Secara garis besar keunggulan kurikulum 2013 yaitu;

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek seperti, nilai religi, sikap, keterampilan dan lainnya.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

16 Kurniasih & Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Surabaya: Kata Pena, 2014, hlm. 40-42.

6) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

Sementara itu dalam penerapan kurikulum 2013 ini masih ada yang belum dipahami secara baik, sehingga dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan, seperti berikut:

1) Guru salah kaprah, karena dengan beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2) Masih banyak guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum 2013 menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit guru yang siap untuk bisa kreatif dalam mengajar.

3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik.

4) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

Melihat beberapa kekurangan di atas, disimpulkan bahwa penerapan kurikulum 2013 belum terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan dalam penerapannya masih terjadi kesalahan. Contohnya, masih banyak guru yang lebih dominan dalam proses pembelajaran dan tidak memberi kesempatan siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Pembelajaran Sejarah Dalam Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah dibagi menjadi dua yaitu sejarah dan sejarah Indonesia. Mata pelajaran sejarah, dikhususkan untuk kelompok peminatan (Jurusan IPS), sementara sejarah Indonesia ditetapkan

sebagai mata pelajaran wajib untuk semua jurusan. Ditetapkannya pelajaran sejarah Indonesia sebagai mata pelajaran wajib menunjukan bahwa pembelajaran sejarah sangatlah penting. Karena melalui pembelajaran sejarah di sekolah dapat menanamkan sikap patriotisme maupun nasionalisme dalam diri siswa, terutama untuk menyadarkan siswa akan sejarah suatu bangsa.

Dalam kurikulum 2013 istilah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) diganti dengan istilah Kompetensi Inti (KI) yang merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikannya. Kompetensi utama yang harus dicapai yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. KI dijabarkan kembali kedalam Kompetensi Dasar (KD) yang berisi kompetensi mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.17 Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran sejarah Indonesia untuk aspek pengetahuan dari kelas X sampai kelas XII terdapat kurang lebih 27 Kompetensi Dasar (KD). Untuk kelas X terdapat 8 Kompetensi Dasar, sedangkan kelas XI terdapat 10 Kompetensi Dasar dan untuk kelas XII terdapat 9 Kompetensi Dasar yang harus dicapai.

Secara garis besar cakupan materi pembelajaran sejarah Indonesia dalam kurikulum 2013 dapat dijabarkan melalui tabel di bawah ini.

17Agustinova, Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada Sekolah Menengah Atas, diakses dari

https://www.researchgate.net/publication/330529860_penerapan_kurikulum_2013_pada_mata_p elajaran_sejarah_pada_sekolah_menengah_atas, pada tanggal 12 maret 2020 pukul 15.05

Tabel 1: Peta Materi Sejarah Indonesia

X XI XII

X XI XII

kemerdekaan  Revolusi hijau

 Teknologi

3. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang kontekstual, yang mana pengetahuan dibangun oleh manusia secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.18 Dalam teori konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, yang mana pelajar/siswa membangun sendiri pengetahuannya.19 Sementara itu fungsi dan peran guru menurut teori ini yaitu sebagai mediator dan fasilitator. Dalam hal ini proses pembelajaran tidak lagi

18 Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 20

19 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 62

berpusat pada guru melainkan siswa sendiri yang mencari tahu dan mengkonstruksi apa yang telah ia dapat.

Dalam konteks pembelajaran sejarah, paradigma konstruktivisme menjadikan pembelajaran sejarah bukan hanya dipandang sebagai proses statis dan antikuarian dalam mempelajari peristiwa di masa lalu. Proses pembelajaran memfokuskan pada aktivitas manipulatif yang mengarahkan siswa untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman mengenai sejarah.20

Berdasarkan penjelasan di atas, hal penting dari pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah yaitu pengetahuan tidak hanya diperoleh dari guru atau pendidik, namun siswa mampu membangun pengetahuan yang beraneka ragam satu sama lain. Dalam hal ini siswa mampu berpikir kritis dan mempunyai kesempatan untuk mengutarakan pendapat berkaitan dengan konsep-konsep yang sudah ia bangun, baik secara kelompok maupun individu.

4. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah a. Pendekatan Saintifik

Penerapan kurikulum 2013 tentu membawa banyak perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Pada kurikulum 2013 ada tiga aspek utama yang diperhatikan yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Ketiga aspek ini tertuang dalam suatu pendekatan yaitu pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik, kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan seperti mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.

20 Nur, dkk. Pembelajaran Sejarah Konstruktivistik: Pendekatan Critical Discourse Analysis, diakses dari http://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/yupa/article/view/87/26 pada tanggal 29 Mei 2020 pukul 14.52

Hosnan menjelaskan, pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. 21 Fauziah (dalam Machin) menambahkan pendekatan saintifik mengajak siswa langsung dalam menginferensi masalah yang ada dalam bentuk rumusan masalah dan hipotesis, rasa peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu dan gemar membaca.22

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi, melatih siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik serta mengarahkan siswa untuk bisa berpikir kritis, memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan bekerja sama dan mampu mempertanggungjawabkan hasil diskusi.

Selain itu, tujuan utama pembelajaran dalam pendekatan saintifik tidak hanya mengutamakan nilai kognitif melainkan lebih menekankan penanaman nilai karakter pada siswa. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:23

21 Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014, hlm. 34

22 Machin, Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan, diakses dari

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2898/2927, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 11.00

23 Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Yrama Widya, 2014, hlm. 72

1) Mengamati

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan dalam mencari informasi, menemukan fakta, ataupun suatu persoalan.

2) Menanya

Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati.

Pertanyaan-pertanyaan itu bias bersifat faktual ataupun problematis.

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis.

3) Menalar

Mengumpulkan sejumlah informasi ataupun fakta-fakta dalam rangka menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan siswa sebelumnya.

Selanjutnya, mengolah informasi ataupun fakta-fakta yang telah dikumpulkan menjadi sebuah rumusan kesimpulan, sesuai dengan masalah yang diajukan pada langkah sebelumnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap kritis, teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari.

4) Mengasosiasikan

Menerapkan (mengembangkan, memperdalam) pemahaman atas sesuatu persoalan kepada persoalan lain yang sejenis atau yang berbeda.

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kemampuan bernalar secara sistematis dan logis.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil kegiatan belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan maupun tulisan.

Kompetensi yang dikembangkan dalam tahap mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, percaya diri, bertangunjawab, dan toleran dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan memerhatikan kejelasan, kelogisan, dan keruntutan sistematiknya.

b. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Setelah melihat langkah-langkah proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik di atas, pendekatan saintifik sangat perlu diterapkan dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut tidak terlepas dari permasalahan yang ditemukan di sekolah, yang mana pembelajaran sejarah kurang diminati siswa. Siswa menganggap

pembelajaran sejarah kurang menarik dan sangat membosankan. Sehingga, dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran sejarah, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada pendekatan saintifik, proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan apa yang dinamakan dengan pembelajaran siswa aktif.

Oleh karena itu, dengan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sejarah mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta melatih siswa untuk bekerja sama terutama dalam berdiskusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan guru. Selain itu, siswa dilatih untuk bisa bertanggung jawab dan terampil dalam menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil diskusinya. Dengan demikian, pembelajaran sejarah yang pada mulanya sangat monoton dan membosankan menjadi pembelajaran sejarah yang menarik.

5. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, agama dan lainnya). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dengan membantu untuk memahami suatu bahan

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, agama dan lainnya). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dengan membantu untuk memahami suatu bahan