• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gajahmada sebagai pemimpin Bhayangkara memiliki fisik yang kekar, kuat

dan memiliki olah kanuragan atau ilmu beladiri yang tinggi. Ciri fisik tersebut

didukung oleh kecerdasan yang menonjol. Karakter Gajahmada mencerminkan

ketegasan dan mental baja. Sangat ideal sebagai pemimpin.

Gajahmada memimpin kesatuan khusu Bhayangkara. Nama Bhayangkara

berarti kumpulan prajurit dengan kemampuan khusus yang bertugas melindungi.

Sebagai pemimpin yang disegani, Gajahmada berani mengambil resiko dengan

perhitungan yang tepat. Gajahmada adalah panutan yang setia kepada negara dan

berjiwa kesatria.

Gajahmada sebagai pimpinan Bhayangkara sangat mempercayai Gagak

Bongol dan Lembang Laut. Berdua, Gagak Bongol dan Lembang Laut dapat dibilang

sebagai tangan kanan Gajahmada. Gagak Bongol adalah prajurit Bhayangkara dengan

tubuh berotot. Gagak Bongol mempunyai kesiagaan dan kewaspadaan yang tinggi.

Setia kepada Bhayangkara, terutama kepada negara.

Kelemahan Gagak Bongol adalah tempramennya yang tinggi. Akibatnya

Gagak Bogol mudah terpancing dengan keadaan dan cenderung menjadi tidak

sabaran. Gagak Bogol tidak mudah mempercayai orang yang baru dikenalnya.

Kesetiaannya kepada Bhayangkara yang begitu tinggi terkadang membuatnya gelap

mata dan tidak berpikir dengan tenang. Contohnya saat Gagak Bongol terhasut tipuan

licik mata-mata Ra Kuti. Tanpa berpikir panjang, Gagak Bongol membunuh Mahisa

Kingkin yang tidak bersalah.

Bersama Lembang Laut, Gagak Bongol adalah Bhayangkara kepercayaan

Gajahmada. Lembang Laut digambarkan sebagai Bhayagkara dengan badan tegap

dan berotot. Kelebihan Lembang Laut adalah melacak jejak dan dalam bidang

penyamaran. Kelebihannya melacak jejak membuat Lembang Laut terbiasa dalam

tekanan. Mental baja tersebut didasari sifatnya yang berani dan pintar. Lembang Laut

mampu berpikir rasional dan mampu menahan emosi. Lembang Laut lah yang

mengakhiri hidup Ra Kuti.

Selain Lembang Laut, Bhayangkara lain yang mampu berpikir Rasional

adalah Pradhabasu. Bhayangkara Pradhabasu adalah Bhayangkara yang memiliki

perawakan gagah. Kelebihannya melempar pisau khusus Bhayangkara. Pradabasu

juga pandai dalam hal penyamaran dan taktik.

Kemampuan Pradhabasu menilai permasalahn dengan rasional dilandasi oleh

ketenangan dan kecerdasannya secara pribadi. Kecerdasan yang tinggi membuat

Pradhabasu berani mengungkapkan pendapatnya, sangat tegas dan mempunyai

keyakinan tinggi.

Saat pemberontakan Ra Kuti pecah, ada empat Bhayangkara yang berhasil

mengungsikan para sekar kedaton dari istana. Mereka adalah Lembu Pulung, Panjang

Sumprit, Jayabaya dan Kartika Sinumping.

Bhayangkara Lembu Pulung dan Panjang Sumprit adalah prajurit pengawal

yang sangat handal. Berbadan tegap dan cermat dalam menghitung peluang dan

resiko. Sebagai prajurit pengawal, olah kanuragan mereka sangat tinggi.

Bhayangkara Lembu Pulung dan Panjang Sumprit juga berani suarakan pendapat.

Bhayangkara Jayabaya adalah Bhayangkara yang sangat setia kepada pasukan

dan negaranya. Fisiknya tidak terlalu besar namun cukup berotot. Jayabaya adalah

figur prajurit yang penuh semangat. Saat mengawal sekar kedaton, Jayabaya mampu

menuntaskan misinya dengan baik.

Bersama Lembu Pulung, Panjang Sumprit, dan Jayabaya, Bhayangkara

Kartika Sinumping juga terlibat dalam usaha penyelamatan sekar kedaton. Kartika

Sinumping adalah Bhayangkara yang sangat setia dan total dalam melaksanakan

sebuah misi. Bertubuh ramping namun berotot, Kartika Sinumping hebat dalam

bergerilya. Mental bajanya membentuk keteguhan di medan laga. Bhayangkara

Kartika Sinumping lah yang menyiapkan serangan balik pasukan Bhayangakara yang

akhirnya memadamkan pemberontakan Ra Kuti. Kelemahan Kartika Sinumping

adalah menghadapi wanita.

Bhayangkara adalah pasukan khusus yang mempunyai ilmu beladiri atau olah

kanuragan yang tinggi. Salah satunya Gajah Pradamba dan Macan Liwung. Mereka

merupakan prajurit medan tempur yang menikmati peperangan. Ilmu beladiri mereka

sulit diukur.

Gajah Pradamba atau di masa mudanya disebut Gajah Enggon merupakan

prajurit yang sigap dan patuh dengan perintah. Macan Liwung mempunyai sifat yang

sama. Mereka mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi namun berhati lembut.

Macan Liwung dilukiskan mempunyai sorot mata yang tajam dan mampu berubah

menjadi kejam bila melihat ketidakadilan.

Gajah Geneng adalah Bhayangkara yang sangat dipercaya karena

pengabdiannya yang luas kepada negara. Gajah Geneng sedikit liar, namun lurus dan

cinta tanah air. Riung Samudra adalah Bhayangkara paling pintar disamping

Pradhabasu dan Gajahmada. Mempunyai oleh kanuragan yang cukup tinggi, mampu

menilai peluang dan berbagai kemungkinan dari suatu masalah. Berani

mengungkapkan pendapat.

Bhayangkara Mahisa Kingkin dan Risang Panjer Lawang adalah dua

Bhayangakara yang gugur menjadi korban kelicikan mata-mata Ra Kuti. Mahisa

Kingkin gugur dipenggal kepalanya oleh Gagak Bongol, sedangkan Risang Panjer

Lawang dibunuh oleh mata-mata Ra Kuti dengan ditusuk dari belakang.

Mahisa Kingkin adalah Bhayangkara yang tegas dan setia kepada negara.

Ketegasannya membuat Mahisa Kingkin berani ungkapkan pendapat dan bahkan

berdebat bila ia yakin benar. Risang Panjer Lawang adalah contoh prajurit yang

sangat berbakti kepada negara. Risang Panjer Lawang bangga gugur sebagai bagian

dari Bhayangkara.

Singa Parepen dan Panji Saprang adalah dua mata-mata Ra Kuti dalam tubuh

Bhayangkara. Singa Parepen digambarkan sebagai prajurit yang tamak dan

diam-diam memendam hasrat kepada istri Risang Panjer Lawang. Mempunyai kecerdasan

tinggi dan kemampuan khusus melepas tiga anak panah sekaligus. Panji Saprang

dilukiskan sebagai prajurit yang sangat cerdas. Kemampuan memanahnya nomor satu

di kesatuan Bhayangkara.

Bentuk-bentuk kepahlawanan prajurit Bhayangkara terbagi dalam tiga bagian.

Bagian pertama adalah penyelamatan Jayanegara. Bagian pertama ini memuat (1)

tindakan tanggap darurat oleh Gajahmada, (2) penyelamatan sekar kedaton oleh

Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Jayabaya, dan Kartika Sinumping, (3) Lembang

Laut melacak keberadaan pasukan pemberontak dan (4) Gajahmada dan para

Bhayangkara mengungsikan Jayanegara keluar dari kepungan pasukan pemberontak.

Bagian kedua merupakan pelarian Jayanegara yang dimulai dari (1)

Gajahmada mengecoh pasukan pengejar dengan membuat suatu siasat. Kemudian, (2)

Gajahmada menyelamatkan Jayanegara keluar dari kotaraja melalui gorong-gorong.

(3) Gagak Bongol memimpin para Bhayangkara kembali ke kotaraja untuk menebar

teror diantara para pasukan pemberontak dan (4) membebaskan Mapatih Arya Tadah

dari penjara yang dilakukan oleh Lembang Laut dan Gagak Bongol. (5) Bhayangkara

menunjukkan rasa kemanusiaan dengan menolong seorang ibu yang hendak

melahirkan. (6) Saat di Kabuyutan Mojoagung, Gajahmada menyelamatkan

Jayanegara sewaktu terkepung di ladang jagung. (7) Bhayangkara dengan berani

menyerang pasukan pemberontak di ladang jagung, bahkan Risang Panjer Lawang

terbunuh oleh mata-mata Ra Kuti.

Bagian ketiga adalah serangan balik prajurit Bhayangakara. serangan balik ini

diawali dengan (1) Kartika Sinumping mempersiapkan serangan balik. Sementara itu

(2) Pradhabasu dan Gajahmada membongkar penyamaran mata-mata Ra Kuti

sewaktu berada di Kudadu. (3) Kartika Sinumping bergerilya mempersiapkan

serangan balik dengan membuat terowongan bawah tanah tembus ke bilik Ra Kuti.

pembuatan terowongan dibantu pasukan bentukan Mapatih Arya Tadah. (5) Serangan

balik prajurit Bhayangkara yang diakhiri dengan terbunuhnya Ra Kuti.