• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Limbah Padat Rumah Sakit

2.5.1 Pengertian Limbah Padat Rumah Sakit

Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Wicaksono, 2005)

Limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah yang mudah membusuk dan mudah atau tidak mudah terbakar. Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme pathogen atau bahan kimia beracun berbahaya (B3) yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi seperti limbah yang mengandung merkuri atau cadmium tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena berisiko

mencemari udara dengan uap beracun dan perlu dimonitoring keberadaannya sehingga tidak mencemari daerah sekitarnya (Garnasih, 2006).

Menurut Askarian et al (2004), faktor yang mempengaruhi timbulan limbah rumah sakit antara lain tingkat hunian dan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan.

Penelitian Perdani (2011) menunjukkan bahwa komposisi limbah medis dipengaruhi oleh pelayanan yang ditawarkan suatu fasilitas kesehatan. Menurut Cheng et al (2008), yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas limbah yang dihasilkan yaitu tipe rumah sakit, outpatients per hari dan total jumlah tempat tidur.

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis

(Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004). Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu : (1) limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi dan (2) limbah p a d a t medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Penanganan dan penampungan limbah pada rumah sakit meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pemisahan dan pengurangan

Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan kelancaran penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3, sedapat mungkin diusahakan menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah di tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas.

b. Penampungan

Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman, dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam.

c. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna).

Tabel 2.1. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori

No Kategori

1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif

2. Sangat Infeksius

Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf

3. Limbah Infeksius,

Kuning Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau container

4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor

5. Limbah kimia dan farmasi

Coklat - Kantong plastik atau kontainer

Sumber: Kepmenkes RI Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 d. Penyimpanan limbah

Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.

Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan.

Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya

d. Penanganan limbah

Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup, Kantung dipegang pada lehernya. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging). Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalama kantung yang salah. Tidak boleh memasukkan tangan kedalam kantung limbah

e. Pengangkutan limbah Padat

Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya.

Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengangkutan dengan kendaran khusus (mungkin ada

kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

Kereta atau troli yang digunakan untuk transportasi sampah medis harus didesain sedemikian sehingga: (a) permukaan harus licin, rata dan tidak mudah tembus, (b) tidak menjadi sarang serangga, (c) mudah dibersihkan dan dikeringkan, (d) sampah tidak menempel pada alat angkut, (E) sampah mudah diisikan, diikat dan dituang kembali

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat.

Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor (Hapsari, 2010).

Petugas penanganan limbah harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron, pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI, 2004).

f. Pembuangan dan Pemusnahan Limbah Padat

Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri, incinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 – 1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60 % panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit lain.

Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Arifin, 2007).