• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

II.4. Kerangka Berpikir

Levy dan Sarnat (1990:407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid

to shareholders of a corporation out of earnings”. Tampubolon (2005:183)

menyatakan pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai dividen (dividend). Dividen dibayarkan baik dalam cash maupun dalam bentuk saham yang biasanya diterbitkan secara kuartalan. Rosdini (2009:3) berpendapat bahwa dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham.

Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.

Dalam penentuan dividend payout ratio maka ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan manajer keuangan. Menurut Sartono (2001:292) menyatakan faktor–faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen sebagai berikut : (1) kebutuhan dana perusahaan; (2) likuiditas; (3) kemampuan meminjam; (4) keadaaan pemegang saham; (5) stabilitas dividen.

Halim (2007:97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas; (b) kebutuhan pelunasan hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f) stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali perusahaan; (i) kemampuan meminjam.

Menurut Tampubolon (2005:186) :

Kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan fungsi dari beberapa faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut antara lain adalah : (1) tingkat pertumbuhan korporasi

(company growth rate); (2) keterikatan dalam rapat (restrictive

convenant); (3) profitability; (4) stabilitas laba (earning stability); (5)

kontrol perbaikan (maintenance control); (6) memahami pengungkit keuangan (degree of financial leverage); (7) kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (ability to finance externally); (8) keadaan tak terduga (uncertainity); (9) ukuran dan umur korporasi (age and size).

Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada dividend payout rationya yaitu merupakan persentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai. Pembayaran dividen khususnya secara tunai kepada pemegang saham sangat tergantung pada cash position yang tersedia karena pembayaran dividen merupakan aliran kas keluar, sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan merupakan arus keluar, sehingga posisi likuiditas atau posisi kas perusahaan penting untuk dipertimbangkan sebelum perusahaan membagikan dividennya. Semakin kuat posisi likuiditas atau kas perusahaan maka semakin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001:202).

Laba bersih setelah pajak yang dihasilkan perusahaan merupakan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang memperoleh laba yang besar cenderung akan akan membayar porsi laba yang lebih besar sebagai

dividen. Semakin besar tingkat laba (profitability) yang diperoleh maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen.

Muslich (2003:51) menyatakan bahwa pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat return on asset dengan tingkat return yang diminta oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.

Return on assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam

total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi return on asset

maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Syamsudin, 2000:63).

Firm size adalah simbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat ditentukan

melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah (Sudarsi, 2002:80).

Debt to equity merupakan rasio leverage yang mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga debt

to equity mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio (Sutrisno,

Faktor likuiditas tergambar melalui rasio cash position, faktor profitabilitas tergambar melalui rasio return on assets, faktor firm size tergambar melalui log

natural dari total assets tiap tahun dan faktor leverage tergambar melalui rasio debt

to equity. Dengan demikian pihak manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan

cash position, tingkat return on assets, firm size dan debt to equity dalam menentukan

persentase dividend payout ratio yang akan diberikan kepada pemegang saham. Untuk menggambarkan hubungan antar variabel–variabel yang telah diuraikan dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar I.1 berikut:

Cash Position Return on Assets Firm Size Debt to Equity Net Profit Margin Total Assets Turnover Sales Growth Debt to Total Assets Dividend Payout Ratio

Gambar II.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian

Untuk mengevaluasi tingkat return on assets pihak manajemen dapat memperhatikan perkembangan net profit margin dan total assets turnover dari tahun ke tahun. Brigham dan Houston (2001:94) menyatakan pendekatan Du Pont

margin dan total assets turnover. Menurut Atmadja (2005:419) berpendapat Du Pont

Analys memperlihatkan bagaimana hubungan net profit margin dan total asset

turnover dikombinasikan untuk menentukan tingkat return on assets. Du Pont

memecah tingkat return on assets menjadi berbagai rasio lainnya yaitu net profit

margin dan total assets turnover. Van Horne dan Wachowizc (2005:226)

menyatakan bahwa return on assets merupakan fungsi dari net profit margin, dan

total assets turnover.

Kemudian Akbar (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor– faktor yang mempengaruhi profitabilitas (return on assets) perusahaan yaitu net profit

margin, assets turnover, sales growth dan financial leverage (debt to total assets)

Dengan demikian untuk dapat menganalisis tingkat return on assets dalam perusahaan maka dapat dinilai dari rasio net profit margin, total assets turnover, sales

growth dan debt to total assets sehingga dapat dipahami secara lebih mendalam

faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat return on assets.

II.5. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, dihipotesiskan sebagai berikut:

1. Cash position (posisi kas), return on assets (laba terhadap aktiva), firm size

(ukuran perusahaan) berpengaruh positif signifikan dan debt to equity (hutang terhadap modal) berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio

2. Net net profit margin (marjin laba bersih), total assets turnover (perputaran total aktiva), sales growth (pertumbuhan penjualan) berpengaruh positif signifikan dan

debt to total assets (hutang terhadap aktiva) berpengaruh negatif signifikan

terhadap return on assets (laba terhadap aktiva) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

BAB III