• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

11. Keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama.

4.2 Analisis Perubahan Pola Konsumsi Beras

4.2.6 Tempat Pembelian Beras

Perubahan tempat pembelian beras dapat dilihat pada Tabel 18. Pada responden kelas bawah terjadi penurunan jumlah responden yang membeli beras di pasar sebesar 10 persen sedangkan responden kelas bawah yang membeli beras di pasar mengalami penurunan sebesar 10 persen.

Warung merupakan salah satu tempat pembelian beras yang banyak diminati oleh responden kelas bawah sebelum dan setelah harga beras mengalami kenaikan. Lokasinya yang dekat memudahkan responden kelas bawah untuk melakukan pembelian, baik dalam jumlah besar maupun eceran. Membeli beras di warung juga dinilai lebih praktis karena responden tidak harus mengeluarkan biaya, sehingga akan menghemat pengeluaran untuk transportasi. Kenaikan harga beras yang tinggi menyebabkan responden kelas bawah khususnya hanya mampu membeli beras secara eceran karena menurunnya daya beli. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah responden yang membeli beras di warung sebesar 10 persen. Peningkatan pembelian beras di warung juga terjadi pada responden kelas menengah sebesar lima persen.

Tabel 18. Perubahan Tempat Pembelian Beras

Kelas Sosial

Kelas Bawah Kelas

Menengah Kelas Atas

Total Frekuensi

Pembelian

Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Pasar 17 13 17 17 9 8 43 38

Warung 23 27 14 18 0 0 37 45

Responden kelas atas lebih memilih untuk membeli beras di supermarket dan di pasar daripada di warung, karena sebagian besar responden membeli beras sekaligus belanja bulanan. Secara keseluruhan terjadi penurunan pembelian beras di pasar (5%) dan supermarket (3%), diikuti dengan peningkatan pembelian beras di warung (8%).

Perubahan tempat pembelian beras setelah kenaikan harga beras tidak terlihat secara nyata, hal ini dibuktikan melalui uji Chi-Square yang menunjukkan nilai ?-value lebih besar dari nilai a (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga beras tidak berdampak signifikan pada penentuan tempat pembelian beras.

Secara keseluruhan perubahan pola konsumsi beras pada rumah tangga di Jakarta Timur setelah kenaikan harga beras terlihat pada jenis beras yang dikonsumsi dan frekuensi pembelian beras per bulan. Perubahan jenis beras dan frekuensi pembelian pada setiap kelas sosial dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel120.

Tabel 19. Perubahan Jenis Beras di Setiap Kelas Sosial

Kelas Sosial Bentuk Perubahan Jenis Beras

Kelas Bawah

Kenaikan harga beras menyebabkan rumah tangga pada kelas bawah menurunkan kualitas dari beras yang dikonsumsinya karena keterbatasan sumberdaya ekonomi. Mereka lebih memilih jenis beras dengan kualitas rendah dan harga murah. Rumah tangga pada kelas ini mengkonsumsi beras dengan kualitas rendah yaitu jenis IR-64.

Kelas Menengah

Rumah tangga pada kelas menengah juga mengalami hal yang sama seperti rumah tangga pada kelas bawah. Mereka menurunkan kualitas berasnya agar pengeluaran untuk makanan khususnya untuk beras tetap sama seperti sebelum harga beras naik. Sebagian responden mengkonsumsi beras dengan kualitas sedang yaitu jenis Setra Ramos, Rojolele dan Cianjur.

Kelas Atas Perubahan jenis beras tidak terjadi pada rumah tangga kelas atas.

Tabel 20. Perubahan Frekuensi Pembelian per Bulan di Setiap Kelas Sosial Kelas Sosial Bentuk Perubahan Frekuensi Pembelian

Kelas Bawah

Responden pada kelas ini mengalami perubahan pada frekuensi pembelian beras. Setelah harga beras naik, responden lebih sering melakukan pembelian beras dalam sebulan. Sebagian dari responden melakukan pembelian beras setiap hari karena dengan pendapatan yang rendah dan tidak menentu mereka hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan beras untuk satu hari saja.

Kelas Menengah

Berbeda dengan kelas bawah, responden kelas menengah cenderung untuk mengurangi frekuensi pembelian beras. Mereka lebih jarang melakukan pembelian karena mereka khawatir harga beras akan semakin meningkat. Sehingga mereka memutuskan untuk membeli beras dalam jumlah besar agar dapat mencukupi kebutuhannya dalam sebulan.

Kelas Atas Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada responden kelas atas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji Chi-Square dapat disimpulkan terdapat perubahan pola konsumsi beras pada rumah tangga di Jakarta Timur. Perubahan pola konsumsi setelah kenaikan harga beras terlihat nyata hanya pada perubahan jenis beras yang dikonsumsi dan frekuensi pembelian beras. Penurunan kualitas beras yang dikonsumsi setelah kenaikan harga beras banyak dilakukan oleh rumah tangga kelas bawah dan menengah. Rumah tangga kelas atas tidak mengalami perubahan jenis beras karena tingginya daya beli yang mereka miliki. Perubahan jenis beras tersebut dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga dan jumlah konsumsi beras. Hasil uji dengan model regresi logit diperoleh bahwa semakin tinggi pendapatan yang diperoleh rumah tangga maka peluang rumah tangga untuk mengubah jenis beras yang dikonsumsi cenderung kecil.

Perubahan frekuensi pembelian beras per bulan setelah harga beras naik terlihat nyata melalui uji chi-square. Rumah tangga kelas bawah cenderung lebih sering melakukan pembelian beras karena keterbatasan sumberdaya yang mereka miliki. Rumah tangga kelas menengah cenderung mengurangi frekuensi pembelian beras, mereka akan membeli beras dalam jumlah yang lebih besar setiap melakukan pembelian karena khawatir harga beras akan terus meningkat. Pengujian dengan metode regresi logistik menunjukkan semakin tinggi harga beras maka rumah tangga akan mengubah frekuensi pembelian. Besarnya jumlah pembelian beras berpengaruh negatif terhadap perubahan frekuensi pembelian. Semakin banyak jumlah beras yang dibeli maka perubahan frekuensi pembelian

cenderung kecil. Kelas sosial berpengaruh nyata terhadap perubahan frekuensi pembelian beras. Rumah tangga kelas bawah dan menengah berpeluang lebih besar untuk mengubah frekuensi pembeliannya dibandingkan dengan rumah tangga kelas atas.

Perubahan pada frekuensi dan jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian serta tempat melakukan pembelian beras setelah kenaikan harga beras tidak tampak nyata berdasarkan hasil uji Chi-Square. Beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia dan belum ada bahan pangan lain yang dapat menggantikannya, sehingga setinggi apapun harga beras, rumah tangga akan tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhannya terhadap beras.

5.2 Saran

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola konsumsi beras yang tercermin dari frekuensi pembelian beras banyak terjadi pada rumah tangga kelas bawah dan cenderung lebih sering dilakukan sehingga ketersediaan beras di warung sebagai tempat pembelian beras yang paling sering dikunjungi oleh responden harus dijaga dengan baik.

2. Adanya keterbatasan penelitian dalam menggolongkan jenis beras yang berbeda kualitasnya sebagai barang substitusi dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang dengan lebih baik dan mencakup wilayah penelitian yang lebih luas. Dengan demikian, pengetahuan terhadap perubahan pola konsumsi beras menjadi lebih sempurna dan menyeluruh.

Dokumen terkait