• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Peran Spiritualitas Guru Wanita dalam Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Anak

Spiritualitas dan agama merupakan suatu konteks yang berbeda namun selalu beriringan. Spiritualitas lebih melihat kedalam batin menuju kesadaran akan nilai – nilai universal seseorang. Sedangkan agama melihat keluar diri seseorang menggunakan ritus (tata cara keagamaan) formal dan kitab suci. Agama lebih melihat kepada orientasi eksternal sedangkan spiritualitas mencakup bagaimana seseorang memandang kedalam batinnya. Jadi, spiritualitas dapat dijangkau oleh semua orang baik yang religius maupun yang tidak. Spiritualitas merupakan proses transformasi melalui berbagai aspek kehidupan yang terintegrasi meliputi fisik, emosional, pekerjaan, intelektual dan rasional. Spiritualitas sangat berkaitan dengan kreativitas, cinta, pengampunan, kasih sayang, kepercayaan, penghormatan, kebijaksanaan, keyakinan, dan rasa akan kesatuan.

Adapun peran spiritualitas yang dialami oleh guru wanita dalam pendidikan anak adalah:

a. Semakin merasa dekat dengan Allah setiap bersama anak

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, adanya perasaan dekat dengan Allah merupakan hal mendasar yang dirasakan oleh setiap guru wanita. Namun lebih sering perasaan tersebut tidak nampak nyata dirasakan, karena seolah olah saperti perasaan yang tersirat. Beberapa narasumber mengalami pegalaman yang berbeda pula. Keyakinan adanya hubungan dengan Allah akan dirasakan dalam berbagai sendi kehidupan salah satu dalam pendidikan anak.

Apabila dilihat dari aspek hubungan dengan Allah, beberapa guru wanita merasakan hubungan ini dengan meyakini bahwa salah satu nya dengan menerima takdir mereka sebagai guru sekaligus Ibu rumah tangga. Memegang peran ganda seperti ini tentunya tidak mudah. Sering terjadi gejolak batin ketika harus menyeimbangkan kedua pekerjaan ini. Pada satu sisi berperan sebagai ibu yang memiliki anak dan pada sisi lain harus meninggalkan anak untuk mengajar di sekolah. Apabila guru wanita ini tidak memiliki hubungan yang kuat dengan Allah maka akan timbullah konflik-konflik pada dirinya.

Berdasarkan hasil observasi penulis, guru wanita terkadang memiliki konflik batin pada peran gandanya ketika anak sedang sakit atau ketika tidak

ada yang menjaga anaknya. Ada guru yang tenang ketika menghadapi masalahnya namun ada pula yang terlihat tampak stress ketika ini terjadi (Observasi, April 2020).

Guru wanita yag memiliki keyakinan akan hubungnnya dengan Allah, merasakan pengawas Allah pada dirinya ketika mendidik anak. Adanya perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap langkah yang akan dilakukan pada setiap akitivitas khususnya ketika mendidik anak. Seperti subjek NA, S, SR, dan IM yang merasa harus sangat berhati-hati dalam segala ucap dan tingkah laku. Karena Allah akan selalu mengawasi, dan anaknya pun akan meniru apa yang Ibunya lakukan dan ucapkan.

Namun karena hubungan dekat dengan Allah terkadang tidak nampak dirasakan secara nyata oleh manusia, maka hal ini serupa seperti yang dialami oleh subjek Ii, R dan A. terkadang mereka merasakan hubungan yang sangat dekat demgam Allah ketika sedang mendidik anak. Namun lebih sering hanya ada perasaan biasa saja seolah-olah hanya ada ibu dan anak. Hal ini sering terjadi ketika subjek berada dalam keadaan lelah dan tertekan, terkadang bisa memunculkan emosi. Secara umum semua narasumber pernah merasakan adanya perasaan dekat dengan Allah ketika sedang mendidik anak.

b. Merumuskan arti hikmah keberadaan dan tujuannya sebagai Ibu

Secara tidak langsung guru wanita menyadari bahwa perannya sekarang sudah berubah, bukan hanya sebagai guru di sekolah yang mendidika anak-anak, namun juga

Hal ini menunjukkan persepsi guru wanita akan kelekatan dan kesatuannya dengan Tuhan. Guru wanita tidak hanya merasa dekat dengan Tuhan, namun menjadi sebuah keinginan bagi guru wanita untuk selalu dekat dengan Tuhannya. Oleh karena itu, guru wanita akan berusaha melakukan aktivitas spiritual dengan tulus sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar guru wanita bisa mendidik anak-anaknya seperti yang dipeintahkan oleh Allah.

c. Merasakan kehidupan yang berarti melalui doa dan harapan

Jika sudah terbentuk hubungan yang erat dan hubungan yang isitiqamah, selanjutnya setiap guru wanita tanpa sadar akan melakukan aktivitas-aktivitas spiritual untuk memenuhi harapan-harapan yang diinginkan. Salah satu nya yaitu diaplikasikan melalui doá. Doa merupakan cara paling mudah meraih kedekatan dengan Allah. Seperti firman Allah SWT :

“dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku megabulkan permohonan orang yang berdoá jika ia memohon kepada Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-baqarah: 186)

“…dan Tuhanmu berfirman, “berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Q.S Al-mu‟minun: 60)

Harapan harapan guru wanita untuk anaknya selalu dipanjatkan melalui doánya. Berdoa bisa dilaksanakan kapan saja, beberapa guru wanita melaksanaakan setiap selesai shalat. Namun yang cukup menarik bagi penulis adalah ketika salah satu subjek berdoa ketika berkendara, hal ini mungkin jarang dilakukan

oleh beberapa orang. Namun beberapa guru wanita juga mendoakan anaknya setiap tiba-tiba terlintas dalam ingatan mereka.

Mendoakan anak ketika anak melakukan kebaikan, atau telah memberikan kebahagian kepada orang tua sangat memberikan pengaruh positif. Baik doá yang diucapkan langsung maupun tidak. Hal ini dirasakan akan memberikan efek kebiakan untuk selanjutnya. Seperti subjek SR yang selalu mendoakan agar anaknya yang laki-laki bisa menghilangkan kebiasaan jeleknya. Dalam kurun waktu beberpa bulan hal tersebut bisa berubah. Doa yang diucapakan oleh guru wanita adalah doá- doá yang baik. Namun jika sempat terucap doá yang kurang baik maka harus segera dirubah.

Guru wanita yang memiliki spiritualitas akan selalu memohon pertolongan dari Tuhan. Memohon pertolongan merupakan salah satu spiritual bagi guru wanita dalam kehidupan sehari-hari. Memohon perlindungan dan pertolongan Tuhan membentuk persepsi bahwa guru wanita bekerja bersama Tuhan, sehingga aspek ini merupakan salah satu pembentuk kesejahteraan psikologis. Guru wanita meyakini bahwa Tuhan akan memberikan bimbingan untuk permasalahan hidup yang muncul dari pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk permohonan seorang ibu melalui doá nya adalah berharap putra dan putrinya bisa menjadi anak yang shaleh brguna bagi agama dan negaranya. d. Timbul kedamaian, pertolongan serta bimbingan Allah dalam menanamkan

nilai-nilai pendidikan Islam pada anak

Rasa nyaman selalu diasosiasikan sebagai rasa aman dan terhindar dari malapetaka. Rasa nyaman menjadi penyebab guru wanita bertahan dalam kondisi sulit, seperti ketika mengalami sakit atau tertimpa musibah dan berada dalam kesulitas. Kekuatan membuat guru wanita lebih berani untuk menghadapi situasi sulit dan merasa tertantang untuk melakukan aktivitas baru yang tidak biasa dari yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam pendidikan anak aka nada hal-al serta tandatangan baru yang harus dihadapinya.

Rasa tenang dan dmai merupakan salah satu hasil dari kegiatan ibadah. Guru wanita mengharapkan rasa tenang dapat muncul ketika guru wanita dalam kondisi cemas, khawatir hingga depresi atau stres. Merasa tenang merupakan salah satu penolong bagi seorang guru wanita jika berada dalam situasi yang tidak diinginkan.

Guru wanita meyakini bahwa bimbingan dari Tuhan muncul setelah berdoa atau memohon bantuan Tuhan. Oleh karena itu memohon pertolongan seringkali berangkai dengan harapan akan bimbingan. Guru wanita akan mengekspektasikan campur tangan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman-pengalaman guru wanita dalam kehidupan sehari-hari dipersepskan sebagai bentuk kasih sayang dan keberkahan dari Tuhan. Persepsi terhadap kasih sayang Tuhan dirasakan melalui dua cara, yakni dirasakan secara langsung dan melalui orang lain. Guru wanita merasa menerima berkat dari Tuhan jika berhadapan dengan situasi yang berkesan dalam kehidupan sehari-hari. Kasih sayang melalui orang lain disebabkan oleh terdapat keyakinan bahwa Tuhan bertindak atas diri manusia melalui orang lain, sehingga berkah, rejeki, dan kebahagiaan dapat diperoleh melalui interaksi dengan orang lain.

e. Memupuk rasa syukur setiap bersama anak

Guru wanita yang memiliki spiritualitas tinggi akan merasakan kekaguman pada fenomena kebesaran Tuhan, seperti kondisi alam atau pemandangan serta kejadian-kejadian dan peristiwa besar. Guru wanita akan menyadari bahwa campur tangan Tuhan tidak hanya ada pada manusia, namun berlaku secara universal. Penciptaan bumi dan segala isinya merupakan kuasa Tuhan, sehingga tiap kali guru wanita merasa terdapat kebesaran Tuhan pada objek yang direspon panca indera, guru wanita akan merasa kagum dan bersyukur.

Rasa berterimakasih atau bersyukur muncul dalam kehidupan sehari-hari dalam peristiwa-peristiwa yang baik ataupun buruk. Rasa berterimakasih ini merupakan hal yang selalu dilakukan guru wanita yang memiliki spiritualitas yang tinggi.

Setiap melihat perkembangan anak, maka setiap ibu akan sangat senang. Begitu jug ajika melihat perkembangan dalam nilai-nilai pendidikan islam yang ditanamkan oleh ibu. Tentunya hal ini akan membuat ibu sangat senang dan terharu.

f. Menumbuhkan hubungan yang positif antara anak dan orang lain

Sebagai sebuah keluarga, seorang ibu, anak dan ayahnya tidak mungkin dapat hidup menyendiri. Sebagai makhluk sosial pu diperlukan hubungan yang baik antar sesame manusia. Dengan anak anak bisa menjadi jalan seorang ibu menjalin silaturahmi lebih banyak lagi dengan tetangga sekitar, atau jika anak sudah memasuki usia sekolah maka ibu dapat menjalin silaturahmi dengan orangtua murid lain nya.

Menumbuhkan sikap yang baik dengan orang lain juga sangat bermanfaat dalam mendidik anak nantinya. Dengan sikap sosial yang baik yang dicontohkan oleh ibu, maka akan terbentuk sikap sosial yang baik pula pada diri anak.

2. Peran Religiusitas Guru Wanita dalam Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Anak

Berdasarkan wawancara dengan narasumber mengenai peran religiusitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak dapat disimpukan menjadi beberapa peran, diantaranya:

a. Memberikan pemahaman kebenaran ajaran agama yang dianut oleh anak Mengajarkan agama kepada anak yang masih kecil tentunya sulit untuk dikerjakan, namun untuk mulai mengenalkan agama kepada anak sejak dini bisa dilakukan melalui pengenalan ritual atau kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti mengaji, shalat, berbuat baik, berkata jujur dan lain-lain.

Ajaran islam memiliki tiga pondasi pokok yaitu aqidah, syariáh dan akhlak. Akidah berkenaan dengan keimanan, keyakinan. syariáh berkenaan dengan aturan-aturan yang harus dilaksanakan manusia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah. Sedangkan akhlak adalah perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kesehariannya berkaitan dengan hubungannya dengan Allah, manusia atau mmakhluk lainnya. Ketiga pondasi pokok ini berkaitan antara satu dengan yang lain sehingga ia menjadi satu kesatuan. Akidah tidak banyak artinya jika seseorang tidak menjalankan syariáh, begitu

sebaliknya dan juga syariáh tidak berarti jika ia tidak berakhlak. Akidah juga terkait dengan akhlak. Namun, dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu bagian dari syariáh yaitu ibadah.

Keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam keberIslaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha‟ dan qadar. Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah menunjuk pada seberapa tingkat kepada A dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya.

b. Mendorong lahirnya kesadaran diri dalam beibadah pada anak

Setelah anak memahami akan pentingnya ajaran Islam maka akan timbullah kesadaran apda diri anak untuk beribadah tanpa perlu diperintah. Namun hal ini tentu tidak akan bisa terlaksana jika anak tidak dibentuk sejak dini dalam haldisiplin beribadah. Selain pola asuh yang tepat, anak pun cenderung meniru kegiatan orangtuanya, maka kebali kepada orang tua khususnya ibunyalah yang harus memberikan contoh yang baik.

. Kepatuhan ini ditunjukkan dengan meyakini dan melaksanakan kewajiban-kewajiban secara konsisten. Apabila jarang dilakukan maka dengan sendirinya keimanan seseorang akan luntur. Praktik keagamaan yang dilakukan guru wanita meliputi dua hal, yaitu ritual dan ketaatan. Ritual yaitu dimana seseorang yang religius akan melakukan kegiatankegiatan keagamaan yang diperintahkan oleh agama yang diyakininya dengan melaksanakannya sesuai ajaran yang telah ditetapkan. Ketaatan yaitu dimana seseorang yang secara batiniah mempunyai ketetapan untuk selalu menjalankan aturan yang telah ditentukan dalam ajaran agama dengan cara meningkatkan frekuensi dan intensitas dalam beribadah

c. Menumbuhkan rasa solidaritas pada anak

Hal ini merupakan efek seberapa jauh kebermaknaan spiritual seseorang. Jika keimanan dan ketaqwaan seseorang tinggi, maka akan semakin positif penghayatan keagamaan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam menghadapi persoalan dirinya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan aktualisasi potensi batinnya. Indikatornya antara lain: perilaku suka menolong, memaafkan, saling menyayangi, saling mengasihi, selalu optimis dalam menghadapi persoalan, tidak mudah putus asa, fleksibel dalam mengahadapi berbagai masalah, bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan dan menjaga kebersihan lingkungan.

d. Memupuk nilai kejujuran pada ibu dan anak dalam pendidikan islam

Salah satu akibat dari ketaatan dalam bergama akan membentuk sikap jujur. Sikap jujur mampu mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasikan oleh ajaran agamanya di dalam kehidupannya. Hal ini tercermin dalam perilaku yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya seperti jujur dan tidak berbohong dan beribadah tanpa riya.

Kejujuran perlu dilakukan oleh Ibu dan anak. Jika anak diajarkan untuk tidak berbohong, maka seorang ibu pun tidak boleh berbohong dalam mengajarkannya.

e. Membentuk harapan dan komitemen yang kuat dalam mendidik anak.

Komitmen yang dibahas dalam wawancara dengan narasumber berhubungan dengan harapan sebagai sorang ibu untu anaknya. Semua narasumber berharap memiliki anak yang shaleh dan shaleha.

Maka dari itu salah satu caranya adalah memiliki komitemen dalam diri seoarang ibu untu meraih harapan tersebut. Salah satunya caranya adalah memperbaiki aspek religiusitas sebgai ibu terlebih dahulu. Selanjutnya menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam, mendidik anak-anaknya dengan metode dan ilmu yang keislaman yang baik.

Semua asoek tersebut sangat berpengaruh dalam meraih harapan memiliki putra dan putri yang shaleh san shaleha.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Spiritualitas dan Religiusitas Guru Wanita dalam Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada anak.

Melalui observasi dan wawancara yang penulis laksanakan selama penelitian berlangsung menunjukkan bahwa upaya ibu wanita karir yakni guru wanita dalam berperan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam kepada anak yaitu dengan cara menjadi teladan, membiasakan, menasehati, memberi perhatian, dan menghukum apabila terjadi suatu penyimpangan yang dilakukan anak. Peran seorang ibu yang menjadi ibu yang bekerja dalam memberikan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam kepada anak yaitu pertama adalah menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ibu berkewajiban mendidik anak- anaknya sebaik mungkin sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang berlaku. Ibu harus memiliki akhlak yang baik terlebih dahulu sebelum memberikan contoh kepada anak-anaknya, karena orangtua yang memberikan contoh tetapi tidak melaksanakannya sudah pasti akan sulit dan anak akan mengabaikan perintah orangtua tersebut. orangtua tidak hanya memberikan teladan, melainkan juga harus bisa menjadikan teladan tersebut sebagai kebiasaan bagi dirinya sendiri dan anak-anaknya, agar upaya yang dilakukan dalam mendidik anak bisa maksimal.

Memberikan teladan kepada anak merupakan hal yang tidak mudah. Limpahan kasih sayang dan perhatian harus ibu berikan meskipun setiap hari sibuk bekerja di luar rumah. anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang ibu dalam masa tumbuh kembangnya terlebih lagi anak masih berusia dini dan masih sekolah. Pendampingan ibu dalam kegiatan sehari-hari seperti shalat, mengaji, belajar dan lain sebagainya sangat penting agar orangtua mengetahui sejauh mana tumbuh kembang anak. Mendampingi anak bukan hanya berdampak kepada orangtua, melainkan juga kepada diri anak sendiri khususnya secara psikologi. Anak yang selalu diperhatikan orangtua khususnya ibu, merasa memiliki kepercayaan diri dan berusaha lebih baik dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang positif. Berbeda jika anak dibiarkan tanpa pendampingan orangtua sama sekali dalam kegiatan sehari-hari, dimana anak akan melakukan segala hal atas kehendaknya sendiri.

Mengenalkan anak kepada pendidikan Islam harus dilakukan orangtua khususnya Ibu sejak dini, bahkan sejak masih di dalam kandungan. Ketika anak

masih berada di dalam kandungan, rangsangan dari luar sangat diperlukan untuk perkembangan janin di dalam kandungan, yaitu dengan cara sering memperdengarkan lagu-lagu religi, mengajak bicara anak yang ada di dalam kandungan, menperdengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dan selalu berdoa agar anak yang lahir menjadi anak yang shalih dan shalihah. Rangsangan tersebut terbukti memberikan pengaruh terhadap perkembangan bayi yang masih ada di dalam kandungan Ibu. Peran ibu dalam memberikan pendidikan Islam bukan hanya dilakukan saat anak sudah lahir dan sudah bisa berbicara, melainkan sejak masih di dalam kandungan.

Dalam pengalaman spiritualitas dan religiusitas guru wanita tentunya tidak hanya dirinya sendiri yang menajadi penegndali dalam penanaman nilai-nilai pendidikan islam pada anak, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi guru wanita tersebut.

Kesadaran diri orangtua dalam beribadah dan memiliki kemauan