• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Kerangka Fikir

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tahun 2017 menguraikan bahwa akuntansi zakat infaq/sedekah berdasarkan PSAK No. 109. Amil yaitu organisasi pengelola zakat di Indonesia yang pembentukan dan pengukuhannya diatur dalam UU yang tujuannya untuk ketentuan

36

mengumpulkan dan menyalurkan dana zakat, infaq/sedekah. Dana amil yaitu hak amil atas dana zakat, infaq/sedekah, dana yang digunakan untuk operasional amil. Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat, dana infaq/sedekah yaitu dana yang didapatkan dari penerimaan infaq/sedekah. Muzakki yaitu orang yang wajib mengeluarkan atau membayar zakat sedangkan mustahik adalah orang atau asnaf yang berhak menerima zakat. Zakat merupakan bagian dari syariah islam yang harus dikeluarkan umat muslim yang mampu kepada mustahik, dengan mengunakan bantuan amil atau secara langsung, dalam pemberian zis mengunakan beberapa ketentuan yang mengatur nisab, tarif zakat, dan peruntukannya. Infaq/sedekah berupa donasi sukarela yang diterima dengan jumlah yang tidak ditentukan untuk siapa dan kepada siapa. Dalam Standar Akuntansi Keuangan Syariah dinyatakan bahwa pengelola amil wajib mengelola dana zis berdasarkan prinsip syariah yang berlaku.

Dalam menjalankan organisasi pengelola zakat, selain harus menjalankan prinsip Syariah sesuai PSAK No. 109 juga harus di terapkan prinsip Syariah Enterprise Theory (SET). Syariah Enterprise Theory tidak mendudukkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu tetapi menempatkan Allah sebagai pusat dari segalanya. Oleh karena itu, manusia hanya sebagai wakilNya (khalitullah fil ardh) dan perpanjangan tangan yang memiliki konsekuensi patuh terhadap semua hukum-hukum Allah.

Penerapan PSAK No. 109 pada organisasi pengelola zakat (OPZ) dapat terwujudkan apabila sumber daya manusia (SDM) memiliki kompetensi dan kemampuan serta pemahaman sehingga tujuan dari organisasi dapat secara efektif dan efisien. Kualitas dan kinerja yang baik dari SDM (amil) akan

37

meningkatkan tingkat kepercayaan dari orang yang membayar zakat (muzakki) pada OPZ seperti BAZ/LAZ. Hal tersebut juga akan meningkatkan dana zakat yang terkumpul secara optimal.

Gambar 2.1 Kerangka Fikir Baznas Kota

Makassar ]

Konsep Metafora Amanah

Indirect Participants - Allah SWT - Alam - Masyarakat - Stakeholder Direct Participants

- Muzakki - Mustahik - Amil

]

Syari’ah Enterprise Theory Akuntansi Zakat (PSAK No. 109)

38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif yang menggambarkan serta menjelaskan penerapan akuntansi zakat dalam konsep metafora amanah pada Badan Amil Zakat (BAZ). Sugiyono (2011) mengemukakan dalam Basir (2018), metode deskriftif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Format diskriftif ini dapat dilakukan pada penelitian studi kasus.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini menfokuskan masalah terlebih dahulu supaya tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian ini. Peneliti menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Dalam studi kasus nantinya akan mengarah pada pendekatan aspek metafora amanah untuk menganalisis pengeloaan akuntansi zakat.

Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar yang beralamat di Jl. Teduh Bersinar No. 5, Rappocini, Gn. Sari,

39

Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Adapun target waktu untuk melakukan penelitian ini yaitu pada bulan Agustus sampai bulan Oktober 2019.

D. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek yang diperoleh dari responden berupa hasil wawancara dan data dokumenter. Wawancara dilakukan kepada Pengelola Badan Amil Zakat Kota Makassar yang memenuhi kriteria sebagai informan. Kriteria dari informan yaitu terdiri dari anggota Pengelola BAZNAS Kota Makassar yang telah bekerja kurang lebih 3 tahun.

Tabel 3.1 Nama Responden

No Nama Informan Jabatan Lama Bekerja 1 H. Katjong Tahir, SH Sekretaris BAZNAS 4 Tahun

Selain itu sumber data pada penelitian ini merupakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama) dan sesuai dengan segala ketentuan (informan) yang telah ditentukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data lapangan degan cara sebagai berikut:

40

1. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dilakukan untuk mendapat informasi, keterangan, dan penjelasan mengenai permasalahan yang secara mendalam agar data yang diperoleh lebih akurat, lengkap, dan terpercaya karena diperoleh langsung oleh peneliti tanpa menggunakan perantara apapun. Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya pengumpulan data.

Dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah di kualifikasikan, digolongkan, di klasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan data pernyataan.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur- literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Dimana metode pengumpulan data dengan mencari informasi informasi lewat buku, majalah, koran, dan literature yang bertujuan untuk membentuk landasan teori. Dari berbagai literature-literatur tersebut senantiasa ditemukan konsep-konsep, teori, pemikiran seorang tokoh dan lain sebagainya, sehingga untuk menemukan, mengungkapkan, mengembangkan dan

41

menguji kebenaran konsep, teori dan pemikiran tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap buku-buku atau literatur yang menjadi objek penelitian tersebut (Harahap, 2014).

3. Dokumentasi

Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis/gambar yang tersimpan tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian, biografi, simbol, artefak, foto, sketsa dan data lainya yang tersimpan (Djaelani,2013). Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data, membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan. Kajian dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file, dan hal-hal lain yang sudah di dokumentasikan. Metode ini relatif mudah dilaksanakan dan apabila ada kekeliruan mudah diganti karena sumber datanya tetap. Dengan membuat panduan/pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar data yang akan dicari akan mempermudah kerja di lapangan dalam melacak data dari dokumen satu ke dokumen berikutnya.

4. Riset Internet (Online Riset)

Tenik pengumpulan data yang berasal dari situs-situs atau website yang berhubungan dengan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

42

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam hal ini alat yang dapat digunakan berupa:

1. Alat tulis menulis 2. Handphone 3. Referensi jurnal

4. Daftar pertanyaan/wawancara

5. Mendownload (mengunduh) beberapa file yang diperlukan tentang lembaga yang sedang menjadi pusat kajian.

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu objek penelitian melalui data yang telah terkumpul atau dengan menggunakan keterangan-keterangan yang telah diperoleh langsung di lapangan. Data yang telah diperoleh diuraikan secara sistematis dan terperinci, kemudian disusun kedalam format yang lebih mudah untuk dipahami mengenai distribusi perusahaan secara konkrit. kegiatan analisis data penelitian kualitatif inidilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas melalui beberapa langkah kegiatan secara sistematis, yakni:

1. Koleksi/Catatan data, merupakan aktivitas mengoleksi data yang diperoleh dari lapangan, baik dari hasil wawancara mendalam, FGD, dan observasi terfokus maupun data yang diperoleh dari hasil pencatatan dokumentasi.

43

Kemudian data/informasi yang telah dikoleksi dicatat secara teliti oleh peneliti.

2. Reduksi data, dalam hal ini peneliti melakukan penyederhanaan, pengabstraksian dan mentransformasi data yang diperoleh dari lapangan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Pada tahap ini, peneliti membuat kategorisasi atas fenomena dengan cara mempelajari data secara teliti. Kategorisasi tersebut akan diamati secara cermat kemudian menyusun konseptualisasi fenomena-fenomena yang telah dikelompokkan kemudian disusun dalam daftar sesuai dengan pertanyaan penelitian.

3. Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, matriks, skema, diagram dan gambar, bertujuan untuk lebih memudahkan dalam membuat kesimpulan. Dalam hal ini peneliti menyatukan kembali keseluruhan data terpilih yang telah dikategorisasi berdasarkan sifat dan dimensinya, kemudian mencari hubungan antara satu kategori dengan sub kategorinya untuk menemukan beberapa kategori utama yang terkait dengan fokus masalah penelitian ini.

4. Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi terhadap kesimpulan atas data yang di analisis agar lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Pada tahap ini peneliti akan menyimpulkan data yang telah diperoleh dan akan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

44 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Nama dan Sejarah Singkat Perusahaan/Lembaga

Sejarah penbentukan BAZNAS yang sebelumnya kita kenal dengan nama BAZIS dalam perkemabangannya lembaga pengelolaan zakat ini awalnya hanya diatur oleh Keputusan Presiden Nomor 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 tentang pengelolaan zakat rasional. Lembaga zakat saat itu hanya dilakukan terbatas di beberapa daerah saja seperti BAZIS OKI (1968), BAZIS Kaltim (1972), BAZIS Jawa Barat (1974) dan beberapa BUMN mendirikan lembaga zakat seperti BAMUISBNI (1968). Lahirnya Undang- Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat merupakan langkah awal pengelolaan zakat yang berlaku secara Nasional. Sebagai implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dibentuklah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001. Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan pengumpulan dan pendayagunaan zakat Dalam Undang- Undang tersebut diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pememrintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. Adapun BAZ terdiri BAZNAS Pusat, BAZ Provinsi, BAZ Kota, BAZ Kecamatan.

Terbentuknya lembaga zakat yang berbadan hukum dan didukung dengan sosialisasi zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat

45

di berbagai media berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk berzakat melalui amil zakat. Sejak tahun 2002 total dana yang berhasil dihimpun BAZNAS dan LAZ mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Selain itu, pendayagunaan zakat juga semakin bertambah luas dan bahkan menjangkau sampai ke pelosok- pelosok negeri.

Pendayagunaan zakat mulai dilaksanakan pada lima program yaitu kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah.

Pada tanggal 27 Oktober 2011, DPR RI menyetujui Undang- Undang pengelolaan zakat pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang kemudian diundangkan sebagai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada tanggal 25 November 2011.

Undang Undang ini menetapkan bahwa pengelolaan ini menetapkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penaggulangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, Undang Undang mengatur bahwa kelembagaan pengelola zakat harus terintegrasi dengan BAZNAS sebagai koordinator seluruh pengelolaan zakat, baik BAZNAS daerah maupun LAZ.

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat di tingkat kab/ibukota maka dibentuklah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten/Kota. Kota Makassar yang berada di provinsi sulewesi selatan juga telah didirikan badan pengelola zakat oleh pemerintah yaitu Badan Ami Zakat Nasional (BAZNAS) kota Makassar.

Sejak berdirinya pada tahun 2005, BAZNAS Kota Makassar

46

dahulunya bernama Badan Amil Zakat Infaq Dan Shadaqoh yang disingkat BAZIS kota Makassar. Kemudian mengacu pada peraturan Daerah kota Makassar Nomor 5 Tahun 2006 tentang pengelolaan zakat maka nama tersebut di ubah menjadi Badan Amail Zakat Daerah (BAZDA) kota Makassar. Karena perkembanga pengelolaan zakat dan perombakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan diterbitkanya UU No 23 tahun 2011.

Sehingga pengelolaan zakat secara nasional juga harus perpedoman pada aturan tersebut. Sehingga pada tahun 2012 secara resmi nama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) resmi dipakai dan melakukan berbagai penyesuaian dengan aturan UU No 23 tahun 2011.

Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berdasarkan kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi BAZNAS Kota Makassar sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan BAZNAS Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/ Kota, disebutkan bahwa BAZNAS Kabupaten/

47

Kota mempunyai kedudukan sebagai lembaga pemerintah non struktural yang bersifat mandiri, dengan tugas melaksanakan pengelolaan zakat pada tingkat Kabupaten/ Kota dengan cara pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

2. Visi dan Misi Organisasi

a. Visi BAZNAS Kota Makassar

“Makassar Kota Zakat, Berkah, dan Nyaman Untuk Semua”

Visi ini mengandung tiga pokok pikiran yang secara konseptual diarahkan pada aspek kewajiban membayar Zakat, Infak dan Sedekah atau sering singkat (ZIS), aspek pendistribusian dan pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah untuk peningkatan kesejahteraan ummat, serta terciptanya tata kelola BAZNAS yang profesional yang ditandai dengan penggunaan sistem informasi teknologi, yaitu pada kata “Kota Zakat”, “Berkah”, “Nyaman” dan “Untuk Semua”, dalam suatu pengertian yang visioner:

1) “Kota Zakat” dimaksudkan adalah Kota Makassar yang memiliki potensi ummat yang mayoritas dan memadai. Diantaranya, potensi jumlah ummat islam dengan infrastuktur sosial ekonomi ummat yang ditandai dengan jumlah sarana dan prasarana peribadatan ummat islam yang menjanjikan kekuatan kultural Kota Makassar yang nyaman sekaligus religious.

2) “Berkah” adalah dimaksudkan adalah berkah bagi muzakki, amil, dan mustahik.

3) “Nyaman” dimaksudkan adalah mewujudkan peoses pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, infak dan

48

sedekah yang semakin transparan, akuntabel, efisien, dan efektif yang ditandai dengan tumbuhnyakepercayaan ummat untuk membayar zakat, infak dan sedekah sesuai dengan syriat islam.

4) “Untuk Semua” dimaksudkan adalah proses pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah dapat dinikmati dan dirasakan oleh Mustahik tanpa diskriminasi.

b. Misi BAZNAS Kota Makassar

1) Meningkatkan kesadaran muzakki berzakat, berinfak dan bersedekah. Melalui kewajiban zakat merupakan sarana paling utama untuk mengatasi kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin dan mewujudkan jaminan sosial dalam Islam.

2) Mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infak, sedekah untuk meningkatkan kesejahteraan para mustahik melalui Makassar Taqwa, Makassar Sejahtera, Makassar Sehat, Makassar Cerdas dan Makassar Peduli.

3) Mewujudkan menajemen BAZNAS yang profeional dengan didukung Sistem Informasi Teknologi. Keberhasilan manajemen BAZNAS Kota Makassar sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif dari pengurus. Dengan terciptanya manajemen BAZNAS yang efisien, transparansi dan akuntabel diharapkan administrasi dapat terselenggara secara efektif dan efisien yang didukung oleh sistem informasi.

49

3. Struktur Organisasi dan Job Description 1. Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

2. Job Description

Uraian Tugas Unsur Pelaksana BAZNAS Kota Makassar Periode 2015-2020.

a. Bidang Pengumpulan:

Penyusunan Strategi Pengumpulan Zakat;

1) Pelaksanaan Pengelolaan dan Pengembangan Data Muzaki;

2) Pelaksanaan Kampanye Zakat;

3) Pelaksanaan dan Pengendalian Pengumpulan Zakat;

4) Pelaksanaan pelayanan Muzaki;

5) Penyusunan pelaporan dan pertanggung jawaban pengumpulan zakat;

50

6) Pelaksanaan penerimaan dan tindak lanjut komplain atas layanan muzaki;

7) Koordinasi pelaksanaan pengumpulan zakat tingkat kab/kota;

8) Melaksanakan pelayanan dan memberi kemudahan kepada para muzaki.

b. Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan

Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan ZIS dan dana sosial keagaman lainnya: Bidang penditribusian dan pendayagunaan IS dipimpin oleh soerang kepala bidang dan dikordinir oleh wakil ketua II dari salah satu unsur komisioner yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melayani mustahik sesuai dengan program BAZNAS yang telah ditetapkan.

2) Melakukaan pendataan mustahik.

3) Membuat kajian kelayakan pendistribusian sesuai dengan norma.

4) Membuat kalender kegiatan pendistribusian.

5) Melaksanakan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS dan dana sosial kegaman lainnya seperti:

a) Makassar Taqwa

Bantuan pembagunan masjid/sarana kegamaan, pelatihan DAI, oprasional DAI, bantuan TPQ, dan kegiatan keagamaan.

b) Makassar Sejahtera (Pengurangan Pengangguran Dan Pelatihan Ketrampilan Serta Bantuan Dana Bergulir)

51

Peningkatan skiil mustahik dan bergulir pengadaan peralatan produktif, dana bergulir wirausaha mikro dan bergulir modal usaha perorangan/kelompok.

c) Makassar Sehat (Pelayanaan Kesehatan Gratis)

Pengonatan poli gratis, ambulance gratis, oprasi bibir sumbing, oprasi katarak, kesehatan fakir miskin, sunatan massal fakir miskin.

d) Makassar Cerdas (Pelayanan Pendidikan Gratis)

Bantuan beassiwa anak sekolah dan mahasiswa (S1 dan S2), bantuan sekolah madrasah/ponpes, bantuan penghapal al-quran (hafidz), pelatihan pengurusan jenazah muslim, pelatihan DAI, pelatihan manajemen pengelolaan masjid, pelatihan guru TK.

e) Makassar Peduli (Kemanusian/Jaminan Sosial Keluarga) Bantuan fakir miskin, bantuan sosial keagaman, bantuan bedah rumah fakir miskin, bantuan musaffir, bantuan mualaf, bantuan orang yang dililit hutang dan bantuan bencana fakir miskin.

c. Bagian Perencanaan, Keuangan Dan Laporan

Bagian perencanan, keuangan dan peloparan dipimpin oleh seorang kepala bidang bagian dan di koordinir oleh wakil ketuan III dari salah satu unsur komisioner yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Merumuskan dan menyusun rencana strategi (RENSTRA).

52

2) Merumuskan dan menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan (RKTA).

3) Pelaksanaan evaluasi tahunan dan lima tahun rencana pengelolaaln zakat, infak, sedekah, dan dana sosiak keagaman lainnya.

4) Menyusun laporan keuangan dan laporan akuntabilitas kinerjar BAZNAS.

d. Bagian administrasi, SDM dam Umum

Bagian administrasi, SDM dan umum dipimpin oleh seorang kepala bagian yang dikordinir oleh wakil ketua IV dari salah satu unsur komisioner yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Penyusunan strategi pengelolaan amil BAZNAS kota 2) Pelaksanaan perencanaan amil BAZNAS kota 3) Pelaksanaan rekruitmen Amil BAZNAS kota 4) Pelaksanaan pengembangan Amil BAZNAS kota

5) Penyusunan renacana staretegi komunikasi dan hubungan masayarakat BAZNAS kota.

6) Pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan LAZ bersakala provinsi kota.

e. Satuan Audit Internal

Satuan audit internal dipimpin oleh seorang auditior dan bertanggung jawab langsung kepada ketua BAZNAS yang mempunyai tugas sebagai berikut:

53

1) Penyiapan audit

2) Pelaksanaaan audir untuk tujuan tertentu atas pengugasan ketua BAZNAS kota.

3) Penyusun laporan hasil audit.

f. Tata Usaha Pimpinan

Tata usaha pimpinan dipimpin oleh seorang kepala tata usaha yang bertanggung jawab langsung dengan ketua yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Menyelenggarkan pelayanan admistrasi umum BAZNAS kota.

2) Pelaksanaan pengelolaan kuangan BAZNAS kota.

3) Pelaksanaan sistem akuntasi BAZNAS kota.

B. Penghimpunan, Pendistribusian, dan Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq, Sedekah BAZNAS Kota Makassar.

1. Penghimpunan Dana ZIS pada BAZNAS Kota Makassar

Penghimpunan dana (fundraising) dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik dari individu, kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemerintah) selanjutnya akan di gunakan untuk membiayai program kegiatan operasional lembaga. Proses penghimpunan dan pengelolaan zakat, infak dan sedekah, dana yang terhimpun berasal dari warga masyarakat Makassar, berbagai instansi, dan perusahaan-perusahaan. Dimana dalam pengelolaan zakat modern, amil memiliki posisi yang sangat penting dalam mengemas program-program atau produk yang berdayaguna bagi mustahiq (Endahwati, 2014). Program pemberdayaan zakat tidak hanya bermanfaat bagi mustahiq, tetapi juga bermanfaat bagi

54

muzakki, karena selain dapat menyalurkan zakat, infaq dan sedekahnya, muzakki juga akan dapat mengikuti pembinaan agama, baik melalui pengajian rutin yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat maupun melalui media majalah yang diberikan untuk donatur.

Berbagai strategi disiapkan untuk mendongkrak penghimpunan zakat. Beberapa program itu adalah sosialisasi ke kantor pemerintahan, masjid dan sekolah dengan menyebarkan spanduk dan baliho. Selain itu pula dilakukan penguatan lembaga zakat agar menjadi lembaga yang bersih sehingga dapat dipercaya oleh umat muslim, pemberdayaan dan sinergisitas.

Penghimpunan dana pada Badan Amil Zakat Naional Kota Makassar baik itu dana zakat, infaq, sedekah dan dana lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain para muzakki dapat menyalurkannya dengan mendatangi lansung Badan Amil Zakat Naional Kota makassar, atau dengan layanan jemput zakat dimana pengurus lembaga pengelola zakat dapat menjemput lansung zakat dari muzakki baik atas permintaan muzakki yang bersangkutan maupun inisiatif amil sendiri. Sebagaimana dijelsakan oleh Pak H. Katjong Tahir bahwa:

Cara proses penghimpunan dana zakat di BAZNAS Kota Makassar melalui dua cara yakni (1) penghimpunan zakat perorangan yaitu

Cara proses penghimpunan dana zakat di BAZNAS Kota Makassar melalui dua cara yakni (1) penghimpunan zakat perorangan yaitu