• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN MASTERPLAN

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

LAMP 1. LAPORAN SURVEY KABUPATEN-KOTA DI KALIMANTAN UTARA... 1 L1. Kabupaten Bulungan ... 1 L.1.1. Penduduk ... 1 L.1.2. Ketenagakerjaan ... 4 L.1.3. Pendidikan ... 7 L.1.4. Kesehatan ... 8 L.1.6. Pertumbuhan Ekonomi ... 10 L.1.7. Keuangan Daerah ... 13

L.1.8. Konsumsi dan Kemiskinan ... 14

L.1.9. Penjabaran Sektoral ... 16

L.1.10. Hasil Observasi Lapangan ... 18

L.2. Kabupaten Malinau ... 24

L.2.1. Aspek Demografis ... 24

L.2.2. Ketenagakerjaan ... 27

L.2.3. Sosial dan Budaya ... 31

L.2.4. Kesehatan ... 33

L.2.5 Agama ... 36

L.2.6. Ekonomi ... 37

L.2.7. Keuangan dan Harga... 41

L.2.8. Konsumsi dan Kemiskinan... 43

L.2.9. Pertanian, Perkebunan dan Peternakan ... 45

L.2.10. Hasil Observasi di Kabupaten Malinau ... 47

L.3. Kabupaten Nunukan ... 51

L.3.1. Geografis ... 51

L.3.2. Penduduk ... 52

L.3.3. Angkatan Kerja ... 55

L.3.4. Sosial dan Budaya ... 60

L.3.5. Perekonomian ... 63

L.3.6. Pertambangan dan Penggalian ... 67

L.3.7. Pertanian... 68

L.3.8. Keuangan Daerah ... 70

L.3.9. Hasil Observasi Lapangan ... 71

L.4. Kabupaten Tana Tidung ... 77

(3)

L.4.3. Pendidikan ... 79 L.4.4. Kesehatan ... 81 L.4.5. Agama ... 83 L.4.6. Kesejahteraan Penduduk ... 84 L.4.7. Keuangan Daerah ... 84 L.4.8. Pertumbuhan Ekonomi ... 85 L.4.9. Penjabaran Sektoral ... 88

L.4.10. Hasil Observasi Lapangan ... 96

L.4.11. Dokumentasi di Kabupaten Tana Tidung ... 101

L.5. Kota Tarakan ... 103

L.5.1. Aspek Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 103

L.5.3. Aspek Ekonomi ... 112

L.5.4. Keuangan Daerah ... 114

L.5.6. Kesejahteraan Masyarakat ... 115

L.5.7. Biaya Hidup Masyarakat... 117

L.5.8. Potensi Daerah ... 119

L.5.9. Infrastruktur ... 123

L.5.10. Hasil Observasi Lapangan ... 125

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel L.1.1. Sarana Pendidikan di Kabupaten Bulungan Periode

2010-2013 ... 7 Tabel L.1.1. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013 ... 8 Tabel L.1.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bulungan Periode

2009-2013... 9 Tabel L.1.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Tempat Tidur Fasilitas

Kesehatan Kabupaten Bulungan Periode 2009-2013 ... 9 Tabel L.1.4. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Padi di Kabupaten

Bulungan Periode 2010-2013... 16 Tabel L.1.5. Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Bulungan Periode

2010-2013 ... 17 Tabel L.1.6. Produksi Perikanan di Kabupaten Bulungan Periode

2010-2013 (dalam ton) ... 18 Tabel L.2.1. Sarana dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Malinau Periode

2009-2013 ... 34 Tabel L.4.1. Rasio Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Tana Tidung,

2009 – 2013 ... 80 Tabel L.4.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung,

2009-2013 ... 82 Tabel L.4.3. Jumlah Fasilitas Program KB di Kabupaten Tana Tidung,

209-2013 ... 83 Tabel L.4.4. Persentase Penduduk berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

(%), 2009-2013 ... 84 Tabel L.4.5. Struktur PDRB Kabupaten Tana Tidung (%), 2000-2013 ... 86 Tabel L.4.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung

Berdasarkan Lapangan Usaha (%), 2009-2013 ... 87 Tabel L.4.7. Luas Panen, Luas Tanam, dan Hasil Tanaman Perkebunan

(Non Padi), 2011-2013 ... 89 Tabel L.4.8. Luas lahan (Ha), produksi (ton), dan lokasi perkebunan

rakyat, 2011-2013 ... 91 Tabel L.4.9. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Menurut Sub Sektor

dan Kecamatan, 2013. ... 91 Tabel L.4.10. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Laut Menurut

Perahu/Fasilitas dan Kecamatan, 2013 ... 92 Tabel L.4.11. Jumlah Populasi Ternak Berdasarkan Jenis (Ekor), 2011-2013 . 93 Tabel L.4.12. Jumlah Ternak Potong Yang Masuk (Ekor), 2011-2013 ... 94 Tabel L.4.13. Jumlah pengunjung obyek wisata ... 94 Tabel L.4.14. Perkembangan Sektor Pariwisata di Tana Tidung ... 95

(5)

Tabel L.5.1. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, serta Rasio

Kelamin Kota Tarakan, 2008 – 2013 ... 103 Tabel L.5.2. Komposisi Tenaga Kerja di Kota Tarakan Berdasarkan

Lapangan Usaha, 2009 – 2012 ... 107 Tabel L.5.3. Dinamika Fasilitas Penunjang Kesehatan di Kota Tarakan,

2010 – 2013 ... 111 Tabel L.5.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan Berdasarkan

Lapangan Usaha, 2009 – 2012 ... 114 Tabel L.5.5. Perkembangan Laju Inflasi Kota Tarakan Menurut

Kelompok Komoditi ... 119 Tabel L.5.6. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri Berdasarkan

Skala Usaha, 2008 – 2012 ... 121 Tabel L.5.7. Jumlah Pemadaman Listrik Bergilir di Kota Tarakan, 2010 –

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar L1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Berdasarkan Jenis

Kelamin Periode 2008-2013 ... 1 Gambar L.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulungan

Periode 2008-2013 (%) ... 2 Gambar L.1.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode

2008-2013 (jiwa/km2) ... 3 Gambar L.1.4. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan

Menurut KecamatanTahun 2013 ... 4 Gambar L.1.5. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Bulungan Periode

2010-2013 ... 5 Gambar L.1.6. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Kegiatan Utama Tahun 2013 ... 5 Gambar L.1.7. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Periode 2010-2013 ... 6 Gambar L.1.8. Rasio Murid-Guru Kabupaten Bulungan Periode

2010-2013 ... 7 Gambar L.1.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut Agama

Periode 2009-2013 ... 10 Gambar L.1.10. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bulungan Periode

2010-2013 (%) ... 11 Gambar L.1.11. PDRB Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013 (Dalam

Juta Rp, HK 2000) ... 12 Gambar L.1.12. Kontribusi Menurut Lapangan Usaha Periode 2010-2013

(Dalam %, HK 2000) ... 12 Gambar L.1.13. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Bulungan Tahun 2013 ... 13 Gambar L.1.14. Surplus/Defisit APBD Kabupaten Bulungan 2013 ... 14 Gambar L.1.15. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Kabupaten

Bulungan Menurut Daerah Periode 2010-2013 ... 15 Gambar L.1.16. Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kabupaten

Bulungan Periode 2009-2012 ... 15 Gambar L.1.17. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bulungan

Periode 2009-2013 ... 16 Gambar L.2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Berdasarkan Jenis

Kelamin Perionde 2008-2012 ... 24 Gambar L.2.2. Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Malinau Periode

2008-2012 ... 25 Gambar L.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malinau

(7)

Gambar L.2.4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Malinau Periode

2009-2012 (jiwa/km2) ... 26 Gambar L.2.5. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Menurut

Kecamatan Tahun 2013... 27 Gambar L.2.6. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Malinau Periode

2010-2012 ... 28 Gambar L.2.7 Tingkat Pengangguran Kabupaten Malinau 2010-2012 ... 28 Gambar L.2.8. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Kegiatan Utama Tahun 2013 ... 29 Gambar L.2.9. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2012 ... 29 Gambar L.2.10. Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat

Pendidikan Kabupaten Malinau Periode 2011-2013 ... 30 Gambar L.2.11. Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Yang Terdaftar

Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode

2011-2013 ... 31 Gambar L.2.12. Sarana Pendidikan di Kabupaten Malinau Periode

2009-2013 ... 32 Gambar L.2.13. Rasio Murid-Guru Kabupaten Malinau Periode 2009-2013 ... 32 Gambar L.2.14 Jumlah Mahasiswa di Kabupaten Malinau ... 33 Gambar L.2.15. Jumlah Sarana Puskesmas dan Posyandu ... 34 Gambar L.2.16. Jumlah Apotek, Toko Obat dan Gudang Farmasi

Kabupaten Malinau 2008-2013 ... 35 Gambar L.2.17. Jumlah Bayi Lahir Hidup, Lahir Mati, Bayi Mati dan Balita

Mati di Kabupaten Malinau 2008-2012 ... 35 Gambar L.2.18. Banyaknya Peserta KB Aktif Berdasarkan Metode

Kontrasepsi di Kabupaten Malinau, 2012... 36 Gambar L.2.19. Agama Penduduk Kabupaten Malinau Periode 2009-2013 ... 37 Gambar L.2.20. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malinau Periode

2008-2012 ... 38 Gambar L.2.21. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau

2009-2013 (Dalam Juta Rp. HB) ... 38 Gambar L.2.22. PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha

Periode 2009-2013 (Dalam Persen, HB) ... 39 Gambar L.2.23. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau

2009-2013 (Dalam Juta Rp., HK 2000) ... 40 Gambar L.2.24. PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha

Periode 2009-2013 (Dalam Persen, HK 2000) ... 40 Gambar L.2.25. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan

2009-2012 (dalam Juta Rupiah) ... 41 Gambar L.2.26. Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran

2009-2012 (dalam Juta Rupiah) ... 42 Gambar L.2.27. Surplus atau Defisit Kabupaten Malinau 2008-2012

(8)

Gambar L.2.28. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Jenis

Pengeluaran di Kabupaten Malinau 2009-2012 ... 44 Gambar L.2.29. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten

Malinau Periode 2008-2010 ... 44 Gambar L.2.30. Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera I di Kabupaten

Malinau 2008-2012 ... 45 Gambar L.2.31. Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang (dalam Ton)

Kabupaten Malinau 2008-2012 ... 46 Gambar L.2.32. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten

Malinau (ekor) 2008-2012 ... 46 Gambar L.3.1. Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten

Nunukan (km2)... 51 Gambar L.3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun

2009-2013 ... 53 Gambar L.3.3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan

Tahun 2008-2012 (jiwa) ... 53 Gambar L.3.4. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin Kabupaten Nunukan Tahun 2013 (jiwa) ... 54 Gambar L.3.5. Distribusi Penduduk Kabupaten Nunukan per Kecamatan

Tahun 2013 (%) ... 55 Gambar L.3.6. Jumlah Penduduk dan angkatan Kerja Kabupaten

Nunukan Tahun 2008-2012 ... 56 Gambar L.3.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat

Pengangguran Terbuka Kabupaten Nunukan Tahun

2008-2012 (%) ... 57 Gambar L.3.8. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Nunukan Tahun

2012 Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan (%) ... 58 Gambar L.3.9. Rata-Rata Kebutuhan Hidup Layak dan Upah Minimum

Kabupaten Nunukan Tahun 2007-2012 ... 59 Gambar L.3.10. Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Nunukan tahun

2012 ... 60 Gambar L.3.11. Jumlah Sekolah di Kabupaten Nunukan Tahun 2012 ... 61 Gambar L.3.12. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Nunukan Tahun

2012 ... 62 Gambar L.3.13. PDRB Kabupaten Nunukan Tahun 2008-2012 (Dalam Juta

Rupiah) ... 63 Gambar L.3.14. Struktur Perekonomian Kabupaten Nunukan Tahun 2004,

2006, 2009, dan 2012 Berdasarkan Lapangan Usaha (%) ... 64 Gambar L.3.15. Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Nunukan

Tahun 2010-2012 ... 67 Gambar L.3.16. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kabupaten Nunukan Tahun 2008-2012 (Dalam Juta Rp,

HB) ... 68 Gambar L.3.17. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Kabupaten Nunukan

(9)

Gambar L.3.18. Realisasi Pendapatan Kabupaten Nunukan Tahun 2012

(Dalam Juta Rupiah) ... 70

Gambar L.3.19. Realisasi Belanja Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah) ... 71

Gambar L.4.1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013... 77

Gambar L.4.2. Persentase Pekerja dan TPAK di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 78

Gambar L.4.3. Persentase Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 79

Gambar L.4.4. Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 80

Gambar L.4.5. Nilai APK dan APM Sekolah di Kabupaten Tana Tidung, 2009 – 2013 ... 81

Gambar L.4.6. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 82

Gambar L.4.7. Persentase Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 83

Gambar L.4.8. Realisasi APBD Kabupaten Tana Tidung (Milyar Rupiah), 2009-2013 ... 85

Gambar L.4.9. PDRB Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan (Juta Rupiah), 2009-2013 ... 86

Gambar L.4.10. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 87

Gambar L.4.11. Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Tana Tidung, 2009-2013 ... 88

Gambar L.4.12. Produksi Sayur Mayur (Ton), 2011-2013 ... 90

Gambar L.4.13. Produksi buah-buahan (ton), 2011-2013 ... 90

Gambar L.4.14. Banyaknya rumah tangga perikanan, 2011-2013 ... 92

Gambar L.4.15. Jalan Menuju Kecamatan Sesayap Hilir... 102

Gambar L.4.16. Dermaga di Kabupaten Tana Tidung ... 102

Gambar L.5.1 Kepadatan Penduduk Kota Tarakan, 2008 – 2013 ... 104

Gambar L.5.2. Angka Beban Ketergantungan Kota Tarakan, 2008 – 2013 .... 105

Gambar L.5.3. Perbandingan Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Terbuka di Kota Tarakan, 2008 – 2013 ... 106

Gambar L.5.4. Angka Melek Huruf Penduduk Kota Tarakan, 2008 – 2012.... 107

Gambar L.5.5. Angka Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kota Tarakan, 2008 – 2012 ... 108

Gambar L.5.6. Rasio Murid – Kelas Kota Tarakan, 2008 – 2012 ... 109

Gambar L.5.7. Rasio Murid – Guru Kota Tarakan, 2008 – 2012 ... 109

Gambar L.5.8. Angka Partisipasi Kasar Kota Tarakan, Tahun 2008 – 2012 .... 110

Gambar L.5.9. Angka Partisipasi Murni Kota Tarakan, Tahun 2008 – 2012 ... 110

Gambar L.5.10. Angka Harapan Hidup Masyarakat Kota Tarakan, 2008 – 2012 ... 111

Gambar L.5.11. PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan, 2009 – 2013... 112

(10)

Gambar L.5.12. Struktur PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku,

2013 ... 113 Gambar L.5.13. Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan, 2009 – 2013 ... 114 Gambar L.5.14. Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Kota Tarakan,

2009 – 2013 ... 115 Gambar L.5.15. Pendapatan per Kapita Masyarakat Kota Tarakan, 2009 –

2013 ... 116 Gambar L.5.16. Tingkat Kemiskinan Kota Tarakan, 2009 – 2013 ... 116 Gambar L.5.17. Indeks Gini Kota Tarakan, 2009 – 2013 ... 117 Gambar L.5.18. Rerata Pengeluaran Masyarakat Kota Tarakan, 2009 – 2012. 118 Gambar L.5.19. Tingkat Inflasi Kota Tarakan, 2009 – 2013 ... 118 Gambar L.5.20. Kuantitas Produksi Perikanan Kota Tarakan Tanpa Rumput

Laut, 2009 – 2013 ... 119 Gambar L.5.21. Jumlah Nelayan dan Pembudidaya yang Beroperasi di

Kota Tarakan, 2009 – 2013... 120 Gambar L.5.22. Produktivitas Nelayan dan Pembudidaya Kota Tarakan,

2009 – 2013 ... 121 Gambar L.5.23. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Industri Kota Tarakan,

2008 – 2012 ... 122 Gambar L.5.24. Distribusi Unit Usaha Industri di Kota Tarakan Berdasarkan

Skala Usaha, 2012... 122 Gambar L.5.25. Distribusi Tenaga Kerja Antar Industri Berdasarkan Skala

Usahanya, 2012 ... 123 Gambar L.5.26. Persentase Penduduk Kota Tarakan yang Telah Mengakses

Layanan Air Bersih, 2010 – 2013 ... 124 Gambar L.5.27. Persentase Jalan Raya Berkualitas Baik di Kota Tarakan,

2008 – 2013 ... 125 Gambar L2.1. Kerangka Pikir Penelitian secara Umum ... 133 Gambar L2.2. Kerangka Pikir Penelitian Rinci ... 135

(11)

LAMPIRAN 1

LAPORAN SURVEY KABUPATEN-KOTA DI

KALIMANTAN UTARA

L1. KABUPATEN BULUNGAN

L.1.1. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 tercatat sebesar 122.985 jiwa yang tersebar ke dalam 10 (sepuluh) kecamatan. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bulungan adalah sebesar 11,75 jiwa/km2. Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, Kabupaten Bulungan memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 116,75 yang berarti terdapat 116 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan (Gambar L.1.1).

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L1.1.

Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Berdasarkan Jenis Kelamin Periode 2008-2013

(12)

Gambar L.1.1. memperlihatkan perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Bulungan sepanjang periode 2008-2013 berdasarkan jenis kelamin. Sepanjang periode tersebut, jumlah penduduk Kabupaten Bulungan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Kabupaten Bulungan memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan. Tren ini terus bertahan sepanjang kurun waktu di atas (Gambar L.1.2.)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode 2008-2013 (%)

Meskipun jumlah penduduk Kabupaten Bulungan terus mengalami kenaikan sepanjang periode 2008-2013, namun laju pertumbuhan penduduk di kabupaten tersebut cenderung mengalami tren yang fluktuatif. Pada 2009 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulungan sebesar 1.51%. Angka ini mengalami penurunan cukup tajam pada 2010 menjadi 0.21% sebelum kemudian melesat naik ke level 3.79% pada 2011. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulungan kemudian mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir ke level 3.01% pada 2012 dan 1.96% pada 2013.

(13)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode 2008-2013 (jiwa/km2)

Mengingat Kabupaten Bulungan terus mengalami kenaikan jumlah penduduk meskipun dengan tingkat laju pertumbuhan yang fluktuatif, maka tidak mengherankan apabila tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan juga cenderung meningkat selama enam tahun terakhir. Kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan meningkat perlahan dari level 8.31 jiwa/km2 pada 2008 hingga mencapai level 11.75 jiwa/km2 pada 2013. Jika dilihat lebih jauh, peningkatan cukup drastis terjadi pada periode 2012-2013 dimana tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan melonjak dari level 9.15 jiwa/ km2 menjadi 11.75 jiwa/ km2 dalam satu tahun (Gambar L.1.3).

(14)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.4. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut KecamatanTahun 2013

Jika dilihat dari sebaran jumlah penduduk Kabupaten Bulungan berdasarkan kecamatan seperti pada Gambar L1.4, maka lebih dari sepertiga penduduk Kabupaten Bulungan tinggal di Kecamatan Tanjung Selor (37%). Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk cukup banyak adalah Tanjung Palas (11%), Tanjung Palas Timur (10%), dan Bunyu (9%). Sementara itu, Kecamatan Peso dan Peso Hilir hanya menampung masing-masing sekitar 3% dari seluruh penduduk Kabupaten Bulungan.

L.1.2. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan komponen penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Statistik menunjukkan pada 2013 jumlah angkatan kerja Kabupaten Bulungan sebanyak 52.361 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 47.685 jiwa merupakan penduduk yang sudah bekerja, sedangkan 4.676 jiwa masih mencari pekerjaan (Gambar L.1.5).

Gambar L.1.5. memperlihatkan perkembangan jumlah angkatan kerja Kabupaten Bulungan selama periode 2010-2013. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bulungan sempat mengalami peningkatan dari sebanyak 51.784 jiwa pada 2010 menjadi 54.606

(15)

Bulungan turun menjadi sebanyak 54.106 jiwa pada 2012 dan 52.361 jiwa pada 2013.

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.5. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013

Selama periode 2010-2013 rasio jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan terhadap jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bulungan secara umum terus mengalami penurunan (Gambar L.1.6). Pada 2010, tingkat pengangguran di Kabupaten Bulungan mencapai level 9.12%. Angka ini kemudian turun pada dua tahun berikutnya menjadi sebesar 9.04% pada 2011 dan 8.90% pada 2012. Pada 2013 tingkat pengangguran di Kabupaten Bulungan naik sedikit menjadi sebesar 8.93%.

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.6. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas

(16)

Lebih jauh, Gambar L.1.7. menggambarkan distribusi penduduk Kabupaten Bulungan yang berusia 15 tahun ke atas berdasarkan kegiatan utama pada tahun 2013. Dari total 84.766 jiwa penduduk berusia 15 tahun ke atas, sebanyak 47.685 jiwa merupakan penduduk yang mempunyai kegiatan utama bekerja. Sebanyak 20.133 jiwa penduduk memiliki kegiatan utama mengurus rumah tangga, sedangkan 8.690 jiwa merupakan pelajar. Sebanyak 4.676 jiwa penduduk berusia 15 tahun ke atas masih menganggur sementara 3.622 jiwa memiliki kegiatan lain sebagai kegiatan utama.

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.7. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Periode 2010-2013

Selanjutnya, lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bulungan adalah sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, perikanan, dan perburuan). Pada 2013 sektor ini mempekerjaan sekitar 33,6 persen dari total tenaga kerja di Kabupaten Bulungan. Sektor berikutnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja berurutan adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (17,2 persen); sektor pertambangan dan penggalian (15,2 persen); dan

(17)

L.1.3. Pendidikan

Kabupaten Bulungan telah memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap untuk seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pada 2013 jumlah SD di Kabupaten Bulungan adalah sebanyak 133 unit, SMP sebanyak 56 unit, SMA dan SMK sebanyak 17 unit, dan perguruan tinggi sebanyak 2 unit (Tabel L.1.1).

Tabel L.1.1. Sarana Pendidikan di Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013

Jenjang 2010 2011 2012 2013 SD 130 131 133 133 SMP 48 51 50 56 SMA 16 15 15 16 SMK 5 5 5 5 Perguruan Tinggi 2 2 2 2

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.8. Rasio Murid-Guru Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013

Rasio murid-guru untuk jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA tidak mengalami perubahan berarti selama empat tahun terakhir kecuali untuk SMK.

(18)

murid. Rasio murid-guru SMK di Kabupaten Bulungan selalu naik dalam dua tahun terakhir. Pada 2011, seorang guru SMK menangani 10 orang murid. Pada 2012, murid yang harus ditangani bertambah menjadi 11 orang. Pada 2013, seorang guru SMK bertanggung jawab terhadap 13 orang murid (Gambar L.1.8).

Tabel L.1.1. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013

Jenjang APK APM

2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013

SD 115.37 114.25 104.52 113.32 95.34 94.67 92.31 96.55

SMP 87.70 87.40 96.48 86.09 75.50 67.92 65.82 72.45

SMA 64.40 82.25 97.37 66.87 48.40 64.33 72.09 57.25

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk berbagai jenjang pendidikan di Kabupaten Bulungan cukup fluktuatif sepanjang periode 2010-2013. Untuk jenjang SD, APK di Kabupaten Bulungan mengalami penurunan sepanjang 2010-2012, namun kemudian mengalami kenaikan pada 2013. Sebaliknya, APK untuk jenjang SMA mengalami kenaikan sejak 2010 sampai 2012, namun beranjak turun kembali pada 2013. Sejalan dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Bulungan juga mengalami fluktuasi sepanjang periode 2010-2013. Pada 2013, APM untuk jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berturut-turut adalah 96,55; 72,45; dan 57,25 (Tabel L.1.1).

L.1.4. Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Bulungan cukup lengkap, namun jumlahnya masih terbatas. Tabel di atas menunjukkan perkembangan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Bulungan sepanjang periode 2009-2013. Hanya terdapat 1 (satu) rumah sakit untuk melayani penduduk di seluruh wilayah Kabupaten Bulungan. Jumlah ini tidak berubah sejak tahun 2009. Begitu pula dengan rumah bersalin yang hanya bertambah dari sebanyak 1 (satu) unit menjadi 2 (dua) unit pada 2012. Sebaliknya, terdapat penambahan yang cukup berarti pada jumlah puskesmas, posyandu, dan balai pengobatan swasta sepanjang periode 2009-2013. Dalam lima tahun terakhir, jumlah puskesmas bertambah dari sebanyak 58 unit menjadi 64 unit, posyandu bertambah dari 157 unit menjadi 174 unit, dan balai pengobatan swasta

(19)

Tabel L.1.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bulungan Periode 2009-2013 Fasilitas Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013 Rumah Sakit 1 1 1 1 1 Puskesmas 58 63 63 64 64 Posyandu 157 159 159 170 174

Balai Pengobatan Swasta 3 3 6 7 7

Rumah Bersalin 1 1 1 2 2

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Tabel L.1.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Tempat Tidur Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bulungan Periode 2009-2013

Fasilitas & Tenaga Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013

Tenaga Kesehatan 477 558 552 670 978

Tempat Tidur Rumah Sakit 130 120 119 115 126

Tempat Tidur Puskesmas 35 40 40 53 53

Tempat Tidur Rumah Bersalin 6 6 6 12 12

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Dari sisi tenaga kesehatan, sepanjang periode 2009-2013, terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bulungan bertambah hampir dua kali lipat dari sebanyak 477 tenaga kesehatan pada 2009 menjadi sebanyak 978 tenaga kesehatan pada 2013. Jumlah tempat tidur di rumah sakit Kabupaten Bulungan cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Di lain pihak, jumlah tempat tidur di puskesmas dan posyandu sepanjang 2009-2013 bertambah masing-masing sejumlah 18 dan 6 unit (Tabel L.1.3).

L.1.5. Agama

Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk di wilayah Kabupaten Bulungan, diikuti dengan Kristen dan Katolik. Sekitar 73 persen penduduk Kabupaten Bulungan beragama Islam (kurang lebih 112.924 jiwa), sementara penduduk beragama Kristen dan Katolik masing-masing adalah sebesar 21 persen (kurang lebih 32.613 jiwa) dan 6 persen (kurang lebih 9.212 jiwa). Hindu, Budha, dan agama lain hanya dianut oleh kurang dari 1 (satu) persen penduduk Kabupaten Bulungan (Gambar L.1.9).

(20)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut Agama Periode 2009-2013

L.1.6. Pertumbuhan Ekonomi

Kecuali Kota Tarakan, struktur perekonomian kabupaten-kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara kebanyakan didominasi oleh sektor-sektor yang berbasis sumber daya alam (SDA), khususnya sektor pertanian dan pertambangan. Pada 2013, PDRB Kabupaten Bulungan adalah sebesar 3,231 triliun rupiah (harga berlaku). Dari angka tersebut, lebih dari separuhnya disumbang oleh nilai tambah yang berasal dari sektor berbasis SDA, yaitu sektor pertambangan dan pertanian.

(21)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.10. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013 (%)

Gambar L.1.10 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan sepanjang periode 2010-2013. Dari gambar terlihat bahwa Kabupaten Bulungan mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif selama kurun waktu empat tahun terakhir. Pada 2010, ekonomi Kabupaten Bulungan tumbuh 7,23%. Tahun berikutnya, perekonomian Kabupaten Bulungan hanya tumbuh sebesar 5.81%. Pada 2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan melesat ke level 9.48% sebelum kemudian kembali melambat menjadi hanya 6.80% pada 2013.

Pada 2010 PDRB Kabupaten Bulungan mencapai Rp. 1,098 triliun menurut harga konstan. Angka ini terus naik dari tahun ke tahun menjadi sebesar 1,164 triliun rupiah pada 2011, 1,273 triliun rupiah pada 2012, dan 1,340 triliun rupiah pada 2013 (Gambar L.1.11).

(22)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.11. PDRB Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013 (Dalam Juta Rp, HK 2000)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.12. Kontribusi Menurut Lapangan Usaha Periode 2010-2013 (Dalam %, HK 2000)

(23)

L.1.7. Keuangan Daerah

Realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 mencapai Rp 1,656 triliun. Pendapatan ini berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Pendapatan Daerah Lain-lain yang Sah. Sementara itu, realisasi belanja daerah Kabupaten Bulungan pada 2013 mencapai Rp 1,605 triliun yang dibagi ke dalam belanja langsung dan tidak langsung. Di samping itu, pada 2013 terdapat pembiayaan daerah sebesar Rp 1,455 triliun, Postur APBD Kabupaten Bulungan pada 2013 secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar L.1.13.

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.13. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2013

Jika ditelaah lebih jauh sebagaimana Gambar L1.13, pendapatan daerah Kabupaten Bulungan sebagian besar berasal dari dana perimbangan. Porsi dana perimbangan dalam realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bulungan tahun 2013 mencapai 77 persen. Sekitar 17 persen pendapatan daerah disumbang oleh pendapatan lain daerah yang sah, di dalamnya termasuk dana bagi hasil pajak dari provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lain. Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya menyumbang sekitar 6 persen dari total pendapatan daerah Kabupaten Bulungan pada 2013.

Dari sisi belanja daerah, sebagian besar anggaran belanja daerah Kabupaten Bulungan dialokasikan untuk belanja langsung. Anggaran belanja langsung, yang

(24)

sekitar 63 persen dari total anggaran belanja daerah. Sementara itu, belanja tidak langsung hanya menyumbang sekitar 37 persen dari total anggaran belanja daerah Kabupaten Bulungan di 2013.

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.14. Surplus/Defisit APBD Kabupaten Bulungan 2013

Pada tahun 2010, APBD Kabupaten Bulungan sempat mengalami defisit sebesar Rp 9,78 miliar. Namun, sejak tahun 2011 Kabupaten Bulungan selalu mengalami surplus anggaran. Pada 2011, APBD Kabupaten Bulungan surplus Rp 274,86 miliar. Angka ini meningkat menjadi Rp 579,92 miliar pada 2012. Kemudian pada 2013 APBD Kabupaten Bulungan kembali surplus sebesar Rp 50,79 miliar (Gambar L.1.14).

L.1.8. Konsumsi dan Kemiskinan

Pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk Kabupaten Bulungan secara umum terus mengalami peningkatan sepanjang periode 2010-2013, Pada 2010, angka pengeluaran rata-rata perkapita per bulan adalah sebesar Rp 629.252 yang kemudian sedikit mengalami kenaikan pada 2011 menjadi sebesar Rp 688.205. Pada 2012, angka ini meningkat signifikan menjadi Rp 993.131 sebelum kemudian turun sedikit menjadi Rp 974.339 pada 2013. Turunnya angka pengeluaran rata-rata perkapita per bulan pada 2013 ini disebabkan oleh penurunan pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan mengingat angka pengeluaran penduduk

(25)

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.15. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Kabupaten Bulungan Menurut Daerah Periode 2010-2013

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.16. Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kabupaten Bulungan Periode 2009-2012

Garis kemiskinan Kabupaten Bulungan terus mengalami peningkatan sepanjang periode 2009-2012. Pada 2009, garis kemiskinan Kabupaten Bulungan adalah sebesar Rp 229.979. Angka ini meningkat menjadi sebesar Rp 302.225 pada 2013. Namun demikian, naiknya garis kemiskinan ini tidak diikuti oleh kenaikan jumlah penduduk

(26)

kemiskinan justru turun drastis sepanjang periode yang sama, khususnya pada tahun 2012. Jika pada 2009 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bulungan mencapai 16.500 jiwa, maka pada 2012 jumlah tersebut turun menjadi sebesar 14.300 jiwa (Gambar L.1.16).

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Gambar L.1.17. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bulungan Periode 2009-2013

L.1.9. Penjabaran Sektoral

Dalam pemaparan ini, potensi daerah Kabupaten Bulungan yang akan dibahas adalah potensi yang sesuai dengan sektor-sektor unggulan dalam visi Kabupaten Bulungan, yakni pertanian,industri pengolahan, serta agrobisnis.

Tabel L.1.4. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Padi di Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013

2010 2011 2012 2013

Luas Tanam (Ha)

- Padi Sawah 9656 11893 12002 9737

- Padi Ladang 9582 9595 6481 6059

Luas Panen (Ha)

- Padi Sawah 9565 8656 12642 12691

- Padi Ladang 9582 11468 9132 7102

Produksi (Ton)

- Padi Sawah 39696 36119 53602 53810

- Padi Ladang 21416 25631 20410 15866

(27)

Tabel L.1.4 memperlihatkan kondisi luas tanam, luas panen, serta produksi padi, baik padi sawah maupun padi ladang, di Kabupaten Bulungan sepanjang 2010-2013. Bila dicermati, luas tanam padi sawah sejatinya sempat mengalami kenaikan sejak 2010 sampai dengan 2012. Namun pada 2013, luas tanam padi sawah di Kabupaten Bulungan kembali ke angka di sekitar 2010. Sementara untuk luas tanam padi ladang, ada kecenderungan terjadinya penurunan luas tanam sepanjang 2010 sampai dengan 2013. Namun demikian, meskipun luas tanam padi sawah kembali turun pada 2013, luas panen justru terus naik sejak 2010. Sayangnya hal serupa tidak terjadi pada luas panen padi ladang yang terus menurun sejak 2011. Terus meningkatnya luas panen padi sawah di Kabupaten Bulungan berpengaruh besar terhadap produksi padi sawah yang juga terus meningkat. Pada 2013, total produksi padi sawah di Kabupaten Bulungan mencapai angka 53.810 ton. Di lain pihak, semakin turunnya luas panen padi ladang sejak 2011 juga diiringi dengan turunnya produksi padi ladang di Kabupaten Bulungan pada periode yang sama.

Tabel L.1.5. Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013 Jenis Buah 2010 2011 2012 2013 Rambutan 2413 2843.6 3412.3 7967.7 Duku 2072.7 na 1404.1 3589.8 Jeruk Siam 3298.5 3692 4077.4 3286.9 Durian 3116.4 1276.9 1196.6 5240 Nangka 2385.6 2864.4 3019.2 3920

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Salah satu visi Kabupaten Bulungan adalah menjadi kawasan agroindustri utama melalui pengembangan sentra pertanian, industri pengolahan, dan agrobisnis. Industri pengolahan yang dapat dikembangkan oleh Kabupaten Bulungan salah satunya adalah industri pengolahan buah-buahan yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Bulungan. Tabel diatas memperlihatkan perkembangan produksi buah-buahan di Kabupaten Bulungan sepanjang periode 2010-2013. Berdasarkan tabel L.1.5, produksi rambutan dan nangka sejak 2010 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sementara produksi buah lain cenderung fluktuatif.

(28)

Tabel L.1.6. Produksi Perikanan di Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013 (dalam ton)

Jenis Perikanan 2010 2011 2012 2013 Perikanan Tangkap 873,1 4767,4 3206,5 3308,8 - Perairan Laut 726,1 4150 3012 3033 - Perairan Umum 147 617,4 194,5 270,8 Perikanan Budidaya 3288,9 3502,72 3718,98 3764 - Tambak 3276,8 3487,45 3693,85 3735 - Kolam 12,1 15,27 25,13 29,47

Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah

Tabel L.1.6 memperlihatkan produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya, di Kabupaten Bulungan sepanjang 2010-2013. Produksi perikanan di subsektor perikanan tangkap pernah mencapai angka 4.767,4 ton pada tahun 2011, yang terdiri dari 4.150 ton di perairan laut dan 617,4 di perairan umum. Namun dalam dua tahun terakhir, produksi perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Bulungan tidak mampu mencapai level yang dicapai pada tahun 2011. Produksi pada 2012 hanya sekitar 3.206,5 ton sedangkan pada 2013 naik sedikit menjadi 3.308,8 ton.

Sebaliknya, peningkatan produksi justru terjadi di subsektor perikanan budidaya. Sejak 2010, produksi perikanan budidaya terus mengalami kenaikan baik untuk perikanan budidaya di tambak maupun kolam. Pada tahun 2010, produksi perikanan budidaya adalah sebesar 3.288,9 ton, terdiri dari 3.276,8 ton budidaya tambak dan 12,1 ton budidaya kolam. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 3.764 ton pada tahun 2013, terdiri dari 3.735 ton produksi perikanan budidaya di tambak dan 29,47 ton budidaya di kolam.

L.1.10. Hasil Observasi Lapangan

Untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh dari BPS, tim peneliti melakukan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan. Tim peneliti melakukan wawancara dan FGD terhadap dinas di lingkungan Pemda Kabupaten Bulungan dan tokoh masyarakat. Instansi pemda yang

(29)

Energi, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pertanian, serta Dinas Kehutanan.

Pertambangan dan Energi

Kabupaten Bulungan memiliki potensi pertambangan meliputi minyak bumi, gas alam, dan batubara. Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bulungan di sektor pertambangan adalah ketersediaan infrastruktur. Di subsektor pertambangan batubara misalnya, mengingat Kabupaten Bulungan tidak memiliki pelabuhan ekspor batubara sendiri maka produksi batubara Bulungan harus diekspor melalui Tarakan terlebih dahulu. Sayangnya, transportasi dari Bulungan ke Tarakan hanya bisa melalui jalur sungai dan laut.

Untuk mengatasi kendala ini, Pemerintah Kabupaten Bulungan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tarakan berencana membangun Jembatan Bulan (Bulungan-Tarakan) yang menghubungkan Bulungan dengan Tarakan via enam (6) sampai sepuluh (10) jembatan yang akan melalui pulau-pulau kecil. Selain mengatasi persoalan konektivitas antardaerah, Jembatan Bulan diharapkan dapat menjadi katalis pembangunan di pulau-pulau yang dilaluinya. Namun demikian, rencana pembangunan Jembatan Bulan ini masih menghadapi beberapa isu, antara lain soal regulasi dan pendanaan antara pihak swasta dengan pemerintah.

Di subsektor pertambangan minyak dan gas, data BPS menunjukkan adanya peningkatan produksi sejak 2010. Gas dari Kecamatan Bunyu telah dialirkan ke Tarakan. Harapan ke depan, gas tersebut dapat juga dialirkan sampai ke Bulungan sehingga masyarakat Kabupaten Bulungan dapat menikmatinya.

Di sektor energi, Pemerintah Kabupaten Bulungan berencana membangun PLTA memanfaatkan aliran Sungai Kayan. Meskipun pembangunan PLTA Sungai Kayan berkapasitas 6.080 MW ini masih menghadapi kendala regulasi terkait kehutanan, namun Pemerintah Kabupaten Bulungan optimis PLTA ini dapat terbangun.

Selanjutnya, ada ketertarikan Pemerintah Kabupaten Bulungan untuk membangun PLTU memanfaatkan potensi batubara yang ada di wilayah Bulungan sendiri. Namun, pihak Bappeda menyarankan untuk fokus ke pembangunan PLTA Sungai Kayan mengingat PLTU pada dasarnya memanfaatkan sumber daya yang

(30)

tidak terbarukan, yaitu batubara.

Perikanan dan Kelautan

Sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Bulungan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut mengingat kabupaten ini memiliki wilayah pesisir yang cukup luas. Data BPS menunjukkan bahwa produksi perikanan di Bulungan cukup berimbang antara perikanan tangkap dan budidaya. Sentra produksi perikanan di Kabupaten Bulungan berada di Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Tanjung Palas Timur, dan Sekatak.

Di subsektor perikanan tangkap, komoditas unggulan Bulungan adalah udang windu dan udang putih. Ada beberapa kendala terkait subsektor perikanan tangkap, khususnya udang di Bulungan. Saat ini penangkapan udang dirasa sudah berlebihan karena penggunaan troll mini yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan. Selain itu, nelayan yang menangkap ikan atau udang di wilayah perairan Bulungan sebagian besar berasal dari Tarakan sehingga produksinya tidak tercatat di Bulungan. Kondisi ini diperparah dengan tidak berfungsinya cold storage di Bulungan sehingga udang yang ditangkap di perairan Bulungan harus langsung dibawa ke Tarakan sehingga akan tercatat sebagai hasil laut Tarakan. Udang ini nantinya akan diekspor melalui Surabaya. Kendala terakhir adalah terkait regulasi KBK (Kawasan Budidaya Kehutanan) dimana ditetapkan bahwa menangkap udang di KBK adalah ilegal sehingga tidak jarang negara luar tidak mau menerima udang hasil tangkapan perikanan dari perairan Bulungan.

Di subsektor perikanan budidaya, komoditas yang paling banyak dibudidayakan di Bulungan adalah udang dan bandeng untuk budidaya air asin. Sementara untuk budidaya air tawar, komoditas yang dibudidayakan adalah patin dan lele. Selain itu, terdapat juga budidaya rumput laut yang banyak terdapat di daerah Tanjung Karis, Sekatak, dan Bunyu.

Serupa dengan perikanan tangkap, subsektor perikanan budidaya di Bulungan juga didominasi pengusaha asal Tarakan mengingat tambak udang dan rumput laut yang ada kebanyakan dimiliki oleh penduduk Tarakan. Di samping itu, isu regulasi juga muncul mengingat tambak kebanyakan berada di KBK. Regulasi terkait KBK bukan domain dari Pemda sehingga menghambat kebijakan pengembangan

(31)

diharapkan bisa mengoptimalkan tambak yang berada di kawasan KBNK (Kawasan Budidaya Non Kehutanan). Budidaya rumput laut di Tanjung Palas Timur juga terkendala status kawasan yang merupakan kawasan konservasi

Isu ini sudah coba dicarikan jalan keluarnya, antara lain dengan skema: (1) tukar guling (swap antara wilayah KBK yang sudah terlanjur ada penangkapan atau tambak udang dengan wilayah lain yang belum tergarap); (2) pinjam pakai dimana Pemda meminjam wilayah KBK untuk pengembangan budidaya atau penangkapan udang. Saat ini sedang disusun rencana implementasi dibantu dengan WWF. Selain itu, ada pula ketertarikan dari WWF untuk membantu memfasilitasi pengembangan tambak udang ramah lingkungan di KBK (sertifikasi).

Sejatinya masih banyak potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Bulungan yang belum tergali. Sebagai contoh, pemanfaatan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) masih belum optimal karena kurangnya informasi mengenai potensi perikanan di kawasan tersebut. Selain itu, ada juga potensi pengembangan tambak udang di daerah Tanah Kuning. Jika dikembangkan dengan konsep budidaya ramah lingkungan maka terbuka peluang ekspor udang ke Eropa. Kemudian, ada potensi budidaya ikan nila untuk melengkapi pengembangan kawasan minapolitan di Tanjung Palas Timur.

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang rencananya menjadi penopang perekonomian Kabupaten Bulungan sesuai dengan visi daerah sebagai pusat agrobisnis dan agroindustri. Sesuai dengan MP3EI yang ditetapkan pemerintah pusat, terdapat rencana pengembangan Food Estate wilayah Bulungan. Food Estate ditetapkan di 3 kecamatan, yaitu Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Tengah, dan Tanjung Palas Timur. Saat ini sudah ada 20 ha kawasan block plan di Tanjung Buka. Namun sayangnya masih menghadapi kendala tidak tersedianya transportasi darat. Diharapkan nantinya komposisi tenaga kerja di Food Estate adalah 50% penduduk lokal; 50% transmigran. Pokja terkait rencana ini sudah dibentuk namun akselerasinya masih kurang.

Selain Food Estate, terdapat pula rencana pengembangan Kawasan Hortikultura di sepanjang Sungai Kayan yang sudah ditetapkan Pemda. Rencana ini

(32)

kawasan yang padat penduduk sehingga dampak ekonominya lebih besar.

Kelapa sawit memiliki potensi untuk dikembangkan di Bulungan, khususnya di Kecamatan Tanjung Palas dan Sekatak. Kendala utama yang dihadapi adalah infrastruktur jalan yang sebagian besar dalam kondisi rusak. Saat ini terdapat 4 perusahaan yang sedang mengajukan izin pembangunan pabrik pengolah sawit di Bulungan. Pengembangan sawit sejalan dengan fokus pembangunan Kaltara dan Bulungan di sektor agrobisnis dan agroindustri.

Di sektor kehutanan, sering terlihat tiap bulan pontoon berisi kayu dari hulu melalui sungai Kayan. Terlepas dari legalitas hasil hutan tersebut, hal ini membuktikan adanya potensi sektor kehutanan di Bulungan yang bisa dikembangkan lebih lanjut.

Industri dan Perdagangan

Kabupaten Bulungan memiliki harapan untuk menjadi sentra agrobisnis dan agroindustri di Kaltara. Keinginan yang tercantum dalam visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bulungan ini didasarkan pada adanya potensi untuk mengembangkan industri berbasis pertanian dan perkebunan di wilayah Bulungan. Dengan adanya rencana pembangunan PLTA Sungai Kayan, diharapkan nantinya dapat membantu mendorong pengembangan industri di Bulungan.

Di sektor industri pengolahan misalnya, terdapat potensi untuk mengembangkan industri pengolahan dan pengalengan buah untuk menampung produksi buah-buahan yang seringkali melimpah sesuai dengan musimnya. Meskipun demikian, ada kekhawatiran bahwa melimpahnya buah-buahan di Bulungan bukan karena banyaknya pasokan dari pedalaman namun lebih karena sedikitnya konsumsi sehingga terkesan melimpah. Jangan sampai membangun industri namun nantinya ada masalah kekurangan bahan baku. Di samping itu, perlu ada koordinasi antar kabupaten untuk saling bertukar informasi mengenai harga-harga di tingkat produsen. Selain buah, komoditas yang dapat dikembangkan lebih lanjut melalui industri pengolahan adalah ikan dan udang beku, dimana produk ini sekarang sudah mampu mencapai pasar Jepang.

(33)

kerja sampingan. Koperasi di Kabupaten Bulungan berkembang cukup baik. Meskipun ada penurunan jumlah koperasi dari sejumlah 37 unit pada 2012 menjadi 11 unit pada 2013, namun turunnya angka ini lebih disebabkan oleh berhenti beroperasinya koperasi-koperasi yang kurang sehat, sehingga koperasi yang bertahan merupakan koperasi yang benar-benar bagus kinerjanya. Koperasi Ikhtiar Mahabah misalnya, telah mampu memproduksi air mineral dalam kemasan untuk melayani pasar di dalam Bulungan sendiri. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan koperasi dan industri rumahan adalah sumber daya manusia serta biaya produksi yang tinggi. Masih perlu adanya pelatihan-pelatihan khususnya terkait pencatatan keuangan sehingga nantinya dapat mempermudah dalam pengajuan kredit. Selain itu, tingginya harga bahan pokok di Bulungan juga berdampak pada tingginya biaya produksi.

Sosial dan Tenaga Kerja

Sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, di Bulungan mendapat perhatian tinggi. Saat ini sudah ada Universitas Kaltara serta STIE Tanjung Selor yang menyediakan pendidikan tinggi di wilayah Kabupaten Bulungan. Ke depan, pengembangan pendidikan lebih baik difokuskan ke pendidikan kejuruan khususnya bidang pertanian dan pertambangan dengan membangun Politeknik. Selain itu, Pemda juga berencana menghidupkan kembali BLK serta mengadakan pelatihan-pelatihan.

Di sektor ketenagakerjaan, kondisi sekarang Bulungan masih butuh banyak tenaga kerja dari luar daerah untuk menunjang pembangunan. Keterampilan seperti tukang bangunan masih belum dikuasai penduduk asli Bulungan dengan baik sehingga keberadaan tenaga kerja dari luar daerah sangat diperlukan.

Transmigrasi menjadi salah satu faktor penting yang mendorong pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Bulungan. Transmigran di Kabupaten Bulungan menyumbang kurang lebih 25 persen dari penduduk. Kantong-kantong transmigran di Bulungan tersebar di 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tanjung Selor, Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Timur, Tanjung Palas Tengah, dan Sekatak.

Konflik sosial antara penduduk lokal dengan pendatang dapat dikatakan minimal. Ketegangan akibat isu SARA tidak ada, namun memang ada kesenjangan ekonomi

(34)

ke depan.

L.2. KABUPATEN MALINAU

L.2.1. Aspek Demografis

Jumlah penduduk di Kabupaten Malinau mengalami fluktuasi selama periode 2008-2012. Pada tahun 2012 Kabupaten Malinau memiliki total penduduk 68.845 jiwa yang tersebar di 12 (duabelas) kecamatan dan persebarannya sangat tidak merata. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Malinau sebesar 1,68 jiwa/km2. Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, Kabupaten Malinau memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 116,43. Yang berarti ada 116 lebih penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan (Gambar L.2.1).

Gambar L.2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Berdasarkan Jenis Kelamin Perionde 2008-2012

Gambar L.2.1 memperlihatkan perubahan jumlah penduduk Kabupaten Malinau selama periode 2008-2012 berdasarkan jenis kelamin. Selama periode tersebut, terjadi penurunan dan peningkatan. Peningkatan terjadi dari tahun 2008 ke 2009 dari 66.023 jiwa menjadi 70.717 jiwa dan 2010 ke 2011 dari 62.580 jiwa menjadi 77.641 jiwa. Sedangkan penurunan terjadi dari tahun 2009 ke 2010 dari 70.717 jiwa menjadi 62.580 jiwa dan 2011 ke 2012 dari 77.641 jiwa menjadi 66.845 jiwa. Dilihat dari jenis

(35)

Gambar L.2.2. Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Malinau Periode 2008-2012

Sebagian besar penduduk Kabupaten Malinau berjenis kelamin laki-laki, dari 12 (duabelas) kecamatan yang ada, proporsi penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini dapat dilihat dari rasio jenis kelamin pada Gambar L.2.2 yang seluruh rasionya dari tahun 2008-2012 menunjukan diatas angka 100, ini menunjukan ada lebih dari 100 penduduk laki-laki disetiap 100 penduduk perempuan. Secara rata-rata selama periode tersebut, rasio di Kecamatan Kayan Hilir merupakan yang tertinggi yaitu 123,46. Sedangkan rata-rata selama periode tersebut yang terendah rasio dari Kecamatan Mentarang yang nyaris stagnan dari tahun ke tahun yaitu sebesar 108,63.

Gambar L.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malinau 2009-2012 (%)

(36)

Penurunan laju penduduk terjadi pada tahun 2010, jumlah penduduk turun 11,51%. Pada tahun 2011, jumlah penduduk naik 24,07% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah penduduk turun 13,91% (Gambar L.2.3).

Gambar L.2.4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Malinau Periode 2009-2012 (jiwa/km2)

Dari Gambar L.2.4 terlihat kepadatan penduduk Kabupaten Malinau mengalami fluktuasi selama periode 2008-2012. Penurunan kepadatan penduduk terjadi pada tahun 2010 (turun menjadi 1,57 dari 1,78) dan 2012 (turun menjadi 1,68 dari 1,95) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan peningkatan kepadatan terjadi pada tahun 2009 (naik menjadi 1,78 dari 1,55) dan 2011 (naik menjadi 1,95 dari 1,57). Kecamatan Malinau Kota memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 168,85 orang/km2 (2012) dibandingkan kepadatan penduduk di kecamatan yang lain. Sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kayan Hilir 0,12 orang/km2 (2012).

(37)

Gambar L.2.5. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Menurut Kecamatan Tahun 2013

Apabila dilihat persebaran jumlah penduduk Kabupaten Malinau berdasarkan kecamatan (Gambar L.2.5), lebih dari 30% penduduk Kabupaten Malinau tinggal di Kecamatan Malinau Kota. Kecamatan berkutnya yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamata Malinau Utara (16,06%), Malinau Barat (13,26%) dan Malinau Selatan (12,44%). Sedangkan 3 (tiga) kecamatan dengan persentase penduduk terendah adalah Kecamatan Kayan Hilir (2,21%), Bahan Hulu (2,37%) dan Pujungan (2,64%).

L.2.2. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi dalam hal ini berarti pemenuhan kebutuhan hidup, sedangkan dimensi sosial berhubungan dengan penghargaan akan kemampuan seseorang. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam pembangunan perekonomian suatu wilayah. Pada tahun 2012, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Malinau sebesar 33.099 jiwa, terdiri dari 30.045 jiwa yang bekerja dan 3.054 jiwa yang belum bekerja.

(38)

Gambar L.2.6. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Malinau Periode 2010-2012

Gambar L.2.6 menunjukan perkembangan jumlah angkatan kerja di Kabupaten Malinau periode 2010-2013. Jumlah angkatan kerja di Malinau sempat mengalami penurunan yaitu pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, jumlah angkatan kerja mencapai 30.685 jiwa, turun dari tahun sebelumnya yang besarnya 30.711 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah angkatan kerja naik dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 33.099 jiwa.

(39)

dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 10,18%. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah penganguran naik cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Naik dari 3,88% pada tahun 2010 menjadi 10,18% `pada tahun 2011.

Gambar L.2.8. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2013

Gambar L.2.8 menggambarkan distribusi penduduk Kabupaten Bulungan yang berusia 15 tahun ke atas berdasarkan kegiatan utama pada tahun 2013. Dari total 45.185 jiwa penduduk berusia diatas 15 tahun, sebanyak 30.045 jiwa merupakan penduduk yang mempunyai kegiatan utama bekerja. Sebanyak 3.054 jiwa masih menganggur. Sedangkan 12.086 jiwa merupakan bukan angkatan kerja, didalamnya termasuk yang mengurus rumah tangga, pelajar dan yang memiliki kegiatan lainnya.

Gambar L.2.9. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2012

(40)

Pada tahun 2012, sektor Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan merupakan sektor dengan tenaga kerja paling besar atau sekitar 39,12%. Disusul sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 35% dan sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sebsar 10,49%. Sedangkan sektor dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit diantaranya sektor Industri Pengolahan sebesar 1,47% (Gambar L.2.9).

Gambar L.2.10. Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode 2011-2013

Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Malinau semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, terdapat 33 orang dari tingkat SD yang mencari kerja, naik dari 11 orang tahun 2012. Sementara untuk tingkat SLTP/SMP, ada 87 orang di tahun 2013 yang tercatat mencari pekerjaan, naik dari tahun sebelumnya yang berjumlah 21. Untuk tingkat pendidikan SLTA/SMA, terdapat 577 orang yang mencari pekerjaan pada tahun 2013, naik dari 147 orang di tahun 2012. Sementara untuk tingkat pendidikan diploma I/II terdapat 871 orang yang mencari pekerjaan pada tahun 2013, naik dari 37 orang pada tahun 2012 yang berjumlah 37 orang. Untuk tingkat sarjana/D IV keatas terdapat 822 orang yang mencari pekerjaan pada tahun 2013, naik dari 9 orang pada tahun 2012 (Gambar L.2.10).

(41)

Gambar L.2.11. Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode 2011-2013

Pada tahun 2013, terdapat 37 permintaan tenaga kerja yang terdaftar untuk pendidikan tingkat SD. Terdapat 65 permintaan untuk tingkat pendidikan SLTP/SMP, 144 permintaan untuk tingkat pendidikan SLTA/sederajat. Sedangkan untuk tingkat diploma I/II terdapat 84 permintaan, dan 80 permintaan untuk tingkat pendidikan sarjana/D IV keatas (Gambar L.2.11).

L.2.3. Sosial dan Budaya

Keberhasilan proses pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM), kualitas SDM tersebut ditentukan oleh kualitas dari pendidikan yang diperoleh. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari adanya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan diantaranya meliputi sekolah dan guru. Bila dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya, ada penambahan sekolah untuk SD, SMP dan SMA dan penurunan untuk TK tahun 2013. Jumlah guru secara keseluruhan juga mengalami peningkatan.

(42)

Gambar L.2.12. Sarana Pendidikan di Kabupaten Malinau Periode 2009-2013

Sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Malinau meliputi TK, SD, SMP dan SMA serta sebuah politeknik. Pada tahun 2013, terdapat 22 buah TK di Kabupaten Malinau, turun dari 25 buah di tahun sebelumnya. Untuk SD terdapat 92 buah pada tahun 2013, naik dari 91 buah di tahun sebelumnya. Untuk SMP, terdapat 27 buah sekolah pada tahun 2013, naik dari 26 buah di tahun sebelumnya. Sedangkan untuk SMA, terdapat 20 sekolah di tahun 2013, naik dari 17 buah di tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah Perguruan/Politeknik stagnan (Tabel L.2.12).

(43)

Rasio murid-guru untuk tingkat pendidikan TK tahun 2013 sebesar 8,16, rasio ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya 7,28. Sementara untuk rasio murid-guru tinkat SD sebesar 15,09 pada tahun 2013, naik dari 10,66 dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio murid-guru SMP pada tahun 2013 sebesar 12,98 , naik dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 7,87. Sedangkan untuk rasio murid-guru tingkat SMA, rasio pada tahun 2013 sebesar 9,96, naik dibandingkan tahun sebelumnya 7,23 (Gambar L.2.13)

Gambar L.2.14 Jumlah Mahasiswa di Kabupaten Malinau

Jumlah mahasiswa di Kabupaten Malinau fluktuatif selama periode 2009-2013. Pada tahun 2009, jumlah mahasiswa Politeknik Malinau sebanyak 579 mahasiswa, pada tahun 2010 naik menjadi 908. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah mahasiswa mengalami penurunan, masing-masing menjadi 765 mahasiswa dan 546 mahasiswa. Pada tahun 2013 jumlah mahasiswa kembali naik menjadi 672 mahasiswa (Gambar L.2.14).

L.2.4. Kesehatan

Kesehatan yang baik merupakan modal bagi suatu bangsa untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Penyediaan berbagai fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan penyuluhan kesehatan merupakan contoh usaha dalam peningkatan kesehatan masyarakat.

(44)

Tabel L.2.1. Sarana dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Malinau Periode 2009-2013

Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Rumah Sakit 1 1 1 1 2

Tempat tidur rumah sakit 62 62 100 114 141

Jumlah Tenaga Kesehatan 258 374 440 725 727

Pada tahun 2013, jumlah rumah sakit di Kabupaten Malinau sebanyak 2 unit, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 1 unit. Sementara itu, untuk jumlah tempat tidur di rumah sakit bertambah cukup banyak setelah bertambahnya jumlah rumah sakit, pada tahun 2013 terdapat 141 unit tempat tidur rumah sakit, naik dari 114 unit di tahun sebelumnya. Sedangkan untuk jumlah tenaga kesehatan, pada tahun 2013 tercatat ada 727 tenaga kesehatan di Kabupaten Malinau, naik dari 725 tenaga kesehatan di tahun sebelumnya (Tabel L.2.1).

Gambar L.2.15. Jumlah Sarana Puskesmas dan Posyandu

Selama periode 2008-2012, terjadi fluktuasi untuk sarana Posyandu di Kabupaten Malinau, namun tidak dengan sarana Puskesmas. Perubahan jumlah Posyandu di Kabupaten Malinau selama periode 2008-2012 tidak banyak. Untuk Puskesmas sendiri, peningkatan terjadi dari 2008-2009 yang bertambah 1 unit Puskesmas menjadi 13 unit, kemudian pada 2010 berjumlah 14 unit Puskesmas.

(45)

Gambar L.2.16. Jumlah Apotek, Toko Obat dan Gudang Farmasi Kabupaten Malinau 2008-2013

Di Kabupaten Malinau terdapat sejumlah apotik, toko obat dan gudang farmasi, jumlahnya tidak terlalu fluktuatif. Pada tahun 2008 dan 2009 memiliki jumlah yang sama untuk ketiganya, Apotik 1 unit, Toko Obat 8 unit dan Gudang Farmasi 1 unit. Pada tahun 2010 Apotek dan Gudang Farmasi sama dengan tahun sebelumnya kecuali Toko Obat yang bertambah menjadi 9 unit. Pada tahun 2011, Apotek menjadi 2 unit, Toko Obat dan Gudang Farmasi sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, Apotek juga bertambah menjadi 3 unit, lainnya sama (Gambar L.2.16).

Gambar L.2.17. Jumlah Bayi Lahir Hidup, Lahir Mati, Bayi Mati dan Balita Mati di Kabupaten Malinau 2008-2012

(46)

Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Malinau pada tahun 2008 mencapai 1.394 jiwa, pada tahun 2009 jumlahnya 876 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 jumlah bayi lahir hidup meningkat menjadi 1.445 dan 1.613, pada tahun 2012 jumlah bayi lahir mnecapai 1.421 jiwa. Jumlah lahir mati dari tahun 2008-2012 fluktuatif namun relatif meningkat, jumlah hanya turun di tahun 2010 apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah bayi mati fluktuatif selama periode tersebut, jumlah bayi mati paling fluktuatuf terjadi pada tahun 2009 sebanyak 17 kasus. Sementara itu, jumlah balita mati meningkat setelah tahun 2009 sampai 2012 (Gambar L.2.17).

Gambar L.2.18. Banyaknya Peserta KB Aktif Berdasarkan Metode Kontrasepsi di Kabupaten Malinau, 2012

Sebagian besar peserta KB aktif menggunakan pil dan suntikan dalam program KB. Hal ini dapat terlihat dari grafik di atas, lebih dari 90% menggunakan kedua metode tersebut (Gambar L.2.18).

L.2.5 Agama

Kabupaten Malinau memiliki penduduk dengan berbagai macam agama, ada Protestan, Islam, Katolik, Budha dan Hindu. Mayoritas penduduk Kabupaten Malinau beragama Protestan. Pada tahun 2013, tercatat 47.965 jiwa penduduk Kabupaten Malinau yang beragama Protestan, naik dari tahun sebelumnya yang berjumlah 46.080 jiwa. Islam merupakan agama ke-2 terbanyak yang dianut penduduk

(47)

memeluk agama Islam, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlahnya 26.080 jiwa. Pada tahun 2013, pemeluk agama Katolik di Kabupaten Malinau sebesar 6.608 jiwa, naik dari tahun 2012 yang berjumlah 6.441. Untuk pemeluk agama Budha, ada 293 jiwa pada tahun 2013, menurun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 305 jiwa. Sedangkan pemeluk agama Hindu ada 84 jiwa pada tahun 2013, naik dari tahun sebelumnya yang jumlahnya 75 jiwa (Gambar L.2.19).

Gambar L.2.19. Agama Penduduk Kabupaten Malinau Periode 2009-2013

L.2.6. Ekonomi

Struktur perekonomian Kabupaten Malinau masih bertumpu pada sektor Sumber Daya Alam (SDA), khususnya pertambangan dan pertanian. Pada tahun 2013, PDRB Kabupaten Malinau sebesar 3,27 triliun rupiah (harga berlaku). Dari angka tersebut, 50,99% disumbang dari sektor Pertambangan dan Penggalian dan 12,34 % dari sektor Pertanian.

(48)

Gambar L.2.20. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malinau Periode 2008-2012

Gambar L.2.20 menggambarkan pertumbuhan Kabupaten Malinau sepanjang periode 2008-2012. Dari gambar terlihat bahwa Kabupaten Malinau mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif selama periode tersebut. Pada tahun 2008, ekonomi Kabupaten Malinau tumbuh 8,03%. Pada tahun 2009 dan 2010, ekonomi masing-masing tumbuh 8,95% dan dan 14,27%. Sedangkan di tahun 2011 dan 2012 ekonomi Kabupaten Malinau tumbuh 11,89% dan 12,05%.

Gambar L.2.21. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau 2009-2013 (Dalam Juta Rp. HB)

(49)

Pada Gambar L.2.21 menggambarkan PDRB Kabupaten Malinau tahun 2009 mencapai 1,563 triliun rupiah menurut harga berlaku. Peningkatan nilai PDRB terus berlanjut dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB mencapai 2,021 triliun rupiah, tahun 2011 mencapai 2,618 triliun. Sedangkan tahun 2012 dan 2013 nilai PDRB Kabupaten Malinau masing-masing 2,771 triliun rupiah dan 3,270 triliun rupiah.

Pada Gambar L.2.22 menggambarkan PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Malinau Menurut Harga Berlaku periode 2009-2013, sektor Pertambangan, Pertanian dan Jasa masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Kabupaten. Tiga sektor tersebut menyumbang lebih dari setengah nilai PDRB selama periode 2009-2013. Pada tahun 2009, sektor Pertambangan menyumbang 28,87% sedangkan sektor Pertanian menyumbang 21,44% dari total PDRB, proporsi terbesar ke-3 ditempati oleh sektor Jasa dengan proporsi 18,36%. Pada tahun 2010, proporsi sektor Pertambangan meningkat menjadi 37,61% disusul sektor Pertanian yang menyumbang 18,92% dan sektor Jasa 15,75%. Untuk tahun 2011, proporsi sektor Pertambangan di PDRB Kabupaten Malinau meningkat menjadi 45,78% disusul sektor Pertanian 15,40% dan sektor Jasa 13,61%. Di tahun 2012, proporsi sektor Pertambangan menurun menjadi 42,91% dan sektor Pertanian 14,05% dan sektor Jasa 14,65%. Di tahun 2013, proporsi sektor Pertambangan mencapai 50,99% sedangkan sektor Pertanian mencapai 12,34% dan sektor Jasa 12,21%.

Gambar L.2.22. PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha Periode 2009-2013 (Dalam Persen, HB)

(50)

Gambar L.2.23. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau 2009-2013 (Dalam Juta Rp., HK 2000)

Pada tahun 2013, PDRB Kabupaten Malinau sebesar Rp. 936,311 miliar (Konstan 2000). Angka tersebut tumbuh sebesar 7,65% dari PDRB tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2010 PDRB Kabupaten Malinau masing-masing sebesar Rp.869,792 miliar dan Rp.776,251 miliar atau tumbuh 12,05% dan 11,89%. Pada tahun 2009, jumlah PDRB Kabupaten Malinau mencapai 608 miliar rupiah (Gambar L.2.23).

Gambar L.2.24. PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha Periode 2009-2013 (Dalam Persen, HK 2000)

(51)

Untuk PDRB Kabupaten Malinau menurut lapangan usaha apabila dihitung dengan Harga Konstan 2000, sektor yang menjadi penyumbang terbesar adalah Pertambangan, Pertanian dan Bangunan dan Konstruksi. Ketiga sektor itu selama periode 2009-2013 memiliki proporsi terbesar dalam PDRB Kabupaten Malinau. Pada tahun 2013, sektor Pertambangan menyumbang 40,84%, Bangunan dan konstruksi 21,41% dan Pertanian 15,65%. Pada tahun 2012, sektor Pertambangan menyumbang 37,79%, Bangunan dan Konstruksi 21,17% dan Pertanian 17,24%. Pada tahun 2011, sektor Pertambangan menyumbang 32,98%, Bangunan dan Konstruksi 21,76% dan Pertanian 20,73% (Gambar L.2.24).

L.2.7. Keuangan dan Harga

Realisasi penerimaan daerah Kabupaten Malinau pada 2012 sebesar 1,783 triliun rupiah. Komponen penyumbang terbesar dari Dana Perimbangan yang mencapai 85,05% atau sebesar 1,517 triliun rupiah lebih. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Daerah Lain-lain yang sah masing-masing sebesar 6,3% atau 112,426 miliar rupiah dan 8,65% atau 154,402 miliar rupiah. Realisasi penerimaan di tahun 2012 tumbuh 8,33% dari tahun 2011 (1.647 triliun rupiah). Sedangkan untuk tahun 2011, reaslisasi penerimaannya tumbuh 40% dari tahun sebelumnya. Kenaikan drastis ini porsi utama disumbang Pendapatan Daerah Lain-lain yang melonjak 166,01% menjadi 193 miliar rupiah, Dana Perimbangan 33,57% menjadi 1.362 triliun dan Pendapatan asli daerah yang naik 10,39% menjadi 91,486 miliar rupiah. Tahun 2010, realisasi penerimaan tumbuh 9,07% dari tahun sebelumnya menjadi 1,175 triliun rupiah (Gambar L.2.25).

Gambar L.2.25. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan 2009-2012 (dalam Juta Rupiah)

(52)

Gambar L.2.26. Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran 2009-2012 (dalam Juta Rupiah)

Gambar L.2.26 memperlihatkan Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran selama periode 2009-2012. Pada tahun 2009, total realisasi pengeluaran Kabupaten Malinau sebesar 946 miliar rupiah, pengeluaran ini terdiri dari 594 miliar rupiah untuk belanja langsung dan 351 miliar rupiah untuk belanja tidak langsung. Pada tahun 2010, total pengeluaran mencapai 1,315 triliun rupiah, yang terdiri dari 818 miliar untuk belanja tidak langsung dan 497 untuk belanja langsung. Pada tahun 2011, terjadi penurunan pengeluaran, dengan total 1,073 triliun yang terdiri dari 677 miliar untuk belanja tidak langsung dan 395 miliar untuk belanja langsung. Sementara untuk tahun 2012 realisasi pengeluaran Kabupaten Malinau mencapai 1,543 triliun rupiah, yang terdiri dari 1,011 triliun untuk belanja tidak langsung dan 531 miliar untuk belanja tidak langsung.

Gambar

Gambar L.1.7. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas   Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Periode 2010-2013
Tabel L.1.1. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni  Kabupaten Bulungan Periode 2010-2013
Tabel L.1.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Tempat Tidur Fasilitas Kesehatan  Kabupaten Bulungan Periode 2009-2013
Gambar L.1.15. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Kabupaten Bulungan  Menurut Daerah Periode 2010-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mempunyai status pekerjaan sebagai wiraswasta. 2) Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa

Ruang lingkup pela!anan kusta adalah pela!anan di dalam gedung dan luar gedung .Pelaksanaan pela!anan kusta di jaringan Puskesmas Industri di sesuaikan dengan saran aprasarana

Jika perusahaan pertama tersebut melakukan sesuatu yang mengecewakan konsumen atau jika pesaing mulai menawarkan nilai yang jauh lebih baik, risikonya adalah bahwa konsumen

Hal ini diperkuat dengan kepuasan kader kelompok intervensi dalam menggunakan SMS gateway dan anggapan dari mayoritas kader bahwa SMS gateway pelaporan ibu hamil

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa sustainability report tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hasil yang sama ditunjukkan pula oleh variabel kinerja lingkungan