• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan beras nasional semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan produksi padi harus terus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui dua cara yaitu peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas padi. Peningkatan luas panen dengan pembukaan lahan baru memiliki biaya yang cukup besar dan seringkali menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Selain itu, perluasan lahan padi di pulau Jawa lebih sulit untuk dilaksanakan dibanding dengan daerah di luar pulau Jawa karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan persaingan dengan sektor non pertanian dalam penggunaan lahan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi merupakan

alternatif lain yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi padi nasional.

Penggunaan benih padi unggul seperti varietas unggul hibrida adalah salah satu inovasi teknologi pertanian yang dapat mendukung peningkatan produktivitas padi. Penanaman padi hibrida tidak memerlukan investasi untuk perluasan lahan sawah yang biayanya mahal dan sering menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Teknologi padi hibrida yang memanfaatkan gejala heterosis ini mampu meningkatkan potensi hasil sebesar 15-20 persen lebih tinggi dibanding padi inbrida.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah keterbatasan benih. Sebagian besar material perbanyakan benih hibrida (CMS, Mantainer dan Restorer) masih diimpor. Akibatnya, tidak semua benih padi hibrida cocok untuk dikembangkan karena stabilitasnya terpengaruh oleh lingkungan tumbuh (agroklimat) dan tidak tahan terhadap hama/penyakit utama yang ada di Indonesia. Hal ini mengakibatkan belum optimalnya hasil yang dapat dihasilkan dari penggunaan padi varietas unggul hibrida. Padi varietas unggul hibrida yang sudah dilepas pada umumnya masih memiliki tingkat kepekaan terhadap hama dan penyakit terutama wereng coklat, hawar daun bakteri (HDB) dan virus tungro serta memiliki mutu beras yang masih rendah.

Kendala lain yang dihadapi dalam mengintroduksi padi hibrida kepada petani adalah harga benih yang relatif tinggi, sementara daya beli mereka relatif rendah. Harga benih padi hibrida mencapai Rp 50.000 per kg dan hasil panen benih padi hibrida tidak bisa digunakan untuk musim tanam berikutnya sehingga petani memiliki tingkat ketergantungan terhadap produsen benih yang sangat tinggi.

Peran serta lembaga-lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih-benih padi hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas padi hibrida yang sesuai dengan keinginan konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan padi hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode Quality

Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan padi varietas unggul hibrida.

yang disusun hanya matriks HOQ yang pertama yaitu matriks perencanaan produk.

Langkah-langkah dalam penyusunan matriks HOQ terdiri dari penyusunan persyaratan konsumen (what). Atribut-atribut padi hibrida yang dimasukkan ke dalam persyaratan konsumen hanya atribut padi yang diperhatikan konsumen di dalam pemilihan padi yaitu produktivitas, umur tanaman, tingkat kerontokan gabah pada saat panen dan pengangkutan, tingkat kerontokan gabah pada saat penggebotan, jumlah anakan produktif, tingkat kerebahan tanaman, karakteristik batang tanaman, warna daun, jumlah gabah per malai, ukuran benih, daya berkecambah, bentuk gabah, tingkat rendemen gabah menjadi beras, patahan beras, kebeningan beras, tekstur nasi, aroma nasi, ketahanan terhadap hama wereng coklat, ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, ketahanan terhadap virus tungro, dan ketahanan terhadap penyakit blas.

Langkah berikutnya yaitu menyusun persyaratan teknik (how), mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik, mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan teknik, penilaian kompetitif yang terdiri dari penilaian kompetitif konsumen dan penilaian kompetitif teknik, mengembangkan prioritas persyaratan konsumen yang terdiri dari kepentingan bagi konsumen, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan, dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif.

Pengembangan padi varietas unggul hibrida juga memerlukan analisis sensitivitas harga mengingat harga merupakan salah satu indikator penting untuk diterima atau tidaknya suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen. Harga benih padi mempengaruhi besar biaya produksi yang dikeluarkan petani, semakin tinggi harga benih semakin tinggi biaya produksi yang harus dikeluarkan petani. Apabila harga benih dikategorikan mahal oleh petani maka petani tidak akan menggunakan benih tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui rentang harga benih padi hibrida yang dapat diterima oleh petani. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Keterangan :

Rekomendasi kepada pemulia padi varietas unggul hibrida

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan : ƒ Peningkatan permintaan beras nasional.   ƒ Keterbatasan lahan pertanian  

Salah satu upaya untuk meningkatan produktivitas padi nasional melalui penggunaan padi Varietas Unggul Hibrida (VUH)

- Sebagian besar material perbanyakan benih hibrida (CMS, Mantainer dan Restore) masih diimpor.

- Mutu rendah

- Rentan terhadap tiga OPT utama (wereng coklat, HDB, dan virus tungro)

- Harga Benih Mahal - Daya beli petani rendah

Analisis Sensitivitas Harga

Rentang harga yang dapat diterima oleh petani (RAP)

Atribut Padi Hibrida : 1. Produktivitas 2. Umur tanaman

3. Tingkat kerontokan gabah saat panen dan pengangkutan 4. Tingkat kerontokan gabah saat

penggebotan

5. Jumlah anakan produktif 6. Tingkat kerebahan tanaman 7. Karakteristik batang tanaman 8. Warna daun

9. Jumlah gabah per malai 10. Ukuran benih 11. Daya berkecambah 12. Bentuk gabah

13. Tingkat rendemen gabah menjadi beras

14. Patahan beras 15. Kebeningan beras 16. Tekstur nasi (kepulenan) 17. Aroma nasi

18. Tahan terhadap hama wereng coklat

19. Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri

20. Tahan terhadap virus tungro 21. Tahan terhadap penyakit blas

 

Konsumen : Petani Pemulia Padi Hibrida

Kegiatan Pemuliaan dan Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD)

Langkah – langkah penyusunan Matriks House of Quality (HOQ) :

1. Menyusun persyaratan konsumen 2. Menyusun persyaratan teknik

3. Mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan konsumen dan persyaratan teknik 4. Mengembangkan matriks hubungan antar

persyaratan teknik 5. Penilaian kompetitif

6. Mengembangkan prioritas persyaratan konsumen 7. Mengembangkan prioritas persyaratan teknik

IV. METODE PENELITIAN