• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165 dinyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. rumah sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit wajib melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari (Kemenkes RI, 2010).

Tujuan umum dari program K3RS adalah terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar. Sedangkan Tujuan khusus meliputi : (a) terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS, (b) meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana

dan pendukung program, (c) terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja, (d) terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK, (e) terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh dan (f) peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2010). Ruang lingkup K3RS mencakup;

prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila rumah sakit tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut : (a) membuat kebijakan tertulis dari pimpinan rumah sakit, (b) menyediakan Organisasi K3RS sesuai dengan Kepmenkes Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit, (c) melakukan sosialisasi K3RS pada seluruh jajaran Rumah Sakit, (d) membudayakan perilaku K3RS, (e) meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3 di masing-masing unit kerja di Rumah Sakit dan (f) meningkatkan Sistem Informasi K3RS (Kemenkes RI, 2010).

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Kemenkes RI, 2010).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) sebagaimana diatur dalam Kepmenkes RI No 1087/Menkes/SK/VIII/2010 merupakan program yang penting di rumah sakit karena meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program K3RS semakin tinggi karena sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standar.

Secara internasional program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir abad 18) namun belum dilakukan pada sektor kesehatan.

Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja (Kemenkes RI, 2010).

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3RS seperti yang

tercantum dalam buku standar pelayanan rumah sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi rumah sakit.

Langkah dan strategi pelaksanaan K3RS : (a) advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan pembudayaan K3RS, (b) menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit, (c) membentuk Organisasi K3RS, (d) perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, (e) menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS, (f) melaksanakan 12 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, (g) melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program K3RS, (h) melakukan Internal Audit Program K3RS dengan menggunakan instrumen penilaian sendiri (self assessment) akreditasi Rumah Sakit yang berlaku dan (i) mengikuti Akreditasi Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2010).

Kepmenkes RI No 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit disebutkan bahwa agar

pelaksanaan K3RS lebih efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah pedoman pelaksanaan bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit. Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah respons kegawatdaruratan di rumah sakit, yaitu suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, menganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun dapat mengancam finansial dan citra rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit mutlak memerlukan sistem tanggap darurat sebagai bagian dari manajemen K3RS (Depkes RI, 2007).

Standar sumber daya manusia pengelola K3RS untuk rumah sakit kelas A sebagaimana diamanatkan dalam Kepmenkes RI No 1087/Menkes/SK/VIII/2010 adalah :

a. S3/ S2 K3 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS

b. S2 Kesehatan min 1 orang, yang mendapatkan pelatihan tambahan yang berkaitan dengan K3 secara umum serta mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS

c. Dokter Spesialis kedokteran okupasi (SpOk) dan S2 kedokteran Okupasi minimal 1 orang. (optional)

d. Tenaga Kesmas K3 D3 dan S1 minimal 2 orang yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS

e. Dokter / dokter gigi spesialis dan dokter umum /dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikat K3/hiperkes dan mendapatkan pelatihan khusus yeng terakreditasi mengenai K3 RS

f. Tenaga Paramedis dengan sertifikat dalam bidang K3 (informal) yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

g. Tenaga Paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang

h. Tenaga Teknis Lainnya dengan sertifikat dalam bidang K3 (informal) yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

i. Tenaga Teknis lainnya yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang.