• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK (Studi Kepustakaan) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK (Studi Kepustakaan) SKRIPSI"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

(Studi Kepustakaan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

AMELIA SANDRIA SAING 161314019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberikan anugerah dan berkat dalam hidup saya.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Marselinus Saing dan Ibu Tekla Eri yang selalu mendukung saya baik secara finansial maupun melalui do’a.

3. Ketiga kakak saya, Elvira Elo, Jansen Elo, dan Salvator Saing Elo yang selalu memberikan semangat dan do’a untuk saya.

4. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan menempuh gelar Sarjana.

5. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2016 yang selalu memberikan banyak pengalaman baru selama kurang lebih empat tahun bersama.

(3)

v MOTTO

“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan” (Amsal 19:20)

“Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga adalah bibir yang berpengetahuan” (Amsal 20:15)

(4)

viii ABSTRAK

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

(Studi Kepustakaan) Amelia Sandria Saing Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) gagasan pentingnya model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran sejarah dan (2) contoh rancangan implementasinya dalam pembelajaran sejarah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Sumber data primer yang digunakan yaitu kurikulum 2013 dan silabus sejarah Indonesia, sedangkan sumber data sekunder yaitu buku-buku yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan pembelajaran sejarah. Teknik pengumpulan data menggunakan kartu data dengan paraphrase. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif model Miles dan Huberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) gagasan pentingnya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran sejarah karena dapat melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis, menyenangkan, siswa aktif, dan pembelajaran menarik. (2) Contoh rancangan implementasinya berupa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah, Pembelajaran Kooperatif, Talking Stick, Berpikir Kritis.

(5)

ix ABSTRACT

INDONESIAN HISTORY LEARNING BASED ON COOPERATIVE LEARNING MODEL OF TALKING STICK TYPE

(Study of Literature) Amelia Sandria Saing Sanata Dharma University

2020

This study aims to describe (1) the idea of the importance of the talking stick cooperative learning model in history learning and (2) examples of its implementation design in history learning.

This research is a qualitative research with a literature study approach. The primary data sources used were the 2013 curriculum and the Indonesian history syllabus, while the secondary data sources were books related to the talking stick type cooperative learning model and history learning. The data collection technique used was a data card with paraphrase. The data analysis technique used was interactive analysis by Miles and Huberman model.

The results of this study indicate that (1) applying the talking stick type of cooperative learning model in history learning is important because it can train students to think critically, to be fun, to be active students, and interested in learning (2) An example of the implementation plan is given in the form of planning, implementation and evaluation contained in the lesson plan (RPP).

Keywords: Historical Learning, Cooperative Learning, Talking Stick, Critical Thinking.

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Pembelajaran Sejarah ... 9

2. Kurikulum 2013 ... 15

3. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah ... 21

4. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah ... 22

5. Model Pembelajaran Kooperatif ... 25

6. Model Pembelajaran Talking stick ... 30

B. Materi Pembelajaran ... 34

C. Penelitian Relevan ... 34

(7)

xiii

D. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Seting Penelitian ... 42

C. Sumber Data ... 43

D. Fokus Penelitian ... 46

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. HASIL PENELITIAN ... 50

1. Gagasan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam Pembelajaran Sejarah ... 50

2. Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam Pembelajaran Sejarah. ... 57

B. PEMBAHASAN ... 72

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

1. Gagasan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dalam Pembelajaran Sejarah ... 76

2. Contoh rancangan pembelajaran Sejarah Indonesia menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick. ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 81

(8)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Kerangka Berpikir ... 41

Gambar II : Proses Analisis Data ... 49

Gambar III : Rancangan Proses Pembelajaran ... 53

Gambar IV : Proses Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas ... 54

Gambar V : Kelompok Diskusi ... 55

(9)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Peta Materi Sejarah Indonesia ... 19 Tabel 2: Prestasi Siswa di Kelas ... 55 Tabel 3: Kompetensi Dasar Sejarah Indonesia………..56

(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 82 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa (dalam hal berpengalaman) kepada orang yang belum dewasa (belum memiliki pengalaman), agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif, sehingga sungguh-sungguh menunjang perkembangannya. Menurut Winkel pendidikan sangatlah penting bagi kelangsungan hidup umat manusia, baik pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan nonformal. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena di Sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di Kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan, sejauh perubahan-perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar.1 Kalimat ini diperkuat oleh Driyarkara, yang mengatakan pentingnya pendidikan dalam sekolah, karena dengan mendapatkan pendidikan seorang anak dapat berkembang baik secara intelektual maupun sikap. Menurut Driyarkara tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah memanusiakan manusia muda.2

Pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengarahkan belajar anak supaya dia memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat menunjang perkembangannya. Sebagai pendidik di sekolah tugas pokok guru adalah menjadi pengelola belajar dan dewasa ini ditekankan pula apa yang disebut “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA).3

1 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Gramedia, 1996, hlm. 25

2 Driyarkara, Driyarkara tentang Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1980, hlm. 127

3 W. S. Winkel, op.cit. hlm. 26

(12)

Dalam tingkatan pendidikan khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA), semakin beragamnya mata pelajaran yang dipelajari, salah satunya yaitu mata pelajaran sejarah. Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah dibagi menjadi dua yaitu sejarah dan sejarah Indonesia. Pada mata pelajaran sejarah, dikhususkan untuk kelompok peminatan (Jurusan IPS), sementara mata pelajaran sejarah Indonesia ditetapkan sebagai mata pelajaran wajib untuk semua jurusan.

Ditetapkannya pelajaran sejarah Indonesia sebagai mata pelajaran wajib menunjukan bahwa pembelajaran sejarah sangatlah penting. Karena melalui pembelajaran sejarah dapat menanamkan sikap patriotisme maupun nasionalisme dalam diri siswa, terutama untuk menyadarkan siswa akan sejarah suatu bangsa.

Namun, pada kenyataannya pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah dapat dikatakan kurang diminati siswa. Hal ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran, siswa terlihat kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Contohnya pada saat pembelajaran ada siswa yang sibuk main handphone, keluar masuk kelas dengan alasan ke toilet, cerita sama teman sebangku maupun tidur saat pembelajaran.

Pada dasarnya ada dua faktor utama yang menyebabkan siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran sejarah yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, misalnya ada anggapan dari dalam diri siswa bahwa pembelajaran sejarah tidak begitu penting bagi hidupnya karena pembelajaran sejarah terlalu banyak konsep yang harus dipahami namun tidak menyentuh konteks dan relevansi di kehidupan siswa sendiri. Di samping itu, mata pelajaran sejarah tidak digunakan pada saat ujian nasional sehingga siswa merasa tidak

(13)

terlalu penting untuk dipelajari. Faktor intern tersebut diperkuat oleh faktor ekstern, yaitu faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan belajar siswa seperti metode mengajar guru, waktu pelaksanaan pembelajaran, relasi antar siswa, relasi guru dan siswa, materi pelajaran, maupun suasana pembelajaran di kelas.

Metode mengajar guru yang monoton dapat berdampak pada ketidaktertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Khususnya dalam menerapkan model pembelajaran, apabila guru tidak menerapkan model- model pembelajaran yang inovatif maka sangat berpengaruh pada minat siswa untuk belajar, sehingga dampaknya bagi siswa adalah siswa cepat merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Metode mengajar guru yang monoton ditambah waktu pembelajaran sejarah yang ditempatkan pada jam pelajaran terakhir menyebabkan banyak siswa tidak konsentrasi, mengantuk dan memilih untuk berbicara dengan teman sebelahnya dibandingkan mendengar penjelasan guru. Hal ini akan berdampak pada saat ulangan harian atau ujian, banyak siswa yang tidak bisa menjawab soal dengan benar sehingga prestasi belajar tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Selanjutnya, relasi antar siswa juga sangat mempengaruhi proses belajar.

Misalnya, pada saat diskusi kelompok ada siswa yang hanya ingin berkelompok dengan teman-teman dekatnya saja maka siswa lain merasa terpinggirkan dan tidak dianggap. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa merasa rendah diri dan pasif. Selain itu, hubungan guru dengan siswa juga dapat mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Guru yang tidak memperlakukan siswa secara adil, akan membuat siswa merasa tidak diperhatikan sehingga siswa

(14)

mencari perhatian guru dengan membuat kesalahan, seperti tidur maupun ribut saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut juga akan mempengaruhi suasana pembelajaran di kelas, dimana ketika ada siswa yang ribut maka sangat mengganggu konsentrasi siswa lain. Dengan demikian, suasana kelas menjadi tidak kondusif.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti merasa bahwa sangat perlu melakukan perubahan dalam proses pembelajaran sejarah. Terlebih dalam menerapkan model pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kajian pustaka berkaitan dengan salah satu model pembelajaran yaitu model kooperatif tipe talking stick. Tujuan melakukan kajian pustaka mengenai model pembelajaran tersebut untuk memberikan pengetahuan atau wawasan kepada guru-guru di sekolah, terutama pada guru sejarah sebagai salah satu model pembelajaran yang menarik dan juga inovatif. Sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dengan berdiskusi kelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan guru atau inkuiri. Model pembelajaran ini menekankan metode belajar kelompok heterogen (jenis kelamin, agama, ras, dan lainnya) dengan tujuan agar siswa saling membantu satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik untuk kelompok maupun individu.4

Berdasarkan penjelasan di atas, ciri utama pembelajaran kooperatif adalah siswa saling bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Dalam hal ini siswa dilatih untuk saling menghargai dan menerima pendapat dari teman-teman kelompok serta mampu

4 Suyanto, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009, hlm. 51

(15)

mempertanggungjawabkan hasil diskusi. Pembelajaran kooperatif ini akan melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga tugas guru disini hanya sebagai fasilitator yang akan membantu siswa saat mengalami kesulitan dalam berdiskusi serta menjelaskan hal-hal yang kurang dimengerti oleh siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam tipe model pembelajaran. Adapun tipe-tipe model pembelajaran kooperatif yaitu; STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, NHT (Numbered Heads Together), TGT (Team Game Tournament), Group Investigation, Picture and Picture, Snowball Throwing, Concept Mapping, Talking Stick, CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Demonstration, Example Non Examples, Think Pare Share, The Power of Two.

Berdasarkan tipe-tipe di atas, kajian pustaka ini akan fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Menurut Suprijono (dalam Shoimin) pembelajaran dengan strategi talking stick dapat mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan stick (tongkat) yang bergulir, siswa dituntun untuk merefleksikan atau mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat dialah yang akan menjawab pertanyaan5.

Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick akan melatih pemahaman siswa terkait materi pembelajaran yang sudah diberikan maupun dijelaskan guru. Di sini guru dapat mengetahui sejauh

5 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: 2014, hlm.

198

(16)

mana siswa mengerti dan mengingat materi yang sudah diajarkan. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa tidak lagi pasif, mengantuk dan bosan melainkan aktif dan semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Di samping itu, mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan kajian pustaka berkaitan dengan salah satu model pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Pembelajaran Sejarah Indonesia Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang termuat di latar belakang, maka dapat diidentifikasikan permasalahan khusus yang berkaitan dengan beberapa masalah yang akan dicari pemecahannya melalui kajian pustaka.

Adapun permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa pada pembelajaran sejarah 2. Metode mengajar guru yang monoton

3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang kreatif dan inovatif 4. Siswa cepat merasa bosan dan mengantuk saat pembelajaran sejarah 5. Suasana kelas yang kurang kondusif

6. Relasi antar siswa yang kurang baik.

(17)

C. Batasan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, supaya masalah yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadinya penyimpangan, maka dibutuhkan batasan permasalahan. Masalah difokuskan pada pembelajaran sejarah Indonesia berbasis model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

D. Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana gagasan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran sejarah?

2. Bagaimana rancangan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran sejarah?

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini:

1. Mengetahui gagasan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran sejarah.

2. Mendeskripsikan rancangan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran sejarah.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil dari kajian pustaka ini diharapkan sebagai sumbangan ilmiah untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan baru, khususnya mengenai

(18)

“Pembelajaran sejarah Indonesia berbasis model pembelajaran kooperatife tipe talking stick”.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

a. Bagi Siswa

Melalui kajian pustaka berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini, diharapkan mampu meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran sejarah, sehingga siswa tidak mengantuk saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, tetapi ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk guru sejarah di sekolah dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif, agar pembelajaran lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

c. Bagi Sekolah

Melalui kajian pustaka ini semoga guru-guru di sekolah bisa menerapkan model pembelajaran yang menarik dan inovatif.

d. Bagi Peneliti

Dengan melakukan kajian pustaka mengenai model-model pembelajaran yang inovatif dapat menambah wawasan serta pengalaman baru bagi peneliti khususnya dalam membuat karya ilmiah. Sehingga pada saat menjadi guru mampu menerapkan model-model pembelajaran yang menarik.

(19)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran sering disebut dengan “instruction” yang terdiri dari dua kata yakni kegiatan belajar dan mengajar. Dalam konsep umum, belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang berlangsung pada diri manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata pembelajaran yaitu proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.6 Woolfolk & Nicolich (dalam Aman 2011: 63) menjelaskan bahwa “Learning is a change in a person that comes about as a result of experience”. Belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil pengalaman.

Perubahan sebagai hasil kegiatan pembelajaran dapat mencakup perubahan dalam hal pengetahuannya, sikap maupun keterampilan. Demikian pula dengan mengajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses, yang meliputi proses mengatur dan mengorganisir lingkungan belajar siswa yang tujuannya adalah menumbuhkan dan memotivasi siswa untuk belajar.7

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang didukung oleh metode, model maupun media yang digunakan untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu

6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ajar, diakses dari https://kbbi.web.id/ajar pada tanggal 12 Maret 2020

7 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011, hlm. 63

(20)

siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.8

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan membelajarkan. Dalam pendidikan formal pembelajaran dimaksudkan proses interaksi antara pendidik dan siswa, yang mana tugas siswa adalah belajar dan tugas pendidik mengarahkan dan membimbing siswa dalam proses belajar, dengan mengajarkan atau mentransfer pengetahuan yang dimiliki pendidik. Hasil yang didapat dari proses pembelajaran itu sendiri tidak hanya berupa pengetahuan melainkan juga pengalaman-pengalaman baru bagi siswa.

b. Pembelajaran Sejarah di Sekolah

Pembelajaran sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat pada masa lampu yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa.9 Pembelajaran sejarah sangatlah penting terutama untuk membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

Oleh karena itu, Heri Susanto menuliskan beberapa prinsip yang hendaknya diperhatikan dalam pembelajaran sejarah yaitu sebagai berikut:10

8 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi, Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2016, hlm. 75

9 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 209-210

10 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 56

(21)

1) Pembelajaran yang dilakukan harus menyesuaikan dengan perkembangan siswa dan perkembangan zaman. Karena yang walaupun sejarah membahas tentang kehidupan masa lalu, bukan berarti tidak diajarkan secara kontekstual. Sejarah sendiri memiliki banyak nilai dan fakta yang apabila disampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan pikiran siswa maka mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, kesatuan.

2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai.

Menyampaikan fakta dalam pembelajaran sejarah sangatlah penting, namun tidak kalah penting bagaimana mengelola fakta-fakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai tersebut.

3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreativitas dan memaksa siswa hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar terutama dalam menggunakan model pembelajaran.

Tujuannya adalah agar siswa tidak bosan dan jenuh untuk belajar.

Berdasarkan ketiga prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab seorang guru sejarah sangatlah besar. Dalam praktiknya, guru sejarah tidak hanya sekedar menyampaikan materi tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran tersebut terlebih nilai patriotisme dan nasionalisme. Disisi lain guru sejarah harus memperhatikan metode maupun model yang digunakan dalam mengajar karena dengan metode mengajar yang menarik, siswa akan aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian perspektif siswa akan pembelajaran sejarah yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik.

(22)

c. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Setiap pembelajaran di sekolah tentu memiliki tujuannya masing-masing, sama halnya dengan pembelajaran sejarah. Moh. Ali dalam Heri Susanto (2014:57) mengatakan pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan:11

1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan;

2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan;

3) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia;

4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa.

Semenatara itu, menurut Sapriya mata pelajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:12

1) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

2) Melatih siswa untuk berpikir kritis siswa dalam memahami fakta-fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

3) Memberikan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4) Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5) Membantu siswa agar dia sadar bahwa dirinya bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

11 Ibid. hlm. 57

12 Sapriya, loc. cit.

(23)

Selanjutnya, I Gde Widja membagi tujuan pengajaran sejarah dalam tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:13

Aspek pengetahuan

1) Untuk memperoleh pengetahun tentang tentang aktivitas-aktivitas manusia di masa lalu baik dalam aspek eksternal maupun internalnya.

2) Mampu menguasai fakta-fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lalu yang sesuai dengan waktu, tempat serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

3) Menguasai pengetahuan tentang unsur-unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.

4) Mampu menguasai pengetahuan tentang unsur perkembangan dari peristiwa-peristiwa masa lampau yang terus berlanjut dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.

Aspek Pengembangan Sikap

1) Menumbuhkan kesadaran sejarah pada siswa agar mereka mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.

2) Menanamkan sikap menghargai pentingnya pengalaman masa lampau bagi masa kini suatu bangsa dan menghormati berbagai aspek kehidupan masa kini sebagai hasil pertumbuhan di waktu yang lampau.

3) Menanamkan sikap kesadaran akan perubahan-perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik diwaktu yang akan datang.

Aspek keterampilan

1) Mata pelajaran sejarah di sekolah diharapkan menekankan pengembangan kemampuan dasar dikalangan siswa berupa keterampilan mencari/mengumpulkan jejak-jejak sejarah (kemampuan heuristik), melaksanakan analisis kritis terhadap bukti-bukti sejarah (kemampuan kritik sejarah), keterampilan menginterpretasikan serta merangkai fakta- fakta dan akhirnya juga keterampilan menulis sejarah sederhana.

2) Terampil dalam mengemukakan pendapat terutama dalam mendiskusikan masalah-masalah kesejarahan.

3) Keterampilan menelaah serta mengkritik buku-buku sejarah yang tidak sesuai dengan fakta sejarah terutama yang menyangkut sejarah bangsanya.

13 I Gde Widja, Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta:

Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan., 1989, hlm. 27

(24)

4) Keterampilan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif di sekitar masalah sejarah.

5) Keterampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.

Berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah tidak hanya untuk memperkaya ilmu pengetahuan, melainkan juga menanamkan sikap dan keterampilan pada siswa.

Terutama dalam menanamkan sikap cinta tanah air dan menyadarkan siswa untuk menghargai perjuangan-perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

d. Karakteristik Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa atau kejadian masa lampau umat manusia. Aman menjelaskan, mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara substantif, materi sejarah:14

1) Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian siswa;

2) Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban Indonesia di masa depan;

14 Aman, hlm. 57.

(25)

3) Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa;

4) Syarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;

5) Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

2. Kurikulum 2013 Perubahan-perubahan kurikulum dalam pendidikan di Indonesia

dilatarbelakangi oleh kekurangan-kekurangan kurikulum sebelumnya. Seperti halnya dalam kurikulum KTSP 2006, ada beberapa kelemahan yang ditemukan sehingga diganti ke kurikulum 2013. Kelemahan-kelemahan dalam kurikulum KTSP 2006 seperti;15

1) Isi dan pesan-pesan dalam kurikulum terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran yang melampaui tingkat perkembangan usia anak.

2) Kompetensi yang dikembangkan lebih mengutamakan aspek pengetahuan sementara aspek keterampilan dan sikap tidak terlihat.

3) Berbagai kompetensi yang diperlukan seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

15 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 60-61

(26)

Melihat beberapa kelemahan di atas, penerapan kurikulum 2013 di sekolah bertujuan untuk memperbaiki kurikulum-kurikulum sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat pada kurikulum 2013, kompetensi yang hendak dicapai yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan minat. Di mana dalam kurikulum 2006, kompetensi yang dikembangkan hanya aspek pengetahuan saja. Selain itu banyak orang beranggapan bahwa kurikulum-kurikulum sebelumnya sangat memberatkan siswa. Dikarenakan terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari.

a. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014, pada sekolah-sekolah yang ditunjuk Pemerintah, serta sekolah yang siap melaksanakan atau menerapkannya. Terdapat beberapa hal penting dari perubahan kurikulum sebelumnya menjadi kurikulum 2013, yaitu dengan mengetahui keunggulan dan kekurangannya. Adapun keunggulan dan kekurangan dari kurikulum 2013 akan dijabarkan di bawah ini.16

Secara garis besar keunggulan kurikulum 2013 yaitu;

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek seperti, nilai religi, sikap, keterampilan dan lainnya.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

16 Kurniasih & Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Surabaya: Kata Pena, 2014, hlm. 40-42.

(27)

6) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

Sementara itu dalam penerapan kurikulum 2013 ini masih ada yang belum dipahami secara baik, sehingga dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan, seperti berikut:

1) Guru salah kaprah, karena dengan beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2) Masih banyak guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum 2013 menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit guru yang siap untuk bisa kreatif dalam mengajar.

3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik.

4) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

Melihat beberapa kekurangan di atas, disimpulkan bahwa penerapan kurikulum 2013 belum terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan dalam penerapannya masih terjadi kesalahan. Contohnya, masih banyak guru yang lebih dominan dalam proses pembelajaran dan tidak memberi kesempatan siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Pembelajaran Sejarah Dalam Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah dibagi menjadi dua yaitu sejarah dan sejarah Indonesia. Mata pelajaran sejarah, dikhususkan untuk kelompok peminatan (Jurusan IPS), sementara sejarah Indonesia ditetapkan

(28)

sebagai mata pelajaran wajib untuk semua jurusan. Ditetapkannya pelajaran sejarah Indonesia sebagai mata pelajaran wajib menunjukan bahwa pembelajaran sejarah sangatlah penting. Karena melalui pembelajaran sejarah di sekolah dapat menanamkan sikap patriotisme maupun nasionalisme dalam diri siswa, terutama untuk menyadarkan siswa akan sejarah suatu bangsa.

Dalam kurikulum 2013 istilah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) diganti dengan istilah Kompetensi Inti (KI) yang merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikannya. Kompetensi utama yang harus dicapai yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. KI dijabarkan kembali kedalam Kompetensi Dasar (KD) yang berisi kompetensi mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.17 Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran sejarah Indonesia untuk aspek pengetahuan dari kelas X sampai kelas XII terdapat kurang lebih 27 Kompetensi Dasar (KD). Untuk kelas X terdapat 8 Kompetensi Dasar, sedangkan kelas XI terdapat 10 Kompetensi Dasar dan untuk kelas XII terdapat 9 Kompetensi Dasar yang harus dicapai.

Secara garis besar cakupan materi pembelajaran sejarah Indonesia dalam kurikulum 2013 dapat dijabarkan melalui tabel di bawah ini.

17Agustinova, Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada Sekolah Menengah Atas, diakses dari

https://www.researchgate.net/publication/330529860_penerapan_kurikulum_2013_pada_mata_p elajaran_sejarah_pada_sekolah_menengah_atas, pada tanggal 12 maret 2020 pukul 15.05

(29)

Tabel 1: Peta Materi Sejarah Indonesia

X XI XII

Cara berpikir sejarah

 Cara berpikir kronologis dalam mempelajari sejarah

 Cara berpikir diakronik dalam mempelajari sejarah

 Cara berpikir sinkronik dalam mempelajari sejarah

Perkembangan kolonialisme dan imperialisme Eropa

 Proses masuk dan

perkembangan penjajahan bangsa Eropa

 Perebutan politik hegemoni bangsa Eropa

 Strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap

penjajahan bangsa Eropa sampai awal abad ke-20

Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan integrasi bangsa dan Negara RI

 Upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi

ancaman disintegrasi bangsa

 Upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan keutuhan wilayah NKRI

 Tokoh nasional dan daerah yang

berjuang

mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia pada masa 1945- 1965

Konsep perubahan dan keberlanjutan

 Makna perubahan

 Makna keberlanjutan

Dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini

 Politik; struktur pemerintahan

 Budaya; budaya Indis

 Sosial; stratifikasi

Indonesia pada masa awal kemerdekaan sampai dengan

Demokrasi Terpimpin

 Perkembangan kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan

 Perkembangan kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Liberal

(30)

X XI XII sosial

 Ekonomi; sistem ekonomi,

keuangan dan perbankan

 Pendidikan;

sistem kurikulum dan penjenjangan

 Perkembangan kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin

Indonesia zaman pra aksara: awal kehidupan manusia Indonesia

 Manusia purba

 Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia

 Corak kehidupan Masyarakat

 Hasil-hasil budaya masyarakat

 Nilai-nilai budaya masyarakat

Nilai-nilai dan makna Sumpah Pemuda

 Latar belakang Sumpah Pemuda

 Peristiwa Sumpah Pemuda

 Penguatan jati diri Keindonesiaan

 Nilai-nilai Sumpah Pemuda

Kehidupan Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru sampai Reformasi

 Kehidupan politik dan ekonomi pada masa Orde Baru

 Kehidupan politik dan ekonomi pada masa Reformasi

 Peran pelajar, mahasiswa, dan pemuda dalam

perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia Indonesia zaman Hindu

dan Buddha: Silang budaya lokal dan global tahap awal

 Teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha

 Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha

 Bukti-bukti kehidupan pengaruh Hindu dan Buddha yang masih ada sampai masa kini

Pendudukan Jepang di Indonesia

 Kedatangan Jepang

 Sifat pendudukan Jepang

 Respon bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang

Peran Bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia

 Peran Bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara lain: KAA, misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, Jakarta Informal Meeting

Zaman kerajaan- kerajaan Islam di Indonesia

 Teori-teori

Tokoh-tokoh nasional dan daerah dalam

memperjuangkan

Prestasi Bangsa Indonesia dalam mengembangkan iptek pada era kemerdekaan

(31)

X XI XII masuknya agama

dan kebudayaan Islam

 Kerajaan-kerajaan Islam

 Bukti-bukti kehidupan pengaruh Islam yang masih ada sampai masa kini

kemerdekaan  Revolusi hijau

 Teknologi transportasi

 Teknologi kedirgantaraan

 Teknologi komunikasi dan informasi

 Teknologi arsitektur dan konstruksi Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia

 Peristiwa proklamasi Kemerdekaan

 Pembentukan pemerintahan pertama RI

 Tokoh

proklamator dan tokoh lainnya sekitar proklamasi

Kehidupan Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru sampai Reformasi

 Kehidupan politik dan ekonomi pada masa Orde Baru

 Kehidupan politik dan ekonomi pada masa Reformasi

 Peran pelajar, mahasiswa, dan pemuda dalam

perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

3. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang kontekstual, yang mana pengetahuan dibangun oleh manusia secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.18 Dalam teori konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, yang mana pelajar/siswa membangun sendiri pengetahuannya.19 Sementara itu fungsi dan peran guru menurut teori ini yaitu sebagai mediator dan fasilitator. Dalam hal ini proses pembelajaran tidak lagi

18 Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 20

19 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 62

(32)

berpusat pada guru melainkan siswa sendiri yang mencari tahu dan mengkonstruksi apa yang telah ia dapat.

Dalam konteks pembelajaran sejarah, paradigma konstruktivisme menjadikan pembelajaran sejarah bukan hanya dipandang sebagai proses statis dan antikuarian dalam mempelajari peristiwa di masa lalu. Proses pembelajaran memfokuskan pada aktivitas manipulatif yang mengarahkan siswa untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman mengenai sejarah.20

Berdasarkan penjelasan di atas, hal penting dari pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah yaitu pengetahuan tidak hanya diperoleh dari guru atau pendidik, namun siswa mampu membangun pengetahuan yang beraneka ragam satu sama lain. Dalam hal ini siswa mampu berpikir kritis dan mempunyai kesempatan untuk mengutarakan pendapat berkaitan dengan konsep-konsep yang sudah ia bangun, baik secara kelompok maupun individu.

4. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah a. Pendekatan Saintifik

Penerapan kurikulum 2013 tentu membawa banyak perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Pada kurikulum 2013 ada tiga aspek utama yang diperhatikan yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Ketiga aspek ini tertuang dalam suatu pendekatan yaitu pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik, kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan seperti mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.

20 Nur, dkk. Pembelajaran Sejarah Konstruktivistik: Pendekatan Critical Discourse Analysis, diakses dari http://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/yupa/article/view/87/26 pada tanggal 29 Mei 2020 pukul 14.52

(33)

Hosnan menjelaskan, pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. 21 Fauziah (dalam Machin) menambahkan pendekatan saintifik mengajak siswa langsung dalam menginferensi masalah yang ada dalam bentuk rumusan masalah dan hipotesis, rasa peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu dan gemar membaca.22

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi, melatih siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik serta mengarahkan siswa untuk bisa berpikir kritis, memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan bekerja sama dan mampu mempertanggungjawabkan hasil diskusi.

Selain itu, tujuan utama pembelajaran dalam pendekatan saintifik tidak hanya mengutamakan nilai kognitif melainkan lebih menekankan penanaman nilai karakter pada siswa. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:23

21 Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014, hlm. 34

22 Machin, Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan, diakses dari

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2898/2927, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 11.00

23 Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Yrama Widya, 2014, hlm. 72

(34)

1) Mengamati

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan dalam mencari informasi, menemukan fakta, ataupun suatu persoalan.

2) Menanya

Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati.

Pertanyaan-pertanyaan itu bias bersifat faktual ataupun problematis.

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis.

3) Menalar

Mengumpulkan sejumlah informasi ataupun fakta-fakta dalam rangka menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan siswa sebelumnya.

Selanjutnya, mengolah informasi ataupun fakta-fakta yang telah dikumpulkan menjadi sebuah rumusan kesimpulan, sesuai dengan masalah yang diajukan pada langkah sebelumnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap kritis, teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari.

4) Mengasosiasikan

Menerapkan (mengembangkan, memperdalam) pemahaman atas sesuatu persoalan kepada persoalan lain yang sejenis atau yang berbeda.

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kemampuan bernalar secara sistematis dan logis.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil kegiatan belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan maupun tulisan.

Kompetensi yang dikembangkan dalam tahap mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, percaya diri, bertangunjawab, dan toleran dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan memerhatikan kejelasan, kelogisan, dan keruntutan sistematiknya.

b. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Setelah melihat langkah-langkah proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik di atas, pendekatan saintifik sangat perlu diterapkan dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut tidak terlepas dari permasalahan yang ditemukan di sekolah, yang mana pembelajaran sejarah kurang diminati siswa. Siswa menganggap

(35)

pembelajaran sejarah kurang menarik dan sangat membosankan. Sehingga, dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran sejarah, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada pendekatan saintifik, proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan apa yang dinamakan dengan pembelajaran siswa aktif.

Oleh karena itu, dengan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sejarah mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta melatih siswa untuk bekerja sama terutama dalam berdiskusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan guru. Selain itu, siswa dilatih untuk bisa bertanggung jawab dan terampil dalam menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil diskusinya. Dengan demikian, pembelajaran sejarah yang pada mulanya sangat monoton dan membosankan menjadi pembelajaran sejarah yang menarik.

5. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, agama dan lainnya). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dengan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.24 Sementara itu menurut Arifin dalam Suprijono (2016), pembelajaran kooperatif sebagai strategi motivasi yang mencakup semua

24 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 45

(36)

situasi belajar, dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan saling bergantung untuk berhasil mencapai tujuan. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 25

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), melalui diskusi kelompok. Dalam proses pembelajaran ini guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen, yang bertujuan agar siswa dalam kelompok mampu bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi yang diberikan guru.

Sementara itu, tugas guru adalah sebagai konsultan atau sebagai pemberi kritik maupun masukan terhadap kerja kelompok.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas dalam Tukiran, dkk. ketiga tujuan tersebut yaitu sebagai berikut:26

1) Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

2) Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai perbedaan latar belakang. Perbedaan

25 Agus Suprijono, Model-model Pembelajaran Emansipatoris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016, hlm. 196

26 Tukiran, Faridli & Harmianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 60

(37)

tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

3) Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Dari ketiga tujuan di atas, disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran terutama pada saat berdiskusi. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dari guru saja melainkan juga bisa belajar dari teman-temannya, sehingga pembelajaran tidak monoton atau satu arah.

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu:27

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan kepada manajemen kooperatif

Manajemen memiliki empat fungsi, yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara berkelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil optimal.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktekkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa

27 Rusman, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2017, hlm. 299

(38)

perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:28

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

2) Menyajikan informasi.

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

5) Evaluasi.

6) Memberikan penghargaan.

Berdasarkan langkah-langkah di atas, dapat dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari. Guru juga harus memotivasi siswa supaya siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, guru menyajikan informasi atau materi pokok kepada siswa agar siswa paham akan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah siswa mempelajari materi pokok, guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil dengan tujuan untuk melatih siswa dalam bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab dan mampu mengemukakan pendapat. Dalam diskusi kelompok, guru

28 Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010, hlm. 211

(39)

membimbing siswa dengan menjelaskan hal-hal yang belum dipahami atau dimengerti oleh siswa. Setelah selesai diskusi kelompok, guru bersama siswa melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan mempresentasikan hasil-hasil diskusi kelompok. Langkah terakhir yaitu guru memberikan penghargaan kepada siswa. Penghargaan dapat berupa pujian maupun dengan cara lainnya sesuai dengan kreativitas guru itu sendiri.

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan strategi belajar kooperatif adalah sebagai berikut:29

1) Siswa lebih memperoleh kesempatan dalam hal meningkatkan hubungan kerjasama antar-teman, saling menghargai maupun beranggung jawab dengan kelompoknya.

2) Siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan aktivitas, kreativitas, kemandirian, sikap kritis, sikap, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

3) Guru tidak perlu mengajarkan seluruh pengetahuan kepada siswa, cukup konsep-konsep pokok karena dengan belajar secara kooperatif siswa dapat mencari tahu dan menggali sendiri informasi-informasi yang belum didapatkan dari guru dengan berdiskusi.

Sementara itu dalam konteks penerapan, pembelajaran kooperatif pun memiliki banyak kendala yaitu:30

29 Jamil Suprihatiningrum, op. cit., hlm. 201

30 Ibid, hlm. 202

(40)

1) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum

2) Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan pembelajaran kooperatif.

4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

5) Dalam kelompok diskusi terkadang yang aktif hanya siswa-siswa tertentu saja.

6. Model Pembelajaran Talking stick a. Pengertian Talking Stick

Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Kini metode ini sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas. Sebagaimana namanya, talking stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang mendapat tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya.

Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.31

31 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 224

(41)

Model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain itu untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membantu siswa aktif.32

Pada umumnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dilakukan dengan guru memutarkan lagu atau musik sementara tongkatnya terus bergulir dari siswa ke siswa lain. Namun, model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat diterapkan sesuai dengan kondisi atau situasi sekolah tersebut dan didukung dengan kreativitas guru itu sendiri. Seperti contohnya pada sekolah-sekolah terpencil yang tidak memiliki fasilitas yang mendukung misalnya, tidak adanya speaker untuk memutarkan lagu, maka guru bisa meminta siswa untuk bernyanyi bersama sementara tongkatnya terus bergulir.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut Huda (2013: 225) sintak dalam model pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang berukuran kecil.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian siswa dalam kelompok berdiskusi tentang topik-topik permasalahn yang diberikan guru.

32 Aris Shoimin, op. cit. hlm. 198

(42)

3) Setelah siswa selesai berdiskusi dalam kelompok, guru mempersilahkan siswa untuk menutup semua buku catatan.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memutarkan lagu dan tongkatnya bergulir secara berurutan dari siswa ke siswa. Saat tongkatnya berpindah, guru menghentikan lagunya dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Model talking stick ini sangat bermanfaat karena mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan siswa dalam berkomunikasi, serta melatih siswa dalam memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick

Menurut Shoimin kelebihan dalam menerapkan model pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:33

1) Menguji kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran 2) Melatih siswa agar mampu memahami materi dengan cepat

3) Memacu agar siswa untuk terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran 4) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat

5) Siswa tidak jenuh dalam belajar karena dengan talking stick siswa sambil mendengarkan lagu yang diputar guru.

33 Ibid.

(43)

6) Melatih siswa untuk bertanggung jawab dan saling menghargai pendapat orang lain.

7) Mengarahkan siswa dalam berpikir kritis dan kreatif

8) Membimbing siswa untuk selalu fokus dan selalu siap dalam keadaan apapun. Seperti contohnya, bila sewaktu-waktu ia mendapatkan tongkat maka harus siap untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Sementara itu kekurangan dalam pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:

1) Membuat siswa menjadi gugup karena takut mendapat tongkat 2) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru 3) Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab.

Melihat kelebihan dan kekurangan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe talking stick dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan inovatif. Siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru melainkan terlibat aktif dalam pembelajaran dengan mencari sendiri informasi-informasi atau materi pembelajaran melalui diskusi kelompok. Dalam berdiskusi siswa dituntut saling mendengarkan maupun menghargai pendapat dari teman-teman kelompoknya, siswa harus aktif dalam berdiskusi serta bisa mempertanggungjawabkan hasil diskusi. Sehingga apabila siswa mendapat giliran untuk menjawab soal dari guru ia bisa menjawab dengan benar tanpa harus menanyakan teman-teman kelompoknya. Namun, tidak menuntut kemungkinan jika model pembelajaran talking stick ini dapat membuat

(44)

siswa menjadi gugup atau tegang dalam proses pembelajaran karena takut jika ia mendapat tongkat dan harus menjawab pertanyaan dari guru.

B. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dalam kajian pustaka ini diambil dari Kompetensi Dasar: 3.7 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia dan Kompetensi Dasar 4.7 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

Pada Kompetensi Dasar 3.7 membahas tentang berbagai teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Masuknya agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari tiga teori yang sudah berkembang di masyarakat umum. Ketiga teori tersebut yaitu; teori Gujarat, teori Mekkah, dan teori Persia.

Adapun jalur-jalur penyebaran Islam di Indonesia yaitu melalui jalur perdagangan, jalur perkawinan, jalur pendidikan, saluran ajaran Tasawuf, saluran Dakwah dan saluran kesenian. Sementara itu untuk kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam sudah mulai muncul di Indonesia seperti; Kesultanan Samudra Pasai, Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak, Kesultanan Mataram Islam, Kesultanan Banten, Kesultanan Gowa-Tallo, dan Kesultanan Ternate dan Tidore.

C. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan digunakan untuk mendukung kajian pustaka yang lakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, penelitian relevan dipilih sesuai dengan

(45)

variabel-variabel dalam judul penelitian ini. Adapun beberapa penelitian yang relevan yang digunakan peneliti dalam kajian pustaka ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Noviani Kumalasari Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Hal ini dibuktikan pada pra siklus skor rata-rata minat belajar sejarah adalah 75,60. Selanjutnya pada siklus II mengalami peningkatan skor rata-rata menjadi 80,90 dengan persentase peningkatan sebesar 5,30%. Kemudian, pada prestasi belajar siswa pra siklus rata-rata 73,45 dan pada siklus I meningkat menjadi 77,16 atau 3,71% dan mengalami peningkatan signifikan pada siklus II yaitu 81,15 atau 3,99%.

Siswa yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pra siklus siswa yang mencapai KKM berjumlah 13 siswa dengan persentase 44,83%. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 19 siswa atau 65,52% dan pada siklus II menjadi 28 siswa atau 95,55%.34

2. Penelitian relevan kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nuh guru SMA Negeri 1 Panyabungan dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Panyabungan. Penelitian tersebut

34 Noviani, Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan, diakses dari http://repository.usd.ac.id/11882/2/131314048_full.pdf, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 10.15

Gambar

Tabel 1: Peta Materi Sejarah Indonesia .............................................................
Tabel 1: Peta Materi Sejarah Indonesia
Gambar I: Kerangka Berpikir Pembelajaran Sejarah
Gambar II: Proses Analisis Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

By inviting their audiences to get to the bottom of their narrative enigmas, conspiratorial television shows encourage precisely such a behavior – and user

Sehubungan dengan hasil evaluasi administrasi, teknis dan harga serta berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi pemilihan langsung kegiatan P2MKT paket pekerjaan PENINGKATAN

SENTRA MEDIKA CIKARANG RS/RSIA Jalan Raya Industri Pasir Gombong Jababeka, Cikarang – / Ext.. Industri

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Konstruksi Lembar Kerja Siswa Pola 5M Bermuatan Nilai Kreatif Bagi Siswa SMA Kelas XI

Kelompok intervensi dan kelompok control dalam penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang tinggal di Panti Werdha Budi Pertiwi Bandung, terdiri dari

Perawat merasakan kepuasan tersendiri ke- tika berhasil menolong pasien sekaligus ada rasa ketidakpuasan terhadap hasil kerja yang dilakukan, selain itu perawat juga merasakan

Deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan sebab peneliti menjabarkan mengenai kondisi kongkrit tentang proses adaptasi budaya mahasiswa perantau

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,