BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Faktor internal
1) Umur 2) Pendidikan 3) paritas
4) jarak kelahiran 5) riwayat penyakit
Faktor eksternal 1) Akses 2) ANC
3) Dukungan Suami
BBLR
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain matched case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut tingkat pendapatan yang dapat dilihat dari jenis kepesertaan dalam menggunakan fasilitas kesehatan yaitu pegawai negeri sipil dan masyarakat miskin. Hal ini dilakukan karena pendapatan dianggap dapat mengganggu pengaruh faktor internal dan eksternal ibu terhadap kejadian BBLR. Desain penelitian ini dipilih karena mengingat waktu penelitian yang dibutuhkan lebih pendek bila dibandingkan dengan penelitian kohort, dan untuk menghindari pasien dari lupa bila waktu terlalu lama. Selanjutnya dinilai pengaruh antara faktor internal (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit infeksi) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek dengan efek (kelompok kasus), dan mencari subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Faktor
KASUS
risiko yang diteliti ditelusuri retrospektif pada kedua kelompok, kemudian dibandingkan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Langsa dengan pertimbangan masih adanya kejadian BBLR yaitu 6,1% kasus dari seluruh persalinan yang dilakukan di RSUD Langsa periode tahun 2008. Berdasarkan data dari ruangan neonatus di RSUD Langsa tahun 2009 ditemukan adanya kejadian BBLR sebanyak 20,80 %
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 15 (lima belas) bulan, mulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2010. Penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, penentuan judul dan pembimbing, penyusunan proposal, kolokium (seminar proposal), penelitian ke lapangan, pengumpulan, pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil penelitian, dan seminar hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di ruang persalinan RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009 berjumlah 1.172 kasus.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian terdiri atas ibu yang melahirkan dengan BBLR sebagai kasus dan ibu yang melahirkan dengan tidak BBLR sebagai kontrol.
a. Definisi Kasus
Kasus adalah ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan menggunakan kartu Askes PNS atau Jamkesmas dimana persalinannya dilakukan di RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009.
b. Definisi Kontrol
Kontrol adalah ibu yang melahirkan tidak dengan BBLR dimana persalinannya dilakukan di RSUD Langsa. Kontrol diambil secara mathching setelah ditemukan adanya kasus yang akan diteliti dengan karakteristik yang sama yaitu tingkat pendapatan yang dilihat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan menggunakan kartu Askes PNS dan Jamkesmas periode September 2008 s/d Desember 2009.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk desain kasus kontrol berpasangan yaitu : (Schlesselman, 1982)
0
OR
= Proporsi kontrol yang terpajan terhadap variabel yang diteliti pada populasi zα
Tabel 3.1 Perhitungan besar sampel menurut beberapa variabel pajanan berdasarkan penelitian sebelumnya.
Variabel p1 p0 OR n Referensi
Jarak kelahiran 0,38 0,18 2,81 75 Deswal (1999) Pendidikan 0,89 0,71 3,18 79 Deswal (1999)
Berdasarkan data tersebut maka jumlah perbandingan kasus dan kontrol ditentukan dengan menggunakan rumus rasio kasus : kontrol (1 : 1) (Sastroasmoro, 2002). Dalam penelitian ini jumlah kasus dan kontrol diambil dari sampel minimal yang diperboleh berdasarkan hasil perhitungan dengan nilai OR 3,18 yaitu 79 kasus dan 79 kontrol. Dengan memperhatikan faktor nonrespon rate sebesar 10%, maka besar sampel ditambahkan menjadi 90 kasus dan 90 kontrol.
P =
p1 =
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis data
Ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diukur langsung oleh peneliti terdiri dari : data internal ibu (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran) dan eksternal (askes terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami)
3.4.1.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip dari sumber sumber yang terkait . Data sekunder terdiri dari : berat bayi, riwayat penyakit.
3.4.2 Cara pengumpulan data
Data primer dikumpulkan dengan pengisian kuesioner terstruktur terhadap reponden secara langsung sedangkan data sekunder diambil dari catatan rekam medis di RSUD Langsa.
3.4.3 Pengujian validitas dan reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan komponen yang penting dalam suatu rancangan pengukuran penelitian. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005)
1. Pengujian validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 1989).
Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur penelitian yang dapat mengukur apa yang ingin diukur dan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data, koefisien korelasi dikatakan valid jika nilai r hasil hitung > dari r tabel.
Dalam penelitian ini, ujicoba kuesioner dilakukan kepada ibu bersalin di RSUD Tanjung Pura sebanyak 30 orang.
2. Pengujian reliabilitas
Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Pengujian reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama, koefisien korelasi dikatakan valid dan reliabel jika nilai r hasil hitung > dari r tabel.
Dalam penelitian ini, ujicoba kuesioner dilakukan kepada ibu bersalin di RSUD Tanjung Pura sebanyak 30 responden.
Tabel 3.2 Hasil perhitungan validitas dan reabilitas kuesioner penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Langsa
No Instrumen r tabel r hasil Alpha Keterangan
1 Akses
0,964
Akses_1 0,361 0,843 Valid dan reliabel
Akses_2 0,361 0,701 Valid dan reliabel
Akses_3 0,361 0,790 Valid dan reliabel
Akses_4 0,361 0,856 Valid dan reliabel
Akses_5 0,361 0,843 Valid dan reliabel
2 Dukungan suami
Dukung_1 0,361 0,982 0,481 Valid dan reliabel
Dukung_2 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_3 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_4 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_5 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_6 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_7 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_8 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_9 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_10 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_11 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_12 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_13 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_14 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_15 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_16 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_17 0,361 0,985 Valid dan reliabel
Dukung_18 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_19 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_20 0,361 0,987 Valid dan reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah kejadian bayi dengan BBLR dan variabel independen (bebas) adalah karakteristik internal ibu (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal (akses terhadap pelayanan
kesehatan, ANC, dukungan suami).
3.5.2 Definisi Operasional
1. BBLR adalah Bayi Berat Lahir Rendah yang dilahirkan cukup umur yaitu antara 37 s/d 42 bulan tetapi berat badannya < 2500 gram.
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah ditamatkan ibu.
3. Umur adalah usia ibu sejak lahir sampai dengan saat wawancara dilakukan.
4. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
5. Jarak kelahiran adalah jarak persalinan terakhir dengan persalinan sebelumnya.
6. Riwayat penyakit adalah jenis penyakit yang pernah diderita ibu.
7. Akses terhadap pelayanan kesehatan adalah kemudahan ibu dalam menggunakan fasilitas kesehatan berdasarkan jarak, waktu tempuh dan pelayanan.
8. Antenatal Care adalah kunjungan ibu ke fasilitas kesehatan dalam memeriksakan kehamilannya.
9. Dukungan suami adalah tindakan dan partisipasi suami dalam mendukung ibu selama proses kehamilan hingga persalinan.
10. Sistem pembayaran biaya kesehatan adalah pola pembayaran pasien dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.
11. Jamkesmas adalah program pembiayaan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang dijamin oleh pemerintah.
12. Askes PNS adalah asuransi kesehatan yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai negeri sipil.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran nominal, ordinal dan interval.
3.6.1 Bayi Berat Lahir Rendah
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah termasuk BBLR atau tidak, maka dilakukan pengukuran berat badan maksimal 1 jam setelah bayi lahir dengan 2 kategori yaitu :
0 = Tidak BBLR bila berat bayi lahir > 2500 gram.
1 = BBLR bila berat bayi lahir < 2500 gram Skala ukur : Ordinal.
3.6.2 Umur
Untuk mengetahui umur responden diberikan pertanyaan berbentuk kuesioner, yang diukur dalam dua kategori yaitu :
0 = risiko rendah: bila umur 20 – 35 tahun 1 = risiko tinggi: bila umur < 20 dan > 35 tahun Skala ukur : Ordinal
3.6.3 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden diukur dengan mengkategorikan kedalam 2 jenjang yaitu ;
0 = Tinggi: bila responden menamatkan SLTA sederajat dan perguruan tinggi 1 = Rendah : bila responden menamatkan SLTP, SD dan tidak tamat SD.
Skala ukur : Ordinal.
3.6.4 Paritas
Untuk mengetahui paritas responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Paritas Rendah : bila jumlah anak < 2 orang 1 = Paritas Tinggi : bila jumlah anak > 2 orang Skala ukur : Ordinal.
3.6.5 Jarak Kelahiran
Untuk mengetahui jarak kelahiran responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Jarak Tinggi : bila jarak kelahiran dengan kelahiran sebelumnya > 2 tahun 1 = Jarak rendah : bila jarak kelahiran dengan kelahiran sebelumnya < 2 tahun Skala ukur : Ordinal.
3.6.6 Riwayat Penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Tidak memiliki riwayat penyakit kronis dan infeksi 1 = Memiliki riwayat penyakit kronis dan infeksi Skala ukur : Nominal.
3.6.7 Akses terhadap pelayanan kesehatan
Akses terhadap pelayanan kesehatan adalah ukuran kemudahan pasien dalam memperoleh layanan kesehatan yang dibutuhkannya saat diperlukan, yang dinyatakan
dengan ukuran jarak, transport dan biaya (Yustina 2003, seperti dikutip dari Pohan, 2006).
Untuk mengetahui akses terhadap pelayanan kesehatan responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam 5 pertanyaan dimana masing masing pertanyaan mempunyai nilai/ bobot tertentu. Masing masing pilihan mempunyai nilai/bobot : a = 1, b = 0.
0 = Akses mudah : jika mendapat skor kuesioner sebanyak > 60% dari total nilai tertinggi.
1 = Akses sulit : jika mendapat skor kuesioner sebanyak < 60 % dari total nilai tertinggi
Skala ukur : Ordinal.
3.6.8 Antenatal Care
Untuk mengetahui kunjungan Antenatal Care responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Memenuhi Standar : Bila ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga
1 = Tidak memenuhi standar : Bila ibu tidak secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga
Skala ukur : Nominal 3.6.9 Dukungan Suami
Untuk mengetahui dukungan suami responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam 10 pertanyaan dimana masing masing pertanyaan mempunyai nilai/ bobot tertentu. Masing masing pilihan mempunyai nilai/bobot : a = 3, b = 2, c = 1 (Arikunto, 2002).
Berdasarkan total skor jawaban tindakan dari 20 pertanyaan yang diajukan, maka dukungan suami digolongkan dalam 2 kategori yaitu :
0 = Mendukung : jika mendapat skor kuesioner sebanyak > 60% dari total nilai tertinggi.
1 = Tidak mendukung : jika mendapat skor kuesioner sebanyak < 60 % dari total nilai tertinggi
Sastroasmoro (2002) mengatakan bahwa nilai ideal adalah 100%, tetapi hal itu hampir tidak mungkin. Nilai di atas 80% biasanya dianggap sangat baik, nilai antara 60% s/d 80% baik, dan kurang dari 60% kurang baik.
Skala ukur : Ordinal
3. 7 Metode Analisis Data
Uji statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor risiko (variabel independen) dengan variabel dependen. Analisis univariat untuk mengetahui gambaran deskriptif tentang faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) dengan menampilkannya dalam tabel frekuensi.
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh faktor internal (umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak kelahiran, riwayat penyakit ibu) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) dengan kejadian BBLR menggunakan uji McNemar.
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara faktor eksternal dan internal secara bersama-sama dengan kejadian BBLR menggunakan uji conditional logistic regression. Rumus regresi logistik adalah seperti di bawah ini :
1
P = --- 1 + e-(a+b1x1+b2x2+b3x3) P = peluang terjadinya efek x1
b
= variabel prediktor dan perancu
1
a = konstanta
= koefisien regresi
e = bilangan natural (2,718)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
RSUD Langsa terletak di Jalan Ahmad Yani No. 1 Kota Langsa.
- Sebelah Utara berbatasan dengan jalan A. Yani - Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan dokter - Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Panglima Polem - Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Cot Kalla
4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Langsa
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh pemerintah kolonial Belanda di atas areal tanah seluas 35.800 m2
Filosofi :
, merupakan rumah sakit rujukan atau mata rantai referal system dengan klasifikasi RS Type C (SK. Men. Kes.
No.51/Men.Kes/SK/II/1979) tanggal 22 Januari 1979, dengan status kepemilikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur. Di dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah Langsa mempunyai filosofi dan motto, yaitu :
1. Pasien adalah orang yang penting dalam pekerjaan kami.
2. Kesembuhan dan kepuasan pasien adalah kebanggaan kami.
Motto : SERAMBI : Senyum, Effisien, Ramah, Aman, Mudah, Bermutu, Islami.
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada tahun 1997 sudah menjadi RS Kelas B Non Kependidikan dan pada tahun anggaran 1998/1999 sudah terakreditasi penuh sesuai dengan ketentuan surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor : YM 00.03.3.5.1132 tanggal 12 Maret 1999.
4.1.3 Distribusi Tenaga Kesehatan pada RSUD Langsa
RSUD Langsa merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki 7 (tujuh) poli spesialis. Adapun jumlah pegawai di RSUD Langsa sebahagian besar terdiri dari perawat/bidan yaitu sebanyak 67,7% sesuai dengan tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenjang Fungsional
Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah %
Sumber : Laporan bagian kepegawaian RSUD Langsa tahun 2009 Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah %
Di Bawah D3
Sumber : Laporan bagian kepegawaian RSUD Langsa tahun 2009
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran deskriptif tentang faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami).
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan, Umur, Paritas, Jarak Kelahiran, Riwayat Penyakit, Akses, ANC, dan Dukungan Suami
Variabel
Kasus Kontrol
n % n %
Faktor Internal Umur
Risiko tinggi (< 20 dan > 35 tahun) Risiko rendah (20 – 35 tahun) Jumlah Tidak memiliki riwayat penyakit Jumlah
Berkenaan dengan variabel umur pada faktor internal penyebab BBLR (Tabel 4.3), mayoritas sampel pada kelompok kasus dan kontrol merupakan ibu dengan risiko rendah untuk melahirkan BBLR (umur 20-35 tahun) yaitu 76,7% dan 83,3%.
Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Langsa dan sekitarnya telah memahami bahwa usia yang baik untuk melahirkan adalah antara 20 – 35 tahun, tanpa memandang status ekonomi.
Usia ideal bagi perempuan untuk menikah adalah usia 20 tahun hingga 35 tahun. Secara fisik dan mental, usia tersebut merupakan usia yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena sesuai siklus perkembangan tubuh, dan kematangan alat-alat reproduksi berada dalam kurun waktu tersebut. Usia di bawah 20 tahun maupun usia di atas 35 tahun merupakan usia yang berisiko bagi hamil dan melahirkan. Kehamilan kurang dari 20 tahun memberi risiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan pada ibu berusia 20-35 tahun (Depkes RI, 2001, seperti dikutip dari Yustina, 2007)
Tingkat pendidikan ibu pada penelitian ini kebanyakan berpendidikan rendah dimana pada kelompok kasus sebanyak 70,0% dan pada kelompok kontrol 60,0%.
Adanya konflik pada waktu lalu di Provinsi Aceh menyebabkan anak-anak pada masa itu lebih memilih tidak melanjutkan pendidikan demi keamanan.
Pendidikan, seperti halnya pekerjaan, merupakan ukuran yang sama berharganya dengan status sosial ekonomi. Mereka yang mendapatkan pelatihan, keterampilan, dan pendidikan akan memperoleh pendapatan per tahun yang lebih banyak daripada mereka yang tanpa pelatihan atau keterampilan. Mereka yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebi berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semaking rendah angka kematian bayi dan kematian ibu. (Timmreck, 2005)
Berkenaan dengan paritas, mayoritas ibu memiliki paritas rendah yaitu 65,6%
untuk kelompok kasus dan 70,0% kelompok kontrol. Rendahnya tingkat paritas menunjukkan bahwa program Keluarga Berencana telah berhasil dilaksanakan di Kota Langsa dan sekitarnya. Saat ini, memiliki anak lebih dari tiga dianggap sudah banyak, walaupun tidak ada batasan bagi masyarakat untuk memiliki anak sebanyak-banyaknya. Faktor ekonomi, usia perkawinan yang semakin tinggi serta kemampuan untuk mengurus anak menjadi penyebab rendahnya angka paritas.
Dalam hal jarak kelahiran, pada kasus dan kontrol terbanyak adalah jarak kelahiran rendah yaitu 80,0% untuk kasus dan 84,4% untuk kontrol. Pada kehamilan yang direncanakan ataupun tidak, interval usia kehamilan dapat menentukan kesehatan ibu dan anak. Risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, prematur dan ukuran badan yang kecil akan lebih tinggi jika jaraknya sangat dekat yaitu antara 1 – 3 bulan. Jarak yang yang terlalu pendek akan membuat ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan, kerusakan sistem reproduksi atau masalah postpartum lainnya.
Ketika memutuskan untuk hamil kembali, seorang ibu harus menyiapkan stamina fisik secara keseluruhan. Hanya seorang ibu yang mengetahui apakah tubuhnya cukup baik dan kuat untuk merawat dua anak pada saat yang sama. Jika jarak keduanya terlalu dekat akan membuat ibu merasa seperti memiliki anak kembar,
tetapi jika ada jarak misalnya 3 tahun, akan memberikan kesempatan bagi ibu untuk bernafas sejenak
Berkaitan dengan penyakit infeksi/kronis, pada kelompok kasus terbanyak tidak memiliki penyakit infeksi/kronis yaitu 78,9% dan pada kelompok kontrol terbanyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi/kronis yaitu 97,8%. Ibu yang menderita penyakit infeksi/kronis, biasanya akan berpengaruh pada bayi yang dikandungnya. Bila si ibu sakit TB paru misalnya, maka bayi yang dikandungnya akan mengalami gangguan terutama pada tumbuh kembangnya. Oleh sebab itu, pada ibu hamil dengan riwayat penyakit infeksi/kronis harus ditangani lebih maksimal untuk menghindari terjadinya gangguan pada pertumbuhan bayi
Akses ke tempat pelayanan kesehatan untuk kelompok kasus 61,1%
menyatakan sulit, sedangkan untuk kelompok kontrol sebahagian besar menyatakan mudah yaitu sebanyak 84,4%. Tempat pelayanan yang tidak strategis atau sulit dicapai menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, demikian juga dengan jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
(Yustina, 2007).
Kunjungan ANC kelompok kasus terbanyak tidak sesuai dengan standar sebanyak 63,3%, pada kelompok kontrol 87,8% sesuai dengan standar. Pelayanan ANC merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada
dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan ANC dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama kali ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.
(Depkes RI, 2004).
Ibu hamil yang melakukan ANC sesuai standar akan mudah dipantau perkembangan kesehatannya, baik kesehatan si ibu maupun kesehatan bayi. Dengan melakukan ANC, ibu yang terindikasi memiliki bayi BBLR dapat langsung terdeteksi sehingga bisa dilakukan upaya penanganan secara dini untuk mencegah kejadian tersebut.
Suami sebagai kepala keluarga memiliki peran penting dalam mendukungan kesehatan ibu dan bayi yang dikandung. Pada penelitian ini ditemukan 60,0% suami pada kelompok kasus tidak mendukung isteri dalam menghadapi persalinan, begitu juga dalam kelompok kontrol sebahagian besar sebanyak 65,5% suami tidak memberikan dukungan kepada isteri sewaktu melahirkan.
Masih adanya budaya patriarki di kalangan masyarakat, menyebabkan laki-laki merasa kurang perlu mengurusi masalah kehamilan dan persalinan isteri. Sebagai
kepala keluarga, laki-laki cukup menyediakan biaya untuk berobat dan melahirkan, tanpa memperhatikan perkembangan ibu dan bayi.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan faktor internal (umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak kelahiran, riwayat penyakit ibu) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) dengan kejadian BBLR.
Analisis ini dikatakan bermakna bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (signifikan) secara statistik antara variabel, yaitu dengan nilai p < 0,05.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Bivariat Faktor Internal dan Eksternal yang Berhubungan dengan BBLR
Variabel Kasus Kontrol OR (95% CI) Nilai-p χ2 Faktor Internal BBLR
Umur
Risiko tinggi (<20 dan > 35 thn) Risiko rendah (20-35 Thn) Pendidikan Tidak memiliki riwayat penyakit Faktor eksternal BBLR
Tabel 4.4 Lanjutan
4.3.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kejadian BBLR
Analisis bivariat yang dilihat pada faktor internal adalah hubungan umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit dengan kejadian BBLR.
a. Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan perhitungan analisis bivariat untuk variabel umur didapatkan hasil p = 0,3268, artinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR dengan OR = 1,65 (95% CI 0,68-3,94), artinya umur bukan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR.
b. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian BBLR
Hasil perhitungan dengan menggunakan komputer menunjukkan untuk variabel pendidikan didapatkan hasil p = 0,1237, artinya tidak ada hubungan antara
Hasil perhitungan dengan menggunakan komputer menunjukkan untuk variabel pendidikan didapatkan hasil p = 0,1237, artinya tidak ada hubungan antara