• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Kerangka Teori

Covid-19(Infeksi SARS-CoV-2)

Disfungsi sistem hemostasisHiperinflamasi

Hiperkoagulasi D-dimermeningkat

CRPmeningkat Serum feritinmeningkat RNLmeningkat Hipoksia

Gangguan fungsi kognitif Apoptosis pada limfosit perifer

Migrasi neutrofil kejaringan iskemik

Makrofag menghasilkan sitokin di parenkim paru

sHLH

Protein inflamasi fase akut yg diproduksi hepar

Pelepasan mediator inflamasi 1 2 3

4

5 6

7

8

9 Gambar 2.4. Kerangka Teori Aktivasi mikroglial

Aktivasi astrositik

BDNF ARDS

43 Keterangan :

1. Literatur menunjukkan bahwa inflamasi dapat sangat mengganggu fungsi otak, gangguan sistem imun, sehingga terjadinya aktivasi mikroglial, aktivasi astrositik serta penurunan BDNF dapat sebagai kemungkinan penyebab gangguan neurokognitif.15

2. Gangguan kognitif ditemukan pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen selama rawat inap, hal ini dapat dijelaskan dengan hipoksia berkelanjutan yang disebabkan oleh penyakit paru dan dapat juga terjadi ARDS terkait infeksi Covid-19.13 3. Peningkatan D-dimer dikaitkan dengan outcome dan mortalitas

Covid-19 yang buruk. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa infeksi virus Corona 2 (SARS-CoV-2) sindrom pernafasan akut yang parah dapat menyebabkan disfungsi sistem hemostasis, yang mengarah ke keadaan hiperkoagulasi, suatu kondisi yang biasa kita temui pada sepsis.9

4. Infeksi virus mengakibatkan aktivasi limfosit, proliferasi limfosit tidak terdiferensiasi, dan sekresi antibody atau sitokin/limfokin. Infeksi SARS-CoV-2 menyebabkan apoptosis pada limfosit perifer.34

5. Terjadinya limfositopenia terkait Covid-19 konsekuensinya adalah bersama dengan neutrofil migrasi ke jaringan iskemik dapat berkontribusi pada peningkatan yang signifikan pada nilai RNL pada pasien dengan stroke yang terinfeksi SARS-CoV-2.70

44 6. Makrofag yang menghasilkan sitokin bertanggung jawab atas sebagian besar sel-sel imun di parenkim paru kemungkinan juga bertanggung jawab atas sekresi serum feritin. Selain itu sintesis feritin dapat disebabkan oleh beberapa faktor stimuli inflamasi termasuk sitokin seperti IL-6.71

7. Kadar serum feritin yang lebih tinggi secara independen terkait dengan ARDS, mortalitas dan Covid-19 berat. Hal ini dapat menimbulkan anggapan adanya secondary Hemophagocytic Lymphohistiocytosis (sHLH) pada Covid-19. sHLH adalah kondisi hiperinflamasi yang ditandai dengan badai sitokin yang menyebabkan kegagalan multi-organ yang fatal.9

8. C-reactive Protein (CRP) adalah protein inflamasi fase akut yang diproduksi oleh hepar yang dapat meningkat dalam beberapa kondisi, seperti inflamasi, penyakit kardiovaskular, dan infeksi.9

9. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dikaitkan dengan respon imun bawaan dan peningkatan sitokin sistemik. Sitokin dan mediator inflamasi terkait ditemukan meningkat termasuk CRP.72

45 2.9 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

• RNL

• CRP

• D-dimer

• Serum feritin

Fungsi kognitif

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Penderita Covid-19

46 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang isolasi RSUP H. Adam Malik Medan pada pasien yang dirawat dengan Covid-19. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2021.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan pasien dengan Covid-19. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode consecutive sampling hingga jumlah subjek penelitian terpenuhi.

3.2.1 Populasi Sasaran

Seluruh penderita Covid-19 yang telah ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

3.2.2 Populasi Terjangkau

Populasi sasaran penelitian ini adalah seluruh pasien Covid-19 yang telah ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dirawat di ruang isolasi RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.3 Besar Sampel

Estimasi besar sampel dihitung menurut rumus sampel untuk penelitian analtik kategorik. Besar sampel dihitung menurut rumus :

n =( 𝑍𝑎√2𝑃𝑄 + 𝑍𝑏√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2

𝑃1−𝑃2 )2

di mana :

47 α = kesalahan tipe satu, ditetapkan 5% sehingga

Zα = nilai standar alpha 5%, yaitu 1,28 Zβ = nilai standar beta 10%, yaitu 0,84 P1-P2 = 20%

P1 = 0,86

P2 = proporsi pasien Covid-19 dengan manifestasi klinis neurologis yang mengalami gangguan kognitif, sebesar = 0,66 (66%)69

Q1 = 1-P1 = 0,14 Q2 = 1-P2 = 0,34 P = P1+P2/2 = (0,86+0,66)/2 = 1,52/2 = 0,76 Q = 1-P = 1 – 0,76 = 0,24

n = ( (1,28)√2 𝑥 (0,76) 𝑥 (0,24) +(0,84)√(0,86𝑥0,14)+(0,66 𝑥 0,34)

0,2 )2

n = ( 1,2663

0,2 )2= 6,332 = 40,07

Maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 40 sampel.

3.2.4 Kriteria Inklusi

1. Semua penderita Covid-19 yang sudah dilakukan pemeriksaan swab PCR dengan hasil terkonfirmasi positif

2. Usia ≥ 18 tahun

3. Kesadaran compos mentis dan kooperatif 4. Dapat berbahasa Indonesia

5. Mampu membaca dan menulis

6. Memberikan persetujuan untuk ikut dalam penelitian 3.2.5 Kriteria Ekslusi

1. Pasien dengan afasia

2. Pasien dengan riwayat gangguan kognitif

48 3.3 Batasan Operasional

1. Coronavirus disease 2019 (Covid-19) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dengan klinis pneumonia bilateral yang berat dan distres pernafasan yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas hingga membutuhkan ventilator mekanik dan unit perawatan intensif.73 Pada penelitian ini pasien Covid-19 yang diambil adalah pasien yang dalam keadaan compos mentis, stabil, dan kooperatif. Populasi sampel adalah pasien terkonfirmasi Covid-19 dengan pemeriksaan swab PCR yang derajat ringan dan sedang yang dirawat di ruang isolasi RSUP H.

Adam Malik Medan.74 Cara ukur : Observasi Alat ukur : Rekam medik Hasil ukur : 1 = ya ; 2 = tidak Skala ukur : Nominal

2. Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah rasio jumlah neutrofil absolut terhadap jumlah limfosit absolut yang merupakan suatu penanda proses inflamasi.75

Cara ukur : Jumlah neutrofil absolut dibagi dengan jumlah limfosit absolut.

Alat ukur : alat SYSMEC XN-1000

Hasil ukur : 1 = normal (RNL ≤ 2,4) ; 2 = meningkat (RNL > 2,4)31 Skala ukur : Nominal

3. C-reactive protein adalah salah satu protein fase akut yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas

49 nonspesifik dan juga terdapat dalam serum normal dalam jumlah yang sangat sedikit.76

Cara ukur : Pengukuran CRP

Alat ukur : Alat Cobas 6000 C 501 analyzer

Hasil ukur : 1 = normal (0-10,90 mg/L) ; 2 = meningkat (>10,90 mg/L)77 Skala ukur : Nominal

4. D-dimer adalah produk degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik dan untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau proses fibrinolitik.49

Cara ukur : Pengukuran D-dimer Alat ukur : alat SYSMEC XN-1000

Hasil ukur : 1 = normal (0-240 ng/ml) ; 2 = meningkat (>240 ng/ml)77 Skala ukur : Nominal

5. Serum feritin berkorelasi dengan nilai total dari zat besi yang tersimpan dan merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling mudah untuk memperkirakan cadangan zat besi.55

Cara ukur : Pengukuran serum feritin Alat ukur : alat SYSMEC XN-1000

Hasil ukur : 1 = normal (23,9-336,2 ng/ml) ; 2 = meningkat (>336,2ng/ml)77

Skala ukur : Nominal

6. Fungsi Kognitif adalah berbagai proses mental seperti persepsi, perhatian, memori, pengambilan keputusan, dan pemahaman bahasa.

50 Gangguan fungsi kognitif dapat menyebabkan penurunan fungsi otak yang berhubungan dengan kemampuan atensi, konsentrasi, kalkulasi, mengambil keputusan, reasoning, berpikir abstrak. Pada penelitian ini menggunakan alat ukur Forward and backward digit span dan Trail making test.58

Cara ukur : Anamnesa

Alat ukur : AD8-INA, Forward digit span, Backward digit span, Trail Making Test A, dan Trail Making Test B.

Hasil ukur : 1 = normal ; 2 = abnormal Skala ukur : Nominal

7. Forward and Backward Digit Span adalah tes yang digunakan untuk menilai working memory. Forward and backward digit span dilakukan dalam dua kali percobaan. Subjek normal dapat mengulang 5-7 angka pada pemeriksaan forward digit span dan dapat mengulang 4 angka pada backward digit span.65

Cara ukur : Anamnesa

Alat ukur : Forward dan Backward Digit Span Hasil ukur : 1 = normal ; 2 = abnormal

Skala ukur : Nominal

8. Trail Making Test terdiri dari dua bagian yaitu Trail Making Test A (TMT-A) yang membutuhkan indikator visual untuk menggambar garis yang secara berurutan menghubungkan 25 nomor yang dilingkari pada selembar kertas dengan waktu maksimal 180 detik. Trail Making Test B (TMT-B) melakukan hal yang sama tetapi harus bergantian antara angka

51 dan huruf (misalnya 1, A, 2, B, 3, C, dll.) dengan waktu maksimal 300 detik. Skor TMT-A dan TMT-B yang dikatakan abnormal adalah jika terjadi kesalahan atau melewati batas waktu maksimal.68

Cara ukur : Anamnesa Alat ukur : TMT-A, TMT-B

Hasil ukur : TMT-A 1 = normal ; 2 = abnormal TMT-B 1= normal ; 2 = abnormal Skala ukur : Nominal

9. Afasia merupakan suatu gangguan bahasa yang diakibatkan oleh dan dapat disebabkan oleh beragam cedera otak, termasuk cedera serebrovaskular, neoplasma intrakranial, trauma otak, dan proses degeneratif. Gangguan bahasa dapat meliputi verbal yang sulit dikeluarkan, disartrik, disprosodik, dan agramatikal, atau gangguan pemahaman bahasa dalam berbagai derajat. Pada penelitian ini afasia ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan neurologis.56

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik korelatif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional (potong lintang) dengan sumber data primer yang diambil secara konsekutif dari semua pasien Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi, menandatangani surat persetujuan ikut penelitian kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan Trail Making Test (TMT-A dan TMT-B), serta Forwad and backward digit span. Nilai rasio

52 neutrofil limfosit, C-reactive protein, d-dimer, dan serum feritin didapat dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium.

3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Instrumen

3.5.1.1. Lembar pengumpulan data, stop watch, dan alat tulis 3.5.1.2. Pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan :

• AD8-INA

• Forward and backward Digit Span

• Trail Making Test A dan Trail Making Test B

3.5.1.3. Pemeriksaan kadar neutrofil, limfosit, D-dimer, dan serum feritin menggunakan alat SYSMEC XN-1000.

3.5.1.4. Pemeriksaan kadar CRP menggunakan alat Cobas 6000 501 analyzer

3.5.2 Pengambilan Sampel

Semua penderita Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi RSUP H.

Adam Malik Medan. Sampel diambil secara konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria ekslusi, kemudian menandatangani surat persetujuan ikut penelitian. Selanjutnya dicatat hasil pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu rasio neutrofil limfosit, C-reactive protein, D-dimer, dan serum feritin. Pemeriksaan laboratorium dilakukan saat pasien dirawat inap.

Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif saat kondisi pasien compos mentis serta dinilai stabil dan kooperatif dengan dilakukan pemeriksaan Trail Making Test A, Trail Making Test B,dan Forward and backward Digit Span.

53 3.5.3 Kerangka Operasional

Gambar 3.1. Kerangka Operasional

3.5.4 Variabel yang diamati

Variabel bebas : Rasio neutrofil limfosit, CRP, D-dimer, dan serum feritin

Variabel terikat : Fungsi kognitif (TMT-A, TMT-B, Forward and backward digit span)

Pasien Covid-19 di Ruang Isolasi RSUP H. Adam Malik Medan data diambil dari rekam medik

Kriteria Inklusi

Kriteria Ekslusi Pemeriksaan Penunjang Laboratorium :

• Rasio Neutrofil Limfosit

• C-rective protein

• D-dimer

• Serum Feritin

Pemeriksaan dilakukan saat pasien dirawat inap

Pemeriksaan Fungsi Kognitif :

• Forward digit span

• Backward digit span

• Trail Making Test A

• Trail Making Test B

Pemeriksaan dilakukan saat keadaan pasien stabil dan pasien kooperatif

Analisa Data

Pemeriksaan AD8-INA

54 3.5.5 Analisis Statistik

Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service) versi 22.0. Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

3.5.5.1. Untuk menggambarkan variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.

3.5.5.2. Untuk mengetahui hubungan antara Rasio Neutrofil Limfosit dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien Covid-19 dengan analisis bivariat menggunakan uji koefisien kontingensi.

3.5.5.3. Untuk mengetahui hubungan antara C-reactive protein dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien Covid-19 dengan analisis bivariat menggunakan uji koefisien kontingensi.

3.5.5.4 Untuk mengetahui hubungan antara D-dimer dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien Covid-19 dengan analisis bivariat menggunakan uji koefisien kontingensi.

3.5.5.5 Untuk mengetahui hubungan antara serum feritin dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien Covid-19 dengan analisis bivariat menggunakan uji koefisien kontingensi.

3.5.6 Jadwal Penelitian

1. Penelitian dilakukan mulai tanggal 9 Juli 2021 sampai 30 Desember 2021.

2. Jadwal Kegiatan Penelitian

Persiapan : 9 Juli 2021 s/d 15 Juli 2021

Pengumpulan data : 16 Juli 2021 s/d 15 September 2021

55 Analisa data : 16 September s/d 22 September 2021 Penyusunan laporan : 23 September s/d 22 Desember 2021 Penyajian laporan : 30 Desember 2021

3.5.7 Biaya Penelitian

Biaya pemeriksaan darah lengkap @Rp80.000,00=Rp3.200.00,00 Biaya pemeriksaan CRP @Rp115.000,00 =Rp4.600.000,00 Biaya pemeriksaan d-dimer @Rp200.000,00 =Rp8.000.000,00 Biaya pemeriksaan serum feritin @Rp400.000,00=Rp16.000.00,00 Biaya pencetakan lembaran pengumpulan data = Rp200.000,00 Biaya penulisan lembar penelitian = Rp500.000,00

Jumlah = Rp32.500.000,00

3.5.8 Personalia Penelitian

Peneliti Utama : Winda Rahmah Darman

Pembimbing I : Prof. Dr. dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) Pembimbing II : dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked(Neu), Sp.S(K)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode pengambilan data cross sectional tanpa perlakuan pada sumber data primer yang diambil secara konsekutif dari semua pasien Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan pada pasien Covid-19 yang sudah dilakukan pemeriksaan swab PCR dengan hasil terkonfirmasi positif, dengan klinis Covid-19 derajat ringan dan sedang hari rawatan satu hingga kesepuluh jika pasien dalam keadaan stabil, compos mentis dan kooperatif. Sampel penelitian adalah pasien-pasien Covid-19 dengan onset gejala Covid-19 hari kelima hingga hari ke-14 yang dirawat di ruang isolasi Covid-19. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan rasio neutrofil limfosit, C-reactive protein, D-dimer, serum feritin, dengan fungsi kognitif pada penderita Covid-19 yang dirawat di RSUP H.

Adam Malik Medan.

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan pasien Covid-19 di ruang rawat inap isolasi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Agustus 2021 – Oktober 2021 yang sudah memenuhi kriteria inklusi penelitian. Karakteristik subjek penelitian secara lengkap disajikan pada tabel 4.1.

57 Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Demografi Subjek Penelitian

Karakteristik Median(Min-Maks) n(40) Persentase (%) Usia (tahun)

Karakteristik demografi dari 40 subjek penelitian ini memiliki median usia sebesar 39,5(19-65) tahun. Karakteristik usia pada penelitian ini menggunakan nilai median dan nilai minimal-maksimal, hal ini dikarenakan sebaran data usia terdistribusi tidak normal. Jenis kelamin subjek penelitian terdiri dari perempuan sebanyak 27 subjek (67,5%) dan laki-laki sebanyak 13 subjek (32,5%). Tingkat pendidikan subjek penelitian adalah SMA sebanyak 25 subjek (62,5%) dan sarjana sebanyak 15 subjek (37,5%). Status pekerjaan subjek penelitian paling banyak

58 adalah tidak bekerja 13 subjek (32,5%) dan paling sedikit adalah petani sebanyak satu subjek (2,5%). Suku subjek penelitian paling banyak adalah suku Karo sebanyak 14 subjek (35,0%) dan paling sedikit adalah suku Aceh sebanyak 2 subjek (5,0%). Pada penelitian ini didapatkan karakteristik pasien Covid-19 saat pemeriksaan fungsi kognitif pada fase akut sebanyak 31 sampel (77,5%) dan pasien Covid-19 lewat fase akut sebanyak 9 sampel (22,5%). Karakteristik nilai RNL, nilai CRP, nilai D-dimer, serta nilai serum feritin pada penelitian ini menggunakan nilai median dan nilai minimal-maksimal, hal ini dikarenakan sebaran data nilai RNL, nilai CRP, nilai D-dimer, serta nilai serum feritin terdistribusi tidak normal. Pada penelitian ini didapatkan karakteristik nilai rasio neutrofil limfosit pada subjek penelitian diperoleh nilai median 3,4(1,4-9,3), nilai CRP pada subjek penelitian diperoleh nilai median 12,6mg/L(1,4-17,2), nilai D-dimer pada subjek penelitian diperoleh nilai median 227 ng/mL(126-1600), serta nilai serum feritin pada subjek penelitian diperoleh nilai median 308,5 ng/mL(17,3-1789).

4.1.2 Hubungan antara Rasio Neutrofil Limfosit dengan Fungsi Kognitif pada Penderita Covid-19

Pada subjek penelitian yang memiliki RNL normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan Forward Digit Span (FDS) didapatkan hasil pemeriksaan FDS normal sebanyak 12 subjek (30,0%) dan FDS abnormal sebanyak 1 subjek (2,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki RNL meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan FDS didapatkan hasil pemeriksaan FDS normal sebanyak 14 subjek (35,0%) dan FDS abnormal sebanyak 13 subjek (32,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang

59 signifikan antara rasio neutrofil limfosit dengan domain atensi (FDS) dengan p value sebesar 0,012 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,369.

Tabel 4.2 Hubungan antara Rasio Neutrofil Limfosit dengan Fungsi Kognitif pada Penderita Covid-19

Fungsi Kognitif Rasio Neutrofil Limfosit r p Normal Meningkat

uji korelasi dengan contingency coefficient test

Pada subjek penelitian yang memiliki RNL normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan BDS didapatkan hasil pemeriksaan BDS normal sebanyak 11 subjek (27,5%) dan BDS abnormal sebanyak 2 subjek (5,0%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki RNL meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan BDS didapatkan hasil pemeriksaan BDS normal sebanyak 12 subjek (30,0%) dan BDS abnormal sebanyak 15 subjek (37,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio neutrofil limfosit dengan domain working memory (BDS) dengan p value sebesar 0,016 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,356.

60 Pada subjek penelitian yang memiliki RNL normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 12 subjek (30,0%) dan TMT-A abnormal sebanyak 1 subjek (2,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki RNL meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 16 subjek (40,0%) dan TMT-A abnormal sebanyak 11 subjek (27,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio neutrofil limfosit dengan domain fungsi eksekutif (TMT-A) dengan p value sebesar 0,033 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,320.

Pada subjek penelitian yang memiliki RNL normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-B didapatkan hasil pemeriksaan TMT-B normal sebanyak 12 subjek (30,0%) dan TMT-B abnormal sebanyak 1 subjek (2,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki RNL meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-B didapatkan hasil pemeriksaan TMT-B normal sebanyak 15 subjek (37,5%) dan TMT-B abnormal sebanyak 12 subjek (30,0%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio neutrofil limfosit dengan domain fungsi eksekutif (TMT-B) dengan p value sebesar 0,020 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,345. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas.

61 4.1.3 Hubungan antara C-Reactive Protein dengan Fungsi Kognitif pada

Penderita Covid-19

Pada subjek penelitian yang memiliki CRP normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan FDS didapatkan hasil pemeriksaan FDS normal sebanyak 12 subjek (30,0%) dan FDS abnormal sebanyak 2 subjek (5,0%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki CRP meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan FDS didapatkan hasil pemeriksaan FDS normal sebanyak 14 subjek (35,0%) dan FDS abnormal sebanyak 12 subjek (30,0%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara CRP dengan domain atensi (FDS) dengan p value sebesar 0,044 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,304.

Pada subjek penelitian yang memiliki CRP normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan BDS didapatkan hasil pemeriksaan BDS normal sebanyak 11 subjek (27,5%) dan BDS abnormal sebanyak 3 subjek (7,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki CRP meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan BDS didapatkan hasil pemeriksaan BDS normal sebanyak 12 subjek (30,0%) dan BDS abnormal sebanyak 14 subjek (35,0%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara CRP dengan domain working memory (BDS) dengan p value sebesar 0,048 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,299.

62 Pada subjek penelitian yang memiliki CRP normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 13 subjek (32,5%) dan TMT-A abnormal sebanyak 1 subjek (2,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki CRP meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 15 subjek (37,5%) dan TMT-A abnormal sebanyak 11 subjek (27,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara CRP dengan domain fungsi eksekutif (TMT-A) dengan p value sebesar 0,021 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,344.

Pada subjek penelitian yang memiliki CRP normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-B didapatkan hasil pemeriksaan TMT-B normal sebanyak 13 subjek (32,5%) dan TMT-B abnormal sebanyak 1 subjek (2,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki CRP meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-B didapatkan hasil pemeriksaan TMT-B normal sebanyak 14 subjek (35,0%) dan TMT-B abnormal sebanyak 12 subjek (30,0%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara CRP dengan domain fungsi eksekutif (TMT-B) dengan p value sebesar 0,012 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,369. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

63 Tabel 4.3 Hubungan antara C-Reactive Protein dengan Fungsi Kognitif

pada Penderita Covid-19

uji korelasi dengan contingency coefficient test

IV.1.4 Hubungan antara D-Dimer dengan Fungsi Kognitif pada Penderita Covid-19

Pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan FDS didapatkan hasil pemeriksaan FDS normal sebanyak 18 subjek (45,0%) dan FDS abnormal sebanyak 4 subjek (10,0%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan FDS didapatkan hasil pemeriksaan FDS normal sebanyak 8 subjek (20,0%) dan FDS abnormal sebanyak 10 subjek (25,0%).

Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara d-dimer dengan domain atensi (FDS) dengan p value sebesar 0,014 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,363.

64 Tabel 4.4 Hubungan antara D-dimer dengan Fungsi Kognitif

pada Penderita Covid-19

uji korelasi dengan contingency coefficient test

Pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan BDS didapatkan hasil pemeriksaan BDS normal sebanyak 16 subjek (40,0%) dan BDS abnormal sebanyak 6 subjek (15,0%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan BDS didapatkan hasil pemeriksaan BDS normal sebanyak 7 subjek (17,5%) dan BDS abnormal sebanyak 11 subjek (27,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara D-dimer dengan domain working memory (BDS) dengan p value sebesar 0,031 (p<0,05) mempunyai arah korelasi yang positif dan kekuatan korelasi lemah dengan nilai r=0,322.

Pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer normal dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 19 subjek (47,5%) dan TMT-A abnormal sebanyak 3

65 subjek (7,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 9 subjek (22,5%) dan TMT-A abnormal sebanyak 9 subjek (22,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa

65 subjek (7,5%), sedangkan pada subjek penelitian yang memiliki D-dimer meningkat dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan TMT-A didapatkan hasil pemeriksaan TMT-A normal sebanyak 9 subjek (22,5%) dan TMT-A abnormal sebanyak 9 subjek (22,5%). Berdasarkan uji korelasi dengan contingency coefficient test terhadap 40 sampel penelitian, didapatkan hasil bahwa