• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMP 1. LAPORAN SURVEY KABUPATEN-KOTA DI KALIMANTAN

L.4. Kabupaten Tana Tidung

L.4.6. Kesejahteraan Penduduk

Tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Tanah Tidung dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk yang berada pada tingkat sejahtera III dan sejahtera III plus mencapai 41,56% atau mengalami peningkatan lebih dari 7% dari tahun 2012. Sementara, jumlah penduduk pra sejahtera pada tahun 2013 hanya 5,9% atau turun 13% dari tahun 2009 (Tabel L.4.4).

Tabel L.4.4. Persentase Penduduk berdasarkan Tingkat Kesejahteraan (%), 2009-2013

Tingkat Kesejahteraan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Pra sejahtera 18,90 8,82 13,24 11,14 5,90

Sejahtera I 37,35 25,94 29,76 28,54 21,05

Sejahtera II 7,89 21,79 31,23 26,15 31,49

Sejahtera III 10,01 21,79 17,66 21,06 29,10

Sejahtera III Plus 25,85 21,66 8,11 13,11 12,46

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

L.4.7. Keuangan Daerah

Sejak Tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, APBD Kabupaten Tana Tidung selalu mengalami surplus. Nilai surplus APBD mengalami fluktuasi walaupun nilai pendapatan dan belanja daerah terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pendapatan Pemda Kabupaten Tana Tidung antara lain berasal dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan realisasi pendapatan daerah tahun 2012, pendapatan total Kabupaten Tana Tidung sebesar Rp 1.182,92 Milyar, sedangkan belanja total sebesar Rp 1.038,91 milyar sehingga terdapat surplus sebesar Rp 144 milyar (Gambar L.4.8).

Realisasi 2008 Realisasi 2009 Realisasi 2010 Realisasi 2011 Realisasi 2012 Pendapatan Daerah 70,90 468,64 871,40 1.030,29 1.182,92 Belanja Daerah 32,39 225,28 657,89 774,69 1.038,88 Surplus/(Defisit) 38,51 243,36 213,51 255,60 144,05 Pembiayaan Bersih 5,00 24,17 219,44 432,96 659,70 SILPA 43,51 267,54 432,96 688,56 803,75 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2104.

Gambar L.4.8. Realisasi APBD Kabupaten Tana Tidung (Milyar Rupiah), 2009-2013

L.4.8. Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan perekonomian Kabupaten Tana Tidung tidak terlepas dari kontribusi sektor-sektor ekonomi yang mendukungnya. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan pertumbuhan PDRB. PDRB Kabupaten Tanah Tidung dalam 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, nilai PDRB adalah Rp 324,9 Milyar berdasarkan harga berlaku dan Rp 182,7 Milyar berdasarkan harga konstan (Gambar L.4.9). Pada tahun 2013, PDRB harga berlaku telah mencapai Rp 511,45 Milyar (berdasarkan harga berlaku) dan Rp 232,68 ( berdasarkan harga konstan).

2009 2010 2011 2012 *) 2013 **) PDRB ADHB (Juta Rp) 324.964,71 354.885,21 398.812,93 454.381,00 511.445,42 PDRB ADHK (Juta Rp) 182.721,81 190.503,93 204.706,82 220.428,99 232.676,90 0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00

*) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

Gambar L.4.9. PDRB Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan (Juta Rupiah), 2009-2013

Semua sektor mengalami peningkatan. Sektor pertambangan dan penggalian, khususnya yang ditopang oleh subsektor pertambangan batu-bara, merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian Kabupaten Tana Tidung. Saat ini, sektor pertambangan memberikan kontribusi terbesar kepada PDRB kabupaten yaitu 43,89% (Tabel L.4.5). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2009 di mana sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar yaitu 60,52%.

Tabel L.4.5. Struktur PDRB Kabupaten Tana Tidung (%), 2000-2013

Sektor Tahun

2000 2010 2011 2012 *) 2013 **)

Pertanian 60,52 34,54 33,68 32,59 32,53

Pertambangan dan Penggalian 13,69 43,57 44,01 44,24 43,89

Industri Pengolahan 0,28 0,18 0,16 0,16 0,15

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,16 1,37 1,35 1,34 1,37

Bangunan 0,42 0,67 0,70 0,70 0,71

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,02 10,99 10,99 10,78 10,81

Pengangkutan dan Komunikasi 3,03 2,53 2,41 2,28 2,22

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0,29 0,23 0,22 0,21 0,21

Jasa-jasa 7,60 5,92 6,47 7,70 8,10

TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Perekonomian Kabupaten Tana Tidung, mengacu pada PDRB atas dasar harga konstan, mengalami pertumbuhan rata-rata 6,24% dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,68% (Gambar L.4.10). Sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat antara tahun 2010 hingga 2013 adalah jasa-jasa dengan laju pertumbuhan rata-rata 18,92% persen per tahunnya (Tabel L.4.6). Adapun sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling lambat mengalami pertumbuhan di Kabupaten Tana Tidung

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

Gambar L.4.10. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 Tabel L.4.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan

Lapangan Usaha (%), 2009-2013

Sektor Tahun

2011 2012 2013

Pertanian 4,77 4,21 5,37

Pertambangan dan Penggalian 8,53 8,23 4,74

Industri Pengolahan 0,89 1,35 2,19

Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,02 6,66 7,91

Bangunan 11,12 8,96 6,36

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,43 5,57 5,91

Pengangkutan dan Komunikasi 2,58 1,79 2,72

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

4,31 3,52 2,16

Jasa-jasa 17,57 28,17 11,03

L.4.9. Penjabaran Sektoral Pertanian

Hasil pertanian padi sawah di kabupaten Tana Tidung rata-rata adalah 4 ton per ha. Sayangnya, luas lahan panen serta hasil panen per hektar di Tana Tidung pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi tertinggi hasil pertanian dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2012 dengan 914 ha luas panen menghasilkan produksi sebanyak 2.891 ton (Gambar L.4.11).

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

Gambar L.4.11. Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013

Perkebunan

Selain tanaman padi, Tana Tidung menghasilkan tanaman pangan lain seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Seperti padi, pengelolaan tanaman pangan ini masih dikelola dengan cara tradisional. Tanaman-tanaman ini juga mengalami kecenderungan penurunan luas lahan tanam, luas panen, dan produksi total sejak tahun 2011 meskipun ada sedikit kenaikan produktivitas per ha (Tabel L.4.7). Karena tanaman-tanaman ini dapat tumbuh di Tana Tidung maka tanaman-tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan dengan sistem pertanian yang baik.

Tabel L.4.7. Luas Panen, Luas Tanam, dan Hasil Tanaman Perkebunan (Non Padi), 2011-2013

Komoditas 2011 2012 2013

Jagung

Luas panen (ha) 86 46 28

Luas tanam (ha) 76 48 66

Hasil per ha (kuintal/ha) 20,25 20,21 20,32

Produksi (ton) 138 93

57

Ubi kayu

Luas panen (ha) 52 31

47

Luas tanam (ha) 43 33 53

Hasil per ha (kuintal/ha) 139,99 140,22 141,29

Produksi (ton) 728 435 664

Ubi jalar

Luas panen (ha) 14 11 14

Luas tanam (ha) 10 10 18

Hasil per ha (kuintal/ha) 89,83 89,2 90,19

Produksi (ton) 126 98 126

Kacang tanah

Luas panen (ha) 4 3 4

Luas tanam (ha) 5 2 3

Hasil per ha (kuintal/ha) 9,62 9,59 9,62

Produksi (ton) 4 3 4

Kedelai Luas panen (ha) 10 4 2

Luas tanam (ha) 6 3 1

Hasil per ha (kuintal/ha) 9,74 9,58 9,62

Produksi (ton) 10 4 2

Kacang hijau

Luas panen (ha) 2

Luas tanam (ha) 2

Hasil per ha (kuintal/ha) 9,2

Produksi (ton) 2

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

Tana Tidung juga menghasilkan berbagai jenis sayur mayur ( antara lain bayam, terong, sawi, kacang panjang, dan tomat) dan buah-buahan (antara lain pisang, nangka, duku, dan rambutan). Hasil sayur mayur dan buah-buahan di tahun 2012 sempat mengalami kenaikan dari tahun 2011 namun juga cenderung mengalami penurunan setelahnya (Gambar L.4.12 dan Gambar L.4.13).

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014

Gambar L.4.12. Produksi Sayur Mayur (Ton), 2011-2013

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014

Gambar L.4.13. Produksi buah-buahan (ton), 2011-2013

Di Tana Tidung terdapat lahan perkebunan yang dikelola oleh rakyat, yaitu perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet, lada, kakao, dan kopi. Kecuali perkebunan kelapa sawit, luas perkebunan mengalam peningkatan sejak tahun 2011 (Tabel L.4.8). Produksi lada dan kopi meningkat signifikan daam tiga tahun terakhir. Selain perkebunan sawit yang dikelola masyarakat, terdapat juga perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh swasta seluas 26.250,56 ha.

Tabel L.4.8. Luas lahan (Ha), produksi (ton), dan lokasi perkebunan rakyat, 2011-2013

Komoditas Luas lahan (Ha) Produksi (Ton) Lokasi

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Kelapa 40,6 40 44 85,5 11 32,4 Tana Lia, Sesayap Ilir, Sesayap Kelapa sawit 20 4.271 111,1 - - Sesayap, Sesayap Ilir

Karet 13,5 24 26,5 24,5 Sesayap, Sesayap Ilir

Lada 8 8 18,51 2,5 2 13,4 Sesayap Ilir, Sesayap, Tana Lia Kakao 4,5 5 7,99 1,5 2 Tana Lia, Sesayap Ilir, Sesayap Kopi 70 165 173,18 4,5 5 7,8 Sesayap, Sesayap Ilir, Tana Lia

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

Perikanan

Rumah tangga perikanan paling banyak terdapat di Kecamatan Sesayap Ilir dan Kecamatan Tana Lia. Sekitar 48,1% rumah tangga perikanan di Sesayap Ilir dan 35,6% rumah tangga perikanan berada di Tana Lia. Saat ini, Sesayap Ilir dan Tana Lia secara khusus mencakup rumah tangga perikanan laut. Sedangkan rumah tangga perikanan darat tersebar di Sesayap, Sesayap Ilir, dan Betayau (Tabel L.4.9).

Tabel L.4.9. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Menurut Sub Sektor dan Kecamatan, 2013.

Kecamatan Perikanan laut Perikanan darat Total

Sesayap 43 43 Sesayap Ilir 158 43 201 Tana Lia 149 - 149 Betayau - 25 25 Muruk Rian - - - Jumlah 307 111 418

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014

Rumah tangga atau nelayan perikanan laut lebih banyak yang menggunakan perahu atau kapal motor daripada tanpa perahu. Hanya sebagian kecil rumah tangga yang menggunakan kapal motor (Tabel L.4.10). Hal ini bisa jadi karena harga kapal motor lebih mahal daripada perahu tanpa motor sehingga rumah tangga belum dapat membeli kapal motor. Mengingat rumah tangga yang tidak menggunakan perahu juga banyak, hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan nelayan di Tana

Tidung untuk memiliki kapal sangat kurang. Penggunaan fasilitas perahu atau kapal yang lebih baik adalah salah satu cara agar nelayan memperoleh jumlah tangkapan ikan yang lebih banyak dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Tabel L.4.10. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Laut Menurut Perahu/Fasilitas dan Kecamatan, 2013

Tanpa perahu

Perahu tanpa motor

Perahu motor

tempel Kapal motor

Sesayap Sesayap Ilir 72 72 - 14 Tana Lia 62 78 - 9 Betayau Muruk Rian Jumlah 134 150 - 23

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014

Di sisi lain, jumlah rumah tangga perikanan di Tana Tidung cenderung mengalami penurunan (Gambar L.4.14). Hal ini khususnya terjadi untuk perikanan laut dan perikanan perairan umum. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penangkapan ikan di laut atau sungai semakin kurang diminati yang salah satu sebabnya bisa disebabkan semakin sulit memperoleh ikan di laut atau sungai. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya tambak justru semakin meningkat.

Udang windu merupakan jenis tangkapan yang banyak dihasilkan dari perairan umum Tana Tidung. Ikan patin serta lele merupakan jenis ikan yang umum dibudidayakan masyarakat meskipun masyarakat lebih menyukai ikan patin dan belum terbiasa mengkonsumsi ikan lele.

Perikanan budidaya sangat potensial berkembang karena: (1) jumlah tangkapan dari perairan umum (sungai) semakin menurun dan (2) masyarakat lebih menyukai ikan dari sungai karena mengkhawatirkan ikan laut mengandung formalin. Untuk mengintegrasikan pertanian dan perikanan, pada tahun 2015 Pemda memiliki program minapolitan di mana akan ada kegiatan perikanan di wilayah sistem irigasi pertanian.

Peternakan

Populasi ternak yang banyak di Tana Tidung (2013) adalah sapi, babi, dan kambing. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah populasi ternak (kecuali kambing) di kabupaten ini mengalami peningkatan (Tabel L.4.11). Sapi dan babi lebih banyak berada di Sesayap sedangkan kambing lebih banyak berada di Sesayap Ilir.

Tabel L.4.11. Jumlah Populasi Ternak Berdasarkan Jenis (Ekor), 2011-2013

Sapi Kerbau Kambing Babi

Sesayap 489 87 969 Sesayap Ilir 218 232 16 Tana Lia 264 5 Betayau - - - - Muruk Rian - - - - Tahun 2013 971 - 324 985 Tahun 2012 934 - 355 955 2011 692 - 347 937

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014.

Meskipun jumlah populasi ternak semakin bertambah, ketersediaan ternak di kabupaten ini belum dapat memenuhi 100% kebutuhan masyarakat. Sejak tahun 2011, setiap tahun ada ternak potong yang masuk ke Tana Tidung. Jumlah sapi dan kerbau yang masuk ke Tana Tidung semakin meningkat setiap tahunnya. Meskipun jumlahnya relatif kecil, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan daging potong semakin meningkat. Di masa yang akan datang, kegiatan peternakan merupakan sektor ekonomi yang potensial berkembang karena adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat atas ternak potong (Tabel L.4.12).

Tabel L.4.12. Jumlah Ternak Potong Yang Masuk (Ekor), 2011-2013 Sapi Kerbau Kambing Babi

2013 89 - 32 -

2012 61 - 7 -

2011 75 - - 150

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, 2014.

Pariwisata

Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi wisata alam karena letaknya yang berada di wilayah konservasi. Saat ini kegiatan wisata di kabupaten ini belum berkembang. Beberapa tempat wisata hanya dimanfaatkan oleh para penduduk setempat untuk berkunjung sebentar pada hari libur.

Kegiatan pariwisata potensial di kabupaten ini meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata sejarah. Saat ini, Pemerintah Daerah mulai menata kegiatan pariwisata untuk wisata alam. Objek wisata alam yang telah didata jumlah pengunjungnya adalah Air Terjun Gunung Rian, Mata Air Panas Sungai Lisun, Air Terjun Batu Mapan, dan Sungai Rongkang. Dari keempat obyek wisata tersebut, Sungai Rongkang menarik pengunjung terbanyak rata-rata per tahun, yaitu 800 pengunjung per tahun (Tabel L.4.13).

Tabel L.4.13. Jumlah pengunjung obyek wisata

No Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata Lokasi

Jumlah Pengunjung

per Tahun

Luas kawasan

1 Air Terjun Gunung Rian Air Terjun Sapari (Muruk Rian) 300 Orang 1 ha 2 Mata Air Panas Sungai Lisun Air Panas Betayau 50 Orang 3 Air Terjun Batu Mapan Air Terjun Sesayap 60 Orang 4 Sungai Rongkang Pemandian (Sesayap) Sedulun 800 Orang 500 m

Sumber: Pemda Kabupaten Tana Tidung, 2014.

Dari tahun 2011, jumlah obyek wisata di Tana Tidung mengalami penurunan dari 14 lokasi menjadi hanya 4 lokasi di tahun 2013. Data ini menunjukkan bahwa tidak

Tabel L.4.14. Perkembangan Sektor Pariwisata di Tana Tidung

Indikator 2011 2012 2013

Obyek wisata 14 4 4

Hotel 10 9 9

Rumah makan 17 19 19

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, 2014.

Seluruh hotel di Tana Tidung merupakan hotel non bintang dan jumlah hotel terbanyak ada di Kecamatan Sesayap (Tabel L.4.15). Tideng Pale, ibukota Tana Tidung, berlokasi di kecamatan ini sehingga Sesayap menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Faktor ini menjadi salah satu penyebab banyaknya hotel di wilayah ini. Pada tahun 2013, sebuah hotel berdiri di Kecamatan Muruk Rian. Kecamatan Muruk Rian merupakan lokasi di mana obyek wisata Air Terjun Gunung Rian berada dan banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata ini menjadi ikon wisata Tana Tidung.

Tabel L.4.15. Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur, 2011-2013

Tahun 2011 2012 2013 Hotel Sesayap: 7 Sesayap Ilir: 2 Tana Lia: 1 Muruk Rian: - Sesayap: 7 Sesayap Ilir: 2 Tana Lia: 1 Muruk Rian: - Sesayap: 6 Sesayap Ilir: 2 Tana Lia: 1 Muruk Rian: 1 Kamar Sesayap: 103 Sesayap Ilir: 18 Tana Lia: 8 Muruk Rian: - Sesayap: 103 Sesayap Ilir: 18 Tana Lia: 8 Muruk Rian: - Sesayap: 122 Sesayap Ilir: 18 Tana Lia: 8 Muruk Rian: 8 Tempat tidur Sesayap: 160

Sesayap Ilir: 35 Tana Lia: 16 Muruk Rian: - Sesayap: 160 Sesayap Ilir: 35 Tana Lia: 16 Muruk Rian: - Sesayap: 212 Sesayap Ilir: 36 Tana Lia: 16 Muruk Rian: 8

Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, 2014.

Berdasarkan data yang ada, jumlah kamar yang dimiiki oleh setiap hotel antara 8 sampai 23 kamar. Hotel yang beroperasi di wilayah ini merupakan hotel non bintang (kelas melati) yang fasilitasnya masih sangat terbatas.

L.4.10. Hasil Observasi Lapangan

Untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh dari BPS, tim peneliti melakukan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan. Tim peneliti melakukan wawancara dan FGD terhadap dinas di lingkungan Pemda Kabupaten Tana Tidung dan tokoh masyarakat. Instansi pemda yang diwawancara dan turut hadir di FGD adalah Bappeda, Dinas Pertambangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Pertambangan dan ESDM), Dinas Perdagangan, Industri, Koperasi , Transmigrasi, dan Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian dan Kehutanan. Beberapa tokoh masyarakat turut hadir saat FGD. Selain itu, tim peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Kepala Desa Gunawan (Kecamatan Sesayap Hilir) dan beberapa tokoh lainnya.

Lahan

Wilayah Tana Tidung masuk ke dalam Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No. 27/2001 yang sudah mengalami dua kali perubahan, yaitu SK Menteri Kehutanan No. 554/2013 dan kemudian SK Menteri Kehutanan No. 942/2014. KBK merupakan kawasan yang hanya diperuntukkan untuk tanaman budidaya kehutanan. Penetapan KBK merupakan upaya untuk melindungi hutan sebagai pusat keanekaragaman hayati dan untuk perlindungan lingkungan hidup. Perubahan penggunaan KBK harus melalui persetujuan Kementerian Kehutanan. Menurut Pemda setempat, berdasarkan SK Menteri Kehutanan terakhir, Kementerian Kehutanan telah menyetujui perubahan status lahan seluas 21 ribu ha sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan ekonomi.

Pada kenyataannya, di KBK terdapat permukiman penduduk, lahan pertanian dan perkebunan milik masyarakat, dan kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Penggunaan KBK untuk permukiman sulit dihindari karena biasanya penduduk sudah turun temurun tinggal di KBK. Masyarakat setempat umumnya bekerja sebagai petani sawah berpindah tempat dan memiliki kebun kelapa sawit atau karet di dalam KBK.

Jika Pemerintah Pusat menyetujui penggunaan lahan di KBK untuk kegiatan non budidaya kehutanan, misalnya untuk pembangunan infrastruktur jalan, maka

negara.

Penduduk yang tinggal atau memanfaatkan tanah di KBK memiliki tanda kepemilikan tanah dalam bentuk surat keterangan dari kelurahan atau girik. Tanah dapat diperjualbelikan di antara penduduk namun Pemerintah Pusat tetap memiliki hak untuk menggunakannya apabila diperlukan.

Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan

Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Meskipun belum semua dapat digarap secara maksimal, beberapa kegiatan ekonomi diperkirakan akan berkembang sejalan dengan dukungan pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian Kabupaten Tana Tidung.

Sebagian besar masyarakat di kabupaten ini memiliki kegiatan di sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, dan perikanan). Umumnya, penduduk asli (Suku Tidung dan Dayak Busu) bekerja di sektor ini. Dengan luas tanah yang melimpah dan posisi wilayah di pinggir sungai, kegiatan pertanian menjadi dominan. Pertanian merupakan sektor yang akan dikembangkan oleh pemerintah daerah, khusunya tanaman padi. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman yang kebanyakan ditanam di wilayah ini. Sesuai dengan kondisi tanah di Kalimantan, jenis padi yang cocok ditanam adalah Padi Gunung atau Padi Ridu untuk lahan gambut. Daerah di mana terdapat banyak lahan sawah padi gunung adalah Kecamatan Sesayap dan Kecamatan Sesayap Hilir.

Pada dasarnya, petani di kabupaten ini merupakan petani tradisional yang tidak menggunakan sistem bertani dan pengairan yang benar. Hasil panen padi bukan untuk dijual karena hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga selama satu tahun. Karena itu, Pemda telah mencanangkan program untuk membuka demplot (lahan percobaan) sebagai tempat pelatihan pertanian. Jika program ini berhasil maka pembukaan demplot akan diteruskan. Dengan adanya perubahan status 21 ribu ha lahan KBK berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 942/2014 maka kesempatan pemanfaatan lahan di KBK untuk kegiatan pertanian semakin luas.

semangka, ubi, tomat, dan sayuran juga bisa tumbuh. Bahkan buah-buahan, seperti rambutan, durian, duku, dan langsat, secara alamiah tumbuh di wilayah ini. Namun, buah-buahan tersebut biasanya hanya dijual di sekitar wilayah Tana Tidung atau dikonsumsi sendiri karena sarana transportasi yang terbatas. Pemda berencana agar biji kopi yang dihasilkan dapat diolah menjadi kopi bubuk dalam kemasan.

Di kabupaten ini sudah ada lima perusahaan perkebunan kelapa sawit beroperasi namun belum ada pabrik pengolahannya. Perkebunan kelapa sawit tersebar di Kecamatan Sesayap dan Sesayap Hilir. Kegiatan perkebunan ini banyak melibatkan penduduk setempat karena kerjasama antara perusahaan dengan rumah tangga lokal untuk mengelola perkebunan. Pabrik pengolahan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Utara terdapat di Kabupaten Malinau dan Nunukan sehingga hasil perkebunan kelapa sawit dari Tana Tidung dibawa ke Malinau dan Nunukan untuk diolah lebih lanjut. Artinya, nilai tambah dari hasil perkebunan kelapa sawit tidak terjadi di Tana Tidung. Sudah ada investor dari Malaysia yang tertarik untuk membangun pabrik pengolahan perkebunan kelapa sawit di Desa Menjalutung (Kecamatan Sesayap Hilir).

Kebutuhan masyarakat akan produk perikanan dipenuhi dari perikanan tangkap (ikan sungai yang ditangkap dari Sungai Sesayap) dan ikan laut yang dikirim dari Tarakan. Selain bertani, biasanya penduduk lokal juga bekerja sebagai nelayan tangkap. Nelayan tangkap membawa ikan sungai ke pelabuhan pada pagi atau sore hari. Kegiatan menangkap ikan dilakukan setelah kegiatan di sawah selesai. Selain perikanan sungai dan laut, perikanan budidaya mulai berkembang. Ikan yang dibudidayakan adalah ikan patin dan ikan lele. Namun, mengkonsumsi ikan lele belum menjadi kebiasaan masyarakat di daerah ini yang masih terbiasa mengkonsumsi ikan sungai. Tidak hanya ikan budidaya tambak, masyarakat juga masih enggan mengkonsumsi ikan laut karena adanya kekhawatiran penggunaan bahan pengawet pada ikan. Ikan tangkap sungai masih menjadi prioritas untuk dikonsumsi.

Sayangnya, hasil perikanan tangkap sungai semakin menurun. Penurunan ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pencemaran bahan bakar minyak dan suara dari kapal yang melintasi sungai, penggunaan racun untuk menangkap ikan sehingga mematikan ikan yang masih kecil, dan juga penurunan kualitas air

Meskipun ikan hasil budidaya tambak belum menjadi pilihan utama masyarakat, kegiatan ini cukup berkembang di masyarakat. Pemilik modal usaha budidaya ikan biasanya pengusaha dari Tarakan namun yang mengusahakan penduduk Tana Tidung. Mengingat hasil ikan tangkap dari sungai tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, hasil perikanan budidaya saat ini menjadi komplementer bagi perikanan tangkap. Di masa yang akan datang, perikanan budidaya akan berkembang sejalan dengan penurunan ketersediaan ikan tangkap. Bahkan Pemda telah memberikan izin untuk pembukaan tambak udang yang mana investornya berasal dari Jepang.

Pertambangan dan Energi

Tana Tidung memiliki potensi sektor pertambangan yang meliputi minyak, gas, dan batubara. Saat ini, hanya dua pertambangan yang beroperasi yaitu pertambangan batubara dari tiga pertambangan batubara yang diizinkan oleh Pemda setempat. Pemda juga telah menyetujui kegiatan pertambangan minyak di Tana Tidung namun masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Pusat. Ada juga investor pertambangan minyak dan gas (migas) yang telah berminat untuk membuka areal pertambangan di Kecamatan Tana Lia. Namun, kegiatan tersebut belum dapat dilaksanakan karena adanya rencana pengaliran gas dari Tana Tidung ke Bunyu di mana telah ada pabrik pengolahan gas di sana yang memenuhi syarat skala ekonomi. Jika gas dari Kabupaten Tana Tidung dialirkan ke luar daerah maka tidak ada nilai tambah yang diterima kabupaten ini. Sayangnya, belum ada investor yang bersedia untuk mengekstraksi gas bumi sekaligus mendirikan pabrik pengolahannya di sana.

Sumber listrik di Tana Tidung berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pemda membangun PLTD dengan menggunakan dana APBD tahun 2010 dan 2011 namun PLN yang mengelolanya. Saat ini, kapasitas terpasang sebesar 2,7 MW tetapi kapasitas terpakai masih kurang dari 2 MW. Ada kelebihan kapasitas listrik terpasang di kabupaten ini. Jika perekonomian di kabupaten ini meningkat di masa yang akan datang, kapasitas yang ada diperkirakan tidak akan cukup. Jika jumlah rumah tangga meningkat, kegiatan jasa berkembang, aktivitas pertambangan berjalan maka kapasitas terpasang saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan di masa yang akan datang.

membuka peluang bagi Tana Tidung untuk memperoleh tambahan pasokan energi listrik. Dari kegiatan eksplorasi migas, rencananya Pemda akan memperoleh jatah migas yang akan dimanfaatkan untuk operasional Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) di Tana Lia.

Pertamina menjadi penyedia bahan bakar minyak, solar, dan gas untuk kabupaten ini. Pertamina menyalurkan minyak dan solar ke sebuah Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) dengan kuota tertentu untuk seluruh Kabupaten Tana Tidung. Kemudian, APMS ini menyalurkan kepada para pedagang kecil agar konsumen mudah memperoleh bahan bakar mengingat hanya ada satu APMS untuk

Dokumen terkait