• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMP 1. LAPORAN SURVEY KABUPATEN-KOTA DI KALIMANTAN

L.3. Kabupaten Nunukan

L.3.7. Pertanian

Sektor terbesar kedua dalam perekonomian Kabupaten Nunukan adalah sektor pertanian. Sektor ini terdiri dari lima sub-sektor, yaitu tanaman bahan makanan, peternakan, tanaman perkebunan, perikanan dan kehutanan. Secara umum, nilai

L.3.17). Nilai output sektor ini naik dari Rp. 715,55 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp. 1.188,92 pada tahun 2012. Dengan kata lain, sektor ini bertumbuh sebesar 66,15% pada periode 2008-2012.

Sumber: BPS Kabupaten Nunukan

Gambar L.3.17. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Kabupaten Nunukan Tahun 2008-2012 (dalam Juta Rp, HB)

Sub-sektor tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan merupakan yang paling dominan dalam sektor pertanian Kabupaten Nunukan. Nilai output sub-sektor perkebunan terus bertumbuh dari Rp. 264,21 miliar di tahun 2008 menjadi Rp. 488,99 miliar di tahun 2012. Komoditas yang paling dominan dalam sub-sektor ini adalah kelapa sawit. Sub-sektor tanaman bahan makanan juga terus mengalami pertumbuhan pada periode 2008-2012. Nilai output sektor ini meningkat dari Rp. 153,24 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp. 269,5 miliar pada tahun 2012.

Sejalan dengan dua sub-sektor tersebut, sub-sektor peternakan dan perikanan juga terus mengalami pertumbuhan pada periode 2008-2012, meskipun dengan nilai output yang tergolong kecil bila dibandingkan sub-sektor tanaman bahan makanan dan sub-sektor tanaman perkebunan. Nilai output sub-sektor peternakan naik dari Rp. 79,63 miliar di tahun 2008 menjadi Rp. 159,61 miliar di tahun 2012. Sementara nilai output sub-sektor perikanan naik dari Rp. 42,87 miliar di tahun 2008 menjadi 96,29 di tahun 2012.

Di sisi lain, berbeda dengan empat sub-sektor lainnya, sub-sektor kehutanan cenderung fluktuatif dan tidak mengalami pertumbuhan nilai output pada periode 2008-2012. Kemungkinan besar penyebab hal ini adalah terbatasnya luas hutan yang dapat dikelola. Terutama disebabkan Nilai output sub-sektor ini adalah sebesar Rp. 175,59 miliar pada tahun 2008 dan turun mejadi Rp. 148,13 miliar (2009), dan menjadi Rp. 134,97 (2010). Di tahun berikutnya, nilai tersebut mengalami kenaikan menjadi Rp. 151,77 miliar (2011) dan menjadi Rp. 174,53 miliar (2012).

L.3.8. Keuangan Daerah

Pada tahun 2012 total realisasi pendapatan APBD Kabupaten Nunukan adalah sebesar Rp. 1,56 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar bersumber dari dana perimbangan, sebesar Rp. 1,338 triliun, atau sekitar 85,76%. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan di tahun 2012 adalah sebesar Rp. 75,985 miliar, atau hanya berkontribusi sekitar 4,87%. Sedangkan sisanya didapatkan dari Pendapatan Lain-Lain yang Sah, terutama dari bantuan keuangan provinsi (Gambar L.3.18).

Gambar L.3.18 Realisasi Pendapatan Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah)

Sumber: BPS Kabupaten Nunukan

Gambar L.3.19. Realisasi Belanja Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah)

Pada tahun 2012, realisasi belanja APBD Kabupaten Nunukan sebesar Rp. 1,197 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp. 464,226 miliar dialokasikan untuk belanja modal, atau sekitar 38,76%. Sebesar Rp. 282,385 miliar dialokasikan untuk belanja pegawai tidak langsung (23,58%) dan sebesar Rp. 259,632 miliar untuk belanja barang dan jasa (21,68%). Selain itu terdapat alokasi sebesar Rp. 123,607 miliar (10,32%). Dengan kata lain, secara total belanja pegawai (langsung dan tidak langsung) adalah sebesar Rp. 405,992 miliar (33,90%) (Gambar L.3.19).

L.3.9. Hasil Observasi Lapangan

Secara geografis, Kabupaten Nunukan terletak di perbatasan utara pulau Kalimantan. Kabupaten ini memiliki hubungan ekonomi dengan Malaysia, tepatnya Kota Tawau. Bila dibandingkan secara langsung, maka perkembangan Kota Tawau (Malaysia) dengan Kabupaten Nunukan (Indonesia) cukup timpang. Perbedaan kemajuan ekonomi terlihat cukup jelas di kedua wilayah tersebut. Oleh sebab itu, seringkali muncul pendapat di kalangan masyarakat Nunukan yang menginginkan bahwa setidaknya kemajuan di Nunukan bisa setara dengan Kota Tawau di Malaysia.

Secara umum, Kabupaten Nunukan memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Hal tersebut bisa dipetakan per kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan. Untuk mengembangkannya, Pemerintah Kabupaten Nunukan secara berkelanjutan melakukan pembinaan melalui perangkat SKPD yang dimiliki. Dengan

kata lain, pengembangan potensi difokuskan berdasarkan bidang masing-masing. Tujuannya agar pengembangan potensi lebih terfokus sehingga bisa memberikan kemajuan yang optimal.

Komoditas Unggulan

Salah satu potensi besar yang dimiliki oleh Kabupaten Nunukan adalah Rumput Laut. Komoditas ini mulai populer di masyarakat Nunukan. Indikasinya bisa dilihat dari banyaknya budidaya rumput laut di sekitar pesisir pulau Nunukan. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kendala dan permasalahan dalam pengembangan rumput laut di masyarakat. Berdasarkan pendapat pihak Bappeda Nunukan, tidak ada masalah yang terlalu krusial dari sisi hulu dalam pengembangan rumput laut. Namun di sisi hilir, terdapat masalah stabilitas harga dan praktek rentenir. Hal ini membuat pembudidaya rumput laut tidak memiliki daya tawar yang kuat di pasar rumput laut. Akibatnya, harga seringkali tidak stabil dan pembudidaya hanya bisa mengikuti dinamika harga yang berlaku.

Potensi lainnya yang juga dimiliki Kabupaten Nunukan adalah Beras Adan, yang merupakan beras gunung dengan kualitas sangat baik dan memiliki manfaat kesehatan yang tinggi. Beras ini ditanam tanpa menggunakan pupuk dan dipanen sebanyak satu kali dalam satu tahun. Beras ini merupakan varian padi ladang yang dikembangkan di Krayan. Lokasi tersebut membuat proses distribusi beras ini sulit karena sulitnya transportasi dari dan menuju Krayan ke pusat Kabupaten Nunukan. Petani yang menanam padi tersebut menolak penggunaan teknologi untuk proses pertanian padi tersebut karena dikhawatirkan dapat merusak kualitas padi. Akan tetapi, sulitnya transportasi dan interaksi masyarakat Krayan dengan Malaysia membuat kelangsungan padi Adan terancam. Interaksi dengan masyarakat Malaysia membuat sebagian masyarakat Krayan yang bertani berpindah profesi ke bidang perdagangan maupun bisnis.

Pemerintah Kabupaten Nunukan secara berkala melakuakn komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Malinau untuk menghidupkan wilayah Krayan, mengingat posisi Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Malinau. Pemerintah Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau diharapkan bisa bekerja sama dengan Malaysia agar proses perdagangan di antara kedua wilayah bisa

berlangsung hampir seluruhnya ilegal.

Kabupaten Nunukan juga memiliki potensi durian yang baik. Durian asli Kabupaten Krayan sudah mendapatkan sertifikasi sehingga sudah mendapatkan pengakuan sebagai komoditas khas Kabupaten Nunukan. Namun, terdapat masalah dalam perdagangan durian ini. Banyak durian ini yang diekspor tanpa melalui prosedur resmi.

Selain beberapa komoditas tersebut, terdapat juga Kakao, Jeruk, Madu Alam, Udang Kering, dan Ikan Tipis. Secara total terdapat 9 produk potensial yang dimiliki Kabupaten Nunukan dan perlu dikembangkan secara lebih intensif. Diharapkan pengembangan komoditas-komoditas unggulan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nunukan. Disamping itu, diharapkan hal juga dapat memperbaiki neraca perdagangan Kabupaten Nunukan yang selama ini defisit karena lebih banyak barang yang masuk ke Nunukan daripada yang diekspor.

Kemiskinan

Kantong kemiskinan Kabupaten Nunukan terpusat di Kecamatan Sembakung, Sebuku, dan Lumbis. Oleh karena itu, diharpakan pengembangan potensi komoditas tersebut yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Nunukan diharapkan akan membantu pengentasan kemiskinan.

Kebutuhan Industrialisasi

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Nunukan, sudah dinyatakan perlunya Nunukan untuk bergeser dari pola ekonomi menambang dan menggali ke pola ekonomi industri.

Perkebunan

Di sektor perkebunan, terdapat tiga komoditas unggulan Kabupaten Nunukan. Ketiga komoditas tersebut adalah Kelapa Sawit, Kakao dan Karet.

Secara total, kelapa sawit yang ada di Kabupaten Nunukan dikembangkan oleh investor yang berjumlah sekitar 22 perusahaan besar. Luas izin yang dimiliki mencapai 200 ribu hektar, dimana sebanyak 80 ribu hektar telah aktif ditanami kelapa sawit. Sedangkan kelapa sawit yang dikembangkan oleh masyarakat memiliki luas

sekitar 22 ribu hektar. Persebaran perkebunan kelapa sawit hampir merata di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Nunukan yang berada di daratan utama, atau lebih tepatnya di pulau Kalimantan. Diantara kecamatan-kecamatan tersebut, hanya kecamatan Krayan dan Krayan Selatan yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit.

Pemerintah Kabupaten Nunukan juga sudah menyadari pentingnya hilirisasi kelapa sawit. Sejauh ini telah terdapat pengolahan untuk menjadi Crude Palm Oil (CPO). Secara total berjumlah lima instalasi pengolahan. Selain diolah di instalasi tersebut, terdapat juga hasil kelapa sawit yang dibawa ke Malaysia.

Permasalahan yang ada dalam sektor pertanian, khususnya kelapa sawit, adalah jarak transportasi dan harga. Proses transportasi menuju instalasi pengolahan yang jauh dari kebun membuat petani kelapa sawit seringkali terpaksa menjual sawitnya secara ilegal ke Malaysia. Hal ini untuk menghindari kelapa sawit yang telah dipanen membusuk sebelum dijual. Dampaknya, penjualan secara ilegal ini menyebabkan harga sawit menjadi sangat rendah.

Sementara pengembangan komoditas Kakao berfokus di pulau Sebatik. Namun, saat ini terjadi migrasi signifikan dari kakao ke kelapa sawit. Dahulu total perkebunan kakao mencapai sekitar 20 ribu hektar, namun sekarang luasnya hanya sekitar 4 ribu hektar. Terdapat beberapa alasan yang mendorongnya beralihnya masyarakat dari menanam kakao menjadi kelapa sawit. Beberapa alasannya adalah perawatan yang sulit, umur tanaman sudah tua, dan rendahnya harga. Di sisi lain, perawatan kebun kelapa sawit lebih mudah. Sehingga disamping berkebun masyarakat bisa melakukan kegiatan lain. Namun Pemerintah Kabupaten Nunukan tetap berusaha mendorong pengembangan perkebunan kakao di wilayahnya. Salah satunya menyelaraskan program kerja pemerintah Kabupaten Nunukan dengan pemerintah pusat, yaitu berpartisipasi aktif dalam Gerakan Nasional Kakao.

Sedangkan komoditas Karet pada dasarnya bukan merupakan tradisi kebun yang ada di Nunukan. Luasnya masih sangat kecil dan baru mulai dikembangkan, terutama untuk mengisi lahan yang tidak terpakai.

Perikanan

Teri, Bagan, Tuna, dan Cangkalang.

Sedangkan perikanan budidaya mencakup rumput laut dan perikanan air tawar. Sebagaimana telah dijelaskan, hambatan dalam pengembangan budidaya rumput laut adalah praktek rentenir yang mengganggu stabilitas harga. Sedangkan dalam pengembangan air tawar, hambatan terbesar adalah kelancaran pasokan pakan dan bibit yang tidak kontinyu. Pemerintah dan masyarakat sudah pernah mencoba membuat rencana produksi pakan secara mandiri, namun pasokan bahan baku yang tidak stabil membuat program tersebut gagal.

Perdagangan dan Tata Niaga

Tata niaga di Kabupaten Nunukan masih didominasi oleh praktek rentenir. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Nunukan melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia selama 2 tahun untuk melakukan edukasi terkait tata niaga. Kerjasaman tersebut tegolong berhasil karena setelah itu harga-harga mulai stabil.

Di sisi perdagangan, permasalahan terletak pada serbuan barang-barang dari luar, yaitu dari Malaysia, yang sebagian besar ilegal. Barang-barang tersebut memiliki kualitas yang lebih bagus dan harga yang lebih murah.

Dalam sistem perdagangan kelapa sawit, Nunukan hanya menjadi penghasil di hulu industri kelapa sawit. Proses pengolahan sepenuhna sudah dikembangkan di Malaysia. Hal ini membuat nilai tambah yang didapatkan di wilayah Nunukan dari perkebunan kelapa sawit sangat kecil, bahkan dapat dikatakan hanya menguntungka pihak Malaysia. Oleh sebab itu, rancangan pembangunan untuk Provinsi Kalimantan Utara tidak bisa hanya difokuskan pada potensi yang dapat dihasilkan, namun potensi barang yang dapat dijual. Bila wilayah Nunukan terus melakukan perluasan perkebunan tanpa membangun industri hilir, maka dampaknya adalah lambatnya pembangunan dan perkembangan perekonomian di wilayah ini.

Pendapatan Regional dan Kemiskinan

BPS Kabupaten Nunukan memiliki data PDRB Kabuapten Nunukan yang cukup panjang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perekonomian Kabupaten Nunukan sangat didominasi dengan tambang dan pertanian. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nunukan pada tahun 2013 sempat mengalami penurunan

karena sektor migas yang melemah. Pertumbuhan sempat terjadi karena didorong oleh sektor perdagangan dan telekomunikasi.

Penduduk kita sebagian besar merupakan lulusan SD, sehingga rencana untuk pengembangan industri besar dan menengah tidak bisa berjalan lancar. Hal ini disebabkan Kabupaten Nunukan tidak sanggup mengisi SDM yang dibutuhkan industri besar dan menengah. Oleh sebab itu, akan lebih baik bila pengembangan difokuskan pada industri kecil dan menengah.

Data kemiskinan yang digunakan di Kabupaten Nunukan didapatkan dari data susenas dan sakernas. Data itu dari melihat dari sisi pengeluaran. Dari hasil susenas, sekitar 91% penduduk tingkat konsumsinya masih berada di bawah 2000 kkal. Akan tetapi, kemiskinan kita lebih merupakan kemiskinan relatif daripada kemiskinan absolut. Minimnya tingkat konsumsi berdasarkan kaloi yang tercatat disebabkan terdapat beberapa masyarakat yang mengkonsumsi Ubi Kayu.

Listrik dan Energi

Dari segi pelayanan, masyarakat saat ini masih membutuhkan kecukupan BBM. Kondisi BBM Subsidi sangat bermasalah dari sisi pasokan. Kebutuhan bensin sangat primer untuk saat ini. Keterbatasan pasokan ini dimanfaatkan juga oleh berbagai oknum untuk menciptakan kelangkaan semu, yang berimbas pada naiknya harga.

Berdasarkan data otoritas lalu lintas Kabupaten Nunukan, kebutuhan total BBM Kabupaten Nunukan adalah sebesar 24 ribu kilo liter, namun hanya tercukupi sebanyak 16 ribu kilo liter. Penjualan BBM di wilayah Kabupaten Nunukan tidak ditangani oleh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), namun ditangani oleh Agen Premium, Minyak dan Solar (APMS)

Terdapat potensi besar untuk meningkatkan kapasitas listrik di Kabupaten Nunukan, namun sayangnya potensi tersebut berada di wilayah taman nasional. Akibatnya proses perizinan menjadi jauh lebih rumit.

Di masa mendatang pemenuhan energi di Kabupaten Nunukan akan menjadi persoalan yang penting, karena hampir 100% gas untuk memasak didatangkan dari Malaysia. Harga gas dari Malaysia lebih murah. Kapasitas gas per tabung dari

sulit ditemui di wilayah Kabupaten Nunukan.

Dokumen terkait