• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser memiliki peran yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi Sumatera Utara dan NAD khususnya serta Indonesia pada umumnya. Nilai pembangunan yang strategis tersebut karena Taman Nasional Gunung Leuser merupakan modal yang alami dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

Kekayaan Taman Nasional Gunung Leuser baik berupa produk-produk kayu maupun bukan kayu setiap saat merupakan daya tarik yang bernilai komersial yang dapat diperdagangkan baik secara lokal maupun internasionl. Untuk menjaga kelestariannya kawasan penyangga merupakan kawasan yang dapat mempertemukan kepentingan kelestarian dan keperluan masyarakat. Di kawasan penyangga TNGL wilayah Dusun Pamah Semelir produk bukan kayu dan kayu yang terinventarisasi adalah sebanyak 1.127 rumpun tanaman yang terdiri atas 122 jenis tanaman, sedangkan kayu komersil yang terdiri atas kelas I, II, III, IV dan V sebayak 22 jenis.

Untuk membangun dan mengembangkan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai sumber pembiayaan diperoleh dari beberapa sumber diantaranya dari APBN, Anggaran Rutin, Bantuan World Bank dan Provisi Suberdaya Hutan (PSDH). Setiap tahun besarnya biaya yang dialokasikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu rata-rata 84 persen. Pembiayaan ini bersumber dari APBN, total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.589.816.485. Sedangkan dana bantuan luar negeri yaitu dari World Bank selama

10 tahun rata-rata mengalami kenaikan yang sangat besar dengan jumlah bantuan sebesar Rp. 1.276.362.093. Bantuan dana PSDH secara keseluruhan menunjukan kenaikan rata-rata 65,175 persen dengan nilai bantuan Rp. 427.118.000. Dengan kenaikan bantuan dana yang dikeluarkan oleh sumber-sumber tersebut berarti TNGL memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, penilaian ini dilihat dari tujuan besarnya manfaat yang akan dihasilkan oleh TNGL secara keseluruhan.

Untuk menjaga kawasan TNGL dari ancaman pengrusakan yang dilakukan oleh penduduk maupun pemegang HPH maka pengembangan kawasan ini memerlukan pengamanan yang intensif. Pengamanan yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengamanan dengan pembangunan bangunan fisik, pengamanan dengan mempertinggi intensitas operasi dan pengamanan dengan cara menanami dengan pohon-pohon kayu keras (komersial).

Keserasian yang alamiah bagi seluruh kekayaan flora maupun fauna di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser membangun suatu ekosistem yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan. Manfaat tersebut secara langsung dan tidak langsung juga berguna bagi kesejahteraan umat manusia. Hal tersebut terlihat dari manfaat cadangan air yang disumbangkan oleh kawasan Taman Nasional Gunung Leuser khususnya bagi penduduk Garuggung yaitu suply air sebanyak sembilan meter kubik per sepuluh menit atau dalam nilai rupiah sebesar Rp. 2.592.000 perhari. Selain itu penduduk sekitar kawasan dapat bertambah kesejahteraannya karena kawasan Taman Nasional Gunung Leuser menjadi salah satu objek wisata yang sudah dikunjungi oleh wisatawan domestik dan wisatawan manca negara. Setiap tahun jumlah pengunjung yang datang ke daerah ini terus meningkat. Manfaat lainnya yang dihasilkan dari kawasan Taman Nasional

Gunung Leuser ini adalah produk-produk bukan kayu yang mempunyai arti dan nilai komersil di masa depan karena kelangkaannya. Dengan pembudidayaan produk-produk bukan kayu penduduk mempertinggi kesejahteraan ekonomi sosialnya.

Pemeliharaan kawasan penyangga mutlak diperlukan agar lingkungan di sekitarnya dapat diusahakan secara maksimal. Terjadinya gangguan atau pengrusakan di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser akan mengganggu keseimbangan ekosistem alamnya. Terjadinya tanah longsor seperti yang dialami oleh penduduk Pamah Semelir dapat dinilai dampak kerugian yang dirasakan secara kuantitatif. Penilaian ini mempunyai makna bahwa kawasan penyangga TNGL mempunyai nilai perlindungan. Beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam menilai dampak kerugian dari rusaknya perlindungan kawasan yaitu Rehabilitation Cost dan pendekatan Value of Lost Production. Kerugian produksi dapat diukur dengan membandingkan antara sebelum terjadi kerusakan kawasan dengan setelah terjadi kerusakan. Sebelum terjadi bencana longsor di Dusun Pamah Semelir mempunyai beberapa sektor yang berproduksi yaitu sawah produktif seluas 40 hektar dengan hasil 160 ton per tahun, huller rice

dengan kapasitas giling pertahun sebesar 64 ton, produk dedak padi pertahun sebanyak 5.120 kg, kolam ikan dengan kapasitas produk 800 kg pertahun, generator listrik tenaga air menerangi 40 KK dengan nilai sewa per bulan Rp. 2.000. Dengan rusaknya kawasan TNGL di Dusun Pamah Semelir yaitu terjadinya longsor yang menutup sebagian permukaan sawah produktif dan penurunan kedalaman air (terjadi pendangkalan), akibatnya bagi produksi ialah produksi padi menjadi 136 ton pertahun, kapasitas giling huller rice menjadi 27,2

ton, jumlah dedak padi yang dihasilkan pertahun menjadi 2.176 kg, produksi kolam ikan menjadi nol dan kemampuan generator berkurang dari 12 jam menjadi 6 jam. Jika dihitung dengan nilai rupiah maka kerugian produksi sebesar Rp. 8.230.000. Sedangkan kerugian dengan perhitungan rehabilitation cost sebesar Rp. 2.100.000. Sehingga total kerugian menjadi Rp. 10.330.000.

Keselamatan kawasan lindung TNGL terutama kawasan penyangga sangat tergantung pada besarnya kesadaran masyarakat terhadap arti penting keberadaan TNGL bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu diperlukan usaha yang berkesinambungan dari setiap periode kegiatan penyuluhan masyarakat sekitar maupun masyarakat pelajar yang ada pada tiga wilayah yang bersentuhan dengan TNGL. Produk-produk bukan kayu terdapat di kawasan TNGL memiliki nilai ekonomi yang paling tinggi, dan diperkirakan akan berkelanjutan ke masa depan, terutama tanaman-tanaman yang dikelompokkan pada tanaman hias (ornamental) maupun tanaman lain termasuk bambu dan enau. Terhadap jenis-jenis tanaman tersebut diperlukan penyuluhan yang mendalam tentang teknik pembudidayaan. Hal ini sangat penting agar perburuan tanaman hutan dapat dihindari sekaligus akan terjadi diversifikasi usaha di kalangan penduduk. Sedangkan tanaman hutan yang telah dikenal dalam perdagangan lokal seperti bambu, enau dan lain-lain perlu dilakukan peremajaan yang intensif agar mata pencaharian penduduk tidak hilang dan bila perlu diperkenalkan teknik pengelolaan yang lebih modern.

Analisis ekonomi manfaat dan biaya adalah dengan mengitung Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit/Cost (Net B/C) yang dilakukan dengan suku bunga (tingkat diskonto) pasar (18 persen) menunjukkan bahwa pengusahaan kawasan penyangga TNGL tidak layak untuk

dijalankan. Dengan memberikan subsidi suku bunga sehingga tingkat diskonto turun menjadi 10 persen, hal tersebut menjadi layak untuk dijalankan. Akan tetapi pengusahaan tersebut cukup riskan karena hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa penurunan nilai manfaat bukan kayu sebesar 20 persen dapat menyebabkan kegiatan tersebut menjadi tidak layak. Kelayakan baru akan terjaga dengan baik (risiko terkelola dengan baik), walaupun terjadi penurunan nilai manfaat bukan kayu 20 persen dan/atau kenaikan biaya operasional 20 persen, apabila subsidi suku bunga diberikan 11 persen (sehingga tingkat diskonto 7 persen).

Sejalan dengan hasil analisis manfaat-biaya, matrik analisis kebijakan menunjukkkan bahwa pengelolaan TNGL kurang kompetitif karena keuntungan finansialnya yang negatif. Namun pengelolaan tersebut efisien secara ekonomi, dimana untuk memperoleh tambahan satu rupiah output diperlukan tambahan biaya faktor domestik atau non-tradable lebih kecil dari satu rupiah. Temuan lain menunjukkan adanya kebijakan yang menyebabkan berkurangnya surplus produsen di mana kebijakan pemerintah menyebabkan pengelola mengeluarkan biaya lebih besar dari pada biaya imbangan pengelolaannya (opportunity cost). Hal ini mengindikasikan pentingnya dipastikan bahwa kebijakan pemerintah hendaklah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, sehingga pelaksanaannya jangan sampai menimbulkan inefisiensi. Untuk itu, partisipasi masyarakat sangat diperlukan sejak penentuan kegiatan hingga pengelolaan serta pemantauan pelaksanaan kegiatan, sehingga kawasan penyangga TNGL di satu sisi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan di sisi lain menopang kelestarian TNGL.

9.2. Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Pengembangan kawasan penyangga (buffer zone) sebagai kawasan yang

diharapkan dapat berfungsi ganda yaitu fungsi melindungi Taman Nasional Gunung Leuser serta fungsi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian potensi secara karakter yang khas dari komoditi-komoditi yang tumbuh di masing- masing wilayah penyangga.

2. Taman Nasional Gunung Leuser Dusun Pamah Semelir masih sangat kaya

dengan produk-produk bukan kayu yang asli sebagai tumbuhan hutan primer. Melihat keaslian yang sedemikian rupa dan para wisatawan manca negara mulai mengenal daerah tersebut maka perlu dipertimbangkan agar kawasan ini dijadikan sebagai kawasan hutan wisata baru.

3. Ancaman keasrian seluruh kawasan Taman Nasional Gunung Leuser pada

dasarnya tidak saja bersumber dari masyarakat sekitar kawasan lindung tetapi kerusakan tersebut juga disebabkan oleh banyaknya program pembangunan fisik yang terjadi di dalam wilayah TNGL. Program pembangunan tersebut diantaranya pembuatan jalan tembus antara Tanah Karo hingga Desa Garunggung (Langkat), jalan antara Blang Kejeren sampai Banda Aceh dengan adanya pembangunan jalan tersebut telah mengundang berdirinya bangunan rumah oleh penduduk. Oleh karena itulah kiranya perlu dipertimbangkan kembali bangunan yang bersifat fisik di

dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Demikian pula usaha pengembangan proyek pabrik semen di Bahorok dapat dihentikan.

4. Selain itu untuk menjaga kesinambungan ekosistem secara alamiah

penduduk kawasan penyangga TNGL juga perlu diarahkan pada pengusahaan kawasan yang bertumpu pada penanaman tanaman hutan rakyat. Hal ini berdasarkan pertimbangan tingginya kebutuhan kayu di masa yang akan datang. Dari setiap hektar lahan penyangga yang ditanami tanaman pohon setidak-tidaknya akan menerima hasil 300-400 meter kubik.

5. Untuk menjamin pemeliharaan pohon yang ditanami tersebut kepada

penduduk diberikan kejelasan hak pemilikan (penguasaan) lahan yang sesuai dengan siklus timber 35 tahun. Setelah 35 tahun perjanjian pengusahaan lahan dapat ditinjau kembali. Dengan adanya kejelasan dari lembaga pemilikan ini masyarakat secara aktif turut memelihara keasrian kawasan lindung Taman Nasional Gunung Leuser.

6. Mengingat masih seringnya pengambilan kekayaan hasil hutan serta

penebangan kayu komersil di kawasan ini maka untuk menjaga pencurian dan penebangan yang merusak kawasan Taman Nasional Gunung Leuser diperlukan ketegasan pelaksanaan peraturan secara tegas.

7. Diperlukan adanya pembenahan dalam sistem pengelolaan TNGL serta

peningkatan partisipasi masyarakat dalam merumuskan berbagai kegiatan hingga pemantauan pelaksanaan kegiatan, sehingga kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pengelola menjadi lebih tepat sasaran, kualitas pelayanan dapat ditingkatkan, dan berbagai kemungkinan inefisiensi dapat ditekan. Peningkatan partisipasi masyarakat tersebut pada gilirannya akan

meningkatkan manfaat ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat dan pemerintah serta perlindungan kelestarian TNGL.

8. Hasil analisis PAM menunjukkan bahwa manfaat privat (private benefits) dari upaya konservasi lebih rendah dari manfaat publik (public benefits). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian insentif sangat diperlukan, terutama berkaitan dengan upaya-upaya konservasi dalam pengelolaan SDA dan lingkungan yang lebih baik. Sejalan dengan hasil analisis manfaat-biaya, insentif juga hendaknya diberikan dalam bentuk subsidi suku bunga. Pemberian subsidi suku bunga ini disarankan khusus untuk pengembangan usaha masyarakat terhadap komoditas-komoditas bukan kayu yang menopang kelestarian TNGL.

9. Kebijakan Pemerintah (Pusat), yang antara lain menetapkan ”harga karcis” masuk ke TNGL jauh di bawah yang semestinya sebagai akibat gagalnya pengelola dalam memperhitungkan eksternalitas positif, merugikan pengelola serta masyarakat sekitar TNGL. Oleh karena itu, maka perlu dicari alternatif lain untuk meningkatkan pendapatan pengelolaan TNGL guna menjamin bahwa kualitas pengelolaan kelestarian ekosistem sebagai fungsi utama kawasan konservasi dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Salah satu alternatif yang dalam dekade terakhir banyak dikembangkan oleh negara-negara di Amerika Latin dan menunjukkan keberhasilan adalah peningkatan partisipasi masyarakat penerima manfaat upaya-upaya konservasi dalam membiayai upaya-upaya tersebut melalui skema pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services - PES).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. and R.P. Martini. 2000. Agricultural Policy Analysis inPakistan: Ilustration in The Use of The Policy Analysisi Matrix. Lahore University of Management Sciences. Lahore.

Alikodra, H. S. 1985. Peranan Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Bagi Masyarakat Sekitarnya. Makalah Penunjang dalam Rangka HAPKA Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Allan, R. 1981. Economics Resources An Economics Approach to Natural Resources And Environment Policy, Grid Publishing Inc. by the John

Hopkins University Press. New York.

Anwar, A. 1991. Pembangunan Pertanian Yang Berkelanjutan di Indonesia. Makalah Dalam Seminar Pengembangan Wilayah Dalam Era Pembangunan Jangka Panjang tahap II. Jakarta .

_______. 1993. Analisis Ekonomi Biaya-biaya Transaksi. Makalah Ceramah Umum. Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______. 1997. Organisasi Ekonomi: Konsep Pilihan Aktivitas Ekonomi melalui Kelembagaan Pasar atau Organisasi. Bahan Kuliah. Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______. 1998. Organisasi Ekonomi: Konsep Pilihan Aktivitas Ekonomi melalui Kelembagaan Pasar atau Organisasi. Bahan Perkuliahan Sistem Organisasi Ekonomi dan Sosial Pedesaan. Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______. 2001. Dasar-dasar Teori Agensi. Bahan Kuliah. Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Babier, B. Edward dan Timothy Swanson, 1992. Economics for the Widls. Earthscan Publication Limited. London.

Bann, C. 1998. The Economic Valuation Of Mangroves: A Manual for Researchers. Economy and Environment Program for Southeast Asia. Singapore.

Beckman, Sam. 2004. Mencari Keseimbangan Pengelolaan Interaksi Antara Masyarakat dan Kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Program ACICIS. Malang.

Castello, G.M. 1991. The Economics of Protected Area Establishment And Management ADB, Genewa.

Castillo, G.T. 1983. How Participatory, is Participatory Development: a Review of The Philippine Experience. Philippine Institute for Development Study.

Cernea, M.M. 1991. Putting People First: Sociological Variables in Rural Development. Oxford University Press. London.

Champ, P. A., Kevin J. Boyle and Thomas C. Brown. 2003. A Primer Nonmarket Valuation. Kluwer Academic Publishers. London.

Chapman, D. 2003. Management of National Parks in Developing Countries: A Proposal For An Internal Park Service. Ecological Economic Journal 46(3) 2003.

Cohen, J.M. and T. Uphoff. 1977. Rural Development Participation: Concepts and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. Cornell University. New York.

Comerford, E. and Binney, J. 2004. Choosing between incentive mechanisms for natural resource management: a practical guide for regional NRM bodies. Queensland Department of Natural Resources and Mines. Australia Government.

Departemen Kehutanan. 1999. Undang Undang Nomor 5 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan Jakarta.

________. 1998 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan.

Dixon, John A. and Paul B. Sherman, 1989. Economics of Protected Areas in Developing Countries: General Issues and Examples from Thailand. Honolulu.

Emilya. 2001. Analisis eunggulan Komparatif serta Dampak Kebijakan Pemerintah pada Pengusaha Komoditas Tanaman Pangan di Propinsi Riau. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Haab, Timothy C. and Kenneth E. McConnell. 2003. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar, Cheltenham.

Hadi, S.P. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori, dan Metode. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Harahap, M.K. 2001. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. Tesisi Magister Sians. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hougner, Cajsa. Johan Colding, Tore Soderquist. 2005. Economic Valuation of A Seed Dispersal Service in The Stockholm National Urban Park, Sweden. Ecological Economics Journal. 40 (3) 2005.

Hufschmith, Maynard M. 1983. Economics Analysis of the Environmental Impact of Development Projects. Earherson Publition Limited London in Association with the Asian Development Bank. Manila.

_________. 1987. Lingkungan Sistem Alami Dan Pembangunan Pedoman Penilaian Penilaian Ekonomis. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

James, R. 1991. The Valuation of Wetlands: Approaches, Methode And Issues. Asian Wetlands Indonesian Buereu. Jakarta.

Jhingan M. L., 1988. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Penerbit Rajawali Press. Jakarta.

Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Krutilla, John V. 1975. The Economics of Protected Areas in Valuation of Comodity and Amenity Resources for The Future Inc. by The John Hopkins University. New York.

Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik Edisi 3. BPFE. Yogyakarta. MacKinon, J., K. MacKinon, G. Child and J. Thorsell. 1993. Pengelolaan

Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Mishan, E. J. 1976. Cost-Benefit Analysis. Praeger Special Studies in International, Finance and Trade. London.

Monke, E.A. and S.R. Pearson. 1995. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development. Cornell University Press. London.

Mota, AV. 2002. Pengembangan Pengelolaan Kawasan Taman Nasional dalam Era Otonomi Daerah (Suatu Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tesisi Magister Sians. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mubyarto. 1984. Strategi Pembangunan Pedesaan. Pusat Penelitian Pembangunan

Pedesaan dan Kawasan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Nugraheni, Endang. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun). Tesis Magister Sians. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nugroho, B., Hendrayanto, Kartodihardjo, H. dan Santosa, A. 2007. Studi PES

untuk Mengembangkan Skema PES di DAS Deli, Sumatera Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah. Kerjasama penelitian ESP-USAID dan RMI. Jakarta.

Pearson, S., C. Gotsch and S. Bahri. 2004. Application of The Policy Analysis Matix in Indonesian Agriculture. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Phillips, A. 2002. Indigenous and Local Communities and Protected Area:

Rethinking The Relationship (In Local Communities Area). The World Conservation Union. Nature Bureau. London.

Regnavaldur Hannesson, 1978. Economics Fisheries, Publisher by University Foraget.

Romdhon, M.M. 2002. Analisis Kelayakan Usaha Kelembagaan Pemasaran dan SIstem Kontrak Tradisional Industri Kecil Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rosa, H., Barry, D., Kandel, S., and Dimas, L. 2003. Compensation for Environmental Services and Rural Communities: Lessons from the Americas. International Conference on Natural Assets, Tagaytay City, Philippines, January 2003.

Sembiring, Sulaiman N. 2001. Kajian Tentang Penegakan Hukum di Kawasan Taman Nasional. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Soekmadi, R. 2005. Pergeseran Paradigma Pengelolaan kawasan Konservasi. Makalah pada Workshop Tentang Penguatan Kebijakan Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya: Bogor, 11-12 Mei 2005.

Soemarwoto, O. 1983. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Soetrisno. 1982. Dasar-dasar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

________. 1950. Rencana Karya Taman Nasional Gunung Leuser Departemen Kehutanan Direktorat. Jendreal Kehutanan Direktorat Perlindungan dan Pengawasan. Jakarta.

________. 1936. Desain Engineering Taman Nasional Gunung Leuser. Direktorat Jendral Taman Nasional Kehutanan Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta.

Suhaeri. 1994. Pengembangan Kelembagaan Taman Nasional Gunung Halimun. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sustiwi, E. 1986. Desa, Masyarakat Desa dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa. Usaha Nasional. Surabaya.

Tietenberg, Tom. 2001.Environtmental Economics and Policy. Addison Wesley, Boston.

Togridou, Anatoli. Tasos Hovardas, John D. Pantis. 2005. Determinants of Visitors Willingness to Pay For The National Park of Zakynthos, Greece. Ecological Economics Journal. 44(2) 2005.

Van Beukkering, Pieter J. H., Herman S. J. Cesar and Marco A. Janssen. 2003. Economic Valuation of The Leuser National Park on Sumatra, Indonesia. Ecological Economics Journal 44(1) 2003.

Wunder, S. 2005. Payments for Environmental Services: some nuts and bolts. CIFOR Occasional Paper No. 42. Center for International Forestry Research, Bogor, Indonesia.

Lampiran 1. Perhitungan Manfaat Produk Bukan Kayu di TNGL

Komoditas Produksi (ton) Harga (Rp) Nilai

Randu 1,177 571,050 672,125,850 Rotan 18,064 571,050 10,315,447,200 Damar 319 761,400 242,886,600 Rumbia/Nipah/Sagu 2,645 951,750 2,517,378,750 Kemenyan 37 1,269,000 46,953,000 Gula Aren 870 3,807,000 3,312,090,000 Pala 8,416 8,883,000 74,759,328,000 Nilam 334 10,152,000 3,390,768,000 Kemiri 27,027 12,690,000 342,972,630,000 Kayu Manis 156 12,690,000 1,979,640,000 Madu 1 38,070,000 38,070,000 Vanila 233 63,450,000 14,783,850,000 Sarang Burung 2,209 126,900,000 280,322,100,000 Total 735,353,267,400

Lampiran 2. Perhitungan Manfaat Pariwisata terhadap TNGL

Besarnya jumlah uang yang dihabiskan oleh wisatawan domestik maupun luar negeri dalam Rupiah adalah sebagai berikut:

Wisatawan Domestik Wisatawan LN

Pengeluaran Aktual WTP Karcis Masuk WTP Sumbangan 96.029 1.105 5.657 101.925 5.364 72.195

Jumlah Wisatawan domestik adalah 63.417 orang dan wisatawan luar negeri sebanyak 5.987 dimana mengalami peningkatan sebesar 2 persen per tahun.

Lampiran 3. Perhitungan Manfaat Air di TNGL

Air yang dihasilkan per hari : 1.296.000 liter

Konsumsi air per hari : 125 liter

Harga per 125 liter : 836 Rupiah

Manfaat air per hari : 104.500 Rupiah

Lampiran 4. Analisis Manfaat-Biaya Kondisi Awal (Suku Bunga Pasar), dengan Discount Rate18 %

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. MANFAAT

1. Produk Bukan Kayu 82,603,388,895 90,772,954,830 99,750,499,813 109,615,933,860 120,457,070,176 132,370,406,787 145,461,985,480 159,848,335,693 175,657,511,750 193,030,232,693

2. Pariwisata

Wisatawan Domestik 4,314,258,510 4,488,554,554 4,669,892,158 4,858,555,801 5,054,841,455 5,259,057,050 5,471,522,955 5,692,572,482 5,922,552,411 6,161,823,528

Wisatawan Luar Negeri 432,297,322 449,762,134 467,932,524 486,836,998 506,505,213 526,968,023 548,257,531 570,407,136 593,451,584 617,427,028

3. Air 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 Total Manfaat 87,388,087,227 95,749,414,017 104,926,466,995 114,999,469,159 126,056,559,344 138,194,574,360 151,519,908,467 166,149,457,811 182,211,658,245 199,847,625,748 II. BIAYA 1. Biaya Investasi 573,046,792 215,387,138 679,182,292 680,871,969 659,392,266 11,667,120,683 7,268,501,858 1,748,506,794 764,175,600 1,580,504,911 2. Biaya Operasional 530,501,315 1,254,656,869 675,913,318 1,579,700,998 2,259,034,745 2,259,034,745 6,111,325,860 3,978,723,989 2,389,348,061 2,389,348,061 3. Pembangunan Fisik 1,276,624,328 3,828,249,889 1,891,829,909 3,362,799,588 4,598,363,098 5,015,758,641 13,272,998,615 9,557,327,005 7,293,532,536 8,683,201,749 4. Pembangunan Operasi 538,998,523 513,555,721 798,775,773 778,542,101 850,906,347 6,584,808,637 5,486,660,556 2,757,288,211 2,368,859,452 3,398,552,534

5. Biaya Program Konservasi 675,357,570,000

Total Biaya 678,276,740,958 5,811,849,617 4,045,701,292 6,401,914,656 8,367,696,456 25,526,722,706 32,139,486,890 18,041,845,999 12,815,915,648 16,051,607,255

MANFAAT BERSIH -590,888,653,731 89,937,564,400 100,880,765,703 108,597,554,503 117,688,862,888 112,667,851,654 119,380,421,577 148,107,611,811 169,395,742,597 183,796,018,494

Discount Factor (i=18%) 0.847 0.718 0.609 0.516 0.437 0.370 0.314 0.266 0.225 0.191

PV -500,753,096,382 64,591,758,403 61,399,148,466 56,013,410,481 51,442,886,616 41,735,725,704 37,476,502,807 39,402,277,081 38,191,298,563 35,116,888,294

NPV -75,383,199,966

NET B/C 0.878

Lampiran 5. Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga, Discount Rate 10%

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. MANFAAT

1. Produk Bukan Kayu 82,603,388,895 90,772,954,830 99,750,499,813 109,615,933,860 120,457,070,176 132,370,406,787 145,461,985,480 159,848,335,693 175,657,511,750 193,030,232,693

2. Pariwisata

Wisatawan Domestik 4,314,258,510 4,488,554,554 4,669,892,158 4,858,555,801 5,054,841,455 5,259,057,050 5,471,522,955 5,692,572,482 5,922,552,411 6,161,823,528

Wisatawan Luar Negeri 432,297,322 449,762,134 467,932,524 486,836,998 506,505,213 526,968,023 548,257,531 570,407,136 593,451,584 617,427,028

3. Air 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 Total Manfaat 87,388,087,227 95,749,414,017 104,926,466,995 114,999,469,159 126,056,559,344 138,194,574,360 151,519,908,467 166,149,457,811 182,211,658,245 199,847,625,748 II. BIAYA 1. Biaya Investasi 573,046,792 215,387,138 679,182,292 680,871,969 659,392,266 11,667,120,683 7,268,501,858 1,748,506,794 764,175,600 1,580,504,911 2. Biaya Operasional 530,501,315 1,254,656,869 675,913,318 1,579,700,998 2,259,034,745 2,259,034,745 6,111,325,860 3,978,723,989 2,389,348,061 2,389,348,061 3. Pembangunan Fisik 1,276,624,328 3,828,249,889 1,891,829,909 3,362,799,588 4,598,363,098 5,015,758,641 13,272,998,615 9,557,327,005 7,293,532,536 8,683,201,749 4. Pembangunan Operasi 538,998,523 513,555,721 798,775,773 778,542,101 850,906,347 6,584,808,637 5,486,660,556 2,757,288,211 2,368,859,452 3,398,552,534

5. Biaya Program Konservasi 675,357,570,000

Total Biaya 678,276,740,958 5,811,849,617 4,045,701,292 6,401,914,656 8,367,696,456 25,526,722,706 32,139,486,890 18,041,845,999 12,815,915,648 16,051,607,255

MANFAAT BERSIH -590,888,653,731 89,937,564,400 100,880,765,703 108,597,554,503 117,688,862,888 112,667,851,654 119,380,421,577 148,107,611,811 169,395,742,597 183,796,018,494

Discount Factor (i=10%) 0.909 0.826 0.751 0.683 0.621 0.564 0.513 0.467 0.424 0.386

PV -537,171,503,391 74,328,565,620 75,793,212,399 74,173,590,945 73,075,524,454 63,598,065,014 61,261,032,490 69,093,293,975 71,840,330,998 70,861,321,554

NPV 96,853,434,058

NET B/C 1.141

Lampiran 6. Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga, Discount Rate 7%

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. MANFAAT

1. Produk Bukan Kayu 82,603,388,895 90,772,954,830 99,750,499,813 109,615,933,860 120,457,070,176 132,370,406,787 145,461,985,480 159,848,335,693 175,657,511,750 193,030,232,693

2. Pariwisata

Wisatawan Domestik 4,314,258,510 4,488,554,554 4,669,892,158 4,858,555,801 5,054,841,455 5,259,057,050 5,471,522,955 5,692,572,482 5,922,552,411 6,161,823,528

Wisatawan Luar Negeri 432,297,322 449,762,134 467,932,524 486,836,998 506,505,213 526,968,023 548,257,531 570,407,136 593,451,584 617,427,028

3. Air 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 Total Manfaat 87,388,087,227 95,749,414,017 104,926,466,995 114,999,469,159 126,056,559,344 138,194,574,360 151,519,908,467 166,149,457,811 182,211,658,245 199,847,625,748 II. BIAYA 1. Biaya Investasi 573,046,792 215,387,138 679,182,292 680,871,969 659,392,266 11,667,120,683 7,268,501,858 1,748,506,794 764,175,600 1,580,504,911 2. Biaya Operasional 530,501,315 1,254,656,869 675,913,318 1,579,700,998 2,259,034,745 2,259,034,745 6,111,325,860 3,978,723,989 2,389,348,061 2,389,348,061 3. Pembangunan Fisik 1,276,624,328 3,828,249,889 1,891,829,909 3,362,799,588 4,598,363,098 5,015,758,641 13,272,998,615 9,557,327,005 7,293,532,536 8,683,201,749 4. Pembangunan Operasi 538,998,523 513,555,721 798,775,773 778,542,101 850,906,347 6,584,808,637 5,486,660,556 2,757,288,211 2,368,859,452 3,398,552,534

5. Biaya Program Konservasi 675,357,570,000

Total Biaya 678,276,740,958 5,811,849,617 4,045,701,292 6,401,914,656 8,367,696,456 25,526,722,706 32,139,486,890 18,041,845,999 12,815,915,648 16,051,607,255

MANFAAT BERSIH -590,888,653,731 89,937,564,400 100,880,765,703 108,597,554,503 117,688,862,888 112,667,851,654 119,380,421,577 148,107,611,811 169,395,742,597 183,796,018,494

Discount Factor (i=7%) 0.935 0.873 0.816 0.763 0.713 0.666 0.623 0.582 0.544 0.508

PV -552,232,386,664 78,554,951,874 82,348,754,862 82,848,554,371 83,910,532,719 75,075,346,824 74,344,126,723 86,199,978,530 92,140,060,248 93,432,575,898

NPV 196,622,495,384

NET B/C 1.275

Lampiran 7. Analisis Manfaat-Biaya Tanpa Subsidi Bunga (Discount Rate 18%) dan Manfaat Produk Bukan Kayu Turun 20%

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. MANFAAT

1. Produk Bukan Kayu 66,082,711,116 72,618,363,864 79,800,399,850 87,692,747,088 96,365,656,141 105,896,325,430 116,369,588,384 127,878,668,554 140,526,009,400 154,424,186,154

2. Pariwisata

Wisatawan Domestik 4,314,258,510 4,488,554,554 4,669,892,158 4,858,555,801 5,054,841,455 5,259,057,050 5,471,522,955 5,692,572,482 5,922,552,411 6,161,823,528

Wisatawan Luar Negeri 432,297,322 449,762,134 467,932,524 486,836,998 506,505,213 526,968,023 548,257,531 570,407,136 593,451,584 617,427,028

3. Air 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 Total Manfaat 70,867,409,448 77,594,823,051 84,976,367,032 93,076,282,387 101,965,145,309 111,720,493,003 122,427,511,371 134,179,790,672 147,080,155,895 161,241,579,210 II. BIAYA 1. Biaya Investasi 573,046,792 215,387,138 679,182,292 680,871,969 659,392,266 11,667,120,683 7,268,501,858 1,748,506,794 764,175,600 1,580,504,911 2. Biaya Operasional 530,501,315 1,254,656,869 675,913,318 1,579,700,998 2,259,034,745 2,259,034,745 6,111,325,860 3,978,723,989 2,389,348,061 2,389,348,061 3. Pembangunan Fisik 1,276,624,328 3,828,249,889 1,891,829,909 3,362,799,588 4,598,363,098 5,015,758,641 13,272,998,615 9,557,327,005 7,293,532,536 8,683,201,749 4. Pembangunan Operasi 538,998,523 513,555,721 798,775,773 778,542,101 850,906,347 6,584,808,637 5,486,660,556 2,757,288,211 2,368,859,452 3,398,552,534

5. Biaya Program Konservasi 675,357,570,000

Total Biaya 678,276,740,958 5,811,849,617 4,045,701,292 6,401,914,656 8,367,696,456 25,526,722,706 32,139,486,890 18,041,845,999 12,815,915,648 16,051,607,255

MANFAAT BERSIH -607,409,331,510 71,782,973,434 80,930,665,740 86,674,367,731 93,597,448,853 86,193,770,297 90,288,024,481 116,137,944,673 134,264,240,247 145,189,971,955

Discount Factor (i=18%) 0.847 0.718 0.609 0.516 0.437 0.370 0.314 0.266 0.225 0.191

PV -514,753,670,771 51,553,413,842 49,256,901,716 44,705,674,637 40,912,307,509 31,928,890,999 28,343,671,083 30,897,125,540 30,270,688,076 27,740,644,593

NPV -179,144,352,776

NET B/C 0.710

Lampiran 8. Analisis Manfaat-Biaya Tanpa Subsidi Bunga (Discount Rate 18%) dan Biaya Operasional Naik 20%

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. MANFAAT

1. Produk Bukan Kayu 82,603,388,895 90,772,954,830 99,750,499,813 109,615,933,860 120,457,070,176 132,370,406,787 145,461,985,480 159,848,335,693 175,657,511,750 193,030,232,693

2. Pariwisata

Wisatawan Domestik 4,314,258,510 4,488,554,554 4,669,892,158 4,858,555,801 5,054,841,455 5,259,057,050 5,471,522,955 5,692,572,482 5,922,552,411 6,161,823,528

Wisatawan Luar Negeri 432,297,322 449,762,134 467,932,524 486,836,998 506,505,213 526,968,023 548,257,531 570,407,136 593,451,584 617,427,028

3. Air 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 38,142,500 Total Manfaat 87,388,087,227 95,749,414,017 104,926,466,995 114,999,469,159 126,056,559,344 138,194,574,360 151,519,908,467 166,149,457,811 182,211,658,245 199,847,625,748 II. BIAYA 1. Biaya Investasi 573,046,792 215,387,138 679,182,292 680,871,969 659,392,266 11,667,120,683 7,268,501,858 1,748,506,794 764,175,600 1,580,504,911 2. Biaya Operasional 636,601,578 1,505,588,243 811,095,982 1,895,641,198 2,710,841,694 2,710,841,694 7,333,591,032 4,774,468,787 2,867,217,673 2,867,217,673 3. Pembangunan Fisik 1,276,624,328 3,828,249,889 1,891,829,909 3,362,799,588 4,598,363,098 5,015,758,641 13,272,998,615 9,557,327,005 7,293,532,536 8,683,201,749 4. Pembangunan Operasi 538,998,523 513,555,721 798,775,773 778,542,101 850,906,347 6,584,808,637 5,486,660,556 2,757,288,211 2,368,859,452 3,398,552,534

Dokumen terkait