• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.9 Kerangka Pemikiran Operasional

Beras merupakan komoditi pangan utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejak dulu dan hingga nanti pun manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Bagi masyarakat dengan pangan utama beras, biasanya belum merasa puas apabila belum mengkonsumsi

beras (nasi) sehingga hal tersebut secara nyata akan meningkatkan permintaan terhadap beras. Tingginya tingkat konsumsi beras per kapita dan laju pertumbuhan penduduk yang naik setiap tahunnya akan menyebabkan ketergantungan beras yang cukup besar. Kebutuhan konsumsi beras di Indonesia yang cukup besar dapat dipenuhi dengan cara memproduksi sendiri ataupun mengimpor beras dari pasar internasional.

Peningkatan produksi beras nasional yang lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya disebabkan oleh laju peningkatan produktivitas usaha tani padi yang semakin kecil karena perkembangan teknologi produksi padi telah mengalami kejenuhan, keterbatasan anggaran pemerintah sehingga tidak mampu melakukan perluasan areal irigasi dan pemberian subsidi input produksi kepada petani, serta konversi lahan pertanian terutama di Pulau Jawa ke penggunaan non sawah. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan peningkatan produktivitas padi yang cukup rendah. Sehingga ketersediaan beras nasional tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsinya. Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya defisit untuk konsumsi beras pada tahun 2006 dan 2007 yaitu musim kemarau yang panjang sehingga menyebabkan musim tanam padi yang biasanya dimulai Oktober menjadi mundur dan pada akhirnya panen raya yang diprediksi dapat menutupi kebutuhan beras tertunda. Permintaan beras yang cukup tinggi tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah sehingga terjadi kelangkaan beras di pasar. Dan pada akhirnya harga beras menjadi tinggi karena permintaan akan beras tidak dapat dipenuhi oleh persediaan beras nasional.

Konsumen beras terdiri dari individu, usaha jasa dan industri pengolahan. Beras dikonsumsi langsung dalam bentuk nasi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kegiatan konsumsi dilakukan di dalam dan di luar rumah. Konsumsi di dalam rumah tangga lebih besar dibandingkan konsumsi di luar rumah, karena adanya kebiasaan makan di dalam rumah oleh sebagian masyarakat. Sedangkan konsumsi di luar rumah seperti konsumsi di restoran lebih sedikit dan jarang dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk konsumsi beras di dalam rumah tangga saja.

Rumah tangga sebagai suatu unit konsumen yang membutuhkan berbagai produk dan jasa berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda. Secara umum semua rumah tangga membutuhkan pangan khususnya beras baik kualitas maupun kuantitas berdasarkan karakteristik dan sumberdaya yang mereka miliki. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa rumah tangga sebagai pengguna beras dalam pemenuhannya dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan sumberdaya yang dimilikinya. Salah satu variabel yang menentukan pengelompokkan konsumen menjadi beberapa kelas yaitu variabel kelas sosial. Berdasarkan kelas sosial, konsumen rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu rumah tangga kelas bawah, rumah tangga kelas menengah dan rumah tangga kelas atas.

Pada penelitian ini, konsumen diasumsikan adalah rumah tangga yang mengkonsumsi beras dan telah melalui tahap proses keputusan pembelian serta memiliki perbedaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya. Sehingga penelitian ini akan menganalisis perubahan pola konsumsi rumah tangga setelah harga beras mengalami peningkatan dan apakah keanekaragaman

karakteristik dan sumberdaya yang diwakili oleh kelas sosial mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut secara simultan akan berpengaruh terhadap preferensi seseorang atau rumah tangga dalam menentukan pilihan bahan pangan yang dikonsumsi. Faktor internal berupa keadaan fisiologi tubuh, umur serta tingkat aktivitas berperan dalam menent ukan konsumsi pangan. Sedangkan faktor eksternal yang tidak kurang peranannya terhadap pola konsumsi pangan adalah produksi pangan, daya jangkau, daya beli, dan faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat (Departemen Pertanian dalam Pradesha, 2004). Pola konsumsi secara khusus menunjukkan bagaimana makanan dikonsumsi, termasuk jumlah, jenis, keragaman, dan frekuensi konsumsinya (Cameron dan Stavern dalam Pradesha, 2004).

Berdasarkan pengertian di atas, maka perubahan pola konsumsi beras pada rumah tangga dapat dianalisis melalui variabel- variabel diantaranya frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi, jenis beras, frekuensi dan jumlah pembelian, tempat pembelian serta jenis pangan lainnya apabila konsumen tidak lagi menjadikan beras sebagai makanan pokoknya.

Pembentukan pola konsumsi beras pada rumah tangga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan pengaruh yang berasal dari rumah tangga yaitu pendapatan rumah tangga, jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian beras dan kelas sosial. Faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras.

Setelah harga beras mengalami peningkatan, perubahan pola konsumsi beras rumah tangga dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang membentuk pola konsumsi beras. Secara skematik kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan kerangka pemikiran operasional maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :

1. Terjadinya perubahan pola konsumsi terlihat dari jenis dan kualitas beras yang semakin rendah dan frekuensi pembelian beras yang cenderung berubah. Pada frekuensi dan jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian dan tempat pembelian beras tidak berubah setelah harga beras mengalami kenaikan. 2. Perubahan pola konsumsi beras dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga,

jumlah konsumsi, jumlah pembelian, kelas sosial serta harga beras itu sendiri.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

•Jumlah penduduk yang meningkat setiap tahun

•Permintaan beras nasional tinggi

Persediaan beras tidak mencukupi Terjadi kelangkaan beras di pasar

Kenaikan harga beras

Peningkatan produksi beras yang lebih kecil dibanding kenaikan jumlah penduduk

Perubahan Pola Konsumsi rumah tangga:

• Frekuensi Konsumsi Beras

• Jumlah Konsumsi Beras

• Jenis dan kualitas beras

• Frekuensi Pembelian Beras

• Jumlah Pembelian beras

• Tempat Pembelian Beras

Faktor internal :

•Pendapatan rumah tangga •Jumlah konsumsi beras •Jumlah pembelian beras •Kelas Sosial

Faktor eksternal : • Harga beras

III. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait