• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketenagakerjaan Daerah

Dalam dokumen Periode November 2017 (Halaman 126-130)

6 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

6.1 Ketenagakerjaan Daerah

Membaiknya pertumbuhan ekonomi tidak selalu sejalan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Pada periode Agustus 2017, jumlah angkatan kerja di

122

Sumatera Barat mencapai 2,48 juta orang atau terjadi kenaikan sebesar 9,86 ribu orang bila dibandingkan Agustus 2016. Kenaikan tersebut justru diiringi oleh turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang pada Agustus 2017 tercatat sebesar 66,29 persen, turun 0,79 poin dibandingkan penyerapan tenaga kerja periode sama tahun lalu. Ditinjau dari jenis kelamin, partisipasi angkatan kerja laki-laki masih lebih besar dibandingkan perempuan. TPAK laki-laki tercatat sebesar 80,05% sementara TPAK perempuan sebesar 52,93%. Baik TPAK laki-laki maupun perempuan masing-masing turun sebesar 1,05 poin dan 0,55 poin bila dibandingkan periode Agustus 2017.

Indikator lain yang menunjukkan menurunnya penyerapan pasar kerja terhadap penawaran tenaga kerja, tercermin dari kenaikan tingkat pengangguran terbuka (TPT). TPT pada Agustus 2017 tercatat sebesar 5,58% atau naik 0,49% dibandingkan

tahun sebelumnya. Secara spasial, TPT di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Pada Agustus 2017, TPT perkotaan terpantau sebesar 6,63% sedangkan di pedesaan sebesar 4,71%. Dari 19 kab/kota di Sumatera Barat, TPT di Kota Padang paling tinggi dibandingkan rata-rata Sumatera Barat yang kemudian disusul oleh Bukittinggi.

Ditinjau dari latar belakang pendidikannya, pengangguran di Sumatera Barat masih didominasi lulusan diploma. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan

komposisi pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan tahun-tahun sebelumnya. TPT untuk kategori diploma tercatat sebesar 10,26%, dan berikutnya diikuti oleh pengangguran pada kategori SMK sebesar 8,55%. Terbatasnya lapangan pekerjaan atau industri yang membutuhkan kualifikasi pendidikan tinggi atau spesialisasi khusus terindikasi menjadi penyebab rendahnya penyerapan tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke atas. Sementara itu, TPT pendidikan menengah ke bawah terpantau rendah bahkan TPT untuk tingkat SD ke bawah hanya mencapai 3,47%. Hal ini terjadi karena lulusan pendidikan rendah cenderung menerima pekerjaan jenis apa saja.

123 66.3 5.6 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

2013 2014 2015 2016 2017

% %

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka - sisi kanan

Sumber: BPS, diolah 5.6 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

2013 2014 2015 2016 2017

Bekerja Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka - sisi kanan

%

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Grafik 6.2. Angkatan Bekerja di Sumatera Barat

Menurunnya penyerapan tenaga kerja tercermin juga dari persepsi terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan. Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank

Indonesia menunjukkan indeks kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan III 2017 masih bernilai di bawah 100. Rendahnya serapan tenaga kerja terkonfirmasi pula dari hasil liaison yang menunjukkan adanya penurunan skala likert tenaga kerja. Sejumlah kontak liaison melakukan pengurangan tenaga kerja dalam rangka efisiensi melalui pengurangan biaya operasional perusahaan. Pengurangan karyawan tersebut mempertimbangkan produktivitas kinerja karyawan dan kondisi keuangan kontak. Selain itu, perusahaan juga tidak melakukan perpanjangan kontrak karyawan. Turunnya persepsi terhadap ketersediaan tenaga kerja tersebut berimbas pada melemahnya optimisme terhadap tingkat penghasilan. Kondisi tersebut terkonfimasi dari hasil SK Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Barat yang menunjukkan bahwa indeks penghasilan konsumen pada triwulan III 2017 94,5 atau lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 104,0.

4.63 11.94 15.18 17.16 17.52 33.57 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00

Berusaha dibantu buruh tetap Pekerja bebas Pekerja keluarga/tak dibayar Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha sendiri Buruh/Karyawan

Agustus 2017 Februari 2017 Agustus 2016

Sumber: BPS, diolah 3.5 3.9 7.8 8.6 10.3 6.8 5.6 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 SD ke bawah

SMP SMA SMK Diploma Universitas Total

% Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.3. Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Periode Agustus 2017

124 2.0 2.6 3.3 3.5 3.7 3.7 4.0 4.2 5.4 5.5 5.9 6.0 6.0 6.1 6.2 6.7 6.8 6.9 9.4 0 2 4 6 8 10 Kepulauan Mentawai Lima Puluh Kota Sijunjung Payakumbuh Dharmasraya Tanah Datar Pasaman Barat Agam Padang Panjang Solok Selatan Kota Solok Pesisir Selatan Pariaman Solok Sawah Lunto Padang Pariaman Pasaman Bukittinggi Padang Sumatera Barat = 5.58

Sumber: BPS, diolah Sumber: BI, diolah

Grafik 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Kab/Kota di Sumatera Barat Periode Agustus 2017

Grafik 6.6. Skala Likert Tenaga Kerja di Sumatera Barat (Hasil Liaison)

Secara sektoral, pekerja di Sumatera Barat lebih banyak bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perdagangan. Pada Agustus 2017, sektor pertanian menyerap

824,7 ribu orang atau 35,2% dari total penduduk yang bekerja. Sedangkan penyerapan di sektor perdagangan terpantau mencapai 572,8 ribu orang atau 24,4% dari keseluruhan pekerja di Sumatera Barat. Meski sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja, pangsa sektor tersebut turun dibandingkan tahun 2016 (35,83%), sementara penyerapan sektor perdagangan meningkat.

20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Indeks Penghasilan Konsumen Baseline

Sumber: BI, diolah

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust 2013 2014 2015 2016 2017 Lainnya Jasa Transportasi Perdagangan Konstruksi Industri Pengolahan Pertanian Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.7. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini

Grafik 6.8. Pangsa Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Barat menghadapi banyak tantangan selain turunnya penyerapan tenaga kerja dan naiknya tingkat pengangguran. Tambahan

angkatan kerja setiap tahunnya yang tidak disertai dengan penambahan ketersediaan lapangan kerja baru terindikasi menjadi penyebab banyaknya tenaga kerja di sektor informal. Penyerapan tenaga kerja di sektor informal pada Agustus 2017 mencapai 64,39%, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun 2016 sebesar 61,80%. Masih

125

relatif belum banyaknya investasi di Sumatera Barat diindikasikan mempengaruhi terbatasnya permintaan tenaga kerja di sektor formal.

Permasalahan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja yakni kualitas dan keterampilan pencari kerja yang masih rendah bahkan terkadang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu, terbatasnya anggaran juga menjadi kendala bagi pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Sumatera Barat. Berdasarkan informasi dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Provinsi Sumatera Barat, kurangnya dukungan anggaran membatasi ruang gerak pemerintah melakukan pengelolaan balai latihan kerja, peningkatan sarana dan prasarana pelatihan kerja, penambahan instruktur pelatihan, hingga peningkatan jumlah pengawas dan mediator ketenagakerjaan. Kurang optimalnya pelayanan bursa kerja yang terintegrasi antar daerah serta masih lemahnya koordinasi antar pembina sektor tenaga kerja juga menjadi kendala yang dihadapi oleh pemerintah. Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Sumatera Barat, pemerintah melalui Dinaskertrans melakukan beberapa program peningkatan kapasitas tenaga kerja. Upaya tersebut meliputi revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), peningkatan kualitas pendidikan kejuruan, serta kerja sama program magang dengan pemerintah n

yakni Jepang, Korea, dan Australia.

Dalam dokumen Periode November 2017 (Halaman 126-130)

Dokumen terkait