• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3 Metode Pengambilan Sampel

4.4.2 Quality Function Deployment (QFD)

QFD adalah suatu proses menetapkan keinginan konsumen dan menerjemahkan keinginan konsumen tersebut ke dalam desain produk untuk memenuhi harapan konsumen. Alat perencanaan utama dalam QFD adalah matriks House of Quality (HOQ). HOQ menerjemahkan suara konsumen ke dalam desain yang memenuhi nilai tujuan spesifik dan mencocokkan dengan bagaimana cara organisasi agar dapat memenuhi persyaratan tersebut. Berikut langkah-langkah membangun sebuah matriks HOQ (Besterfield, 1999) :

1. Mendaftarkan Persyaratan Konsumen (What)

QFD diawali dengan sebuah daftar tujuan, dimana daftar tujuan tersebut sering disebut sebagai apa yang konsumen butuhkan atau harapkan dalam sebuah produk khusus. Daftar persyaratan konsumen dibagi menjadi sebuah hierarki persyaratan konsumen primer, sekunder, dan tersier. Daftar persyaratan konsumen primer biasanya bersifat umum. Definisi lebih jauh dilakukan dengan mendefinisikan sebuah daftar persyaratan konsumen sekunder baru dan lebih

detail yang dibutuhkan untuk mendukung persyaratan konsumen primer atau dengan kata lain persyaratan konsumen primer meliputi banyak persyaratan konsumen sekunder. Walaupun item dari daftar persyaratan konsumen sekunder menunjukkan detail yang lebih baik daripada persyaratan konsumen primer, persyaratan konsumen sekunder sering tidak langsung dilakukan oleh staf teknisi dan masih membutuhkan definisi lebih jauh, sehingga dibutuhkan persyaratan konsumen tersier.

2. Mendaftarkan Persyaratan Teknik (How)

Tujuan HOQ adalah untuk mendesain atau mengubah desain dari sebuah produk dalam cara yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Setelah kebutuhan dan harapan konsumen ditunjukkan dalam persyaratan konsumen, tim QFD harus menyusun karakteristik teknik atau persyaratan teknik (bagaimana) yang akan mempengaruhi satu atau lebih persyaratan konsumen. Daftar persyaratan teknik dibagi menjadi hierarki persyaratan teknik primer, sekunder, dan tersier. Daftar persyaratan teknik sekunder mewakili lebih baik daripada daftar yang ada dalam persyaratan teknik primer. Persyaratan teknik tersier dibutuhkan apabila persyaratan teknik sekunder masih belum dapat langsung dilakukan melainkan masih membutuhkan definisi lebih jauh.

3. Mengembangkan Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen dan Persyaratan Teknik

Langkah selanjutnya adalah membandingkan persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik dan menentukan hubungan masing-masing. Mencari hubungan antara persyaratan teknik bisa menjadi sangat membingungkan karena setiap persyaratan konsumen mungkin mempengaruhi lebih dari satu persyaratan teknik, dan sebaliknya.

Penggunaan matriks hubungan merupakan salah satu cara untuk mengurangi kebingungan dalam menentukan hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik. Matriks ini diisi oleh tim QFD dan digunakan untuk menunjukkan derajat pengaruh antara setiap persyaratan teknik dan persyaratan konsumen. Hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik ditunjukkan dengan menggunakan simbol sebagai berikut :

: Menunjukkan sebuah hubungan kuat dengan nilai 9 : Menunjukkan sebuah hubungan medium dengan nilai 3 : Menunjukkan sebuah hubungan lemah dengan nilai 1 : Menunjukkan tidak ada hubungan dengan nilai 0

Matriks hubungan yang telah lengkap kemudian dievaluasi untuk baris dan kolom kosong. Sebuah baris kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan konsumen tidak dituju oleh setiap persyaratan teknik. Oleh karena itu, harapan konsumen tidak terpenuhi. Persyaratan teknik tambahan harus dipertimbangkan untuk memuaskan persyaratan konsumen tersebut. Sebuah kolom kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan teknik tidak mempengaruhi setiap persyaratan konsumen dan setelah dilakukan penyelidikan secara hati-hati, mungkin dihilangkan dari matriks HOQ.

4. Mengembangkan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik

Hubungan antar persyaratan teknik disebut matriks korelasi. Matriks yang berada pada atap matriks HOQ ini digunakan untuk mengidentifikasi setiap hubungan antar setiap persyaratan teknik. Simbol yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan hubungan dengan simbol sebagai berikut :

√ √ : Menunjukkan hubungan positif kuat, bernilai (+9) √ : Menunjukkan hubungan negatif lemah, bernilai (+3) X : Menunjukkan hubungan negatif lemah, bernilai (-3) XX : Menunjukkan hubungan negatif kuat, bernilai (-9)

: Menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai (0) 5. Penilaian Kompetitif

Penilain kompetitif adalah sepasang tabel bobot (atau grafik) yang melukiskan item demi item bagaimana produk kompetitif dibandingkan dengan produk organisasi. Tabel penilaian kompetitif dipisahkan menjadi dua kategori, yaitu penilaian kompetitif konsumen dan penilaian kompetitif teknik.

ƒ Penilaian Kompetitif Konsumen

Penilaian kompetitif konsumen membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan konsumen dalam matriks HOQ di sisi kanan dari matriks hubungan. Angka 1 sampai dengan 4 didaftarkan dalam kolom evaluasi

kompetitif untuk mengidentifikasikan sebuah peringkat dari 1 untuk terburuk sampai 4 untuk yang terbaik.

ƒ Penilaian Kompetitif Teknik

Penilaian kompetitif teknik membuat sebuah blok baris berhubungan dengan setiap persyaratan teknik dalam matriks HOQ di bawah matriks hubungan kemudian produk organisasi dan pesaing dievaluasi untuk setiap persyaratan teknik. Sama dengan penilaian kompetitif konsumen, uji data diubah menjadi angka 1 sampai dengan 4, di mana 1 untuk yang terburuk dan 4 untuk yang terbaik.

6. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Konsumen

Prioritas persyaratan konsumen membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan konsumen dalam matriks HOQ di sisi kanan penilaian kompetitif konsumen. Prioritas persyaratan konsumen ini mencakup kolom untuk kepentingan bagi konsumen, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan dan sebuah bobot absolut.

ƒ Kepentingan bagi Konsumen

Merangking setiap persyaratan konsumen dengan menunjukkan sebuah rating. Angka 1 sampai dengan 4 didaftarkan dalam kolom kepentingan bagi konsumen untuk mengindikasikan sebuah rating, 1 untuk tingkat kepentingan paling rendah sampai dengan 4 untuk sangat penting. Semakin penting persyaratan konsumen semakin tinggi ratingnya.

ƒ Nilai Sasaran

Kolom nilai sasaran berada pada skala yang sama dengan penilaian kompetitif konsumen (2 untuk terburuk dan 4 untuk terbaik). Kolom ini adalah kolom dimana tim QFD memutuskan apakah mereka ingin mempertahankan produk mereka tidak berubah, memperbaiki produk atau membuat produk lebih baik daripada kompetitor.

ƒ Faktor Skala Kenaikan

Faktor skala kenaikan adalah rasio antar nilai sasaran dengan rating produk yang diberikan dalam penilaian kompetitif konsumen. Semakin tinggi nilainya, semakin banyak usaha yang dibutuhkan.

ƒ Poin Penjualan

Poin penjualan memberitahukan tim QFD seberapa baik sebuah persyaratan konsumen akan menjual. Tujuannya adalah untuk mempromosikan persyaratan konsumen yang terbaik dan setiap persyaratan konsumen yang akan menolong dalam penjualan produk.

ƒ Bobot Absolut

Bobot absolut dihitung dengan mengalikan kepentingan bagi konsumen, faktor skala kenaikan dan poin penjualan :

Bobot Absolut = (Kepentingan bagi Konsumen)(Faktor Skala Kenaikan)(Poin

penjualan)

Bobot absolut kemudian dijumlahkan dan sebuah persentase serta ranking untuk setiap persyaratan konsumen dapat ditentukan. Bobot kemudian digunakan sebagai pedoman dalam fase perencanaan dari pengembangan produk.

7. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Teknik

Prioritas persyaratan teknik membuat blok baris berhubungan untuk setiap persyaratan teknik dalam matriks HOQ di bawah penilaian kompetitif teknik. Prioritas persyaratan teknik ini mencakup derajat kesulitan teknik, nilai sasaran serta bobot absolut dan relatif. Tim QFD mengidentifikasi persyaratan teknik yang paling dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan konsumen dan membutuhkan perbaikan.

ƒ Derajat Kesulitan

Banyak penggunaan matriks HOQ menambahkan derajat kesulitan untuk mengimplementasikan setiap persyaratan teknik yang ditunjukkan dalam baris pertama dari prioritas persyaratan teknik. Derajat kesulitan ditentukan dengan memberikan nilai untuk setiap persyaratan teknik dari 1 (paling tidak sulit) sampai dengan 4 (sangat sulit).

ƒ Nilai Sasaran

Sebuah nilai sasaran untuk setiap persyaratan teknik dimasukkan di bawah derajat kesulitan teknis. Hal ini merupakan sebuah ukuran objektif yang mendefinisikan nilai yang harus diperoleh untuk mencapai persyaratan teknis. Seberapa banyak nilai diambil untuk memenuhi atau melebihi harapan konsumen

dijawab dengan mengevaluasi semua informasi yang dimasukkan ke dalam matriks HOQ dan memilih nilai sasaran. Nilai sasaran untuk setiap persyaratan teknik ditentukan menggunakan skala 2 (terburuk) sampai dengan 4 (terbaik). ƒ Bobot Absolut

Dua baris terakhir dari prioritas persyaratan teknik adalah bobot absolut dan bobot relatif. Sebuah metode yang populer dan mudah untuk menentukan bobot adalah dengan menunjukkan nilai bernomor kepada simbol dalam simbol matriks hubungan. Bobot absolut untuk persyaratan teknik ke-j kemudian diberikan dengan :

aj = di mana :

aj = Vektor baris dari bobot absolut untuk persyaratan teknik (j = 1,…,m) Rij =Bobot yang ditunjukkan oleh matriks hubungan (i = 1,…,n, j = 1,…,m) Cij = Vektor kolom dari kepentingan bagi konsumen untuk persyaratan konsumen (i = 1,…,n)

m = Nomor persyaratan teknik n = Nomor persyaratan konsumen ƒ Bobot Relatif

Bobot relatif untuk persyaratan teknik ke-j diberikan dengan mengganti derajat kepentingan untuk persyaratan konsumen dengan bobot absolut untuk persyaratan konsumen, yaitu :

bj =

di mana :

bj = Vektor baris dari bobot relatif untuk persyaratan teknik (j = 1,…,m) Rij =Bobot yang ditunjukkan oleh matriks hubungan (i = 1,…,n, j = 1,…,m) di = Vektor kolom dari bobot absolut untuk persyaratan konsumen (i = 1,…,n)

Rating absolut dan relatif yang lebih tinggi mengidentifikasi area di mana usaha teknik butuh untuk dikonsentrasikan. Perbedaan utama antara kedua bobot ini adalah bobot relatif juga mencakup informasi faktor skala kenaikan dan poin penjualan. Bobot ini menunjukkan dampak dari karakteristik teknis pada persyaratan konsumen. Sejalan dengan derajat kesulitan teknis, keputusan dapat

dibuat dengan memperhatikan di mana mengalokasikan sumberdaya untuk perbaikan kualitas. Adapun proses penyusunan matriks HOQ (Matriks Perencanaan Produk) dapat dilihat pada Gambar 4.

Penerapan metode QFD pada produk pertanian memiliki kendala-kendala antara lain produk yang diinginkan oleh konsumen sesuai dengan hasil matriks HOQnya tidak bisa langsung dihasilkan karena memerlukan waktu yang lama dalam proses pembuatannya, berbeda halnya dengan produk non pertanian. Matriks HOQ dasar dapat dilihat pada Gambar 5.

                                                                       

Gambar 4. Proses matriks HOQ (Matriks Perencanaan Produk)

Penyusunan atribut persyaratan konsumen

Hasil wawancara dengan ahli padi

Penentuan hubungan antar persyaratan teknik

Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida Penyusunan persyaratan

pelanggan

Hasil wawancara dengan petani

Penyusunan persyaratan teknik

Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida

Penilaian kompetitif konsumen

Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida

Penilaian kompetitif teknik Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida

Penyusunan prioritas persyaratan konsumen :

1. Penilaian tingkat kepentingan konsumen 2. Nilai sasaran konsumen 3. Penilaian Faktor skala

kenaikan

4. Penilaian poin penjualan 5. Bobot absolut persyaratan

konsumen

- Poin 1, 3, & 4 merupakan hasil wawancara dengan petani

- Poin 2 merupakan hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida - Poin 5 dikalkulasikan menggunakan microsoft excel 2007 Penyusunan prioritas persyaratan teknik : 1. Derajat kesulitan 2. Nilai sasaran teknik 3. Bobot absolut persyaratan

teknik

4. Bobot relatif persyaratan teknik

- Poin 1 & 2 merupakan hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida

- Poin 3 & 4 dikalkulasikan menggunakan microsoft excel 2007 Penentuan hubungan persyaratan

konsumen dan persyaratan teknik

Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida

4.4.3 Analisis Sensitivitas Harga

Metode analisis sensitivitas harga yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada empat pertanyaan yang diberikan kepada konsumen yaitu :

1. Harga berapa suatu produk dianggap mahal?

2. Harga berapa suatu produk pantas untuk ditawarkan?

3. Harga berapa suatu produk dianggap terlalu mahal sehingga konsumen tidak mau membelinya?

4. Harga berapa suatu produk dianggap terlalu murah sehingga konsumen meragukan kualitasnya?

Hasil yang dapat diperoleh dari keempat pertanyaan di atas digunakan untuk menganalisis empat titik harga sebagai berikut :

1. Harga sangat murah, konsumen mempertanyakan kualitas dari suatu produk atau jasa.

2. Harga murah, konsumen tidak mempertanyakan kualitas dari produk atau jasa tersebut.

3. Harga mahal, konsumen tetap ingin membayar pada harga tersebut.

4. Harga sangat mahal, konsumen sudah tidak ingin lagi membeli produk atau jasa tersebut.

Riset ekspektasi harga dilakukan berdasarkan analisis sensitivitas harga untuk mencari kisaran harga yang paling tepat menurut konsumen. Responden hanya diminta untuk memilih pada tingkat harga berapa produk dinilai terlalu murah, murah, mahal, dan sangat mahal. Hasilnya kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk grafik yang terdiri atas lima titik harga yang diharapkan konsumen dan kisaran harga yang normal menurut konsumen. Lima titik harga tersebut sebagai berikut :

1. Indifferent Pricing Point (IPP)

Titik perpotongan distribusi kumulatif harga murah-mahal yaitu jumlah konsumen yang menganggap harga murah sama dengan jumlah konsumen yang menganggap harga mahal. Pada tingkat harga ini jumlah konsumen peduli terhadap harga.

Titik perpotongan distribusi kumulatif harga sangat murah - sangat mahal yaitu jumlah konsumen yang menganggap harga sangat murah sama dengan jumlah konsumen yang menganggap harga sangat mahal. Pada tingkat harga ini jumlah konsumen menganggap harga sangat mahal atau sangat murah, dengan kata lain harga optimum bagi produk.

3. Range of Acceptible Price (RAP)

Kisaran harga yang terbentuk dari dua titik, yaitu antara perpotongan distribusi kumulatif harga mahal - murah dan perpotongan antara distribusi kumulatif harga sangat mahal - sangat murah. Kisaran harga inilah yang dianggap sebagai harga yang dapat diterima oleh konsumen.

4. Marginal Cheap Price Point (MCP)

Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga terendah bagi produk. Kisaran harga ini terbentuk dari perpotongan distribusi kumulatif harga sangat murah - murah. Kisaran harga inilah konsumen mulai meragukan kualitas suatu produk.

5. Marginal Expensive Price Point (MEP)

Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga tertinggi bagi produk. Kisaran harga ini terbentuk dari perpotongan antara distribusi kumulatif harga sangat mahal - mahal. Kisaran harga inilah konsumen tidak lagi mau membeli produk.

Pada penelitian ini, analisis sensitivitas harga digunakan batas bawah Rp 5.000,00 per kg dan batas atas Rp 65.000,00 per kg. Penentuan batas bawah Rp 5.000,00 dilakukan dengan pertimbangan bahwa sebagian besar petani tidak mengetahui harga benih padi hibrida karena selama ini mereka hanya memperoleh benih dari program bantuan pemerintah. Harga benih Rp 5.000,00 per kg merupakan harga benih padi inbrida yang sering digunakan oleh petani. Harga jual benih padi hibrida (Intani 2) saat ini adalah Rp 50.000,00 per kg sehingga penentuan batas atas ditentukan di atas harga jual benih padi hibrida yaitu Rp 65.000,00 per kg.