PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD LANGSA
TESIS
OLEH :
SUBKHAN 047023028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
THE INFLUENCE OF MOTHER’S INTERNAL AND EXTERNAL FACTORS ON THE LOW BIRTH WEIGHT IN LANGSA
GENERAL HOSPITAL
THESIS
BY:
SUBKHAN 047023028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD LANGSA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUBKHAN 047023028/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD LANGSA
Nama Mahasiswa : Subkhan Nomor Induk Mahasiswa : 047023028
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Ketua
) (drh. Rasmaliah, M.Kes Anggota
)
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
Dekan
) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Tanggal Lulus : 19 Agustus 2010
Telah diuji
Pada Tanggal : 19 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes Anggota : drh. Rasmaliah, M.Kes
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD LANGSA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, September 2011
Subkhan 047023028/IKM
ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berdasarkan catatan dari ruang kebidanan RSUD Langsa tahun 2008 terdapat
Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh faktor internal ibu (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan faktor eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
38 kasus BBLR atau 6,12% dari seluruh persalinan.
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain matched case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut tingkat pendapatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di ruang persalinan RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009 berjumlah 1.172 kasus. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 180 responden terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Metode analisa data menggunakan uji McNemar dan uji conditional logistic regression.
Hasil uji bivariat dengan McNemar menunjukkan bahwa 3 variabel yang diteliti memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR riwayat penyakit (p=0,0002), akses (p=0,0001), ANC (p=0,0001). Hasil multivariat dengan uji conditional logistic regression menunjukkan hanya 1 variabel yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR yaitu riwayat penyakit infeksi/kronis dengan (p=0,0212) OR
= 11,31 (95% CI 1,44-88,99) .
Diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah sakit untuk melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu hamil terutama yang memiliki riwayat penyakit infeksi dan penyakit kronis sehingga dapat mengurangi risiko kejadian BBLR.
Kata kunci : BBLR, Faktor internal, Faktor eksternal, Matching
ABSTRACT
Low Birth Weight (LBW) is one of the main factors which bring effect to both the prenatal and neonatal death. Based on the record from the maternity ward in RSUD Langsa there were 38 Low Birth Weight (LBW) cases or 6,1 % out of the total deliveries 2008.
It was researched to analyze the influence of mother’s internal factors (age, level of education, parity, birth interval, history of chronic/infection disease) and external factors (the access to the healthcare providers, antenatal care (ANC), and support of husband) on the incident of LBW in Langsa General Hospital.
This is an observational analytic study with matched case control study design. Matching was done according to the level of family income . The population in this research are all the mother who give birth in RSUD Langsa period September 2008 until Desember 2009 as much as 1.172 cases. The samples for this study were 180 respondents consisting of 90 case group and 90 for control group. The data for this study were collected through a retrospective method. The data obtained were analyzed trough the McNemar and conditional logistic regression tests.
The results of bivariate analysis with McNemar test showed that there were 3 studied variables which had significant related on the incident of Low Birth Weight such as history of chronic/infection disease (p=0,0002), access (p=0,0001), and ANC (p=0,0001)
The result of multivariate analysis with conditional logistic regression test showed that there was 1 variables which had significantly influence on the incident of LBW that history of chronic/infection disease = 0,0212, OR = 11,31 (95% CI 1,44-88,99).
The health workers in RSUD Langsa are suggested to watch over risk pregnant mother condition and focus for the pregnant mother who has chronic /infection disease, to decrease Low Birth Weight (LBW) cases.
Key words: LBW, Internal Factor, External Factor, Matching,
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH S.W.T. atas berkat rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu terhadap Kejadian BBLR di RSUD Langsa“.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K). Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku ketua komisi pembimbing, drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
6. Seluruh staff dosen dan staff pegawai di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
7. Kepala BPK RSUD Langsa dr. T. Rajif, SP.A yang telah memberikan izin dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini.
8. Teristimewa kepada isteri tercinta Nursyamsi serta kedua putri tersayang Fathiyyah Nur Adha dan Fida Nursyifa atas kesabaran dan dorongannya.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, September 2011 Penulis
Subkhan
RIWAYAT HIDUP
Subkhan, lahir pada tanggal 07 Januari 1979, anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan ayahanda Alm. Muhammad Yunus dan ibunda Supartik.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Serapit selesai tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama Negeri Tanjung Langkat selesai tahun 1994, Madrasah Aliyah Swasta Pesantren Darul Arafah selesai tahun 1998, DIII Analis Farmasi Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2001, S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2004.
Mulai bekerja sebagai pegawai PT. Askes (Persero) pada tahun 2005 dengan penempatan kantor cabang Tarakan Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 bulan Juli pindah tugas ke Kantor Cabang Langsa sebagai Kepala Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan sampai sekarang.
Pada tanggal 19 Maret 2007, penulis menikah dengan Nursyamsi, anak dari Ahmad Alwi dan Hawaniah, dan penulis telah dikaruniai dua putri.
Tahun 2004 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Hipotesis ... 5
1.5 Manfaat Penelitian. ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Pengertian BBLR ... 7
2.2 Jenis-Jenis BBLR ... 8
2.2.1 Premature... 8
2.2.1.1 Problematik Bayi Prematur ... 9
2.2.1.2 Gambaran Klinik Bayi Premature ... 10
2.2.2 Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) ... 11
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR ... 12
2.4 Landasan Teori ... 19
2.5 Kerangka Konsep ... 22
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 24
3.2.2 Waktu Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel ... 24
3.3. 1 Populasi ... 22
3.3.2 Sampel ... 25
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 27
3.4.1 Jenis Data. ... 27
3.4.2 Cara pengumpulan Data ... 27
3.4.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 28
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 29
3.5.1 Variabel ... 29
3.5.2 Definisi Operasional ... 30
3.6 Metode Pengukuran ... 31
3.6.1 Bayi Berat Lahir Rendah ... 31
3.6.2 Umur ... 31
3.6.3 Pendidikan ... 31
3.6.4 Paritas ... 32
3.6.5 Jarak Kelahiran... 32
3.6.6 Riwayat Penyakit ... 32
3.6.7 Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 33
3.6.8 Antenatal Care ... 33
3.6.9 Dukungan Suami ... 34
3.7 Metode Analisis Data ... 35
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 36
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
4.1.1 Letak Geografis ... 36
4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Langsa... 36
4.1.3 Distribusi Tenaga Kerja pada RSUD Langsa ... 37
4.2 Analisis Univariat ... 38
4.3 Analisis Bivariat... 43
4.3.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kejadian BBLR ... 44
4.3.2 Hubungan Faktor Eksternal dengan Kejadian BBLR ... 45
4.4 Analisis Multivariat ... 47
4.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ... 47
4.4.2 Penentuan Variabel yang Paling Berpengaruh ... 47
BAB 5 . PEMBAHASAN ... 49
5.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kejadian BBLR ... 49
5.1.1 Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian BBLR ... 49
5.1.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Kejadian BBLR ... 51
5.1.3 Hubungan Paritas Dengan Kejadian BBLR ... 52
5.1.4 Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian BBLR ... 54
5.1.5 Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi/Kronis Dengan Kejadian BBLR ... 56
5.2 Hubungan Faktor Eksternal dengan Kejadian BBLR ... 57
5.2.1 Hubungan Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
dengan Kejadian BBLR... 57
5.2.2 Hubungan Antenatal Care dengan Kejadian BBLR ... 58
5.2.3 Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian BBLR ... 59
5.3.Analisis Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kejadian BBLR ... 60
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1 Kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ...68
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Hubungan antara faktor eksternal dan internal dengan
kejadian BBLR ... 21 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 22 3.1 Desain Penelitian ... 23
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Perhitungan Besar Sampel Menurut Beberapa Varibel
Pajanan Berdasarkan Penelitian Sebelumnya...
26
32 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Langsa...
29
4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenjang Fungsional .. 37 4.2 Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 37 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan, Umur,
Paritas, Jarak kelahiran, Riwayat Penyakit ... 38 4.4 Hasil Analisis Bivariat Faktor Internal dan Eksternal yang
Berhubungan dengan BBLR ... 43 4.5 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik untuk Identifikasi
Variabel Independen Terpilih dengan p< 0,25 terhadap
Kejadian BBLR ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Informed Consent ... 68
2. Kuesioner Penelitian ... 69
3. Hasil Uji Bivariat ... 72
4. Hasil Uji Multivariat ... 80
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan, di mana salah satunya adalah pembangunan di bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitik beratkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Badan Pusat Statistik mengestimasikan AKB pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002 – 2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup.
(Depkes RI, 2008).
Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Angka kematian bayi terjadi penurunan menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup.
Di Indonesia, BBLR bersama premature merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi yaitu 30,3% (Hermiyanti, 2005). Neonatal dengan BBLR berisiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi lahir dengan berat badan normal (Rosmary, 1997).
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal dan neonatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 40,7%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 25,1%. Hal ini diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada masa perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan (Depkes RI, 2006).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
Bayi yang dilahirkan BBLR berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal (Depkes RI, 2005).
BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemi, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau saat kehamilan. (Depkes RI, 2006).
Kramer (1987) melakukan meta analisis tentang determinan dari BBLR.
Ditemukan 43 determinan penyebab BBLR yang dianalisis dari 895 penelitian berdasarkan literatur dari tahun 1970 s/d 1984. Penelitian dibatasi pada persalinan pertama ibu yang hidup di daerah pinggir laut dan tidak memiliki penyakit kronis.
Faktor yang jarang dan komplikasi pada persalinan dikecualikan. Ke 43 faktor tersebut dikategorikan kedalam faktor genetik, faktor demografis dan psikososial, faktor persalinan, faktor gizi, faktor penyakit selama hamil, faktor terpapar racun, faktor antenatal care.
Menurut WHO (2007) BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik (faktor gen, interaksi lingkungan, berat badan ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit (infeksi di masyarakat seperti malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan (polusi, faktor sosial ekonomi).
Hasil penelitian Badshah dkk (2008) tentang faktor risiko BBLR di Rumah Sakit Umum Peshawar (India) menyebutkan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan BBLR yaitu umur dengan OR = 6,1 (95% CI 3,6 - 10,7), pendidikan ibu dengan OR = 2,1 (95% CI 1,2 - 3,6), penyakit hipertensi dengan OR = 1,2 (95% CI 0,4 - 3,9) dan ANC dengan OR = 1,8 (95% CI 1,2 - 2,8).
Penelitian Saraswati (2006) menyebutkan bahwa jarak kelahiran dengan OR = 1,98 (95% CI 1,16 - 3,39), status anemia dengan OR = 1,72 (95% CI 1,01 - 2,95), ukuran LILA dengan OR = 2,22 (95% CI 1,13 - 4,35), kenaikan berat badan dengan OR = 2,73 (95% CI 1,61- 4,65), status pekerjaan dengan OR = 3,31 (95% CI 1,36 - 8,03) dan pengeluaran konsumsi non pangan dengan OR = 2,08 (95% CI 1,12 - 3,86) memiliki hubungan dengan kejadian BBLR.
Ridwan (2006) mengatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya BBLR pada bayi yaitu suami merokok dengan OR = 30,87 (95% CI 8,57-111,11), berat plasenta dengan OR = 43,75 (95% CI 14,74-129,90), jarak kehamilan dengan OR = 4,65 (95% CI 2,01-10,75) dan ANC dengan OR = 3,04 (95% CI 1,31-7,06)
Hasil penelitian Lubis (1998) di RSUD Langsa menyebutkan bahwa selama periode 1 Januari sampai dengan. 31 Desember 1998, terdapat 629 persalinan. Jumlah BBLR, baik dengan tindakan secsio sesaria maupun partus normal sebanyak 32 (5,1%).
Menurut data rekam medis RSUD Langsa periode Januari sampai dengan Desember 2008 menunjukkan bahwa telah terjadi kematian neonatal sebanyak 53 kasus dari 621 persalinan hidup, artinya telah terjadi kasus kematian neonatal
sebanyak 86 per 1000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut 35,8% atau 19 kasus kematian neonatal merupakan akibat dari BBLR. Jumlah kasus BBLR seluruhnya pada tahun 2008 sebanyak 38 kasus atau 6,1% dari seluruh persalinan.
1.2 Permasalahan
Masih ada kejadian BBLR di RSUD Langsa yaitu sebesar (6,1%) kasus kejadian pada tahun 2008. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan analisis tentang pengaruh faktor internal dan eksternal ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Langsa.
1.4 Hipotesis
1. Ada pengaruh umur ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
2. Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
3. Ada pengaruh paritas ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
4. Ada pengaruh jarak kelahiran ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
5. Ada pengaruh riwayat penyakit ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
6. Ada pengaruh akses pelayanan kesehatan terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
7. Ada pengaruh antenatal care terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
8. Ada pengaruh dukungan suami ibu terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menjadi masukan bagi RSUD Langsa dalam perencanaan penanggulangan BBLR.
2. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Langsa dalam perencanaan penanggulangan BBLR.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Bayi yang dilahirkan berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. (Depkes RI, 2005)
BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Prevalensi Bayi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. (WHO, 2005)
2.2 Jenis-Jenis BBLR
BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
2.2.1 Premature
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara- cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gangguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan demikian gejala sisa yang mungkin diderita di kemudian hari dapat dicegah atau dikurangi.
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada derajat prematuritas maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga kelompok 1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) : 24 – 30 minggu. Bayi dengan
masa gestasi 24 – 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan gestasi 28 – 30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif agar dicapai hasil yang optimum.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) : 31 – 36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup lebih baik dari golongan
pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
3. Borderline premature : masa gestasi 37 – 38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat- sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematik seperti yang dialami bayi prematur, misalnya sindrom gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
2.2.1.1 Problematik Bayi Prematur
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur.
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut : 1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakin membran hialin dan aspirasi pneumoni. Di samping itu sering timbul pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum matur.
3. Gangguan alat pencernaan dan problematika nutrisi.
4. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K 5. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya.
6. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
7. Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang.
8. Perdarahan intraventrikuler. Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindrom gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia.
2.2.1.2 Gambaran klinik bayi prematur
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan makin jelas tanda-tanda immaturitas.
Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang
dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisannya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
2.2.2 Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (Intrauterine Growth Retardation
= IUGR) seperti pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome.
Ada dua bentuk IUGR menurut Renfield, (1975), yaitu : 1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2. Disproportionate IUGR
Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Pada bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan.
Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah, sedankan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan pada bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai masa gestasinya. (Wiknjosastro dkk, 2005).
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR
Berbagai faktor yang memengaruhi BBLR antara lain meliputi jenis kelamin bayi, ras, keadaan plasenta, umur ibu, aktivitas ibu, kebiasaan merokok, paritas, jarak kehamilan, tinggi badan dan berat badan ibu sebelum kehamilan, keadaan sosial ekonomi, gizi, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. (Turhayati, 2006)
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain yaitu umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004).
1. Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan penting terhadap kejadian BBLR. Menurut Megawangi (1999) seperti dikutip Yustina (2007), mengatakan bahwa banyak studi membuktikan kaitan positif antara pendidikan perempuan dan tingkat
produktivitasnya, rasa percaya diri, rendahnya angka kematian bayi, perbaikan status gizi balita dan lain-lain.
Kramer M.S. dan kawan-kawan (2001) mengatakan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Seorang ibu atau seorang ayah yang memiliki pendidikan tinggi tentunya akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan bila dibandingkan dengan ibu atau ayah yang memiliki pendidikan rendah.
Hasil penelitian Setyowati terhadap hasil SDKI tahun 1994 dengan metode kasus kontrol menyebutkan pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan pendidikan SD ke bawah/tidak sekolah berisiko melahirkan bayi BBLR 1,18 kali dibandingkan ibu dengan pendidikan SD ke atas.
Rizvi dkk (2007) menyebutkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR dengan OR = 1,63 (95% CI 1,12-2,45).
2. Umur
Ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya akan banyak mengalami komplikasi dalam kehamilan. Begitu juga dengan kondisi bayi yang dikandungnya.
Ukuran umur muda adalah bila ibu mengandung pada usia kurang dari 20 tahun dan tua apabila di atas 35 tahun. Behnnan (1985) menyatakan bahwa usia yang paling baik bagi seorang ibu hamil agar tidak melahirkan bayi premature adalah antara 20 s/d 30 tahun. Rizki dan kawan-kawan (2007) mengatakan bahwa faktor risiko seorang ibu untuk melahirkan bayi dengan BBLR adalah antara 15 – 35 tahun.
Penelitian kohor prospektif yang dilakukan Hirve dan Ganatra di India (1994) menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan
OR = 1,27 (95% CI 1,07-1,5). Ibu dengan umur kurang dari 20 lebih berisiko melahirkan anak dengan BBLR 1,27 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia > 20 tahun dan < 30 tahun.
Menurut Mutiara (2006) ibu hamil berusia > 35 tahun berisiko melahirkan BBLR 1,8 kali lebih besar daripada ibu hamil berusia 20 – 34 tahun. Pengaruh tersebut terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur muda (<20 tahun) dan tua (> 35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih dari pada umur 21 – 35 tahun.
3. Paritas
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah kejadian BBLR.
Canosa (1998) mengatakan bahwa kehamilan pertama dan keempat atau lebih dari empat merupakan kelompok risiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Hirve dan Ganatra (1994) menyatakan bahwa ibu yang melahirkan untuk pertama kali berisiko melahirkan bayi premature 1,32 kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak ke 2 dan ke 3 dengan OR = 1,32 (95% CI 1,1-1,59)
Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi-square diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko
terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR.
4. Jarak Kelahiran
WHO (2007) menyebutkan bahwa karakteristik dan ukuran ibu dimana didalamnya terdapat jarak kelahiran merupakan salah satu determinan terjadinya BBLR.
Jarak kelahiran adalah jarak antara persalinan sebelumnya dengan persalinan selanjutnya. Jarak yang paling baik minimal 24 bulan atau 2 tahun (Malik, 1997)
Penelitian Hirve dan Ganatra (1994) menyebutkan bahwa ibu dengan jarak kehamilan kurang dari 6 bulan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR 1,48 kali bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 6 bulan OR = 1,48 (95% CI 1,2-1,9).
Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,37 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko melahirkan bayi dengan BBLR 2,3 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari 2 tahun.
Hasil penelitian Saraswati (2006), menunjukkan bahwa jarak kelahiran < 2 tahun memiliki risiko melahirkan BBLR 3,17 kali lebih besar daripada jarak kelahiran > 2 tahun
5. Riwayat Penyakit
Ridwan (2005) mengatakan bahwa jarak kehamilan memiliki hubungan yang kuat terhadap kejadian BBLR, dimana ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun memiliki faktor risiko 1,91 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan > 2 tahun.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah penyakit infeksi seperti malaria, sifilis, rubella (WHO, 2007). Ibu yang menderita penyakit infeksi sangat rentan untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Begitu juga ibu yang mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti eklamsia.
Kramer MS (1987) mengatakan bahwa proses biologi yang berdampak pada janin dalam rahim berhubungan dengan kondisi fisiologi ibu hamil termasuk diantaranya adalah penyakit infeksi yang diderita oleh ibu hamil.
Hasil penelitian Taha dan kawan-kawan di Sudan (1993) menyatakan ada pengaruh antara penyakit malaria terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan riwayat malaria akan melahirkan bayi dengan BBLR 1,56 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat malaria dengan OR = 1,56 (95% CI 1,2-2,1).
6. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
Akses terhadap informasi berkaitan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang tersedia. Adapun akses terhadap pelayanan kesehatan antara lain meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia, serta keterjangkauan terhadap informasi (Yustina, 2007).
Di Indonesia, Puskesmas merupakan sentra pelayanan kesehatan di tingkat pertama. Puskesmas menjadi tempat rujukan pertama bagi para ibu yang mengalami komplikasi kehamilannya. Namun demikian, meski rumah sakit dan puskesmas banyak didirikan, dalam kenyataannya banyak yang tidak dapat memberikan pelayanan yang efektif dalam penanganan gangguan kehamilan dengan alasan kurang atau tidak adanya suplai dan fasilitas serta sarana, kurang atau tidak adanya tenaga terlatih, manajemen yang buruk, dan lain-lain. Disisi lain, jika pelayanan yang adekuat tersedia, sering tidak terjangkau oleh mayoritas populasi yang membutuhkan, karena adanya hambatan jarak, biaya dan budaya (WHO, Depkes RI dan FKM UI, 1998).
Roudbari, Yaghmaei, Soheili (2007) mengatakan bahwa wanita dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan tinggal daerah pengungsian yang jauh dari fasilitas kesehatan memadai lebih rentan melahirkan bayi dengan BBLR.
7. Antenatal Care
Perawatan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selama kehamilan berbagai program yang termasuk dalam paket pelayanan ANC adalah 5T (Timbang Berat badan, Ukur tinggi fundus, Tablet Fe, Imunisasi TT) dengan paket tersebut diharapkan ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga (Depkes RI, 2006).
Menurut WHO (2004) jumlah kunjungan yang dianjurkan bagi seorang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya adalah > 4 kali kunjungan pada masa kehamilan tanpa memperhatikan jumlah kunjungan pada tiap semester.
Hasil penelitian Ridwan (2005) menunjukkan bahwa bila ibu tidak teratur melaksanakan ANC, maka 42,1% bayinya lahir BBLR. Sedangkan bila ibu rutin melaksanakan ANC maka, bayi lahir normal ditemukan sebesar 80,7%. Setelah dilaksanakan uji odds ratio didapatkan OR.= 3,04 (95% CI 1,31-7,06). Berarti ibu dengan ANC tidak teratur berisiko melahirkan BBLR sebesar 3 kali lebih besar dibanding bila ibu rutin melaksanakan ANC.
Khatun S. dan Rahman M. (2008) menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai OR = 29,4 (95% CI 12,61-68,48). Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan.
8. Dukungan Suami
Suami memiliki kontribusi dalam kesehatan istri selama masa kehamilan dan persalinan. Ketika isteri hamil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik. Suami bisa menganjurkan ataupun memilih tempat pelayanan kesehatan untuk istrinya.
Foster dan Anderson (2006) mengatakan bahwa keputusan medis dalam dunia tradisional biasanya merupakan keputusan-keputusan kelompok, dan melibatkan hal-
hal seperti status, pangkat, usia, jenis kelamin dan peranan-peranan tradisional. Untuk keputusan-keputusan yang besar dalam keluarga seperti penentuan penolong persalinan dibuat oleh sang suami.
Kramer dan kawan-kawan (2001) mengatakan bahwa faktor tekanan dari lingkungan sekitar memengaruhi perkembangan janin pada ibu hamil seperti faktor interpersonal dimana ibu hamil hidup tanpa pendamping.
9. Pendapatan
Pendapatan memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian BBLR. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Sebaliknya keluarga dengan pendapatan rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Pada ibu hamil, kekurangan nutrisi sangat berpengaruh pada kondisi janin yang dikandung.
FAO (2003) mengatakan bahwa kondisi ekonomi memengaruhi konsumsi makanan. Konsumsi makanan yang rendah berakibat pada gizi yang buruk. Gizi buruk pada ibu hamil mengakibatkan anak yang dikandungnya mengalami BBLR.
2.4 Landasan Teori
Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya.
Menurut Mochtar (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah.
e. Merokok
f. Faktor pekerjaan yang terlalu berat 2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini 3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan b. Infeksi dalam rahim
4. Faktor lain yang masih belum diketahui
Menurut WHO (2007) BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik (faktor gen, interaksi lingkungan, ukuran ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit (infeksi, seperti
malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan (polusi, faktor sosial ekonomi).
Gambar 2.1 Hubungan antara faktor ekternal dan internal dengan kejadian BBLR Sumber : (Modifikasi dari : Kramer et.all, Socio-Economic Disparities in Preterm
Birth : Causal Pathways and Mechanisms, Food Insecurity and Vulnerability Mapping System (FIVIMS) Framework for Food Security, Livelihoods and Nutrition FAO 2003.
Keterangan Gambar
= faktor langsung
= faktor tidak langsung Perilaku
tidak sehat
Dukungan sosial rendah
Faktor psikologi
Usia
Jarak kehamilan
Faktor Eksternal Faktor Internal
Faktor Penyebab BBLR
Akses
ANC
Dukungan suami
Penyakit
Tingkat Pendidikan
Status gizi Pendapatan
BBLR Pengetahuan
rendah
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa BBLR dipengaruhi secara langsung oleh kondisi sosial ekonomi, dimana kondisi sosial ekonomi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal merupakan cerminan perilaku dari ibu hamil yang terdiri dari usia, jarak persalinan, penyakit, status gizi dan tingkat pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dukungan sosial rendah (akses, ANC) dan faktor psikologis (dukungan suami).
2.5 Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Faktor internal
1) Umur 2) Pendidikan 3) paritas
4) jarak kelahiran 5) riwayat penyakit
Faktor eksternal 1) Akses 2) ANC
3) Dukungan Suami
BBLR
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain matched case control study (kasus kontrol berpasangan). Matching dilakukan menurut tingkat pendapatan yang dapat dilihat dari jenis kepesertaan dalam menggunakan fasilitas kesehatan yaitu pegawai negeri sipil dan masyarakat miskin. Hal ini dilakukan karena pendapatan dianggap dapat mengganggu pengaruh faktor internal dan eksternal ibu terhadap kejadian BBLR. Desain penelitian ini dipilih karena mengingat waktu penelitian yang dibutuhkan lebih pendek bila dibandingkan dengan penelitian kohort, dan untuk menghindari pasien dari lupa bila waktu terlalu lama. Selanjutnya dinilai pengaruh antara faktor internal (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit infeksi) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) terhadap kejadian BBLR di RSUD Langsa.
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek dengan efek (kelompok kasus), dan mencari subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Faktor
KASUS BBLR (+)
Faktor Internal (+) Faktor Eksternal (+) Faktor Internal (-) Faktor Eksternal (-)
KASUS BBLR (-)
Faktor Internal (+) Faktor Eksternal (+)
Faktor Internal (-) Faktor Eksternal (-)
risiko yang diteliti ditelusuri retrospektif pada kedua kelompok, kemudian dibandingkan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Langsa dengan pertimbangan masih adanya kejadian BBLR yaitu 6,1% kasus dari seluruh persalinan yang dilakukan di RSUD Langsa periode tahun 2008. Berdasarkan data dari ruangan neonatus di RSUD Langsa tahun 2009 ditemukan adanya kejadian BBLR sebanyak 20,80 %
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 15 (lima belas) bulan, mulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2010. Penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, penentuan judul dan pembimbing, penyusunan proposal, kolokium (seminar proposal), penelitian ke lapangan, pengumpulan, pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil penelitian, dan seminar hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di ruang persalinan RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009 berjumlah 1.172 kasus.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian terdiri atas ibu yang melahirkan dengan BBLR sebagai kasus dan ibu yang melahirkan dengan tidak BBLR sebagai kontrol.
a. Definisi Kasus
Kasus adalah ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan menggunakan kartu Askes PNS atau Jamkesmas dimana persalinannya dilakukan di RSUD Langsa periode September 2008 s/d Desember 2009.
b. Definisi Kontrol
Kontrol adalah ibu yang melahirkan tidak dengan BBLR dimana persalinannya dilakukan di RSUD Langsa. Kontrol diambil secara mathching setelah ditemukan adanya kasus yang akan diteliti dengan karakteristik yang sama yaitu tingkat pendapatan yang dilihat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan menggunakan kartu Askes PNS dan Jamkesmas periode September 2008 s/d Desember 2009.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk desain kasus kontrol berpasangan yaitu : (Schlesselman, 1982)
0 1 1
0q p q
p n m
= + dengan
( )
2
2 / 1 2 /
−
= +
p
PQ z
m zα β
OR 1+OR qo = 1 – p q
o 1 = 1 – p p
1 o
sasaran.
= Proporsi kontrol yang terpajan terhadap variabel yang diteliti pada populasi zα
α = tingkat kemaknaan
= Nilai deviasi standar pada α = 5 % sebesar 1,96 zβ = Nilai deviasi standar pada β = 20% sebesar 0,842 Q = 1-P
OR = Odd Rasio
n = Besar sampel minimal p1
Power = 1 - = Proporsi efek pada kelompok kasus β p0
1+p .OR
0 (OR-1)
Tabel 3.1 Perhitungan besar sampel menurut beberapa variabel pajanan berdasarkan penelitian sebelumnya.
Variabel p1 p0 OR n Referensi
Jarak kelahiran 0,38 0,18 2,81 75 Deswal (1999) Pendidikan 0,89 0,71 3,18 79 Deswal (1999)
Berdasarkan data tersebut maka jumlah perbandingan kasus dan kontrol ditentukan dengan menggunakan rumus rasio kasus : kontrol (1 : 1) (Sastroasmoro, 2002). Dalam penelitian ini jumlah kasus dan kontrol diambil dari sampel minimal yang diperboleh berdasarkan hasil perhitungan dengan nilai OR 3,18 yaitu 79 kasus dan 79 kontrol. Dengan memperhatikan faktor nonrespon rate sebesar 10%, maka besar sampel ditambahkan menjadi 90 kasus dan 90 kontrol.
P =
p1 =
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis data
Ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diukur langsung oleh peneliti terdiri dari : data internal ibu (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran) dan eksternal (askes terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami)
3.4.1.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip dari sumber sumber yang terkait . Data sekunder terdiri dari : berat bayi, riwayat penyakit.
3.4.2 Cara pengumpulan data
Data primer dikumpulkan dengan pengisian kuesioner terstruktur terhadap reponden secara langsung sedangkan data sekunder diambil dari catatan rekam medis di RSUD Langsa.
3.4.3 Pengujian validitas dan reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan komponen yang penting dalam suatu rancangan pengukuran penelitian. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005)
1. Pengujian validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 1989).
Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur penelitian yang dapat mengukur apa yang ingin diukur dan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data, koefisien korelasi dikatakan valid jika nilai r hasil hitung > dari r tabel.
Dalam penelitian ini, ujicoba kuesioner dilakukan kepada ibu bersalin di RSUD Tanjung Pura sebanyak 30 orang.
2. Pengujian reliabilitas
Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Pengujian reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama, koefisien korelasi dikatakan valid dan reliabel jika nilai r hasil hitung > dari r tabel.
Dalam penelitian ini, ujicoba kuesioner dilakukan kepada ibu bersalin di RSUD Tanjung Pura sebanyak 30 responden.
Tabel 3.2 Hasil perhitungan validitas dan reabilitas kuesioner penelitian Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Langsa
No Instrumen r tabel r hasil Alpha Keterangan
1 Akses
0,964
Akses_1 0,361 0,843 Valid dan reliabel
Akses_2 0,361 0,701 Valid dan reliabel
Akses_3 0,361 0,790 Valid dan reliabel
Akses_4 0,361 0,856 Valid dan reliabel
Akses_5 0,361 0,843 Valid dan reliabel
2 Dukungan suami
Dukung_1 0,361 0,982 0,481 Valid dan reliabel
Dukung_2 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_3 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_4 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_5 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_6 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_7 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_8 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_9 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_10 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_11 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_12 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_13 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_14 0,361 0,983 Valid dan reliabel
Dukung_15 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_16 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_17 0,361 0,985 Valid dan reliabel
Dukung_18 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_19 0,361 0,982 Valid dan reliabel
Dukung_20 0,361 0,987 Valid dan reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah kejadian bayi dengan BBLR dan variabel independen (bebas) adalah karakteristik internal ibu (pendidikan, umur, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal (akses terhadap pelayanan
kesehatan, ANC, dukungan suami).
3.5.2 Definisi Operasional
1. BBLR adalah Bayi Berat Lahir Rendah yang dilahirkan cukup umur yaitu antara 37 s/d 42 bulan tetapi berat badannya < 2500 gram.
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah ditamatkan ibu.
3. Umur adalah usia ibu sejak lahir sampai dengan saat wawancara dilakukan.
4. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
5. Jarak kelahiran adalah jarak persalinan terakhir dengan persalinan sebelumnya.
6. Riwayat penyakit adalah jenis penyakit yang pernah diderita ibu.
7. Akses terhadap pelayanan kesehatan adalah kemudahan ibu dalam menggunakan fasilitas kesehatan berdasarkan jarak, waktu tempuh dan pelayanan.
8. Antenatal Care adalah kunjungan ibu ke fasilitas kesehatan dalam memeriksakan kehamilannya.
9. Dukungan suami adalah tindakan dan partisipasi suami dalam mendukung ibu selama proses kehamilan hingga persalinan.
10. Sistem pembayaran biaya kesehatan adalah pola pembayaran pasien dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.
11. Jamkesmas adalah program pembiayaan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang dijamin oleh pemerintah.
12. Askes PNS adalah asuransi kesehatan yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai negeri sipil.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran nominal, ordinal dan interval.
3.6.1 Bayi Berat Lahir Rendah
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah termasuk BBLR atau tidak, maka dilakukan pengukuran berat badan maksimal 1 jam setelah bayi lahir dengan 2 kategori yaitu :
0 = Tidak BBLR bila berat bayi lahir > 2500 gram.
1 = BBLR bila berat bayi lahir < 2500 gram Skala ukur : Ordinal.
3.6.2 Umur
Untuk mengetahui umur responden diberikan pertanyaan berbentuk kuesioner, yang diukur dalam dua kategori yaitu :
0 = risiko rendah: bila umur 20 – 35 tahun 1 = risiko tinggi: bila umur < 20 dan > 35 tahun Skala ukur : Ordinal
3.6.3 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden diukur dengan mengkategorikan kedalam 2 jenjang yaitu ;
0 = Tinggi: bila responden menamatkan SLTA sederajat dan perguruan tinggi 1 = Rendah : bila responden menamatkan SLTP, SD dan tidak tamat SD.
Skala ukur : Ordinal.
3.6.4 Paritas
Untuk mengetahui paritas responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Paritas Rendah : bila jumlah anak < 2 orang 1 = Paritas Tinggi : bila jumlah anak > 2 orang Skala ukur : Ordinal.
3.6.5 Jarak Kelahiran
Untuk mengetahui jarak kelahiran responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Jarak Tinggi : bila jarak kelahiran dengan kelahiran sebelumnya > 2 tahun 1 = Jarak rendah : bila jarak kelahiran dengan kelahiran sebelumnya < 2 tahun Skala ukur : Ordinal.
3.6.6 Riwayat Penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Tidak memiliki riwayat penyakit kronis dan infeksi 1 = Memiliki riwayat penyakit kronis dan infeksi Skala ukur : Nominal.
3.6.7 Akses terhadap pelayanan kesehatan
Akses terhadap pelayanan kesehatan adalah ukuran kemudahan pasien dalam memperoleh layanan kesehatan yang dibutuhkannya saat diperlukan, yang dinyatakan
dengan ukuran jarak, transport dan biaya (Yustina 2003, seperti dikutip dari Pohan, 2006).
Untuk mengetahui akses terhadap pelayanan kesehatan responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam 5 pertanyaan dimana masing masing pertanyaan mempunyai nilai/ bobot tertentu. Masing masing pilihan mempunyai nilai/bobot : a = 1, b = 0.
0 = Akses mudah : jika mendapat skor kuesioner sebanyak > 60% dari total nilai tertinggi.
1 = Akses sulit : jika mendapat skor kuesioner sebanyak < 60 % dari total nilai tertinggi
Skala ukur : Ordinal.
3.6.8 Antenatal Care
Untuk mengetahui kunjungan Antenatal Care responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori yaitu :
0 = Memenuhi Standar : Bila ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga
1 = Tidak memenuhi standar : Bila ibu tidak secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga
Skala ukur : Nominal 3.6.9 Dukungan Suami
Untuk mengetahui dukungan suami responden didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam 10 pertanyaan dimana masing masing pertanyaan mempunyai nilai/ bobot tertentu. Masing masing pilihan mempunyai nilai/bobot : a = 3, b = 2, c = 1 (Arikunto, 2002).
Berdasarkan total skor jawaban tindakan dari 20 pertanyaan yang diajukan, maka dukungan suami digolongkan dalam 2 kategori yaitu :
0 = Mendukung : jika mendapat skor kuesioner sebanyak > 60% dari total nilai tertinggi.
1 = Tidak mendukung : jika mendapat skor kuesioner sebanyak < 60 % dari total nilai tertinggi
Sastroasmoro (2002) mengatakan bahwa nilai ideal adalah 100%, tetapi hal itu hampir tidak mungkin. Nilai di atas 80% biasanya dianggap sangat baik, nilai antara 60% s/d 80% baik, dan kurang dari 60% kurang baik.
Skala ukur : Ordinal
3. 7 Metode Analisis Data
Uji statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor risiko (variabel independen) dengan variabel dependen. Analisis univariat untuk mengetahui gambaran deskriptif tentang faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) dengan menampilkannya dalam tabel frekuensi.
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh faktor internal (umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak kelahiran, riwayat penyakit ibu) dan faktor eksternal (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami) dengan kejadian BBLR menggunakan uji McNemar.
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara faktor eksternal dan internal secara bersama-sama dengan kejadian BBLR menggunakan uji conditional logistic regression. Rumus regresi logistik adalah seperti di bawah ini :
1
P = --- 1 + e-(a+b1x1+b2x2+b3x3) P = peluang terjadinya efek x1
b
= variabel prediktor dan perancu
1
a = konstanta
= koefisien regresi
e = bilangan natural (2,718)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
RSUD Langsa terletak di Jalan Ahmad Yani No. 1 Kota Langsa.
- Sebelah Utara berbatasan dengan jalan A. Yani - Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan dokter - Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Panglima Polem - Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Cot Kalla
4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Langsa
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh pemerintah kolonial Belanda di atas areal tanah seluas 35.800 m2
Filosofi :
, merupakan rumah sakit rujukan atau mata rantai referal system dengan klasifikasi RS Type C (SK. Men. Kes.
No.51/Men.Kes/SK/II/1979) tanggal 22 Januari 1979, dengan status kepemilikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur. Di dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah Langsa mempunyai filosofi dan motto, yaitu :
1. Pasien adalah orang yang penting dalam pekerjaan kami.
2. Kesembuhan dan kepuasan pasien adalah kebanggaan kami.
Motto : SERAMBI : Senyum, Effisien, Ramah, Aman, Mudah, Bermutu, Islami.
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada tahun 1997 sudah menjadi RS Kelas B Non Kependidikan dan pada tahun anggaran 1998/1999 sudah terakreditasi penuh sesuai dengan ketentuan surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor : YM 00.03.3.5.1132 tanggal 12 Maret 1999.
4.1.3 Distribusi Tenaga Kesehatan pada RSUD Langsa
RSUD Langsa merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki 7 (tujuh) poli spesialis. Adapun jumlah pegawai di RSUD Langsa sebahagian besar terdiri dari perawat/bidan yaitu sebanyak 67,7% sesuai dengan tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenjang Fungsional
Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah %
Dokter
Perawat/Bidan Farmasi Gizi
Teknisi Medis Sanitasi Kesmas
44 178
8 2 25
1 3
16, 7 67,7 3,0 0,8 9,5 0,4 1,1
Jumlah 261 100,0
Sumber : Laporan bagian kepegawaian RSUD Langsa tahun 2009 Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah %
Di Bawah D3 D3
S1 S2
67 218
49 15
19,2 62,5 14,0 4,3
Jumlah 349 100,0
Sumber : Laporan bagian kepegawaian RSUD Langsa tahun 2009
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran deskriptif tentang faktor internal (umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit) dan eksternal ibu (akses terhadap pelayanan kesehatan, ANC, dukungan suami).
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan, Umur, Paritas, Jarak Kelahiran, Riwayat Penyakit, Akses, ANC, dan Dukungan Suami
Variabel
Kasus Kontrol
n % n %
Faktor Internal Umur
Risiko tinggi (< 20 dan > 35 tahun) Risiko rendah (20 – 35 tahun) Jumlah
Pendidikan
Rendah (SD, SMP) Tinggi (SMA, PT) Jumlah
Paritas
Tinggi ( > 2) Rendah (< 2) Jumlah Jarak Kelahiran
Rendah (< 2 tahun) Tinggi (> 2 tahun) Jumlah
Riwayat penyakit
Memiliki riwayat penyakit Tidak memiliki riwayat penyakit Jumlah
Faktor eksternal Akses
Sulit Mudah Jumlah ANC
Tidak memenuhi Memenuhi standar Jumlah
Dukungan
Tidak mendukung Mendukung Jumlah
21 69 90
63 27 90
31 59 90
72 18 90
19 71 90
55 35 90
57 33 90
54 36 90
23,3 76,7 100
70,0 30,0 100
34,4 65,6 100
80,0 20,0 100
21,1 78,9 100
61,1 38,9 100
63,3 36,7 100
60,0 40,0 100
15 75 90
54 36 90
27 63 90
76 14 90
2 88 90
14 76 90
11 79 90
59 31 90
16,7 83,3 100
60,0 40,0 100
30,0 70,0 100
15,6 84,4 100
2,2 97,8
100
15,6 84,4 100
12,2 87,8 100
65,6 34,4 100