• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK

(STUDI KASUS PADA GURU WANITA DI SD ISLAM RUHAMA)

TESIS

Diajukkan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M. Pd.)

Oleh:

SULASTRI RAHAYU NIM: 2116011000018

PROGRAN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Tesis atas nama Sulastri Rahayu, NIM: 21160110000018 yang berjudul “Peran Spiritualitas dan Religiulitas Guru Wanita dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam pada Anak (Studi Kasus pada Guru Wanita di SD Islam Ruhama)”

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan bagaimana peran Spiritualitas dan Religiulitas Guru Wanita dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam pada Anak serta faktor apa saja yang mempengaruhi spiritualitas dan religiulitas Ibu Karir (yang berprofesi sebagai guru wanita dalam penanamn nilai-nilai pendidikan islam pada anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu untuk menjelaskan keadaan penelitian di lapangan. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adpun narasumber dari penelitian ini Kepala sekolah, Guru Wanita dan anaknya. Analisis menngunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian, dan verifikasi data. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa spiritualitas dan religiulitas seorang ibu yang berprofesi sebagai guru, memiliki peran penting dan juga sangat diperlukan dalam menjalankan proses penanaman nilai-nilai pendidikan islam pada anak karena pada dasarnya anak akan meniru apa yang orangtuanya kerjakan. Jika kebutuhan akan spiritualitas dan religulitas nya terpenuhi dengan baik, maka seorang guru wanita dapat mengajarkannya kepada anaknya. Karena dengan spiritualitas dan religilitas ini akan memperkokoh jiwa seorang guru wanita dalam mengemban amanah besar yakitu mendidik anak dengan ajaran islam.

Spiritualitas dan religiulitas membantu individu dalam menemukan makna dan tujuan dalam hidup mereka dan lebih menunjukkan nilai personalnya. Nilai personal ini merefleksikan hasrat untuk membuat perbedaan dan membantu untuk membuat dunia lebih bermakna. Maka dari itu, memiliki spiritualitas dikehidupan sehari–hari sangat penting untuk membuat kita menjadi individu yang utuh dan bermakna.

Kata Kunci: Spiritualitas, Religiulitas, Penananamn nilai-nilai, Pendidikan Islam

(6)

v

The Thesis is belongs to Sulastri Rahayu NIM: 21160110000018 entitled "The Role of Female Teachers Spirituality and Religiosity in Growing Islamic Education Values to Children (Case Study of Female Teachers in Ruhama Islamic Elementary School)"

The purpose of the research is to analyze how is the role of spirituality and religiosity of working Mother in Growing Islamic Education Values to Children as well as to find factors influence the spirituality and religiosity of working Mothers (who work as female teachers in Growing Islamic Education Values to Children. Using qualitative methods, this type of research is descriptive. It is explaining the situation of where the research was conducted. Techniques used to collect some data in this research are observation, Interviews, and documentation. The informants of this study are principal, female teachers and their children. The analysis technique used in this research is Miles and Huberman model, namely data reduction, presentation and data verification. The research uses source triangulation for validity checking of the data.

The results of this study indicate that spirituality and religiosity are derived from religious beliefs because basically the religions that exist teach many values of goodness so that they are reflected in the values of spirituality and religiosity. Based on the dimensions of worship experience, universality, interconnectedness, beliefs, religious practices, ihsan, and religious knowledge experienced by working mothers, the spirituality and religiosity of a female teacher has a positive influence on their commitment in growing Islamic educational values to children, because of the mandate is very large, so we need a strong foundation of faith as well. What will be taught to children is what is experienced, felt and based on their knowledge. While other factors that influence the spirituality and religiosity of female teachers include: heredity, age level, personality and mental condition, family and school for a working mother who works as a teacher.

(7)

vi

: ليجسّتلا مقرويار يرتسلاس دادعإ

81101111111112

.)"ءامحر" ةسردم ىف بّلاط ىدل ةّيملاسلإا ةيبرتلا ميق ةيمنت ىف نيدتلا و ملأا حور رود(

ةيملاسلإا ةيبّتّلا ميق ةيمنت فى ملأا نهم نيدلا و تايناحّرلا ةيفيك ليلتح لىإ ثحبلا اذى فدىأ

تاهّملأا نيدتو ةيناحّرلا ىلع رثؤت تىّلا لماوعلا كلاذكو .بّلاط ىدل

.تلاماعلا

عجم تاينقتو .لالمجا فى ثحبلا ةلاح حرش .ايفصو ثحبلا اذى نم برتعي .ةيعوّنلا بيلاسلأا مادختساب

،ةسردلدا سيئر : لثم .ةسردلدا هذى فى نيّدحتلداو ، قيثوّتلاو ،ةلباقلداو ،ةظحلالدا قيرط نع تانايبلا

.مبهلاّطلاو ،تاسّردلداو

مادختساب ثحبلا اذى ليلحّتلاو

Miles

و

Huberman

قيقحّتلاو ،ضرعلا ،تانايبلا ضيفحتل

.ردصلدا ثيلثت مادختساب تاتايبلا ةحص نم قيقتح .تانايبلا نم

فى مّلعت ةدوجولدا نايدلأا ّنلا ةينيّدلا تادقتعلدا نم ةدمتسم نيدتلا و ةيناحّرلا لىإ ةسارّدلا هذى جئاتن يرشت

ميق كانى يرلخا ميق نم ديدعلا ساسلأا

. نيدّتلاو ةيناحوّرلا

ةفرعلداو ،ناسحلإاو ،ةّينيّدلا تاسراملداو ،تادقتعلداو ،طباّتّلاو ,ةّيلداعلاو ،ةدابعلا ةبرتج داعبأ لىإ دنتسي

ةيوبّتّلا ميقلا سرغ فى امهمازّتلا ىلع بيايجإ لىإيرثت وّنإف .تلاماعلا تاهّملأا اهنم نىاعت تىّلا ةّينيّدلا

.مبهّلاطل ةّيملاسلإا

. اّدج يربك ةناملأا هذى ّنلا

ىرخلأا ببسب .مهفراعم لىإ دنتسيو بّلاطل ةميلعت ام .نايملإا نم ّيوق ساسا لىإ جاتنح ،كلاذ ىلع

،ةيلقعلا ةلالحاو ،ةيصخّشلاو ،رمعلا ىوتسمو ،ةسارولا : لثم .تاسردلدا نيدتو ةيناحّرلا ىلع رثؤت تىّلا

.ةينهلدا ملأا ةسردمو ،ةلئاعو

تاملك

.ةّيملاسلإا ةيبرّتلا ،ميقلا ةرادإ ،نيدّتلاو ،ةيناحّرلا : ثحبلا

(8)

vii

A. Padanan Aksara

Huruf Arab

Huruf Latin

Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

B

Be

ت

T

Te

ث

TS

Te dan es

ج

J

Je

ح

H

Ha dengan garis bawah

خ

KH

Ka dan Ha

د

D

De

ذ

DZ

De dan Zet

ر

R

Er

ز

Z

Zet

س

S

Es

ش

SY

Es dan Ye

ص

S

Es dengan garis bawah

ض

D

De dengan garis bawah

ط

T

Te dengan garis bawah

ظ

Z

Zet dengan garis bawah

ع

Koma terbalik diatas hadap

kanan

غ

GH

Ge dan Ha

ف

F

Ef

ق

Q

Ki

ك

K

Ka

ل

L

El

م

M

Em

ن

N

En

ه

H

Ha

و

W

We

ء

A

Apostrof

ي

Y

Ye

(9)

viii

Tanda vokal arab

Tanda vocal latin

Keterangan

َ أ

A

Fathah

َ إ

I

Kasrah

َ أ

U

Dammah

َ ي أ

Ai

A dan i

َ و أ

Au

A dan u

C. Vocal Panjang

Tanda Vocal Arab

Tanda Vocal Latin

Keterangan

آ

A

A dengan topi diatas

َ ي إ

I

I dengan topi diatas

َ و أ

U

U dengan topi diatas

D. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf ا

ﻝ ,

dialihaksarakan menjadi huruf (al), baik diikuti huruf syamsiyah maupun

qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh : Al-Syamsu bukan

Asy-Syamsu dan Al-Zalzalah bukan Az-Zalzalah.

E. Syaddah/ Tasydid

Syaddah/ tasydid dalam tulisan arab dilambangkan dengan ّ, dalam alih

aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syiddah.

Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyah yang didahului

kata sandang. Misalnya kata

ْﻡ tidak ditulis An-naum melainkan Al-naum.

ﻮﱠﻨﻟ

ا

F. Ta’ Marbutah

Ta’ marbutah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at)

dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda

(isim) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi (t). Contoh :

No

Kata arab

Alih Aksara

1

ﺔ ﻣﺎ ﻴ ﻘ ﻟﺍ ﻡ ﻮ ﻳ

Yaumal Qiyamah

2

Wahuda Warohmah

(10)

ix

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kekuatan untuk menyelesaikan tesis ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan program Magister Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada teladan mulia kita Nabi Muhammad SAW yang memandu agar selalu berjalan dalam cara hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT. Beliau-lah seorang yang selalu memandu kita dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan seluruh umat muslim dan umat manusia pada umumnya. Semoga kita mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan Tesis ini dapat diselesaikan walaupun jauh dari kesempurnaan. Ucapan terimaksih penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Amany Buhanuddin Lubis, Lc. MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. selaku ketua Prodi Magister Pendidikan Agama Islam yang senantiasa memberikan arahan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis dengan baik.

4.

Dr. Muhammad Sholeh Hasan, Lc., M.A. sebagai pembimbing tesis yang telah

bersedia meluangkan waktu, pikiran untuk membimbing penulisan dan

memberikan arahan keilmuan dalam penulisan tesis dengan penuh kesabaran,

dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen jurusan MPAI yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 6. Bapak pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staff atas

segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penulisan tesis

(11)

x

yang telah membatu serta menfasilitasi penulis dalam penulisan tesis ini

8. Mamah Indriyati dan Bapak Nono Hidayat tercinta, yang tak henti-henti nya mendo’akan penulis. Rasa terimaksih dan bakti kepada kedua orangtua penulis serta yang menjadi alasan penulis untuk tetap semangat berjuang meraih mimpi. Semoga penulis menjadi menjadi anak shalih sehingga menjadi investasi bagi mereka di dunia dan akhirat. Terimakasih mah, terimakasih pak.

9. Abang Herianto, suami tercinta yang selalu memotivasi dengan penuh kesabaran dan mendoakan penulis, serta jagoan kecil Abdul Tsabbit Arsya Pasaribu yang selalu menjadi motivasi terbesar untuk segera menyelesaikan tesis ini.

10. Terimakasih kepada A Heru dan A Hera yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan kuliah. Dan tak lupa kepada Ade Sandra, semoga kamupun tetap terus semangat meraih mimpi. Penulis bangga memiliki saudara-saudara seperti mereka. 11. Teman-teman seperjuangan di kelas Magister PAI 2016. Terimakasih atas tawa dan

canda dan kebersamaan selama ini, semoga ukhuwah ini bisa selalu terjaga.

Penulis berusaha dengan kemampuan yang ada untuk menghasilkan penulisan yang baik dan berguna. Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada semua pihak yang telah membantu. Mudah-mudahan mendapat balasan yang lebih baik.

Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudahmudahan mendapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 5 Juli 2020 Penulis

(12)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Batasan Masalah ... 9 D. Rumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Manfaat Penelitian ... 10 G. Definisi Operasional ... 10

H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 11

I. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Spiritualitas dan Religiulitas ... 15

1. Pengertian Spiritualitas ... 15

2. Pengertian Religiulitas ... 19

B. Fungsi Sprilitualitas dan Religiulitas terhadap Ibu Karir ... 27

C. Faktor –faktor Spiritulitas dan Religiulitas Ibu Karir ... 30

D. Nilai-nilai pendidikan Islam ... 34

1. Pengertian Nilai ... 34

2. Pengertian Pendidikan Islam... 35

3. Hakikat Nilai-nilai Pendidikan Islam ... 37

4. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang ditanamkan ... 37

5. Tujuan Nilai-nilai Pendidikan Islam ... 43

6. Aspek-aspek Nilai-nilai Pendidikan Islam ... 43

E. Pengertian Guru ... 47

F. Kerangka Konseptual ... 52

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

B. Subjek Penelitian ... 54

(13)

xii

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 56

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 61

G. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian ... 65

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 71

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89

D. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 102

(14)

xiii Tabel 3.1. Rincian Tahapan Penelitian

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan Guru Wanita Tabel 3.4 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah Tabel 3.5 Pedoman Wawancara dengan Anak

Tabel 4.1 Visi, Misi, Tujuan Sekolah Tabel 4.2 Jumlah Siswa

Tabel 4.3 Daftar Nama Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.4 Daftar Nama Narasumber

Tabel 4.5 Spiritualitas Guru Wanita dalam Penanaman NIlai-nilai pendidikan Islam Tabel 4.6 Spiritualitas Guru Wanita dalam Penanaman NIlai-nilai pendidikan Islam

(15)

xiv

Gambar 3.6 Triangulasi Teknik

Gambar 3.7 Triangulasi Sumber

Gambar 3.8 Analisis Data

(16)

xv

Lampiran 1 Surat Bukti Penelitian di SD Islam Ruhama Lampiran 2 Dokumentasi Foto dengan Narasumber Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Jawaban Wawancara

Lampiran 5 Fotocopy Kartu Seminar Program Magister Lampiran 6 Biografi Penulis

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran agama Islam sangat memuliakan kedudukan wanita dengan cara menyamakan mereka dengan laki-laki dalam banyak hukum-hukum syariat, dalam kewajiban beriman kepada Allah, dalam penyempurnaan keimanan, dalam urusan pahala dan siksa, serta anjuran perintah dan larangannya dalam hukum Islam. Sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah:

ْ نَمَو

ْ

ْ لَم عَ ي

ْ

َْنِم

ْ

ِْتاَِلِاَّصلا

ْ

ْ نِم

ْ

ٍْرَكَذ

ْ

ْ وَأْ

ىَث نُأ

ْ

َْوُهَو

ْ

ٌْنِم ؤُم

ْ

َْكِئَلوُأَف

ْ

َْنوُلُخ دَي

ْ

َْةَّنَ لْا

ْ

لاَو

ْ

َْنوُمَل ظُي

ْ

اًيرِقَن

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” {QS an-Nisaa‟:124} (Departemen Agama RI, 2010: 98)

Selain itu dijelaskan juga dalam alQuran surat an-Nahl: 97:

ْ نَم

ْ

َْلِمَع

ْ

ًْاِلِاَص

ْ

ْ نِم

ْ

ٍْرَكَذ

ْ

ْ وَأْ

ىَث نُأ

ْ

َْوُهَو

ْ

ٌْنِم ؤُم

ْ

ُْهَّنَ يِي حُنَلَ ف

ْ

ًْةاَيَح

ْ

ًْةَبِّيَط

ْ

ْ مُهَّ نَ يِز جَنَلَو

ْ

ْ مُهَر جَأ

ْ

ِْنَس حَأِب

ْ

اَمْ

اوُناَك

ْ

َْنوُلَم عَ ي

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Departemen Agama RI, 2010, 278).

Syaihk Shaleh Fauzan (at-Tanbiihaat „ala ahkaamin takhtashshu bil mu‟minaatat berkata, “Wanita muslimah memiliki kedudukan yang agung dalam agama Islam, sehingga baginya diberikan banyak tugas yang mulia”. Maka dari itu Nabi SAW selalu menyampaikan nasehat yang dikhususkan bagi wanita, bahkan beliau menyampaikan wasiat khusus tentang wanita dalam khutbah di Arafah. Hal ini menunjukkan wajib memberikan perhatian kepada wanita di setiap waktu.

Islam juga meletakkan keadilan terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepada suami dan isteri. Hubungan suami dan isteri adalah ikatan kalimatullah yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya.

Allah berfirman dalam al-Quran surat Al-Baqarah (2): 228

ْ

َّْنَُلََو

ْ

ثِم

ۡ

ُْلْ

يِذَّلٱ

ْ

يَلَع

ۡ

َّْنِه

ْ

لٱِب

ۡ

عَم

ۡ

ِْفوُر

ۡ

ْ

ِْلاَجِّرلِلَو

ْ

يَلَع

ۡ

َّْنِه

ْ

ٌْةَجَرَد

ْ

ۡ

ْ

ُْهَّللٱَو

ْ

ٌْزيِزَع

ْ

ٌْميِكَح

ْ

ْ

“…. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Departemen Agama RI,2010:36).

Ayat tersebut memberikan hak kepada wanita sebanding dengan hak laki-laki. Karena memiliki hak yang sama, tentu masing-masing oleh Allah dibebani dengan kewajiban yang sebanding. Laki-laki karena memiliki kelebihan dari wanita

(18)

ia diberikan tugas akan kepemimpinannnya, dan sebagai pemimpin ia diberi kewajiban untuk menafkahi isterinya, sedangkan isteri dibebani tugas dalam rumah tangga termasuk didalamnya memberikan pendidikan terhadap anak.

Dijelaskan pula dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjelaskan adanya pengakuan terhadap prinsip persamaan bagi seluruh warga negara tanpa kecuali. Prinsip persamaan ini menghapuskan diskriminasi, karenanya setiap warga negara mempunyai hak yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan tanpa memandang agama, suku, jenis kelamin, kedudukan, dan golongan. Moempoeni Martojo (1999) dalam disertasinya mengatakan bahwa: “Istilah warga negara sudah barang tentu mengandung pengertian baik wanita maupun pria”. Apa yang dikemukakan oleh Moempoeni Martojo adalah benar, sebab di mana pun negara di dunia ini, warga negaranya selalu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dengan adanya pengakuan persamaan hak warga negara, berarti antara laki-laki dengan perempuan tidak ada perbedaan. Diakuinya prinsip persamaan di hadapan hukum dan pemerintahan di dalam UUD menunjukkan para pendiri negara Indonesia, sebelum mendirikan negara, sadar betul tentang arti pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut.

Baik suami maupun istri memiliki peran yang sangat penting dan berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu disampingnya. Oleh karena itu dia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, namun apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. (Zakiah Daradjat, 2004:35)

Ibu adalah orang terdekat pertama bagi seorang anak. Sejak awal kehidupan anak, yaitu saat terbentuknya konsepsi, berkembang menjadi embrio kemudian sampai lahir, seorang anak banyak berhubungan baik secara fisik maupun psikis dengan ibu yang mengandungnya. Sehingga jika dibandingkan dengan figur ayah, maka ibu memiliki kedekatan yang lebih dominan dengan seorang anak, oleh karena itu kehadiran dan peran positif seorang ibu pada awal pertumbuhan dan perkembangan anak sangat diperlukan.

Al-ummu madrasah (ibu adalah sekolah) ialah sebuah ungkapan yang sangat

tepat dan indah untuk menerangkan betapa penting dan urgennya peran seorang ibu dalam mendidik anak (Said Ahmad Al-Hasyimiy, 1984). Mulai anak dalam kandungan ibu berupa janin kemudian keluar dari rahim ibu dalam keadaan lemah tak berdaya serta pada masa awal kehidupannya dalam keluarga. Keluarga menjadi lingkungan pertama yang dijumpai oleh anak yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga menjadi sumber pendidikan utama bagi anak, sehingga orangtua khususnya ibu menjadi tempat anak belajar, mengambil contoh dan identifikasi.

Di masa lampau, wanita masih sangat terikat dengan nilai-nilai tradisional yang mengakar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga jika ada wanita yang berkarir untuk mengembangkan keahliannya di luar rumah, maka mereka dianggap telah melanggar tradisi sehingga mereka dikucilkan dari pergaulan masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri di tengah-tengah masyarakat.

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman serta pehaman masyarakat maka tugas seorang (wanita) ibu rumah tangga ikut berubah, tantangan yang dihadapi semakin berat. Para wanita dituntut untuk dapat menyelesaikan diri

(19)

dan mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan terampil, ia juga harus meningkatkan kualitas diri, terutama dalam mendidik dan mengasuh anak. Mendidik anak (Irwan Abdullah, 2004) maksudnya adalah mempersiapkan dan menumbuhkannya dari aspek jasmani, akal dan rohani secara adil yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang hidup, serta diarahkan agar ia menjadi manusia yang berdaya guna dan berhasil bagi dirinya dan bagi masyarakat sehingga memperoleh kehidupan yang sempurna.

Sejalan dengan perkembangan zaman, kaum wanita sekarang ini khususnya mereka yang tinggal di kota-kota besar cenderung untuk berperan ganda bahkan ada yang multi fungsional karena mereka telah mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri sehingga jabatan dan pekerjaan penting di dalam masyarakat tidak lagi dimonopoli oleh kaum laki-laki. Sudah tentu hal itu akan berdampak terhadap sendi-sendi kehidupan sosial, baik positif maupun negatif. Tuntutan gender menurut Zakiyuddin Baidawi (Zakiyuddin Baidawi, 1997), disebabkan karena adanya perbedaan dan sempitnya gerakan wanita serta membatasinya pada bagian tertentu sesuai dengan kodratnya sebagai wanita, sehingga wanita merasa bahwa pada prinsipnya dalam kehidupan dunia untuk berkarir dan memimpin mempunyai hak sebagaimana laki-laki.

Adanya persamaan hak bagi pekerja laki-laki dan pekerja perempuan telah dijamin dalam konstitusi. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 28D ayat (2) menegaskan, setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Dalam hal ini negara menjamin adanya perlakuan yang adil terhadap para pekerja, baik dalam hal jenis pekerjaan, penempatan jabatan dalam bekerja, maupun pemberian upah. (UU Ketenagakejaan, 2003)

Devi Jatmika, Syanthi Dewi Utom (2019:15) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa, Ibu yang berakarir merasa bersalah dan ragu, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan anaknya. Disatu sisi perempuan diharuskan mempertahankan peran tradisionalnya, sedang disisi lain perempuan diharapkan sukses dalam peran publiknya atau karirnya. Ibu yang berkarir cukup terbebani dengan kenakalan anak-anak yang selalu dianggap sebagai akses seorang ibu yang keluar rumah. Jika wanita bekerja dan mempunyai penghasilan lebih besar dari suaminya maka akan menimbulkan rasa tidak enak bagi dirinya, demikian halnya dengan suami juga merasa tidak enak karena yang seharusnya memberikan nafkah adalah suami.Keterbatasan waktu ibu yang bekerja akan mengurangi waktunya mengasuh anak di rumah, apalagi untuk anak usia dini yang masih sangat memerlukan kehangatan dan kebersamaan pada seorang ibu.

Ibu karir juga merupakan sebagai dasar pembagian tanggung jawab yang ditetapkan secara sosial dan kultural (Ali Yahya, 2000), “dimana dalam dunia Barat laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk menjadi segala sesuatu yang diinginkan sesuai dengan bakatnya untuk bisa berkarir dengan laki-laki, begitu juga untuk menjadi pemimpin”.

Wanita sebagai ibu rumah tangga berhak meniti karirnya berdasarkan profesionalisme yang dimiliki, namun seorang wanita tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak-anak di lingkungan keluarga terutama dalam pembinaan agama anak. Karena ayah dan ibu adalah orang tua si anak sebagai pendidik utama dan pertama yang bertanggung jawab terhadap

(20)

perkembangan fisik maupun psikis.

Dari sekian banyak karir yang dapat di pilih oleh wanita, menjadi seorang guru adalah profesi yang paling banyak diminati oleh kaum wanita. Berdasarkan data Sari Kemendikbud pada awal tahun 2019, jumlah guru diseluruh Indonesia mencapai 2.755.020 orang, dan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka didominasi oleh perempuan. (Data Pokok Pendidikan, 2019)

Berprofesi sebagai seorang guru Sekolah Dasar memiliki tantangan tersendiri bagi guru wanita yang harus berperan sebagai pendidik yang baik dan berkualitas begitupun dengan peran utamanya sebagai seorang ibu dan istri di rumah. Tugas-tugas dan pekerjaan rumah tangga yang membuat guru wanita menghadapi konflik peran ganda. Sedangkan pekerjaan (karir) merupakan salah satu upaya untuk mencapai aktualisasi diri, sehingga penting untuk memaknai pekerjaan yang sedang dilakukan tersebut sebagai seorang guru.

Pada sisi lain konsekuensi dari penerapan pendidikan modern menunjukkan dampak yang kurang memuaskan. Fakta menunjukkan banyaknya skandal profesionalitas guru yang melanda dunia pendidikan serta rendahnya kepedulian mereka akan tanggung jawab sosial dan lingkungan menggambarkan bahwa terjadi perubahan yang sangat besar pada para pelaku pendidikan.

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan nilai-nilai pendidikan Islam pada anak, baik siswa di sekolah maupun anak dalam hubungan darah. Seorang guru menurut Novan Ardy Wiyani (2015: 58) memiliki tugas sebagai pendidik, sebagai panutan, sebagai contoh bagi anak. Itulah sebabnya guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu serta bertanggung jawab terhadap segala tindakan dalam kehidupannya.

Al-Ghazali (Ahmad Syalaby, 1993) mengatakan bahwa: “Anak merupakan amanat yang dipercayakan kepada ibu bapaknya, hatinya yang masih murni itu merupakan pertmata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari ukiran apapun ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan padanya dan ia akan condong ke arah mana dia kita condongkan”.

Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci, maka kedua orang tuanyalah yang dapat menjadikan anak, mewarnainya, mengarahkannya, membimbing, dan mendidiknya ke arah yang lebih baik. Sosok seorang Ibu, baik ibu karir atau ibu rumah tangga tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawabnya sebagai seorang guru dan pendidik bagi anak-anaknya di lingkungan rumah tangga, oleh karena itu pekerjaan maupun karir orang tua dapat mempengaruhi terhadap pendidikan anak dalam keluarga.

Hal ini bukan berarti mengambil kebebasan bergerak wanita dimana setiap langkahnya dibatasi. Islam tidak pernah menghambat karir wanita untuk maju dalam segala bidang. Justru kemajuan bagi wanita dianjurkan oleh Al-Qur‟an, asalkan yang dituntut dan dikejar wanita tidak sampai melampaui batas kodratnya. Islam membatasi kaum wanita hanya untuk menjaga keselamatan rumah tangganya. Juga guna untuk menghindari terjadinya fitnah dan kemaksiatan, yang lebih penting adalah agar para isteri dapat mencurahkan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya.

Dengan begitu jelaslah bahwa wanita karir yang bekerja harus tetap mengutamakan kewajibannya dahulu yaitu mengurus tugasnya ditengah- tengah rumah tangganya dan mendidik anak-anak dengan pendidikan yang benar dari

(21)

segalanya baik jasmani, akhlak, maupun akalnya, ini demi menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari bekerjanya wanita yang tidak memperhatikan norma-norma agama Islam seperti memudarnya nilai moral akibat perubahan zaman yang muncul dan menyebabkan problematika yang muncul dalam keluarga dan rumah tangga. Hal tersebut terjadi karena anak kurang mendapatkan pendidikan dan kasih sayang dari orangtuanya dan berkurangnya hak suami dari isteri, hancurnya hakikat kewanitaan, dan lainnya

Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1999) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar seperti: pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.

Nilai-nilai Pendidikan Islam adalah pembelajaran agama yang berlandaskan syariat yang diajarkan dalam agama Islam. Pembelajaran agama Islam juga diartikan usaha berupa membimbing dan mengasuh terhadap anak agar kelak setelah selesai mendapat pengetahuan dapat memahami dan mengamalkannya dan menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

Dengan demikian, sebagai pendidikan dasar atau pendidikan awal adalah pendidikan agama, karena hal itulah yang akan mewarnai perkembangan selanjutnya. Sudah barang tentu semua tidak lepas dari lingkungan tempat anak tinggal yaitu keluarga, karena keluarga merupakan faktor pembentukan karakter anak yang tercipta pertama kali sebelum mengenal dunia atau lingkungan di luar.

Sebagai aset untuk masa depan yang berpegang kepada agama anak harus mendapatkan pendidikan yang baik dan berasal dari lingkungan keluarga, terutama dalam pembelajaran agama Islam. Dengan diharapkan anak menjadi sosok yang diharapkan oleh orang tua dan terutama agama.

Pendidikan Islam merupakan bagian dari kegiatan dakwah. Ia memberikan suatu model pembentukan kepribadian seseorang, keluarga dan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai ialah terbentuknya akhlak yang mulia, serta mempunyai ilmu yang tinggi dan taat beribadah. Akhlak yang mulia di sini dimaksudkan menyangkut aspek pribadi, keluarga dan masyarakat, baik dalam hubungan sesama manusia dan alam lingkungan maupun hubungan dengan Allah pencipta alam semesta (aspek horisontal dan aspek vertikal), dari sini diharapkan terwujud muslim intelektual. (Yusuf, 1988: 223)

Pendidikan anak merupakan cabang dari pendidikan individu, yang dalam hal ini Islam berusaha mempersiapkan dan membinanya agar menjadi anggota massyarakat yang berguna dan insan yang shalih didalam hidup. Islam merupakan ajaran yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, alam sekitar dan dengan Allah sebagai penciptanya. Dalam hubungan antar sesama manusia itulah tersirat kewajiban yang dibebankan ke pundak manusia untuk mendidik setiap generasi baru.

Mengingat keluarga sebagai fase awal pendidikan (HB. Hamdani Ali, 1987) maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat. Pertama-tama yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam mengembangkan agama Islam adalah mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan. Seperti dikemukakan oleh Nur Ahid

(22)

(Nur Ahid, 2010), Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal masyarakat dan ia selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang dianut oleh bangsa dan masyarakat. Sering sekali kesibukan guru karena karirnya melalaikan tugasnya terhadap pendidikan dan pembinaan anaknya di lingkungan keluarga, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru wanita untuk memperhatikan dan mendidik anaknya, sehingga tidak sedikit diantara guru yang sibuk dengan karirnya menitipkan pendidikan anak kepada orang lain, guru ngaji, dan lembaga pendidikan Islam.

Hasil penelitian dari Muhammad Labib (2012) mengungkapkan melihat kembali tujuan dari pendidikan keluarga memang sangat diperlukan. Tujuan akhir dalam pembelajaran agama Islam adalah terciptanya kepribadian muslim. Hal ini dapat diperoleh apabila didukung oleh kondisi keluarga yang nyaman, tenteram, bahagia, dan hal tersebut dapat terwujud apabila orangtua mampu memberikan kasih sayangnya kepada anggota keluarganya terutama anak.

Dengan kondisi tersebut akankah ibu karir bisa mendidik anak- anaknya, sedangkan sekarang ini kondisi ibu karir yang sudah memiliki tugas dari pekerjaan yang banyak. Tidak hanya itu saja, bahkan lingkungan keluarga yang sibuk dengan segala aktifitasnya dan sedang dihadapkan pada krisis-krisis yang menimpa kehidupannya, yaitu krisis moral dan krisis iman.

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan (Djamaroh, 2000: 1). Di sekolah guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Guru menempati kedudukan yang terhormat dan mendapat kepercayaan yang besar di masyarakat. Dengan kepercayaan tersebut, maka di pundak guru diberikan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah.

Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas atau sekolah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan buah pikiran dan mengembangkan kreativitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan pribadinya (Gunawan, 2000: 46).

Menurut Raka Joni (1980) dalam buku “Refleksi dan Reformasi Pendidikan

di Indonesia Memasuki Millenium II” karya Suyanto dan Djihad Hisyam

mengemukakan, seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani serta memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memiliki dan menggunakan berbagai metode mengajar didalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya (Hisyam, 2000: 29). Jadi guru adalah sosok manusia yang harus memiliki kualifikasi berbagai kemampuan yang pada akhirnya akan tercermin dalam karakter pribadi yang berwibawa dan menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya

Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

Selain mempunyai tugas dan tanggung jawab di atas, guru juga mempunyai peran sebagai motivator, guru hendaknya juga dapat mendorong anak didik bergairah dan aktif belajar. Dalam memberikan motivasi, guru dapat menganalisa motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah dan yang paling utama adalah tugas menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam.

Para guru wanita yang bekerja di SD Islam Ruhama telah mengembangkan karirnya dalam bidang pendidikan. Sudah pasti untuk menyelesaikan tugas sebagai

(23)

wanita karir membutuhkan waktu yang banyak, hal ini pasti akan menyita banyak dan akan berpengaruh terhadap minimnya waktu (quality time) untuk bertemu dengan anggota keluarga terlebih dalam proses. Karena intensitas di rumah dan waktu bertemu dengan anak-anak sangat terbatas. Selain menanamkan pendidikan Islam di sekolah, mereka pun tidak melupakan tugas pokoknya untuk memberi perhatian melaksanakan pembelajaran agama pada anak-anaknya secara optimal.

Berdasarkan hasil wawancara, tekadang seorang ibu sudah sangat lelah ketika pulang ke rumah. Dan masih banyak pekerjaan rumah tangga sebagai wali kelas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga waktu untuk memantau kegiatan ibadah putranya atau membimbing membaca al-Quran sangat terbatas (wawancara dengan Ibu Ita, 2020).

Peneliti memilih tempat tersebut sebagai tempat penelitian karena adanya beberapa sosok ibu karir yang memiliki anak yang masih membutuhkan perhatian dan khusunya untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan Islam. Dari informasi yang peneliti dapatkan bahwa anak- anaknya juga memiliki prestasi belajar yang bagus, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Apakah prestasi itu juga menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam terutama yang menjadi tanggung jawab seorang ibu juga bisa baik pula. Dalam pendidikan di rumah atau keluarga khusunya ibu karir juga harus memberikan perhatian kepada anaknya.

Berdasarkan observasi peneliti, diketahui bahwa ada beberapa guru SD Islam Ruhama yang merupakan tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat. Posisi ini tentu memberi peran dan tanggung jawab yang lebih besar yang tidak terbatas pada peserta didik dan keluarga namun juga pada masyarakat di lingkungannya.

Profesi guru dengan berbagai variasi pekerjaannya dan bidang lain sepanjang masih berhubungan dengan kegiatan pendidikan mengalami tekanan baik fisik maupun mental yang tidak ringan dalam dunia kerjanya. Pekerjaan yang monoton, berulang- ulang dan cenderung membosankan serta atribut lainnya mendorong rasa frustas\i dan kegelisahan dalam bekerja (Krishnakumar dan Neck, 2002). Hal ini juga dapat berdampak pada perilaku negatif seorang guru yang memengaruhi nama, dan profesi di mata masyarakat atau publik. Salah satu asumsi yang dijadikan sebagai penyebab dari perilaku negatif seorang guru adalah hilangnya atau berkurangnya nilai-nilai spiritualitas dan religiulitas keagamaan dalam dirinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perbuatan dan tingkah laku yang baik, jujur dan benar dihasilkan dari proses yang terjadi dalam diri manusia. Perilaku yang nampak dari diri kita dihasilkan dari sesuatu yang ada dalam diri kita. Sesuatu itu adalah “hati” atau “qolbu” atau “heart”. Sebagaimana Imam al-Ghazali (Anas Ahmad karzon, 2015, 10) mendefinisikan hati sebagai, “Bagian lembut yang bersifat spiritual dan ketuhanan, yang memiliki kaitan dengan jantung pada jasad kasar (tubuh). Bagian lembut ini merupakan hakikat manusia. Hati menentukan apakah seseorang akan berbuat baik atau buruk. Kalau hati kita tidak dapat membedakan mana yang baik atau buruk berarti hati kita „bermasalah”. Sebagaimana Rasulluloh SAW bersabda:

Menurut Aman (2013), Spiritualitas dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan spirit , sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan Sesuatu yang bersifat duniawi, dan sementara, tetapi memiliki penekanan terhadap pengalaman pribadi. Seperti dikutip dari Aman (Aman, 2013), salah satu aspek dari

(24)

spiritualitas adalah memiliki arah tujuan, yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indera, perasaan, dan pikiran.

Sedangkan religiusitas telah dijelaskan di dalam Al-Quran melalui nilai-nilai ketauhidan. Dimana nilai tauhid tersebut tergambar pada kepercayaan atas keesaan Allah, sebagai Pencipta Semesta, Yang Maha Mulia, Maha Perkasa, Maha Abadi, dan seluruh sifat-Nya yang agung seperti termaktub dalam ayat-ayat Al Qur‟an. Ketika kepercayaan atas keesaan Allah terbentuk, maka seluruh perintah yang diturunkannya akan berpengaruh besar bagi kehidupan para umat-Nya. Pengaruh tersebut akan mengaliri seluruh sendi-sendi hidup manusia, dan berbaur kedalam budaya yang khas atas masing-masing umat serta menjadi elemen inti dari tiap- tiap manusia.

Berkembangnya konsep spiritualitas secara eksplisit menghadirkan kenyataaN bahwa religiusitas menjadi dipandang sebagai satu identitas yang terpisah dari religiusitas. Spiritualitas dalam psikologi agama juga merupakan satu konsep yang dianggap kompleks, idiografik dan multi- dimensi. Konsep ini dianggap sebagai suatu yang tidak terikat pada institusi gereja atau ritual-ritual agama tertentu. Sementara religiusitas diartikan sebagai hal-hal yang terkait praktik-praktik agama yang institusional

Menurut Agus Arwani (2013: 13), nilai-nilai spiritualitas dan religiusitas yang kita yakini selama ini apapun bentuknya tidaklah muncul secara tiba-tiba dalam alam kesadaran manusia tanpa ada sesuatu yang menyebabkannya. Agama dihadirkan untuk memperbaiki perilaku manusia dan menjadi pegangan serta pedoman dalam menjalani hidup ini, termasuk tuntunan dalam kita bekerja. Oleh karena itu, agama merupakan pondasi yang menjadi dasar dalam mengembangkan nilai-nilai spiritualitas dan religiusitas dalam jiwa manusia.

Hilangnya nilai-nilai spiritualitas dan religiulitas keagamaan ini mengakibatkan seorang pendidik tidak dapat lagi membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk, serta beretika atau melanggar etika (Agus Arwani, 2013: 2). Dengan demikian seluruh tindakan dan aktifitas yang dilakukan harus dikarenakan atas Allah. Bukan hanya dalam bentuk ibadah melainkan juga dalam segala kegiatan dunia.

Selain itu untuk mengemban amanah mendidik anak dengan pendidikan Islam diperlukan pemahaman serta pengamalan yang mendalam dalam spiritualitas dan religiusitas. Oleh karena itu peneliti ingin mengembangkan pembahasan konsep spiritualitas dan religiulitas ibu karir dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam anak dalam bentuk karya tulis dengan judul “Peran Spiritualitas dan Religiulitas Guru Wanita Dalam nanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Anak (Studi Kasus Bagi Guru Wanita di SD Islam Ruhama)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang dibahas dalam tesis ini, yaitu:

1. Para wanita dituntut agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya terutama dalam mendidik dan mengasuh anak.

(25)

2. Kesibukan orang tua karena karirnya melalaikan tugasnya terhadap pendidikan dan pembinaan anaknya di lingkungan keluarga.

3. Berkurangnya nilai-nilai spiritualitas dan religiulitas keagamaan ini mengakibatkan seorang pendidik mengabaikan penanaman pendidikan nilai-nilai Islam pada anak.

4. Profesi guru dengan variasi pekerjaannya terkadang mengalami tekanan baik fisik maupun mental yang tidak ringan dalam dunia kerjanya.

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah peneliti kemukakan sebelumnya maka penelitian ini dapat difokuskan pada beberapa hal yang akan diteliti, yaitu:

1. Peran spiritualitas pada penelitian ini dibatasi pada aspek hubungan, aktifitas spiritual, rasa nyaman, kekuatan, kedamaian, merasakan pertolongan, bimbingan, rasa kasih saying, apresiasi, hubungan dengan sesama dan merasa dekat dengan Tuhan.

2. Peran religiusitas pada penelitian ini dibatasi pada aspek belief, practice, feeling, knowledge, dan effect.

3. Nilai-nilai pendidikan Islam yang diajarkan kepada anak yaitu, aqidah (pengamalan rukun iman), ibadah (shalat fardu, shalat sunnah, puasa, infak, sadaqah, zakat).

4. Faktor pendukung dan penghambat secara internal dan eksternal peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak

5. Subjek Penelitian yaitu guru wanita di SD Islam pada TA 2019/2020 yang mempunyai anak usia sekolah.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu mengenai :

1. Bagaimana peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak?

2. Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan pada anak?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak?

E. Tujuan Peneltian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji secara empiris peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak

2. Untuk menguji secara empiris nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan pada anak?

3. Untuk menguji secara empiris pendukung dan penghambat peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak

(26)

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya bagi peneliti yang berhubungan dengan peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak. Serta dapat dijadikan sumber rujukan bagi penelitian lanjutan tentang peran spiritualitas dan religiusitas dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak.

2. Manfaat Terapan

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi ibu karir yang berprofesi sebagai guru khususnya, dalam pentingnya peran spiritualitas dan religiulitas guru wanita dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak.

G. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian yang berjudul “Peran Spiritualitas dan Religiusitas Guru Wanita terhadap Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Anak (Studi Kasus pada Guru Wanita di SD Islam Ruhama)”.

1. Peran yaitu dapat diartikan pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama, yang dalam konteks sosial peran diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Peran seorang aktor adalah batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama- sama berada dalam satu penampilan/ unjuk peran.

2. Spiritualitas yaitu secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu spiritus yang berarti roh, jiwa, semangat. Berawal dari kata latin ini, maka terbentuklah kata Prancis yaitu i’spirit dan kata bendanya la spiritualite. Selanjutnya, dikenal dalam Bahasa Inggris yaitu spirituality, dan dalam bahasa Indonesia menjadi kata spiritualitas. Spiritualitas ialah kesadaran ruhani untuk berhubungan dengan kekuatan besar, merasakan nikmatnya ibadah (mistik), menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna dan hidup dan keindahan, membangun kerkeharmonisan dan keselarasan dengan semesta alam dan dapat mengambil pesan di balik fakta, menemukan pemahaman yang menyeluruh, dan berhubungan dengan hal- hal yang gaib menurut Iman .

3. Religiusitas yaitu dalam kamus besar Bahasa Indonesia mengartikan kata religiusitas diartikan sebagai pengabdian terhadap agama. Religiusitas

merupakan penghayatan keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang

diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci.

4. Guru Wanita yaitu guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

(27)

atau sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. 6. Pendidikan Islam dalam kamus besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa

pendidikan berasal dari kata didik. Didik berarti memelihara, memberi latihan dan ajaran serta segala usaha dalam mengurus, megatur, dan memperbaiki segala sesuatu atau potensi yang sudah ada dari lahir agar tumbuh dan berkembang menjadi lebih dewasa

7. Anak yaitu seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.

H. Penelitian yang Relevan

Kajian pustaka sangat berguna bagi proses pembahasan tesis ini, selain mengetahui kejujuran dalam penelitian dalam artian karya ilmiah yang akan disusun bukan karya adopsian atau dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, ada beberapa yang menjadi kajian pustaka yang relevan dengan judul tesis ini, diantaranya yaitu:

Pertama, Tesis karya Muhammad Labib pada tahun 2012 yang berjudul

“Problematika Wanita Karier dan Perannya dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam Keluarga”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita karier tidak bisa melaksanakan tugasnya secara maksimal di dalam rumah, baik itu sebagai ibu yang bertugas mendidik anak- anaknya, sebagai isteri yang mendampingi dan melayani suaminya dan sebagai ibu rumah tangga yang bertugas menngurus rumah tangga yang mengurus segala macam urusan urusan rumah tangga yang disebabkan karena tersitanya waktu untuk bekerja diluar rumah.

Persamaan tesis diatas dengan penelitian ini adalah pada sama-sama mengkaji bidang yang berkaitan dengan kaca mata wanita karir dalam pendidikan agama. Sedangkan perbedaan mendasarnya adalah pada tesis di atas menyorot tentang problematika wanita karir dalam perannya dalam pendidikan keluarga, sedangkan dalam penelitian ini adalah pada penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang dilakukan oleh ibu karir pada anak.

Kedua, Tesis karya Eti Fatiroh pada tahun 2010 yang berjudul “Pengaruh

Peran Ganda dan Religiusitas Ibu terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Anak (Survey pada Siswa SD Islam Al-Azhar Serang Banten). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada garis besarnya dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara besar kecilnya religiusitas yang dimiliki ibu dengan si anak, yang berakibat pada prestasi belajar di anak. Semakin besar religiusitas si ibu, maka akan semakin besar pula prestasi belajar anak, begitu juga sebaliknya semakin kecil atau sedikit religiusitas ibu akan berdampak semakin kecil pula religiusitas ibu akan berdampak pula semakin rendah religiusitas yang dimiliki anak. Karena peran ibu sangat besar dan dominan dalam kaitannya dengan pendidikan Islam anak terutama yang terdapat di SD Islam Al-Azhar Serang Banten.

Persamaan tesis diatas dengan penelitian ini adalah pada sama-sama mengkaji bidang yang berkaitan dengan peran ganda ibu atau istilah lain wanita

(28)

karir dalam tingkat religiusitas. Sedangkan perbedaan mendasarnya adalah pada tesis di atas menyorot tentang peran ganda dan tingkat religiusitas ibu dalam prestasi belajar anak, sedangkan dalam penelitian ini adalah pada religiusitas dan spiritualitas pada ibu karir.

Ketiga, Jurnal karya Fridayanti pada tahun 2005 yang berjudul “Religiusitas,

spiritualitas dalam kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum munculnya konsensus mengenai pengertian religiusitas melalui penelusuran terhadap pengertian konsepsi religiusitas di barat, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh dunia Islam dalam membuat rumusan pengertian yang sejalan konsep pemikiran dan tradisi Islam, kritik dan saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap pengertian religiusitas untuk digunakan pada komunitas muslim.

Persamaan jurnal diatas dengan penelitian ini adalah pada sama-sama mengkaji religiusitas dan spiritualitas, Sedangkan perbedaan mendasarnya adalah pada tesis di atas dalam kajian psikologi, sedangkan dalam penelitian ini adalah pada penanaman nilai-nilai pendidikan Islam.

Keempat, Tesis karya Ita Qanita dengan judul “Wanita Karier dan Peranannya dalam Pendidikan Keluarga (Studi Kasus di Perumahan PT. Krakatau Steel Cilegon)”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa wanita karir tetap berperan penting dalam terlaksananya pendidikan keluarga. Bahkan memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan keluarga. Bagaimanapun wanita atau ibu tidak dapat digantikan oleh orang lain dalam perannya memberikan pendidikan dalam keluarganya. Wanita karier tidak bisa sepenuhnya meninggalkan pendidikan keluarga yang ada di perumahan PT. Krakatau Steel.

Persamaan tesis diatas dengan penelitian ini adalah pada sama-sama mengkaji bidang yang berkaitan dengan wanita karir dan peranannya dalam pendidikan Islam di keluarga. Sedangkan perbedaan mendasarnya adalah pada tesis di atas menyorot tentang peranan wanita karir dalam spesifik pendidikan keluarga, sedangkan dalam penelitian ini adalah pada penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang dilakukan oleh wanita karir pada anak.

Kelima, Tesis karya Nurul Lathifah yang berjudul “Strategi Pembelajaran

Agama Islam pada Anak dalam Keluarga Muslim (Studi Kasus pada Sosok Ibu Karir di Perumahan Avia Ceria Kalasan Sleman Yogyakarta Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa terdapat tiga jenis strategi pembelajaran agama Islam pada anak dalam oleh ibu karir, yaitu: pembiasaan, keteladanan, dan nasehat.

Persamaan tesis diatas dengan penelitian ini adalah pada sama-sama mengkaji dengan wanita karir serta stategi dalam pendidikan Islam pada anak. Sedangkan perbedaan adalah pada tesis di atas menyorot tentang strategi pembelajaran agama Islam pada wanita karir, sedangkan dalam penelitian ini adalah pada peran spriritualitas dan religiusitas ibu karir.

Keenam, Jurnal karya Niken Fatimah yang berjudul “Peran Spiritualitas

terhadap kematangan karir pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta” Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil analisis data menggunakan regresi sederhana yang mendapatkan besaran sumbangan efektif spiritualitas terhadap kematangan karir sebesar 27,6%. Besaran nilai koefisien korelasi rxy = 0.525 dengan p < 0.05 menunjukkan adanya hubungan positif spiritual dengan kematangan

(29)

karir. Semakin tinggi spiritualitas, semakin tinggi kematangan karir mahasiswa UKM Olahraga UNS. Persamaannya adalah sama-sama membahas peran spiritualitas terhadap karir.

Ketujuh, Tesis karya Lathifah yang berjudul “Strategi Pendidikan Agama

Islam pada Anak dalam Keluarga Muslim (Studi Kasus pada Sosok Ibu Karir di Perumahan Avia Ceria Kalasan Sleman Yogyakarta Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa terdapat tiga jenis strategi pembelajaran agama Islam pada anak dalam oleh ibu karir, yaitu: pembiasaan, keteladanan, dan nasehat.

Persamaan tesis diatas dengan penelitian ini adalah pada sama-sama mengkaji dengan wanita karir serta stategi dalam pendidikan Islam pada anak. Sedangkan perbedaan adalah pada tesis di atas menyorot tentang strategi pembelajaran agama Islam pada wanita karir, sedangkan dalam penelitian ini adalah pada peran spriritualitas dan religiusitas ibu karir.

5. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan di dalam tesis ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran untuk memudahkan pembaca dalam mengidentifikasi letak daftar- daftar data yang diperlukan.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami isi bab dan sub bab maka peneliti memberikan gambaran penulisan yang sistematis, sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB I :

Bab I adalah pendahuluan, berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kemudian disertakan juga sistematika penulisan yang merupakan ringkasan dari format penulisan tesis. BAB II :

Bab II berupa landasan teori. Bab kedua ini dibagi menjadi beberapa sub bab:

pertama, pengertian spiritualitas dan religiulitas, fungsi sprilitualitas dan

religiulitas, faktor –faktor spiritulitas dan religiulitas ibu karir, nilai-nilai pendidikan Islam, kerangka konseptual.

BAB III :

Bab III berisi gambaran umum lokasi dan waktu penelitian, dengan maksud untuk memberikan informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih dahulu perihal kondisi lapangan yang menjadi pusat penelitian. Bagian ini meliputi pendekatan dan jenis penilitian, intrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan data dan teknik analisa data.

BAB IV :

Bab IV merupakan bagian yang terpenting karena di dalamnya berisi penyajian berbagai macam data penting terkait penelitian, dan analisisnya. Bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

(30)

temuan penelitian yang diambil dari data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

BAB V :

Bab V, merupakan bab terakhir yang berisi penutup. Dalam bab ini akan berisi kesimpulan dari penelitian, saran-saran yang diperlukan dan kata penutup. Setelah penutup maka peneliti akan menyajikan daftar pustaka sebagai kejelasan dan pertanggungjawaban referensi tesis.

(31)

15

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Spiritualitas dan Religiusitas 1. Pengertian Spiritualitas

Kata spriritualitas secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu spiritus yang berarti roh, jiwa, semangat. Berawal dari kata latin ini, maka terbentuklah kata Prancis yaitu i’spirit dan kata bendanya la spiritualite. Selanjutnya, dikenal dalam Bahasa Inggris yaitu spirituality, dan dalam bahasa Indonesia menjadi kata spiritualitas.

Dalam kamus Filsafat Lorenz Bagus ditemukan beberapa pengertian lain tentang spirit dari para filosof. Aristotelas mengatakan bahwa spiritual juga dapat dianggap sebagai prinsip adi kodrati yang ditangkap langsung dan intuitif pandangan ini erat dengan agama karena dalam agama ruh tertinggi adalah Tuhan.

Thales mengartikan ide spiritual sebagai materi halus dan merupakan prinsip seluruh gerakan alam semesta. Menurut pendapat Hegel, ia membedakan antara spiritual obyektif dengan spiritual mutlak. Baginya spiritual adalah kesatuan dari kesadaran diri dan kesadaran yang dicapai secara rasio, ia juga menganggapnya sebagai suatu kesatuan antara kegiatan praktis dan teoritis. Hegel juga berpendapat bahwa spiritual memperoleh kehadirannya dalam diri sendiri.

Sedangakan menurut Plato, spiritualitas sering dilawankan dengan kata “materia” atau “korporalitas‟. Di sini, spiritualitas berarti bersifat atau berkaitan dengan roh yang berlawanan dengan materialitas yang bersifat atau berkaitan dengan kebendaan atau korporalitas yang berarti bersifat tubuh atau badani. Spiritualitas juga sering diaritkan sebagai devosi, hidup batin, hidup rohani.

Dalam arti sebenarnya menurut Plato, spiritualitas berarti hidup berdasarkan atau menurut roh. Dalam konteks hubungan dengan yang transenden, roh tersebut yaitu roh Allah sendiri. Spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan roh Allah. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai bidang penghayatan batiniah terhadap Tuhan melalui laku-laku tertentu yang sebenarnya terdapat pada setiap agama, tetapi tidak semua pemeluk agama menekuninya.

Menurut Peterson & Seligman (dalam Raihana, 2016: 7), spiritualitas yaitu menggambarkan kedua pribadi, hubungan intim antara manusia dan illahi, dan berbagai kebajikan yang dihasilkan dari hubungan itu. kebajikan yang diyakini untuk mewujudkan dalam mengejar kehidupan yang berprinsip dan kehidupan kebaikan.

Myers (dalam Imaduddin, 2017:2) mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah kesadaran terhadap suatu kekuatan yang melampaui aspek-aspek material dalam kehidupan di luar diri individu dan kesadaran yang membawa pada kedalam rasa terhadap keutuhan dan keterhubungan diri dengan alam semesta. Spiritualitas memiliki konotasi saling terhubung dan transendensi diri sebagai bentuk yang berlawanan dengan self-centeredness.

Carlozzi dkk. (2010) menyimpulkan pengertian spiritualitas dalam tiga aspek utama, yakni (1) Sebagai keyakinan individu terhadap sosok transeden yang dituhankan dan disertai dengan aktifitas yang bertujuan untuk mendekatkan diri dengan sosok transeden tersebut; (2) Pencarian makna dan tujuan dalam

(32)

pengalaman-pengalaman kehidupan; dan (3) Hasrat atau rasa kebersamaan, keterikatan, dan kesatuan pada semua makhluk hidup.

Berdasarkan perspektif Islam (dalam Raihana, 2016: 7), Spiritualitas ialah kesadaran ruhani untuk berhubungan dengan kekuatan besar, merasakan nikmatnya ibadah (mistik), menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna dan hidup dan keindahan, membangun kerkeharmonisan dan keselarasan dengan semesta alam dan dapat mengambil pesan di balik fakta, menemukan pemahaman yang menyeluruh, dan berhubungan dengan hal- hal yang gaib menurut Iman .

Fokus spiritualitas adalah manusia. Apabila wilayah psikologi mengkaji jiwa sebagai ego, sedangkan spiritual mengkaji jiwa sebagai spirit. Manusia bermaksud untuk membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita Allah. Manusia memiliki tiga dimensi spiritual menurut Sayyed Husein Nasr: “Manusia terdiri dari tiga unsur yaitu jasmani, jiwa dan intelek. Yang terakhir ini berada dan diakui sebagaidipusat eksistensi manusia. Eksistensi manusia atau hal yang esensial hanya dapat dipahami oleh intelek, yang menurut istilah lamanya disebut “mata hati.” Begitu mata hati tertutup, dan kesanggupan intelek dalam pengertiannya yang sedia kala mengalami kemandekan maka kita tidak mungkin mencapai pengetahuan yang esensial tentang hakekat manusia.”

Dapat disimpulkan bahwa spiritualitas merupakan suatu berntuk keyakinan yang membuat seseorang merasakan kerinduan dan dorongan kuat untuk memahami berbagai hal dalam hidup, bisa berkenaan dengan agama ataupun yang lainnya. Selain itu dengan adanya spiritualitas maka seseorang bisa menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna dan hidup dan keindahan, membangun kerkeharmonisan dan keselarasan dengan semesta alam dan dapat menemukan pemahaman yang menyeluruh tentang keyakinannya.

b. Aspek-aspek spiritualitas

Spiritualitas sebagai suatu bentuk kesadaran ruhani manusia untuk berhubungan dengan kekuatan besar, menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna hidup dan keindahan, membangun keharmonisan dan keselarasan dengan semesta alam, menangkap sinyal dan pesan dibalik fakta yang secara menyeluruh dan berhubungan dengan hal-hal ghaib mempunyai beberapa aspek yaitu:

1) Prayer Fulfillment (pengamalan ibadah) yaitu sebuah perasaan gembira dan bahagia yang disebabkan oleh keterlibatan diri dengan yang transenden. Dalam hal ini dapat mengambil manfaat ibadah yang telah dilakukan.

2) Universality (universalitas) yaitu sebuah keyakinan akan kesatuan kehidupan alam semesta dengan dirinya.

3) Connectedness (keterkaitan) yaitu sebuah keyakinan bahwa seseorang merupakan bagian dari realitas manusia yang lebih besar yang melampaui generasi dan kelompok tertentu.

Underwood (2006) menyatakan bahwa aspek-aspek spiritual mencakup dua dimesi, yakni hubungan antara individu dengan Tuhan dan hubungan antara

(33)

individu dengan lingkungan sekitarnya. Aspek-aspek spiritualitas adalah sebagai berikut:

1) Hubungan

Individu merasakan hubungan dengan sosok transeden atau Tuhan adalah hal yang mendasar bagi individu yang memiliki spiritualitas. Keyakinan memiliki hubungan dengan Tuhan akan dirasakan dalam berbagai segi kehidupan, namun tidak nampak secara nyata. Hubungan dengan Tuhan dianggap sebagai penyebab terjadinya takdir dan pengambilan keputusan dibawah sadar individu. Individu akan merasa Tuhan selalu ada dalam segi kehidupan sehingga memunculkan persepsi bahwa individu tidak sendiri dan merasa didampingi dalam setiap dimensi kehidupan.

2) Aktivitas transenden/spiritual

Individu yang merasakan hubungan dengan Tuhan akan meyakini hal transeden dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membawanya dalam kebahagiaan. Individu tanpa sadar akan melakukan aktivitas-aktivitas spiritual untuk memenuhi harapan-harapan yang diinginkan. Aktivitas spiritualitas yang paling sederhana adalah berdoa, dan biasanya individu akan merasa doa serta pengharapannya dikabulkan melalui serangkaian pengalaman-pengalaman yang berkesan. Pengalaman spritual atau peribadatan seperti berdoa, menyanyi dan gerakan tubuh (seperti shalat dalam islam, membungkuk atau bertekuk lutut dalam budha dan menari dalam hindu) dapat memberikan pengalaman yang kuat serta menghubungkan keyakinan kognitif serta perasaan spiritual.

3) Rasa nyaman dan kekuatan

Rasa nyaman selalu diasosiasikan sebagai rasa aman dan terhindar dari malapetaka. Rasa nyaman menjadi penyebab individu bertahan dalam kondisi sulit, seperti ketika mengalami sakit kronis atau tertimpa musibah dan berada dalam kesulitas. Kekuatan membuat individu lebih berani untuk menghadapi situasi sulit dan merasa tertantang untuk melakukan aktivitas baru yang tidak biasa dari yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

4) Kedamaian

Rasa tenang merupakan salah satu hasil dari kegiatan peribadatan. Individu mengharapkan rasa tenang dapat muncul ketika individu dalam kondisi cemas, khawatir hingga depresi atau stres. Merasa tenang merupakan salah satu penolong bagi individu jika berada dalam situasi yang tidak diinginkan.

5) Merasakan pertolongan

Individu yang memiliki spiritualitas akan selalu memohon pertolongan dari Tuhan. Memohon pertolongan merupakan salah satu spiritual coping bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Memohon perlindungan dan pertolongan Tuhan membentuk persepsi bahwa individu bekerja bersama Tuhan, sehingga aspek ini merupakan salah satu pembentuk kesejahteraan psikologis. Individu meyakini bahwa Tuhan akan memberikan bimbingan untuk permasalahan hidup yang muncul dari pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk permohonan pertolongan yang

Gambar

Tabel 2.1  Nilai-nilai karakter
Gambar  2.2  Kerangka konseptual
Tabel 3.2  Pedoman Observasi
Gambar 3.6            Triangulasi Teknik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

Yang hadir adalah yang menandatangani surat penawaran atau dapat diwakilkan kepada yang namanya tercantum dalam akte perusahaan dengan membawa surat kuasa. Membawa

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa adalah metode yang digunakan guru kurang

Dalam kisah Mahabharata, terdapat Senjata Pusaka yang diberikan oleh para dewa kepada manusia yang disebut dengan Astra. Manusia yang telah dianugerahi Astra tersebut

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil