• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

2. Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam

Dalam membuat rancangan pembelajaran ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran merupakan rancangan atau desain tindakan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.49 Dalam perencanaan pembelajaran beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti kompetensi dasar, indikator

49 Heri Susanto, op. cit., hlm. 85

pencapaian kompetensi, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, metode, model dan pendekatan pembelajaran, media pembelajaran serta sumber belajar.

1) Menentukan Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi dasar adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dicapai oleh siswa berdasarkan standar kompetensi yang telah ditentukan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan kompetensi dasar antara lain:50

a) Meluas, yang berarti siswa memperoleh kesempatan yang luas dalam mengembangkan pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai yang diperoleh pada saat pembelajaran.

b) Seimbang, artinya setiap kompetensi yang akan dicapai harus sesuai dengan alokasi waktu yang cukup dan pembelajaran yang efektif.

c) Relevan, yang berarti kompetensi-kompetensi yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan siswa.

d) Perbedaan, merupakan upaya pelayanan individual dimana siswa perlu memahami apa yang perlu untuk dipelajari dan bagaimana ia berpikir.

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan kompetensi dasar yang baik antara lain:51

a) Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa.

50 Nur Fitri, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-standar-kompetensi-sk-kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/#_ftn8 diakses pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 13.50

51 Ibid

b) Rumusan kompetensi dasar harus mencerminkan tingkah laku yang diamati dan diukur.

c) Rumusan kompetensi dasar harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang akan diajarkan pada saat kegiatan mengajar.

Seperti contohnya dalam penelitian ini kompetensi dasar yang digunakan yaitu KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, dan KD 4.7 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2) Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar yang digunakan. Tujuan dari indikator pencapaian kompetensi ini yaitu sebagai acuan dalam menentukan tujuan pembelajaran. Contohnya dalam KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Indikator pencapaian kompetensi (IPK) untuk aspek kognitif dijabarkan sebagai berikut. 3.7.1 Menelaah teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia. 3.7.2 Membedakan teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia. 3.7.3 Membuat garis besar teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia.

3.7.4 Mengidentifikasikan saluran penyebaran Islam di Indonesia. Sedangkan aspek psikomotorik dituangkan dalam KD 4.7 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan. Indikator

pencapaian kompetensi (IPK) yaitu KD 4.7.1 Membuat kliping sejarah tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia beserta bukti-bukti pendukung.

3) Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian Kompetensi Dasar.52 Dalam menentukan alokasi waktu ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru yaitu sebagai berikut;

a) Menghitung jumlah minggu dalam satu semester, dengan mencatat jumlah minggu setiap bulannya. Misalnya guru dalam semester I dihitung dari Juli-Desember, sedangkan pada semester II dihitung dari Januari-Mei.

b) Langkah selanjutnya dengan menghitung minggu tidak efektif. Minggu yang tidak efektif yaitu minggu yang tidak ada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Seperti contohnya pada saat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, biasanya pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditiadakan.

c) Menghitung minggu efektif. Setelah menghitung minggu tidak efektif maka selanjutnya guru menghitung minggu efektif yang memungkinkan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan. Perhitungan minggu efektif diperoleh dari jumlah minggu dalam satu bulan dikurangi jumlah minggu tidak efektif dalam bulan tersebut.

52 Yeti Muliyati, Perencanaan Pembelajaran: Silabus dan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), di akses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/Jur._Pend._Bhs._Dan_Sastra_Indonesia/196008091986012-YETI_MULYATI/Bahan_Diklat_PLPG,_Silabus_&_RPP.pdf, pada tanggal 19 Juli 2020 pukul 13.50

d) Menentukan jam efektif

Setelah menghitung minggu efektif maka langkah selanjutnya yaitu dengan menghitung jumlah jam efektif. Jumlah jam efektif dapat dilakukan dengan menghitung jumlah minggu efektif dikali jumlah pertemuan perminggunya.

Seperti contohnya pada pembelajaran sejarah Indonesia, jumlah minggu efektif 16 minggu, sedangkan jumlah jam pertemuan perminggunya 2 jam, maka 16 minggu dikali 2 jam pertemuan menjadi 32 jam.

e) Setelah mengetahui jumlah jam efektif dalam satu semester maka langkah selanjutnya dengan mendistribusikan alokasi waktu ke dalam kompetensi dasar. Pembagian jumlah jam disesuaikan dengan tingkat kesulitan atau banyaknya materi pelajaran dalam kompetensi dasar.

Seperti contohnya alokasi waktu yang digunakan peneliti dalam rencana pembelajaran pada materi KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia yaitu 180 menit yang dibagi menjadi dua pertemuan, pertemuan pertama 2x45 menit (2JP) dan pertemuan kedua 2x45 menit (2JP).

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut Daryanto yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai siswa sebagai akibat dari hasil belajar.53 Pendapat tersebut didukung dengan taksonomi Bloom yang membagi tujuan pembelajaran menjadi tiga ranah antara lain, ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Tujuan

53 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, hlm. 58

pembelajaran dalam ranah kognitif yaitu untuk memperkaya dan memperluas wawasan serta pengetahuan siswa. Sedangkan afektif berupa sikap yang diperoleh siswa selama dan setelah proses pembelajaran. Sedangkan tujuan pembelajaran aspek psikomotorik berupa keterampilan yang didapat siswa selama ataupun setelah proses pembelajaran.

Rumusan tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan akronim ABCD yaitu Audience, Behavior, Condition dan Degree.54

a. A=audience, pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran. dalam proses pembelajaran yang menjadi audience yaitu siswa.

b. B=behavior, kemampuan yang dipersyaratkan yang harus dicapai.

Behavior diartikan sebagai suatu tingkah laku yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran.

c. C=condition, kondisi yang diinginkan setelah proses pembelajaran d. D=degree, kemampuan yang dicapai setelah proses pembelajaran.

Seperti contohnya pada materi KD. 3.7 tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu, siswa mampu berpikir secara kritis dan kreatif dalam menganalisis berbagai teori-teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, mampu mengolah informasi tentang teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia serta mengemukakan dalam bentuk kliping sejarah dengan sikap toleransi dan multikultural.

54 Heri Susanto, op. cit., hlm. 89

5) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran menurut Sanjaya adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.55 Ada beberapa prinsip dalam memilih materi pembelajaran yaitu:

a. Prinsip relevansi/keterkaitan, materi pembelajaran harus relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b. Prinsip konsisten/keajegan, jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terdapat empat kompetensi, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan harus meliputi empat kompetensi tersebut.

c. Prinsip kecukupan, materi pembelajaran hendaknya memadai dalam membantu siswa untuk menguasai kompetensi dasar.

Materi pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam empat kategori yaitu;

fakta, konsep, prinsip dan prosedur.56 a. Fakta

Fakta adalah hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, yang dapat dibuktikan keberadaannya. Fakta dalam materi pembelajaran yaitu kebenaran atau kenyataan dari informasi yang disampaikan. Contoh fakta dalam materi proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia yaitu agama Islam dengan mudah diterima bangsa Indonesia terutama oleh masyarakat yang berada di daerah-daerah pesisir pantai. Pengaruh agama

55 Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2019, hlm. 88

56 Ibid.

dan budaya Islam terasa di berbagai segi kehidupan sehari-hari hingga sekarang.

b. Konsep

Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat inti/ isi dan sebagainya.

c. Prinsip

Prinsip adalah suatu hal pokok, utama atau yang paling penting sebagai implikasi dari sebab akibat.

d. Prosedur

Prosedur adalah rangkaian materi pembelajaran yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai contohnya dalam KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, dengan prosedur pembelajarannya yaitu periodisasi penyebaran Islam di Indonesia (Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 7, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 11, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 13).

6) Menentukan Metode, Model dan Pendekatan Pembelajaran

Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan metode pembelajaran yaitu cara guru dalam menyampaikan pesan atau informasi agar siswa mudah memahami. Metode yang digunakan guru didukung oleh model serta pendekatan pembelajaran. Ketiga komponen tersebut sangat penting untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Djamarah dasar pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yaitu; 57

a. Berpedoman pada tujuan

Metode pembelajaran yang digunakan guru tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran tetapi harus mendukung kemana kegiatan interaktif edukatif berproses agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

b. Perbedaan individual siswa

Dalam pemilihan metode maupun model pembelajaran guru harus memperhatikan perbedaan individual siswa. Aspek-aspek perbedaan yang harus diperhatikan yaitu biologis, intelektual, dan psikologis.

c. Kelengkapan fasilitas

Kelengkapan fasilitas di sekolah dapat mendukung metode pembelajaran yang digunakan guru. Namun, apabila fasilitas di sekolah tidak lengkap seperti contohnya pada sekolah-sekolah di daerah terpencil, maka guru harus memilih metode yang sesuai dengan fasilitas yang ada.

d. Kelebihan dan kelemahan metode

Metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, oleh karena itu guru dalam memilih metode harus mempertimbangkan kelebihan metode yang digunakan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan metode, model maupun pendekatan pembelajaran sangatlah pengaruh bagi proses belajar siswa. Apabila guru menggunakan metode serta model pembelajaran yang menarik maka siswa akan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Metode maupun model pembelajaran sangatlah bervariasi oleh karena itu guru dalam memilih metode maupun model harus yang menarik dan inovatif. Seperti contohnya metode pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu metode ceramah bervariasi, diskusi dan tanya jawab. Sedangkan model yang digunakan peneliti yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan menggunakan pendekatan saintifik.

57 Djamarah, Syaiful Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm. 229

7) Menentukan Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah serangkaian alat atau bahan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu agar siswa mudah memahami materi pembelajaran. Arsyid sebagaimana yang dikutip oleh Rusydi (2019: 88) menjelaskan manfaat praktis penggunaan media pembelajaran yaitu:58

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyampaian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan proses belajar dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

Dalam hal ini contohnya pada materi teori-teori masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, siswa tidak perlu turun kelapangan untuk melihat bukti-bukti adanya teori tersebut tetapi dengan guru menampilkan slide gambar/video dapat mempermudah pemahaman siswa untuk memahami pesan-pesan yang disampaikan guru.

Berdasarkan ketiga uraian di atas disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat memberikan suasana yang menarik dalam proses belajar, pembelajaran menjadi bervariasi dan tidak monoton. Dalam memilih media pembelajaran guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah terutama fasilitas-fasilitas yang dimiliki sekolah. Media pembelajaran terdiri dari alat dan bahan untuk mendukung proses pembelajaran agar berlangsung dengan baik. Seperti contohnya dalam penelitian ini alat yang digunakan peneliti yaitu

58 Rusydi Ananda, op. cit., hlm. 198

Laptop, proyektor, LCD, speaker, tongkat ukuran kecil, papan tulis, spidol.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu power point yang berisi materi pembelajaran serta gambar/video tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.

8) Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, narasumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.59 Sumber belajar digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, seperti contohnya sumber belajar yang digunakan peneliti dalam materi KD 3.7 tentang teori-teori masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia yaitu dengan menggunakan buku paket yang ditulis oleh Ratna Hapsari dan M. Adil pada tahun 2016, yang berjudul Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X, diterbitkan oleh Erlangga di Jakarta.

Buku yang ditulis oleh Restu Gunawan, dkk pada tahun 2017, yang berjudul Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X, dan diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.

59 Yeti Muliyati, Perencanaan Pembelajaran: Silabus dan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), di akses dari

Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpbs/Jur._Pend._Bhs._Dan_Sastra_Indonesia/196008091986012-Yeti_Mulyati/Bahan_Diklat_Plpg,_Silabus_&_Rpp.Pdf, Pada Tanggal 19 Juli 2020 Pukul 13.50

b. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran 1) Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan ada empat aspek yang harus diperhatikan guru yaitu orientasi, apersepsi, motivasi, dan pemberian acuan. Orientasi dilakukan dengan guru mengucapkan salam kepada siswa, guru mengajak siswa untuk mengucap syukur dengan berdoa sebelum memulai pembelajaran. Selanjutnya, guru memperhatikan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan menanyakan kehadiran siswa, memperhatikan kerapian siswa serta melihat kebersihan kelas. Setelah itu, guru memberikan apersepsi kepada siswa. Apersepsi ini dilakukan dengan cara mengaitkan materi/tema pembelajaran yang dilakukan dengan pengalaman siswa. Selanjutnya, guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih fokus dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi dilakukan dengan cara memberikan gambaran tentang manfaat materi pembelajaran yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Langkah terakhir dengan pemberian acuan. Pemberian acuan dilakukan dengan guru menjelaskan tentang Tujuan Pembelajaran, Indeks Pencapaian Kompetensi, serta materi yang akan dipelajari.

Guru menyampaikan secara garis besar cakupan materi, kegiatan yang dilakukan, dan teknik penilaian.

2) Kegiatan Inti

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran disajikan sebagai berikut

(1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi/eksplorasi, (4) mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar, dan (5) mengkomunikasikan.60

Kegiatan inti dalam model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada materi KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut. Langkah pertama yaitu mengamati. Guru menampilkan power point tentang teori-teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, dan siswa diminta untuk mengamati power point yang ditampilkan guru tersebut. Langkah kedua yaitu menanyakan. Guru memberikan beberapa pertanyaan berdasarkan power point yang ditampilkan dan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Setelah menjawab pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami, dan siswa lain diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari temannya.

Langkah ketiga yaitu mengumpulkan informasi. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang yang heterogen baik jenis kelamin, etnis, agama, maupun kemampuan akademiknya. Guru memberikan lembar kerja siswa (LKPD) pada masing-masing kelompok tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.

Siswa dalam kelompok mendiskusikan lembar kerja mengenai teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Guru membantu siswa dalam kelompok untuk menjelaskan hal-hal yang belum dimengerti siswa dalam berdiskusi. Dalam berdiskusi siswa dapat memanfaatkan

60 Ibid, hlm. 151

sumber yang ada; buku paket, LKS maupun internet untuk mencari informasi berkaitan dengan topik permasalahan kelompok. Setelah siswa mendapat pemecahan masalah atas pertanyaan yang diberikan guru. Guru meminta siswa untuk untuk menutup semua buku bacaan. Guru memberikan sebuah tongkat pada siswa (penerapan model talking stick). Guru memutar lagu kebangsaan Indonesia, sementara itu tongkat akan terus bergulir. Guru menghentikan lagu dan siswa yang sedang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang tidak bisa menjawab dibantu oleh teman-teman kelompoknya. Tongkat tersebut akan terus bergulir sampai pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan guru selesai dijawab.

Langkah selanjutnya yaitu mengasosiasi. Guru mengarahkan siswa untuk saling bertukar pendapat dalam berdiskusi. Siswa dalam kelompok diskusi mencatat hal-hal penting tentang pemecahan masalah yang sudah mereka kumpulkan. Langkah terakhir yaitu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

Setiap siswa dalam kelompok menyampaikan hasil diskusi sesuai dengan topik permasalahan yang dikaji (presentasikan di depan guru dan teman-teman di kelas).

Sedangkan siswa dikelompok lain memberikan tanggapan/pertanyaan berkaitan dengan hasil diskusi yang dipresentasikan temannya.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran terakhir yaitu penutup. Pada kegiatan penutup ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu membuat kesimpulan, melakukan refleksi dan memberikan tugas lanjutan kepada siswa. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dibahas. Setelah menyimpulkan, guru bersama

siswa merefleksikan kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Setelah memberi kesimpulan, guru memberikan tugas lanjutan kepada siswa, seperti contohnya dengan memberi tugas untuk membuat kliping sejarah tentang materi pembelajaran yang sudah dibahas.

c. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengukur atau menilai apakah tujuan yang direncanakan sudah tercapai dengan baik. Heri Susanto menjelaskan evaluasi pembelajaran sejarah hendaknya mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 61

Ketiga aspek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;

1) Aspek Kognitif

Evaluasi kognitif dapat dilakukan dengan menggunakan metode tes tertulis maupun tes lisan. Tes tertulis dilakukan dengan mengerjakan soal-soal, yang berupa pilihan ganda ataupun essay. Pengukuran kognitif dapat disusun sesuai level kognitif yang diinginkan. Misalnya soal yang dibuat dimulai dari level yang paling sederhana (C1) sampai pada yang kompleks (C6). Sedangkan untuk tes lisan bisa dilakukan dengan menggunakan kuis pada saat pembelajaran. Pada KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, peneliti menggunakan tes tertulis dengan mengerjakan soal-soal essay. Sedangkan tes lisannya dengan mengadakan kuis melalui model talking stick.

61 Heri Susanto, op. cit., hlm. 114-118

2) Aspek Afektif

Evaluasi aspek afektif dilakukan untuk mengetahui kesadaran, sikap, pandangan, pendapat, maupun perilaku siswa. Berbeda dengan evaluasi kognitif, evaluasi afektif tidak dilakukan dengan memberikan soal.

Evaluasi aspek afektif juga memperhatikan level afektifnya, seperti penerimaan sampai pada pembentukkan pola. Dalam proses pembelajaran penilaian aspek afektif bisa dilakukan dengan skala sikap dan lembar observasi. Seperti contohnya, guru memberikan lembar penilaian sikap toleransi dan multikultural kepada siswa.

3) Aspek Psikomotorik

Pada aspek psikomotorik sama seperti dalam aspek kognitif dan afektif, terdapat beberapa level yang dapat dievaluasi pada pembelajaran sejarah baik dari persepsi sampai pada kreativitas, yang berupa keterampilan yang dihasilkan siswa. Misalnya pada materi KD 3.7 tentang teori-teori proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, nilai psikomotoriknya dapat berupa keterampilan siswa dalam membuat kliping sejarah.