• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prakiraan Perkembangan Ekonomi Keseluruhan Tahun 2017

Dalam dokumen Periode November 2017 (Halaman 43-50)

1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

1.5 Prakiraan Perkembangan Ekonomi Keseluruhan Tahun 2017

Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Barat tahun 2017 tumbuh moderat dibandingkan tahun 2016. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat

diperkirakan berada dalam rentang 5,1% - 5,5% (yoy). Sumber penopang pertumbuhan tahun 2017 diperkirakan berasal dari meningkatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan ekspor luar negeri. Aktivitas konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh kenaikan daya beli dan tingkat penghasilan masyarakat. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni (1) rebound harga internasional CPO dan kelapa sawit memengaruhi kenaikan pendapatan mengingat sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergantung kepada kedua jenis komoditas tersebut; (2) kenaikan upah minimum provinsi sebesar 8,25%6

; (3) terkendalinya tingkat inflasi. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan membaik seiring dengan adanya peningkatan anggaran APBD tahun 2017 serta base effect atas penundaan DAU tahun 2016. Peraturan Menteri Keuangan No. 125/PMK.07/2016 tentang penundaan DAU menyebabkan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi selama 2 triwulan (triwulan III dan triwulan IV 2016). Sehingga belum adanya penetapan kebijakan serupa pada tahun 2017 diperkirakan akan memperbaiki tingkat konsumsi pemerintah.

Di sisi lain, kinerja ekspor luar negeri meningkat signifikan sejalan dengan perbaikan harga komoditas internasional serta membaiknya permintaan mitra dagang. Selain faktor

6

Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Barat tahun 2017 mengalami kenaikan 8,25% yakni dari Rp1.800.725 pada tahun 2016 menjadi Rp1.949.284 pada tahun 2017.

39

eksternal, pelaku usaha eksportir juga turut andil dalam meningkatkan penjualan ekspor yakni melalui upaya sertifikasi produk agar sesuai dengan standardisasi yang dibutuhkan dunia. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil liaison yang menyebutkan bahwa untuk meningkatkan daya saing minyak kelapa sawit Indonesia di pasar global, maka pemerintah melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan menerapkan kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang mengatur berbagai kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pengekspor CPO dan dinyatakan dalam bentuk sertifikasi.

Kebijakan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian

No.19/Permentan./OT.140/3/2011 yang mengatur pedoman perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Selain mengharuskan perusahaan sudah harus memiliki sertifikasi ISPO paling lambat tahun 2017, pemerintah juga akan mengeluarkan larangan ekspor bagi perusahaan yang tidak mengantongi sertifikasi tersebut. Salah satu kontak sektor perkebunan sawit telah menerima sertifikat ISPO dari Komisi ISPO sejak akhir tahun 2016 dan pada tahun ini direncanakan akan dievaluasi kembali kelayakan sertifikasi tersebut. Sedangkan kontak lainnya telah menjalani 2 tahap proses sertifikasi ISPO pada 2015 dan 2016 dan tinggal menunggu untuk mendapatkan sertifikasi ISPO dari Komisi ISPO yang direncanakan dapat diberikan pada tahun 2017. Diharapkan dengan adanya sertifikasi ini dapat mendorong peningkatan permintaan ekspor dari negara mitra dagang.

Secara sektoral, membaiknya pertumbuhan lapangan usaha pertanian dan perdagangan menopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada tahun 2017. Meningkatnya produksi tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit dan karet karena iklim dan cuaca kondusif mendorong perbaikan kinerja pertanian. Selain itu, produksi tabama diperkirakan meningkat sejalan dengan berbagai upaya pemerintah dalam melakukan ekstensifikasi lahan dan pemanfaatan teknologi penanaman budidaya padi, yakni sistem tanam jajar legowo yang diyakini dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian sebesar 20%. Sementara itu, lapangan usaha perdagangan pada tahun 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Membaiknya tingkat konsumsi masyarakat dan semakin banyaknya event besar skala nasional dan internasional berdampak pada peningkatan aktivitas perdagangan di Sumatera Barat.

40 8.18 -15 -10 -5 0 5 10 0 200 400 600 800 1,000 1,200 2013 2014 2015 2016* 2017** % yoy

Ribu Ton Perkebunan Swasta

Perkebunan Negara Perkebunan Rakyat

Pertumbuhan Total Produksi Perkebunan - skala kanan

Keterangan: *dan** angka perkiraan Sumber:Kementerian Pertanian, diolah

837 777 816 855 828 836 848 887 809 853 82 9 .7 3 821 812 925 700 750 800 850 900 950 Jan-A p ri l M e i-A g u s S e p t-D e s Jan -A p ri l M e i-A g u s S e p t-D e s Jan-A p ri l M e i-A g u s S e p t-D e s Jan-A p ri l M e i-A g u s S e p t-D e s Jan -A p ri l M e i-A g u s 2013 2014 2015 2016 2017 Ribu Ha

Sumber:Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan

Perkebunan Provinsi Sumatera Barat

Grafik 1.54. Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Barat

Grafik 1.55. Produksi Padi Sawah di Sumatera Barat

41

Perekonomian Indonesia mulai menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi nasional masih bertopang pada konsumsi rumah tangga mengingat pangsanya masih mendominasi struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (55,7%)7

yakni melalui peningkatan investasi baik berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun luar negeri (PMA).

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong investasi baik di sektor prioritas maupun sektor potensial bagi perekonomian Indonesia. Terobosan kebijakan investasi yakni kemudahan layanan investasi 3 jam diterapkan di Indonesia guna mempermudah perizinan calon investor untuk berinvestasi di Indonesia. Kondisi ekonomi dan politik yang semakin kondusif juga turut mendukung membaiknya iklim investasi di Indonesia. Optimisme pemerintah untuk mendatangkan investor asing ke Indonesia sejalan dengan membaiknya peringkat dan indeks daya saing Indonesia. Bahkan

dan Fitch) pada tahun 2017 menaikkan peringkat investasi Indonesia sekaligus memberikan nilai positif bagi investasi di Indonesia.

Sumber: Kementerian Pariwisata Sumber: Kementerian Pariwisata

Grafik 56. Perkembangan Indeks Daya Saing Indonesia

Grafik 57. Perkembangan Realisasi Investasi di Sektor Pariwisata

7

Berdasarkan rilis BPS tanggal 6 November 2017, pangsa konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 mencapai 55,7% dari struktur PDB Indonesia. Sementara pangsa komponen lainnya adalah sebagai berikut: investasi (31,9%); ekspor (20,5%); , konsumsi pemerintah (8,8%); konsumsi lembaga non profit rumah tangga/LNPRT (1,16%), dan impor (-18,8%).

BOKS 1:

42

Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk menarik investor asing adalah melalui penyelenggaraan Regional Investment Forum yang pada tahun ini dilaksanakan di Padang yakni pada tanggal 15 17 Oktober 2017. Pertemuan yang dihadiri 400 investor dari 15 negara8

tersebut merupakan inisiatif dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk menarik investasi khususnya di sektor pariwisata. Sektor pariwisata dipandang sangat stategis untuk membangun pemerataan pembangunan sehingga investasi yang dilakukan bisa menyebar dan tidak hanya terpusat di Pulau Jawa. Selain itu, pariwisata merupakan bagian dari prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017 selain pangan, energi, maritim, serta kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus. Lebih lanjut, pariwisata ditetapkan sebagai leading sector oleh Presiden Joko Widodo sehingga diharapkan semua kementerian wajib mendukung sektor tersebut.

Sebagai sektor prioritas, sektor pariwisata tumbuh di level 35-40%, jauh di atas pertumbuhan nasional 12-14%. Meski porsinya kecil, karena tumbuh secara signifikan, sektor pariwisata diyakini akan terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Terlebih lagi potensi devisa dari pariwisata mencapai Rp260 triliun. Data BKPM menunjukkan sepanjang semester I 2017 menunjukkan kontribusi sektor pariwisata terhadap investasi nasional mencapai USD929 juta atau berkontribusi sebesar 3,6% dari total investasi nasional. Dari sisi ketenagakerjaan, sektor pariwisata mampu menyerap 5,7% dari total tenaga kerja.

Sumber: BI Sumber: BI

8

Regional Investment Forum (RIF) di Padang tanggal 15-17 Oktober 2017 dihadiri 400 investor dari 15 negara yaitu Australia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Uni mirat Arab, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Yaman, India, Spanyol, Luxemborg, Tiongkok, Taiwan, Rusia, dan Mauritius.

43 Gambar 1. Pembukaan Regional Investment Forum

Gambar 2. Presentasi Regional Investment Forum

Target nasional tahun 2019 untuk mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara dan 275 juta wisatawan domestik, dapat tercapai apabila didukung dengan peningkatan atraksi, aksesibilitas, dan amenitas (penyediaan sarana dan prasarana) di bidang pariwisata. Pada Regional Investment Forum 2017 di Padang, secara rinci pemerintah menawarkan pengembangan investasi di 8 destinasi pariwisata. Daerah tersebut terdiri dari 6 destinasi prioritas (Danau Toba, Borobudur, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Kawasan Bromo Tenger Semeru) dan 2 destinasi di Sumatera Barat yakni Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang dan Kawasan Wisata Bahari Mandeh. Secara lebih rinci, Pemerintah menawarkan potensi investasi senilai Rp39 triliun atau USD2,9 miliar di 3 destinasi wisata unggulan. Daerah tersebut yaitu: (i) Danau Toba USD2,3 miliar untuk pembangunan hotel bintang 5 dan perumahan di lahan seluas 1.849 Ha, USD1,73 miliar untuk kereta api Medan-Siantar, dan investasi lainnya; (ii) Borobudur USD562 juta meliputi pembangunan jalan Jateng Park, Sangiran Edutainment Park, dan investasi lainnya; (iii) Tanjung Kelayang sebesar USD60 juta.

Pertemuan pada Regional Forum Investment tersebut menghasilkan adanya kesepakatan investasi antara calon investor dengan daerah. Kesepakatan tersebut meliputi 6 destinasi prioritas dan daerah lainnya. Kesepakatan tersebut antara lain: (i) pembangunan pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangke di Sumatera Utara; (ii) pembangunan

resort dan hotel di Banyuwangi, serta akses jalan wisata di Malang Selatan; (iii)

pembangunan Kawasan Wisata Pulau Kera, Industri Kakao & Resort Sumba Timur. Khusus untuk Sumatera Barat, forum tersebut menghasilkan adanya kesepakatan investasi untuk pembangunan pelabuhan Teluk Bayur, serta pengembangan Kawasan Wisata Pantai Padang dan Kawasan Pantai Air Manis (berupa pembangunan resort dan

cable car).

Selain pembangunan infrastruktur, pertemuan tersebut juga mampu menarik investor asing untuk mengembangkan produk aneka makanan dan minuman khas Minang. Calon investor di Sumatera Barat tersebut berasal dari Australia, Rusia, Inggris, dan Singapura. Terkait pengembangan Kawasan Pantai Air Manis Padang, Dinas Pariwisata menawarkan lahan seluas 6 ha di kawasan tersebut dengan skema joint venture antara Perusahaan Daerah dan Investor. Lahan akan menjadi hak milik investor dengan prinsip bagi hasil selama 30 tahun dan dapat diperpanjang. Namun Pemko Padang belum

44

melakukan feasibility study sehingga nilai investasi belum diketahui. Sebagai tindak lanjut dari pengembangan investasi tersebut, investor berniat melakukan on site visit area tersebut pada kesempatan selanjutnya.

Sumber: BI Sumber: BI

Gambar 3. Stan Provinsi Sumatera Barat pada

Regional Investment Forum

Gambar 4. Stan Kementerian Pariwisata pada

45

Dalam dokumen Periode November 2017 (Halaman 43-50)

Dokumen terkait