• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesadaran diri orangtua dalam beribadah dan memiliki kemauan keras menjadikan anak-anaknya shalih shalihah merupakan cara yang

paling fektif dalam keberhasilan mendidik anak. Komunikasi antar

keluarga yang baik juga merupakan salah satu faktor pendukung

keberhasilan orangtua dalam mendidik anak-anaknya dengan baik.

Komunikasi yang baik dan lanacar akan mewujudkan keluarga yang

harmonis, saling terbuka dan semakin mendekatkan hubungan antar

anggota keluarga. Orangtua yang selalu sibuk bekerja di luar rumah tidak

bisa mengetahui secara langsung kegiatan yang dilakukan anak-anaknya

selama ditinggal bekerja, maka orangtua perlu berkomunikasi dengan

menanyakan langsung kepada anak. Komunikasi yang baik mampu

menciptakan sikap saling peduli di dalam keluarga dan dapat menghindari

sikap berbohong ketika berbicara.

Lingkungan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Apabila seseorang hidup di lingkungan yang baik dan aktif berkegiatan Islam, maka dirinya juga akan terbawa pengaruh positif dengan ikut serta dalam kegiatan ibadah tersebut. Sebuah keluarga yang hidup dalam lingkungan sosial keagamaan yang baik akan mempermudah orangtua dalam mendidik anak-anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Lingkungan sosial keagamaan yang baik jauh dari lingkungan yang buruk, sehingga anak-anak akan tumbuh dalam pergaulan yang baik.

Menanankan pendidikan islam pada anak memerlukan upaya optimal dalam pelakasanaannya. Seorang ibu bukan hanya memerlukan ilmu yang cukup tapi juga kekuatan jiwa yang kuat. Kekuatan ini didapat dari pemahaman agama melalui rutinitas keagaaman yang ia lakukan.

Menurut al-Qur‟an anak adalah karunia Allah sekaligus amanah bagi kedua orangtuanya, oleh karenanya menjadi kewajiban dan tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak-anak, terutama spiritualnya sesuai fithrahnya. Firman Allah dalam surah ar-Rum (30): 30 yang berarti: Maka hadapkanlah

wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu, tidak ada perubahan pada fithrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Tingkat usia seseorang dapat mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang, meskipun tidak sepenuhnya tingkat usia menjadi patokan dalam tingkat pemahaman agama seseorang. Terkadang anak yang masih kecil malah memiliki pemahaman yang tinggi terhadap agamanya dibanding orang dewasa yang mempunyai tingkat keagamaan yang rendah.

Kepribadian ini dapat dipengaruhi oleh kuturunan dari orang tua, namun bisa juga berasal dari lingkungan dimana ia tinggal. Kepribadian ini tidak hanya berupa kepribadian yang baik, namun juga dapat berupa kepribadian yang buruk. Meskipun tidak sepenuhnya kepribadian ini selalu menurun dari orang tua ke anak, namun gen-gen sifat pembawa kepribadian akan nampak jelas muncul ketika lingkungan memungkinkan untuk menonjolkannya.

Kondisi kejiwaan seseorang sangat mempengaruhi dalam religiusitas seseorang. Hal ini dikarenakan kondisi kejiwaan seseorang yang tidak stabil akan mempengaruhi pemahaman, dan cara mereka dalam hal agama. Umumnya mereka yang mengalami kondisi ini akan merasakan hidup ini bebas tanpa ada batasan-batasan atau aturan- aturan yang mengikatnya, tanpa mereka menyadarinya.

Keluarga (kawula warga) adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat dan sebagainya. Sedangkan inti dari keluarga adalah ayah, ibu, dan anak.

Keluarga sebagai gerbang pertama dan utama yang(mempunyai arti paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai- nilai kehidupan yang dibutuhkan anggotanya dalam mencari makna kehidupan. Dari sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, kesetiaan, kasih sayang, dan sebagainya. Dari kehidupan seorang ayah dan ibu terpupuk sifat keuletan, keberanian, tempat berlindung, bertanya, dan mengarahkan bagi anggotanya.

Sikap orang tua terhadap agama, akan memantul kepada anaknya. Jika orang tua menghormati kaidah akan agamanya, maka akan tumbuhlah sikap yang demikian juga dalam diri anaknya. Demikian pula sebaiknya, orang tua yang bersikap negatif terhadap agamanya, maka anaknya besar kemungkinan juga akan memiliki sifat yang hampir sama.

Sebagai orang tua yang baik haruslah menanamkan sifat ketuhanan kepada anak-anaknya, bahkan harus dimulai ketika anak masih dalam kandungan. Tugas orang tua haruslah menanamkan keyakinan pada anak tentang Ke-Esaan Allah, sebagai zat yang menciptakan alam raya beserta isinya, dan tugas manusia hanyalah untuk mendarmabaktikan dirinya kepada Allah SWT semata.

Sekolah adalah istana kedua setelah rumah bagi anak-anak. Sekolah memegang peranan yang tak kalah penting dengan keluarga. Dalam pendidikan sekolah, siswa diajarkan materi-materi yang bekaitan dengan ilmu agama maupun ilmu umum. Pendidikan sekolah menjadi tanggung jawab sekolah, namun orang tua hendaknya tidak sembarangan menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada sekolah yang kurang memahami pentingnya pengembangan akhlak.

Sekolah merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk membentuk anak didik sesuai dengan tujuan utama pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan sekolah peserta didik terikat oleh tata

tertib dan kurikulum yang berlaku, sehingga terciptalah anak didik yang berkualitas. Sekolah sebagai salah satu kekuatan yang besar dalam menciptakan generasi-generasi unggul perlu ditangani oleh guru-guru yang handal. Guru yang berkualitas, profesional, dan mempunyai visi kedepan adalah guru yang dapat mengantarkan siswa-siswanya menjadi manusia yang berkualitas, unggul dan berdaya tahan tinggi dalam menghadapi perubahan. Hubungan sosial anak semakin erat pada masa sekolah, maka perhatiannya terhadap agama juga banyak dipengaruhi oleh teman- temannya. Jika teman-temannya disekolah melakukan suatu hal yang positif, mereka akan cenderung untuk ikut melakukan hal yang positif, begitu pula sebaliknya jika teman-temannya melakukan hal yang negatif, mereka juga akan cenderung untuk ikut melakukan hal yang negatif pula (Daradjat, 1970:114).

Masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini telah dimulai ketika anak-anak, beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar dari pendidikan sekolah. Tetangga, teman, dan saudara mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak, karena pengaruh dorongan, ajakan orang lain, seseorang bisa menjadi baik/buruk.

4. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang pada anak.

Ibadah adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang diatur langsung ketentuannya oleh Allah SWT atau melalui rasul-Nya. Sebab, hikmah, illat, dan rahasia yang terkandung di dalamnya hanya Dia yang tahu atau sejauh yang Dia informasikan kepada kita. Puasa, shalat, dan haji, misalnya, kita tidak tahu secara pasti untuk apa itu disyariatkan. Kita hanya meraba-raba apa hikmah di balik perintah itu. Kita melakukan ibadah lantaran terdorong kebutuhan pragmatisme kita sebagai manusia.

Misalnya, kita berpuasa karena ada unsur yang menyehatkan badan, shalat karena ada unsur olahraga jasmaninya, berzakat untuk mengamankan harta kita dari 'serbuan' fakir miskin, berhaji untuk rekreasi spiritual, dan membaca Alquran untuk mengeksplorasi unsur ilmu pengetahuan.

Ibadah dengan motivasi seperti ini adalah mendesakralisasi makna ibadah itu sendiri. Padahal, Allah mensyariatkan kita puasa agar menjadi muttaqin dan perintah shalat untuk mengingat-Nya (aqim al-shalata li dzikri).

Ibadah (mahdhah) adalah sarana untuk menghubungkan diri kita dengan Tuhan dan untuk membuktikan diri kita sebagai hamba serta sekaligus untuk menegaskan keberadaan Tuhan. Manakala ibadah dilakukan tanpa totalitas penghambaan diri kepada Tuhan, apalagi jika ibadah itu dilakukan sebagai manifestasi kepentingan pribadi kita sebagai manusia, yakni untuk memperoleh manfaat biologis, dengan kata lain, ibadah yang kita lakukan bukan mur ni penghambaan diri yang dilakukan secara ikhlas dan khusyuk kepada-Nya. Maka, sesungguhnya itu adalah wujud antroposentrisme ibadah. Ibadah bukan hanya tidak bisa melangitkan manusia, melain kan juga tidak punya resonansi sosial.

Jika ditinjau lebih lanjut ibadah pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu: Pertama; Ibadah „Am yaitu seluruh perbuatan yang dilakukan oleh

setiap muslim dilandasi dengan niat karena Allah Swt Ta‟ala. Kedua; Ibadah Khas yaitu suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan perintah dari Allah Swt dan Rasul-Nya. Contoh dari ibadah ini adalah:

a) Mengucap dua kalimat syahadat Dua kalimat syahadat terdiri dari