• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periode November 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Periode November 2017"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

(3)

iii

Periode November 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI

Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

(4)

iv Penerbit :

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G

Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313

e-mail : Bimo Epyanto (bimo@bi.go.id)

Kun Anifatussolikhah (kun_a@bi.go.id)

Hasudungan P. Siburian (hasudungan_ps@bi.go.id)

Rizky Shantika Putri (rs_putri@bi.go.id) Hans Aulia Utama Hsb (hans_auh@bi.go.id)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, kali ini kami kembali menghadirkan publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Barat periode November 2017. Publikasi ini merupakan hasil asesmen terhadap perkembangan ekonomi terkini dari Sumatera Barat yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, keuangan daerah, stabilitas sistem keuangan dan perbankan, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat, kondisi ketenagakerjaan, prospek perekonomian ke depan, serta ulasan atas beberapa isu terkini terkait ekonomi dan keuangan Sumatera Barat.

Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi rujukan informasi dan bahan masukan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan Sumatera Barat bagi para pemangku kepentingan kami: pemerintah daerah, industri perbankan dan keuangan, akademisi, pelaku usaha dan para pihak terkait. Selain kami terbitkan dalam bentuk buku (hardcopy), kami juga menyediakan bentuk softcopy yang dapat diakses melalui laman kami www.bi.go.id.

Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada para pihak yang selama ini membantu dan mendukung penyediaan data dan informasi hingga terbitnya publikasi ini. Semoga dukungan dan kerjasama yang terjalin selama ini mampu terus dipertahankan dan ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Tak ada gading yang tak retak. Kami berharap adanya masukan, kritikan dan saran dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan KEKR ini. Akhirnya, semoga publikasi ini memberikan manfaat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi langkah kita dalam tetap terus berkarya untuk negeri.

Padang, November 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

(ttd)

Endy Dwi Tjahjono Direktur

(6)

1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... 3 DAFTAR GRAFIK ... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF ... 8

1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ... 15

1.1 Perkembangan Umum ... 16

1.2 Dinamika Sisi Pengeluaran Perekonomian Sumatera Barat ... 18

1.2.1Konsumsi Rumah Tangga ... 18

1.2.2Konsumsi Pemerintah ... 21

1.2.3Investasi ... 22

1.2.4Ekspor ... 24

1.2.5Impor ... 27

1.3 Dinamika Lapangan Usaha Ekonomi Utama Sumatera Barat ... 28

1.3.1Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ... 29

1.3.2Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ... 30

1.3.3Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan ... 32

1.3.4Lapangan Usaha Industri Pengolahan ... 34

1.4 Prakiraan Perkembangan Ekonomi Triwulan IV 2017 ... 35

1.5 Prakiraan Perkembangan Ekonomi Keseluruhan Tahun 2017 ... 38

2 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH ... 45

2.1 APBD Provinsi Sumatera Barat ... 46

2.1.1Realisasi Pendapatan Provinsi Sumatera Barat ... 46

2.1.2Realisasi Belanja Provinsi Sumatera Barat ... 49

2.2 APBD 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat ... 52

2.2.1Realisasi Pendapatan 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat ... 52

2.2.2Realisasi Belanja 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat ... 55

2.3 Alokasi APBN di Sumatera Barat ... 58

2.3.1Realisasi Belanja APBN di Sumatera Barat ... 58

3 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 61

3.1 Perkembangan Umum Inflasi Provinsi Sumatera Barat ... 62

3.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ... 63

3.2.1Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ... 63

3.2.2Inflasi Triwulanan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa... 65

(7)

2

3.3 Disagregasi Inflasi ... 67

3.3.1Upaya Pengendalian Inflasi Daerah ... 69

3.4 Tracking Prakiraan Inflasi Triwulan IV 2017 ... 70

1. Produksi Bawang Merah ... 72

2. Konsumsi Bawang Merah ... 72

3. Pola Distribusi Bawang Merah ... 73

4. Perilaku Pembentukan Harga ... 74

4 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ... 77

4.1 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ... 78

4.1.1Kinerja Sektor Rumah Tangga... 78

4.1.2Eksposur Sektor Perbankan pada Sektor Rumah Tangga ... 81

4.1.3Risiko Sektor Rumah Tangga ... 83

4.2 Ketahanan Sektor Korporasi ... 84

4.2.1Kinerja Sektor Korporasi ... 84

4.2.2Eksposur Sektor Perbankan Pada Sektor Korporasi ... 89

4.2.3Risiko Sektor Korporasi ... 91

4.3 Perkembangan Kinerja Bank Umum ... 93

4.3.1Aset dan Aktiva Produktif Bank Umum ... 93

4.3.2Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum ... 94

4.3.3Kredit Bank Umum ... 96

4.3.4Risiko Kredit Bank Umum ... 99

4.3.5Perbankan Syariah ... 102

4.4 Akses Keuangan ... 103

4.4.1Akses Keuangan UMKM ... 103

4.4.2Akses Keuangan Penduduk ... 105

5 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ... 109

5.1 Perkembangan Transkasi Non Tunai ... 109

5.1.1Transaksi Kliring ... 109

5.1.2Layanan Keuangan Digital ... 109

5.2 Perkembangan Transaksi Tunai ... 110

5.2.1Pengelolaan Uang Rupiah ... 110

5.2.2Perkembangan Uang Tidak Layar Edar dan Uang Palsu ... 111

6 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH ... 121

6.1 Ketenagakerjaan Daerah ... 121

(8)

3

6.3 Indeks Pembangunan Manusia dan Rasio Gini ... 128

6.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumatera Barat ... 128

7 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 131

7.1 Prospek Ekonomi ... 132

7.1.1Prospek Sisi Permintaan ... 132

7.1.2Prospek Sisi Penawaran ... 134

7.2 Prakiraan Inflasi ... 137

DAFTAR TABEL TABEL 1.1.PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)BERDASARKAN HARGA KONSTAN ... 18

TABEL 1.2.PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDRB)BERDASARKAN HARGA KONSTAN ... 28

TABEL 2.1.PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN IITAHUN 2016 DAN 2017 ... 49

TABEL 2.2.BELANJA PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN IITAHUN 2016 DAN 2017 ... 50

TABEL 2.3. PENDAPATAN 19KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN III2016 DAN 2017 ... 53

TABEL 2.4. BELANJA 19KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN II2016-2017 ... 55

TABEL 2.5. BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN III2016 DAN 2017 ... 59

TABEL 3.1.PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN SUMATERA BARAT MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (% YOY) ... 63

TABEL 3.2.PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMATERA BARAT MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (% QTQ) ... 65

TABEL 3.3.INFLASI BULANAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG (%,MTM) ... 66

TABEL 3.4.ANDIL INFLASI BULANAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG (%) ... 66

TABEL 3.5.KOMODITAS UTAMA PENYUMBANG INFLASI DAN DEFLASI BULANAN TRIWULAN III2017(%,MTM) ... 67

TABEL 4.1.KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA TRIWULAN II2017 ... 80

TABEL 4.2.KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA TRIWULAN III2017 ... 80

TABEL 4.3.DANA RUMAH TANGGA UNTUK MEMBAYAR CICILAN DAN PERUBAHANNYA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 81

TABEL 4.4.DANA RUMAH TANGGA UNTUK MENABUNG DAN PERUBAHANNYA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 81

TABEL 4.5.KOMPOSISI JUMLAH REKENING PERSEORANGAN PER NILAI PENEMPATAN ... 82

TABEL 4.6.PERKIRAAN BEBAN ANGSURAN TERHADAP PENDAPATAN KORPORASI 6BULAN MENDATANG ... 92

TABEL 4.7.INDIKATOR PERKEMBANGAN BANK UMUM SUMATERA BARAT ... 93

TABEL 4.8.SEBARAN KREDIT BERDASARKAN PLAFON KREDIT DI SUMATERA BARAT... 98

TABEL 4.9.NPL PER KABUPATEN/KOTA ... 100

TABEL 4.10.LAR PER KABUPATEN/KOTA ... 100

TABEL 4.11.NPLBERDASARKAN SEBARAN NILAI PLAFON KREDIT SUMATERA BARAT ... 101

TABEL 4.12.ANDIL SEBARAN NILAI PLAFON KREDIT TERHADAP NPLKREDIT SUMATERA BARAT ... 101

TABEL 4.13.INDIKATOR PERKEMBANGAN BANK SYARIAH SUMATERA BARAT ... 102

TABEL 6.1.PERKEMBANGAN NTPPROVINSI DI SUMATERA ... 128

(9)

4

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 1.1.PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI KAWASAN SUMATERA TRIWULAN III2017 ... 16

GRAFIK 1.2.PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT DAN NASIONAL ... 16

GRAFIK 1.3.PANGSA PDRBTW III2017MENURUT PERMINTAAN BERDASARKAN HARGA BERLAKU ... 20

GRAFIK 1.4.PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN ... 20

GRAFIK 1.5.SURVEI KONSUMEN ... 20

GRAFIK 1.6.PERTUMBUHAN KONSUMSI LISTRIK... 20

GRAFIK 1.7.PERKEMBANGAN SKALA LIKERT PERMINTAAN DOMESTIK ... 20

GRAFIK 1.8.PERTUMBUHAN KREDIT RUMAH TANGGA ... 20

GRAFIK 1.9.REALISASI BELANJA PEMERINTAH ... 22

GRAFIK 1.10.PERKEMBANGAN INVESTASI PMA DAN PMDN DI SUMATERA BARAT ... 23

GRAFIK 1.11.NEGARA INVESTOR PMA DI SUMATERA BARAT PADA TRIWULAN III2017 ... 23

GRAFIK 1.12.PERKEMBANGAN PENJUALAN SEMEN DI SUMATERA BARAT ... 24

GRAFIK 1.13.SKALA LIKERT REALISASI INVESTASI SUMATERA BARAT (HASIL LIAISON) ... 24

GRAFIK 1.14.EKSPOR DAN IMPOR LUAR NEGERI ... 25

GRAFIK 1.15.EKSPOR IMPOR ANTAR DAERAH ... 25

GRAFIK 1.16.PERKEMBANGAN NILAI DAN VOLUME EKSPOR KARET SUMATERA BARAT ... 25

GRAFIK 1.17.PMINEGARA MITRA DAGANG ... 25

GRAFIK 1.18.SKALA LIKERTEKSPOR HASILLIAISON ... 26

GRAFIK 1.19.PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR IMPOR MELALUI PELABUHAN TELUK BAYUR ... 26

GRAFIK 1.20.NEGARA TUJUAN EKSPOR SUMATERA BARAT TRIWULAN III2017 ... 26

GRAFIK 1.21.KOMODITAS EKSPOR SUMATERA BARAT TRIWULAN III2017 ... 26

GRAFIK 1.22.AKTIVITAS BONGKAR MUAT ARUS BARANG PELABUHAN TELUK BAYUR ... 26

GRAFIK 1.23.NILAI IMPOR NON MIGAS ... 27

GRAFIK 1.24.VOLUME IMPOR NON MIGAS ... 27

GRAFIK 1.25.NILAI IMPOR BERDASARKAN KELOMPOK... 28

GRAFIK 1.26.PORSI IMPOR KOMODITAS NON MIGAS TRIWULAN III2017 ... 28

GRAFIK 1.27.ASAL BARANG IMPOR SUMATERA BARAT TRIWULAN III2017 ... 28

GRAFIK 1.28.PANGSA PDRBTRIWULAN III2017SUMBAR MENURUT LAPANGAN USAHA BERDASARKAN HARGA BERLAKU ... 29

GRAFIK 1.29.PERTUMBUHAN PDRB PER LAPANGAN USAHA UTAMA SUMBAR ... 29

GRAFIK 1.30.PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN SUMATERA BARAT BULAN SEPTEMBER 2017 ... 30

GRAFIK 1.31.PETA DISTRIBUSI SIFAT HUJAN SUMATERA BARAT BULAN SEPTEMBER 2017 ... 30

GRAFIK 1.33.PERKEMBANGAN INDEKS KEGIATAN DUNIA USAHA PERTANIAN (HASIL SKDU)... 30

GRAFIK 1.34.PERKEMBANGAN INDEKS HARGA JUAL LAPANGAN USAHA PERTANIAN (HASIL SKDU) ... 30

GRAFIK 1.34.JUMLAH WISMAN DI SUMATERA BARAT ... 31

GRAFIK 1.35.PENDAFTARAN KENDARAAN BERMOTOR BARU DI SUMATERA BARAT ... 31

GRAFIK 1.36.PERKEMBANGAN HARGA JUAL LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN (HASIL SKDU) ... 32

GRAFIK 1.37.PEMAKAIAN LISTRIK KELOMPOK PELANGGAN BISNIS ... 32

GRAFIK 1.38.PERKEMBANGAN KREDIT PERDAGANGAN ... 32

GRAFIK 1.39.PERKEMBANGAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU ... 33

GRAFIK 1.40.PERKEMBANGAN JUMLAH PENGIRIMAN KARGO MELALUI BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU ... 33

GRAFIK 1.41.INDEKS PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN (HASIL SKDU) ... 34

GRAFIK 1.42. INDEKS PENGGUNAAN JUMLAH TENAGA KERJA LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN (HASIL SKDU) ... 34

GRAFIK 1.43.PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG DAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL ... 35

GRAFIK 1.44.INDEKS SBTPERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN (HASIL SKDU) ... 35

GRAFIK 1.45.INDEKS SBTPERKEMBANGAN HARGA JUAL INDUSTRI PENGOLAHAN (HASIL SKDU) ... 35

GRAFIK 1.46.PERKEMBANGAN JUMLAH KREDIT LAPANGAN USAHA PERTANIAN ... 35

GRAFIK 1.47.PERKEMBANGAN INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN,INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN, DAN INDEKS EKONOMI SAAT INI (SKBI) ... 36

(10)

5

GRAFIK 1.49.PERKIRAAN INVESTASI (HASIL SKDU) ... 36

GRAFIK 1.50.PERKIRAAN PENGHASILAN KONSUMEN 6BULAN YANKAN AKAN DATANG ... 36

GRAFIK 1.51.PERKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2017 ... 37

GRAFIK 1.52.PERKIRAAN CURAH HUJAN BULAN NOVEMBER 2017 ... 37

GRAFIK 1.53.PERKIRAAN CURAH HUJAN BULAN DESEMBER ... 38

GRAFIK 1.54.PRODUKSI KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT ... 40

GRAFIK 1.55.PRODUKSI PADI SAWAH DI SUMATERA BARAT ... 40

GRAFIK 57.PERKEMBANGAN INDEKS DAYA SAING INDONESIA ... 41

GRAFIK 58.PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA ... 41

GRAFIK 2.1. ANGGARAN,REALISASI DAN DAYA SERAP BELANJA DI PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2017 ... 46

GRAFIK 2.2. KOMPOSISI BELANJA (%) DI PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN III2017 ... 46

GRAFIK 2.3.KOMPOSISI PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA BARAT ... 49

GRAFIK 2.4.DAYA SERAP BELANJA SUMATERA BARAT PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 50

GRAFIK 2.5.DAYA SERAP BELANJA PEGAWAI SUMATERA BARAT PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 50

GRAFIK 2.6.DAYA SERAP BELANJA BARANG/JASA SUMATERA BARAT PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 50

GRAFIK 2.7.DAYA SERAP BELANJA MODAL SUMATERA BARAT PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 50

GRAFIK 2.8.KOMPOSISI BELANJA PROVINSI SUMATERA BARAT ... 52

GRAFIK 2.9. REALISASI 10ANGGARAN BELANJA MODAL TERBESAR PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2017 ... 52

GRAFIK 2.10.REALISASI PENDAPATAN 19KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT ... 53

GRAFIK 2.11.KOMPOSISI PENDAPATAN 19KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT ... 54

GRAFIK 2.12.KOMPOSISI PENDAPATAN 19KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT PADA TRIWULAN II2017 ... 55

GRAFIK 2.13.DAYA SERAP BELANJA KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 56

GRAFIK 2.14.DAYA SERAP BELANJA PEGAWAI KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 56

GRAFIK 2.15.DAYA SERAP BELANJA BARANG/JASA KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 56

GRAFIK 2.16.DAYA SERAP BELANJA MODAL KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 56

GRAFIK 2.17. KOMPOSISI BELANJA 19KAB/KOTA ... 57

GRAFIK 2.18. REALISASI BELANJA 19KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN KOMPOSISINYA ... 57

GRAFIK 2.19. KOMPOSISI PENDAPATAN 19KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT ... 58

GRAFIK 2.20. KOMPOSISI BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA BERDASARKAN FUNGSI ... 59

GRAFIK 2.21. KOMPOSISI BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA BERDASARKAN JENIS ... 59

GRAFIK 3.1.PERKEMBANGAN INFLASI SUMATERA BARAT,SUMATERA DAN NASIONAL ... 62

GRAFIK 3.2.INFLASI TAHUNAN (YOY)PER KOTA SAMPEL INFLASI SUMATERA BARAT ... 63

GRAFIK 3.3.INFLASI TAHUNAN (YOY)MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (TW III2017) ... 63

GRAFIK 3.4DISAGREGASI INFLASI TRIWULANAN PROVINSI SUMATERA BARAT ... 65

GRAFIK 3.5.IKK,IKE DAN IEKKONSUMEN DI SUMATERA BARAT ... 68

GRAFIK 3.6.DISAGREGASI INFLASI TAHUNAN PROVINSI SUMATERA BARAT ... 68

GRAFIK 3.7.EKSPEKTASI HARGA 3 DAN 6BULAN MENDATANG ... 71

GRAFIK 3.8.PERKEMBANGAN HARGA BULANAN BERAS,CABAI MERAH DAN BAWANG MERAH (VOLATILE FOOD)... 71

GRAFIK 3.9.PERKEMBANGAN HARGA BULANAN EMAS (INTI) ... 71

GRAFIK 3.10.PERKEMBANGAN HARGA ROKOK DAN TIKET ANGKUTAN UDARA (ADMINISTERED PRICE) ... 71

GRAFIK 4.1.IKE,IEK, DAN IKE ... 79

GRAFIK 4.2.PROYEKSI PENGHASILAN RUMAH TANGGA ... 79

GRAFIK 4.3.KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA TW II DAN III2017 ... 79

GRAFIK 4.4.KOMPOSISI DPKSUMATERA BARAT... 82

GRAFIK 4.5.PERTUMBUHAN DPKPERSEORANGAN ... 82

GRAFIK 4.6.KOMPOSISI DPKPERSEORANGAN ... 82

GRAFIK 4.7.PERTUMBUHAN DPKPERSEORANGAN ... 82

GRAFIK 4.8.PERTUMBUHAN KREDIT RUMAH TANGGA ... 83

GRAFIK 4.9.PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA ... 83

GRAFIK 4.10.PERKEMBANGAN HARGA PROPERTI RESIDENSIAL (SHPR) DI SUMATERA BARAT ... 83

GRAFIK 4.11.PERKEMBANGAN NPLKREDIT RUMAH TANGGA ... 84

(11)

6

GRAFIK 4.13.LIKERT SCALEINVESTASI DAN DATA PMTBSUMATERA BARAT (PDRB) ... 88

GRAFIK 4.14.LSKAPASITAS UTILISASI,LSPERSEDIAAN DAN KAPASITAS TERPAKAI (SKDU) ... 88

GRAFIK 4.15.KONDISI LIKUIDITAS KEUANGAN KORPORASI BERDASARKAN SEKTORAL ... 89

GRAFIK 4.16.KONDISI RENTABILITAS KEUANGAN KORPORASI BERDASARKAN SEKTORAL... 89

GRAFIK 4.17.PERTUMBUHAN DEPOSITO BANK UMUM BERDASARKAN KEPEMILIKAN ... 90

GRAFIK 4.18.PERTUMBUHAN DPKBANK UMUM MENURUT KEPEMILIKAN ... 90

GRAFIK 4.19.PERTUMBUHAN PENYALURAN KREDIT UNTUK KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT ... 91

GRAFIK 4.20.PERTUMBUHAN KREDIT KORPORASI DI SUMATERA BARAT ... 91

GRAFIK 4.21.NPLKREDIT KORPORASI DI SUMATERA BARAT ... 92

GRAFIK 4.22.NPL4SEKTOR TERBESAR KREDIT KORPORASI ... 92

GRAFIK 4.23.PERTUMBUHAN ASET BANK UMUM ... 94

GRAFIK 4.24.PANGSA ASET PERBANKAN PER KELOMPOK BANK ... 94

GRAFIK 4.25.PERTUMBUHAN DPKBANK UMUM MENURUT JENIS SIMPANAN (YOY) ... 94

GRAFIK 4.26.PERKEMBANGAN NOMINAL DPKMENURUT JENIS SIMPANAN ... 94

GRAFIK 4.27.PANGSA DPKBERDASARKAN KEPEMILIKAN... 95

GRAFIK 4.28.PERTUMBUHAN DPKBANK UMUM MENURUT KEPEMILIKAN ... 95

GRAFIK 4.29.PANGSA DPKBERDASARKAN KEPEMILIKAN... 95

GRAFIK 4.30.PERTUMBUHAN DEPOSITO BANK UMUM BERDASARKAN KEPEMILIKAN ... 95

GRAFIK 4.31.PANGSA DPKBANK UMUM BERDASARKAN JENIS SIMPANAN (%) ... 96

GRAFIK 4.32.PANGSA JENIS SIMPANAN BERDASARKAN KEPEMILIKAN (%) ... 96

GRAFIK 4.33.PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM MENURUT PENGGUNAAN ... 96

GRAFIK 4.34.PERKEMBANGAN NOMINAL KREDIT MENURUT PENGGUNAAN ... 96

GRAFIK 4.35.PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM DI SUMATERA BARAT MENURUT SEKTORAL... 97

GRAFIK 4.36.PERKEMBANGAN NOMINAL KREDIT MENURUT SEKTORAL ... 97

GRAFIK 4.37.PANGSA KREDIT BERDASARKAN SEKTORAL ... 97

GRAFIK 4.38.PANGSA KREDIT BERDASARKAN PENGGUNAAN... 97

GRAFIK 4.39.ANDIL SEKTOR EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT ... 98

GRAFIK 4.40.ANDIL JENIS PENGGUNAAN KREDIT TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT... 98

GRAFIK 4.41.PERTUMBUHAN KREDIT ... 99

GRAFIK 4.42.PERKEMBANGAN LDR DAN PERTUMBUHAN KREDIT DAN DPK ... 99

GRAFIK 4.43.SERIES NPLBANK UMUM SUMATERA BARAT ... 100

GRAFIK 4.44.SERIES LARBANK UMUM SUMATERA BARAT ... 100

GRAFIK 4.45.PERTUMBUHAN INDIKATOR PERBANKAN SYARIAH SUMATERA BARAT ... 103

GRAFIK 4.46.PERTUMBUHAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH SUMATERA BARAT ... 103

GRAFIK 4.47.PERTUMBUHAN KREDIT UMKM ... 104

GRAFIK 4.48.PROPORSI KREDIT UMKMSISI SEKTORAL ... 104

GRAFIK 4.49.PERTUMBUHAN KREDIT MIKRO,KECIL,MENEGAH, DAN UMKM ... 104

GRAFIK 4.50.PERKEMBANGAN NPLKREDIT UMKM ... 105

GRAFIK 4.51.RASIO JUMLAH REKENING DPKTERHADAP PENDUDUK USIA 15TAHUN KE ATAS ... 106

GRAFIK 4.52.RASIO JUMLAH REKENING KREDIT TERHADAP PENDUDUK USIA 15TAHUN KE ATAS ... 106

GRAFIK 4.53.RASIO JUMLAH REKENING DPKTERHADAP ANGKATAN BEKERJA ... 106

GRAFIK 4.54.RASIO JUMLAH REKENING KREDIT TERHADAP ANGKATAN BEKERJA ... 106

GRAFIK 5.1.FREKUENSI TRANSAKSI DAN JUMLAH REKENING LAYANAN KEUANGAN DIGITAL DI SUMATERA BARAT ... 110

GRAFIK 5.2.PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) ... 110

GRAFIK 5.3.ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) DI WILAYAH SUMATERA BARAT ... 110

GRAFIK 5.4.PERKEMBANGAN PEMUSNAHAN UANG TIDAK LAYAK EDAR (UTLE) DALAM LEMBAR ... 110

GRAFIK 5.5.TEMUAN UPAL DI SUMATERA BARAT ... 111

GRAFIK 6.1. TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA ... 123

GRAFIK 6.2. ANGKATAN BEKERJA DI SUMATERA BARAT ... 123

GRAFIK 6.3. PEKERJA MENURUT STATUS PEKERJAAN UTAMA ... 123

GRAFIK 6.4. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN PERIODE AGUSTUS 2017 ... 123

GRAFIK 6.5. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT PERIODE AGUSTUS 2017 ... 124

GRAFIK 6.6. SKALA LIKERT TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT (HASIL LIAISON) ... 124

(12)

7

GRAFIK 6.8. PANGSA PEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA ... 124

GRAFIK 6.9. JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI SUMATERA BARAT ... 126

GRAFIK 6.10. GARIS KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT ... 126

GRAFIK 6.11. GARIS KEMISKINAN UNTUK MAKANAN ... 127

GRAFIK 6.12. GARIS KEMISKINAN UNTUK NON MAKANAN ... 127

GRAFIK 6.13. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) ... 127

GRAFIK 6.14. INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) ... 127

GRAFIK 6.15. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI DI SUMATERA,2016 ... 128

GRAFIK 6.16. GINI RATIO PROVINSI DI SUMATERA,MARET 2017 ... 128

GRAFIK 6.17. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA DITERIMA (IT) DENGAN INDEKS HARGA DIBAYAR (IB) ... 129

GRAFIK 6.18. NTPSUMATERA BARAT MENURUT SUBSEKTOR... 129

GRAFIK 6.19. PERKEMBANGAN HARGA GKP(PRODUSEN) DAN HARGA BERAS (KONSUMEN) ... 130

GRAFIK 7.1. PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2017-2018 ... 132

GRAFIK 7.2.PERKEMBANGAN UMPPROVINSI SUMATERA BARAT ... 133

GRAFIK 7.3. INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ... 133

GRAFIK 7.4.PERKEMBANGAN REALISASI PENGADAAN SEMEN DI SUMATERA BARAT ... 134

GRAFIK 7.5.PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL (PALM OIL) ... 134

GRAFIK 7.6PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL (KARET) ... 134

GRAFIK 7.7. PERKEMBANGAN HARGA GABAH ... 135

GRAFIK 7.8. PERKEMBANGAN KONSUMSI LISTRIK INDUSTRI ... 136

GRAFIK 7.9.PROYEKSI INFLASI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 ... 138

GRAFIK 7.10. INDEKS EKSPEKTASI HARGA KE DEPAN ... 138

GRAFIK 7.11.PRAKIRAAN CURAH HUJAN JANUARI 2018 ... 138

GRAFIK 7.12. PRAKIRAAN SIFAT HUJAN JANUARI 2018 ... 138

GRAFIK 7.13.PROYEKSI HARGA EMAS (USD/TROY) ... 140

(13)

8

RINGKASANEKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE NOVEMBER 2017

Perekonomian Sumatera Barat triwulan III 2017 membaik

Seirama dengan kinerja perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat mencatatkan perbaikan pada triwulan III 2017. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat mampu tumbuh sebesar 5,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 5,33% (yoy). Dengan realisasi tersebut, pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat berada di posisi tertinggi kedua di kawasan Sumatera.

Sumber pertumbuhan pada triwulan III 2017 terutama berasal dari konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor luar negeri

Penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan laporan berasal dari perbaikan kinerja domestik (konsumsi pemerintah dan investasi) dan eksternal (ekspor luar negeri). Pemberian gaji ke-13 PNS dan percepatan pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah mendorong kenaikan laju pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi pada triwulan laporan. Sementara itu, membaiknya harga komoditas internasional dan permintaan negara mitra dagang menjadi pendorong perbaikan kinerja ekspor luar negeri.

Secara sektoral, perbaikan kinerja industri pengolahan dan perdagangan merupakan sumber penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan oleh peningkatan kinerja industri pengolahan dan perdagangan. Peningkatan kinerja industri pengolahan terjadi terutama karena pengolahan CPO, sebagai imbas dari kenaikan permintaan ekspor. Sedangkan meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha perdagangan disebabkan oleh kenaikan permintaan dan produksi barang akibat adanya sejumlah agenda acara berskala nasional dan internasional.

Peningkatan nominal realisasi pendapatan Provinsi Sumatera Barat pada triwulan III 2017 diiringi dengan peningkatan realisasi belanja

Meningkatnya realisasi Dana Perimbangan menyebabkan realisasi pendapatan Provinsi Sumatera Barat meningkat. Peningkatan pendapatan diikuti dengan kenaikan realisasi belanja pada triwulan III 2017. Kenaikan realisasi belanja Provinsi Sumatera Barat disebabkan oleh adanya pengalihan beberapa kewenangan dan tanggung jawab penggajian beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya guru SMA/SMK dan sederajat lainnya dari yang sebelumnya merupakan kewenangan kabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi sebagaimana amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

(14)

9 Daerah.

Terjaganya kecukupan pasokan bahan makanan menjadi faktor utama inflasi pada triwulan III 2017

Inflasi Sumatera Barat pada triwulan III 2017 mereda akibat masih terjaganya kecukupan pasokan bahan makanan. Laju inflasi Sumatera Barat pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 2,33% (yoy), atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 5,00% (yoy), terutama karena menurunnya tekanan harga dari kelompok bahan makanan. Masih terjaganya pasokan cabai merah seiring panen di berbagai daerah serta normalisasi harga berbagai barang dan jasa pasca Lebaran menjadi faktor rendahnya inflasi triwulan III 2017.

Secara umum, stabilitas keuangan daerah relatif terjaga

Secara umum, stabilitas keuangan daerah relatif terjaga. Hal tersebut didukung oleh kinerja sektor korporasi yang berlanjut menunjukkan perbaikan. Membaiknya harga komoditas penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, yakni CPO dan karet, yang masih berlangsung hingga triwulan III 2017 berdampak pada membaiknya kinerja sektor korporasi. Sementara itu, kinerja sektor rumah tangga belum menunjukkan banyak perbaikan, tercermin dari pertumbuhan yang terbatas pada kredit sektor rumah tangga.

Pertumbuhan kredit bank melambat

Kinerja kredit perbankan di Sumatera Barat mengalami pertumbuhan yang melambat. Risiko kredit bank umum di Sumatera Barat pada triwulan III 2017 mengalami perbaikan karena adanya perbaikan kemampuan membayar utang debitur. Pada triwulan III 2017 rasio kredit bermasalah/Non Performing Loan (NPL) bank umum di Sumatera Barat turun menjadi 3,21% dari sebelumnya sebesar 3,26%. Penurunan NPL tersebut juga diikuti oleh penurunan Loan at Risk (LAR)1

yang menunjukkan bahwa turunnya NPL memang disebabkan oleh adanya pembayaran cicilan dari debitur yang telah dikategorikan non performing.

1

LAR = (Kredit Non Performing + Kredit Kol 2 (Dalam Perhatian Khusus) + Kredit Lancar (Kol.1) restrukturisasi) / Total Kredit

(15)

10

Transaksi non tunai menunjukkan perbaikan

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan perbaikan, baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Secara volume, terjadi kenaikan transaksi kliring menjadi 74.896 lembar dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 71.897 lembar. Sedangkan dari sisi nominal, transaksi kliring juga mengalami kenaikan di level Rp3,0 triliun. Kembali normalnya pola konsumsi masyarakat pasca lebaran berimbas pada penurunan penggunaan uang tunai dan kembali normalnya tren transaksi kliring di Sumatera Barat.

Transaksi tunai mencatat net inflow

Pengelolaan uang rupiah, arus uang masuk (inflow) lebih dominan dibandingkan arus uang keluar (outflow). Pada triwulan III 2017, inflow tercatat sebesar Rp5,5 triliun, atau meningkat 2,82% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan arus kas yang keluar (outflow) hanya sebesar Rp799 miliar atau turun sebesar 55,26% (yoy). Secara keseluruhan, net inflow mengalami kenaikan yang signifikan mencapai 31,71% (yoy) atau sebesar Rp4,73 trilun. Pasca momen lebaran dan Idul Fitri, arus uang masuk sangat deras membanjiri sistem kas perbankan di Sumatera Barat. Masyarakat berangsur-angsur kembali menyetorkan uangnya ke perbankan.

Penyerapan tenaga kerja menurun diikuti peningkatan tingkat pengangguran

Kondisi ketenagakerjaan mencatat penurunan ditengah perbaikan kinerja ekonomi. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan meningkatnya tingkat pengangguran pada Agustus 2017 dibandingkan periode sama tahun 2016. Ketenagakerjaan di Sumatera Barat menghadapi berbagai tantangan, yakni tambahan angkatan kerja yang tidak sejalan dengan pembukaan lapangan pekerjaan baru, kualitas pencari kerja yang tidak sesuai dengan kualifikasi perusahaan, serta keterbatasan anggaran pemda untuk pembenahan infrastruktur dan pelatihan letenagakerjaan.

Kesejahteraan daerah terpantau membaik pada tahun 2017

Membaiknya pertumbuhan ekonomi diiringi dengan peningkatan kesejahteraan daerah. Jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin, dan indeks keparahan kemiskinan membaik pada tahun 2017. Ketimpangan atau ketidakmerataan penduduk menurun, tercermin dari angka rasio gini Sumatera Barat berada pada urutan terendah ke-3 (tiga) di Sumatera dan ke-5 (lima) di nasional. Indikator lain perbaikan kualitas hidup tercermin juga dari meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

(16)

11

(IPM). Perbaikan kesejahteraan daerah terindikasi didorong oleh meningkatnya pendapatan imbas dari peningkatan harga internasional (CPO dan karet) terutama bagi masyarakat yang sebagian besar mata pencahariannya bergantung pada komoditas tersebut.

Perbaikan kinerja perekonomian diperkirakan masih berlanjut pada triwulan IV 2017

Laju pertumbuhan diperkirakan berada di kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Akselerasi pertumbuhan terjadi seiring adanya peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Penyelenggaraan

event nasional dan internasional, serta peningkatan permintaan saat

liburan akhir tahun merupakan faktor pendorong konsumsi masyarakata. Semakin masifnya penyelesaian proyek fisik pemerintah dan strategi promosi investasi diduga menjadi pendorong meningkatnya investasi. Di sisi lain, sesuai pola historisnya, pengeluaran pemerintah mengalami puncaknya pada triwulan akhir. Secara sektoral, penopang pertumbuhan ekonomi berasal dari perbaikan kinerja lapangan usaha perdagangan, serta transportasi dan pergudangan.

Laju inflasi Sumatera Barat di triwulan IV 2017 diprakirakan meningkat

Setelah mengalami inflasi yang rendah dari triwulan I hingga triwulan III 2017 dengan capaian inflasi tahun kalender sebesar 0,66% (ytd), inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat. Pada triwulan IV 2017, inflasi Sumatera Barat diperkirakan lebih banyak bersumber dari kelompok volatile food dan administered

price. Hingga bulan Oktober 2017, beberapa komoditas pangan utama

seperti beras dan cabai merah mulai menunjukkan adanya kenaikan harga. Walaupun pemerintah telah memberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras secara Nasional sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) RI Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017 yang berlaku efektif sejak 15 September 2017, harga beras tetap mengalami peningkatan. Kenaikan harga beras tersebut merupakan dampak dari adanya kenaikan harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dan di tingkat penggilangan. Khusus cabai merah, kenaikan harga komoditas ini terjadi sebagai dampak mulai terbatasnya produksi cabai pada sentra produksi akibat musim panen yang hampir selesai.

(17)

12 Pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2017 tumbuh moderat Inflasi tahun 2017 diprakirakan lebih rendah dibandingkan 2016

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat secara keseluruhan tahun 2017 membaik, diperkirakan berada di kisaran 5,1% - 5,5% (yoy). Sumber penopang kinerja perekonomian selama tahun 2017 diperkirakan berasal dari penguatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan ekspor luar negeri. Sedangkan secara sektoral, pertumbuhan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pertanian dan perdagangan.

Secara keseluruhan tahun, inflasi tahun 2017 diproyeksikan berada pada rentang 2,2% - 2,6% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 4,89%(yoy). Pada tahun 2016, inflasi IHK mayoritas disumbang oleh kelompok volatile food dan

administered price antara lain cabai merah, beras, rokok kretek filter,

sekolah menengah atas dan rokok kretek dengan andil masing-masing sebesar 2,15%; 0,33%; 0,27%; 0,27% dan 0,23%. Berbeda halnya dengan tahun 2017. Inflasi tahun kalender dari Januari hingga Oktober 2017 sebesar 0,88% (ytd) justru banyak didominasi kelompok inti dengan 5 komoditas penyumbang inflasi utama antara lain tarif listrik, tarif pulsa ponsel, biaya perpanjangan STNK, bimbingan belajar dan pasir dengan andil masing-masing sebesar 1,21%; 0,30%; 0,23%; 0,18%; dan 0,17%. Rendahnya inflasi sepanjang tahun 2017 mayoritas disebabkan oleh melimpahnya pasokan komoditas cabai merah yang berlangsung dari triwulan I hingga triwulan III, terjaganya pasokan beras disertai dengan penguatan berbagai program pengendalian inflasi ditengah kondisi masih belum kuatnya konsumsi rumah tangga.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan I 2018 diprakirakan melambat

Pertumbuhan perekonomian di triwulan I 2018 diperkirakan berada dalam rentang 5,1% - 5,5% (yoy). Sumber perlambatan terutama berasal dari menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. Pertumbuhan konsumsi masyarakat melambat karena menurunnya daya beli masyarakat serta pengaruh dari terbatasnya konsumsi swasta dan pengeluaran pemerintah pada awal tahun. Siklus masih rendahnya realisasi belanja modal pemerintah dan investasi sektor swasta di awal tahun berdampak pada tertahannya kinerja investasi. Sementara itu, ekspor diprakirakan sedikit melemah

(18)

13

seiring tren penurunan harga berbagai komoditas internasional. Dari sisi lapangan usaha, menurunnya kinerja pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan menjadi penyebab perlambatan ekonomi pada triwulan I 2018.

Laju inflasi Sumatera Barat masih terkendali pada triwulan I 2018

Laju inflasi secara umum (IHK) diproyeksikan berada dalam rentang 2,3% - 2,7% (yoy) atau cenderung stabil dibandingkan triwulan IV 2017. Tekanan inflasi pada triwulan I 2018 utamanya diperkirakan berasal dari kelompok volatile food. Tingginya permintaan dari luar Sumatera Barat seperti dari Riau, serta gangguan cuaca yang berpotensi mengganggu produksi padi dan cabai merah menjadi penyebab tekanan inflasi kelompok volatile food. Sementara itu, Kelompok lain seperti administered price maupun inti diperkirakan terjaga dalam level yang stabil.

(19)

14

INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT

Keterangan :

* IHK th 2012-2013 menggunakan tahun dasar 2007=100, IHK th 2014 menggunakan tahun dasar 2012=100 ** PDRB menggunakan tahun dasar 2010

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS - Data Perbankan berasal dari data Bank Indonesia

(20)

15

1

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

Perbaikan kinerja perekonomian Sumatera Barat masih terus berlanjut hingga

triwulan III 2017. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terpantau meningkat dari

5,33% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,38% (yoy) pada triwulan III 2017. Penguatan pertumbuhan ekonomi triwulan laporan ditopang oleh peningkatan konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor luar negeri. Meningkatnya belanja pegawai akibat adanya pergeseran waktu pemberian gaji ke-13 PNS mendorong pengeluaran pemerintah. Kegiatan investasi terpantau meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah dan realisasi investasi pihak swasta. Dari sisi eksternal, perdagangan ekspor luar negeri terpantau meningkat signifikan sejalan dengan naiknya harga komoditas dunia dan permintaan negara mitra dagang. Secara sektoral, sumber pertumbuhan Sumatera Barat berasal dari membaiknya kinerja lapangan usaha perdagangan dan industri pengolahan. Penyelenggaraan acara berskala nasional dan internasional mendorong meningkatnya wisatawan ke Sumatera Barat diduga menjadi pendorong kenaikan aktivitas perdagangan pada triwulan laporan. Sementara itu, industri pengolahan mencatatkan perbaikan sejalan dengan meningkatnya penjualan industri pengolahan CPO dan semen. Di sisi lain, melambatnya kinerja lapangan usaha pertanian dan transportasi pergudangan menahan perekonomian Sumatera Barat untuk tumbuh lebih tinggi lagi.

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan IV 2017 diprakirakan masih tumbuh

kuat di kisaran 5,2 5,6% (yoy). Dari sisi permintaan, ekonomi Sumatera Barat menghadapi

tantangan yakni kenaikan harga komoditas internasional yang tidak setinggi periode sebelumnya dan berdampak pada menurunnya ekspor luar negeri. Namun, menguatnya aktivitas konsumsi rumah tangga saat momen liburan, serta puncak penyerapan belanja pemerintah menjelang akhir tahun terindikasi menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan IV 2017. Dari sisi lapangan usaha, sumber peningkatan kinerja ekonomi berasal dari membaiknya kinerja perdagangan dan transportasi pergudangan seiring dengan meningkatnya permintaan saat liburan sekolah.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Barat tahun 2017 tumbuh

moderat dibandingkan tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diproyeksikan

berada di kisaran 5,1% - 5,5% (yoy). Sumber penopang kinerja perekonomian selama tahun 2017 diperkirakan berasal dari penguatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan ekspor luar negeri. Sedangkan secara sektoral, pertumbuhan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pertanian dan perdagangan.

(21)

16 1.1 Perkembangan Umum

Secara perlahan namun pasti, kinerja perekonomian Sumatera Barat terus menunjukkan perbaikan sejak triwulan I hingga triwulan III 2017. Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 tercatat sebesar 5,38% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 5,33% (yoy)2

, bahkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis 3 tahun terakhir (2014 2016) sebesar 5,18% (yoy). Sumber penopang pertumbuhan ekonomi terutama berasal dari perbaikan kinerja dari sisi domestik maupun eksternal. Penguatan permintaan domestik berasal dari konsumsi pemerintah dan investasi, sementara konsumsi rumah tangga melambat pasca berakhirnya momen lebaran dan liburan sekolah. Peningkatan belanja barang dan belanja pegawai mendorong kenaikan pengeluaran pemerintah selama triwulan III 2017. Sementara itu, investasi meningkat sejalan dengan pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah. Sedangkan dari sisi eksternal, terus berlanjutnya perbaikan harga komoditas internasional (kelapa sawit dan karet) memberikan dampak positif terhadap peningkatan kinerja ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan oleh peningkatan kinerja industri pengolahan dan perdagangan. Membaiknya kinerja industri pengolahan didorong oleh perbaikan permintaan dunia, peningkatan harga komoditas, serta imbas dari kenaikan ekspor. Sedangkan meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha perdagangan disebabkan oleh kenaikan permintaan dan produksi barang akibat adanya sejumlah agenda acara berskala nasional dan internasional.

5.56 5.38 5.21 5.21 4.83 4.78 4.76 3.69 2.85 2.41 4.43 5.06 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

6.00 Provinsi di Sumatera Sumatera Nasional % yoy Sumber: BPS, diolah 0 2 4 6 I II III IV I II III IV I II III 2015 2016 2017 5.065.38

Nasional Sumatera Barat

%, yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Sumatera Triwulan III 2017

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat dan Nasional

2

Revisi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 dari 5,32% (yoy) menjadi 5,33% (yoy). Revisi tersebut berdasarkan rilis pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan III 2017 No. 60/11/13/Th XX, 6 November 2017.

(22)

17

Secara spasial, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di kawasan Sumatera. Pada triwulan laporan, kinerja perekonomian Sumatera Barat terpantau menjadi provinsi dengan laju pertumbuhan PDRB tertinggi ke-2 di Sumatera, setelah Sumatera Selatan. Secara agregat Sumatera, kinerja ekonomi kawasan ini mencatat perbaikan dengan level moderat, yaitu dari 4,11% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 4,43% (yoy) pada triwulan III 2017. Sumber pertumbuhan ekonomi Sumatera terutama berasal dari meningkatnya konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor luar negeri. Sementara secara sektoral, pertumbuhan ekonomi terutama terjadi karena peningkatan kinerja industri pengolahan dan konstruksi. Hampir keseluruhan provinsi di Sumatera mengalami perbaikan kinerja perekonomian, kecuali Kepulauan Bangka Belitung dan Bengkulu.

Dalam skala nasional, perekonomian Indonesia pada triwulan III 2017 tumbuh moderat menjadi 5,06% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy). Perbaikan kinerja ekonomi nasional terutama berasal dari meningkatnya kinerja ekspor dan investasi. Peningkatan harga komoditas internasional khususnya CPO dan batubara berdampak pada perbaikan ekspor luar negeri. Sementara kenaikan realisasi investasi nasional sejalan dengan pembangunan infrastruktur pemerintah serta semakin intensifnya penanaman modal pihak swasta. Investasi nasional ditopang oleh peningkatan investasi bangunan karena pengerjaan proyek dan investasi non bangunan karena adanya pembelian mesin dan perlengkapan. Kinerja konsumsi pemerintah membaik sejalan dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah. Realisasi belanja pemerintah (APBN) hingga triwulan III 2017 mencapai Rp481,34 triliun atau 22,56% dari pagu 2017 sebesar Rp2.133,30 triliun. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga tetap terjaga meskipun tumbuh sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Melemahnya tingkat konsumsi masyarakat tersebut antara lain disebabkan oleh normalisasi konsumsi pasca lebaran.

(23)

18

1.2 Dinamika Sisi Pengeluaran Perekonomian Sumatera Barat

Tabel 1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan

Konsumsi Rumah Tangga 4.08 4.03 4.58 4.34 4.26 4.40 4.36 4.42 4.38 4.39 4.43 4.59 4.29

Konsumsi LNPRT 0.02 -2.77 7.94 8.69 3.39 6.46 8.51 3.68 0.46 4.67 0.23 1.75 2.36

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.56 5.19 6.02 4.21 4.36 3.41 5.40 -1.35 -0.83 1.20 1.05 1.67 3.53

Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.89 3.81 4.62 4.03 4.33 3.90 3.82 2.93 2.85 3.36 2.83 1.58 2.83

Perubahan Inventori 3.96 -1.00 177.07 3.59 105.80 897.53 469.75 0.43 816.83 -2.34 -50.36 -31.73 137.78

Ekspor Luar Negeri 3.34 20.26 1.82 -5.55 4.62 -10.87 -29.64 -3.51 -4.87 -12.84 23.77 78.84 113.09

Impor Luar Negeri -0.46 6.66 -7.34 -3.62 -1.51 -1.24 -20.83 -12.69 -54.15 -23.04 -21.40 -13.76 -3.45

Net Ekspor Antar Daerah -148.85 16.09 29.90 -19.36 -13.10 1090.42 -94.36 -85.52 4.49 -68.32 -66.45 2917.83 5578.29

P D R B 5.49 5.75 5.26 5.61 5.52 5.58 5.85 4.81 4.86 5.26 4.99 5.33 5.38

Komponen Pengeluaran (%, yoy) 2015 2016 2017

I II III IV Total I II III IV Total I II III

Sumber: BPS, diolah

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terutama ditopang oleh peningkatan ekspor luar negeri, investasi, dan konsumsi pemerintah dengan andil sebesar 14,4% (yoy), 0,82% (yoy), dan 0,37% (yoy). Sementara itu, konsumsi rumah tangga terpantau melambat meski memberikan andil yang cukup besar (2,21% yoy) terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan III 2017.

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Berakhirnya pola musiman keagamaan dan liburan sekolah menjadi penyebab melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II 2017 sebesar 5,29% (yoy). Ditinjau dari struktur komponennya, konsumsi rumah tangga Sumatera Barat didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman selain restoran dengan pangsa sebesar 46,05%, diikuti oleh kebutuhan untuk transportasi dan komunikasi (21,29%) serta perumahan dan perlengkapan (10,28%). Pola konsumsi ini tidak jauh berbeda dengan provinsi lainnya yang sebagian besar pengeluaran masyarakat digunakan untuk kebutuhan dasar khususnya makan dan minum. Dengan pangsa yang besar, melambatnya konsumsi makanan dan minuman menjadi penyebab turunnya agregat konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017.

Selain itu, menurunnya jenis pengeluaran kesehatan dan pendidikan, serta konsumsi alas kaki dan pakaian ditengarai ikut menahan laju konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Perlambatan konsumsi makanan dan minuman serta alas kaki dan pakaian disebabkan oleh normalisasi permintaan masyarakat karena adanya pergeseran Ramadhan dan perayaaan Idul Fitri yang sepenuhnya berlangsung pada triwulan II 2017. Sementara

(24)

19

melambatnya kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan terjadi seiring dengan persiapan tahun ajaran baru yang telah memasuki periode akhir. Di sisi lain, penurunan permintaan masyarakat terjadi karena belum cukup kuatnya perbaikan daya beli masyarakat. Upah yang rendah di sektor pertanian menjadi penyebab tingkat konsumsi rumah tangga kuartal III 2017 melambat3, mengingat sektor tersebut merupakan sektor utama yang menyerap paling banyak tenaga kerja di Sumatera Barat.

Menurunnya konsumsi rumah tangga terefleksi dari pelemahan sejumlah indikator konsumsi. Berkurangnya optimisme kegiatan konsumsi masyarakat tercermin dari penurunan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS menjadi 102,9 pada triwulan III 2017. Penurunan tersebut terjadi karena menurunnya indeks pendapatan masyarakat dan indeks konsumsi (makanan dan makanan).

Sejalan dengan BPS, kondisi tertahannya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari hasil Survei Konsumen KPwBI Provinsi Sumbar yang menyatakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) kembali menunjukkan kondisi pesimis pada akhir triwulan III tahun 2017. Kondisi tersebut terutama didorong oleh optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang mengalami penurunan pada akhir triwulan III 2017. Penurunan optimisme dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan kerja yang terbatas serta penghasilan dan konsumsi masyarakat yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hasil liaison Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Barat menunjukkan skala likert permintaan domestik yang menurun meskipun masih bernilai positif sebesar 0,71 pada triwulan III 2017, dibandingkan triwulan II 2017 yang mencapai 1,08.

3

Anekdotal diambil dari keterangan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, yang tertuang dalam

www.cnnindonesia.com tanggal 8 November 2017. Dalam artikel tersebut, Sri Mulyani menyebutkan

bahwa indikasi dari perlambatan konsumsi nasional ditenggarai disebabkan oleh adanya upah buruh yang rendah.

(25)

20 Konsumsi RT ; 52.4% Konsumsi LNPRT ; 1.1% Konsumsi Pemerintah ; 11.4% Investasi ; 28.8%

Net Impor Antar Daerah ; -16.9% Net Ekspor LN ; 22.1% Sumber: BPS, diolah 20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Tendensi KonsumenPendapatan Rumah Tangga Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Konsumsi Baseline (Batas Positif)

Tingkat Konsumsi Makanan dan Bukan Makanan

Sumber: BPS, diolah Grafik 1.3. Pangsa PDRB Tw III 2017 Menurut

Permintaan Berdasarkan Harga Berlaku

Grafik 1.4. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen

Indikasi lain deselerasi kegiatan konsumsi rumah tangga tergambar dari turunnya pemakaian listrik rumah tangga. Dari sisi pembiayaan perbankan, tertahannya konsumsi rumah tangga terindikasi dari relatif stabilnya pertumbuhan jenis kredit konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 di level 7,1% (yoy) atau sama dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan bila ditinjau lebih lanjut, pertumbuhan komponen kredit multiguna, KPR, dan kredit rumah tangga lainnya melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan permintaan yang mencakup pembelian alat komunikasi, elektronik, furnitur, dan peralatan rumah tangga lainnya.

20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline (Batas Positif)

Sumber: BI, diolah

2.4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan - sisi kanan

MWh % yoy

Sumber: PLN, diolah

Grafik 1.5. Survei Konsumen Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik

-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.10 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.91 1.1 1.2 1.3 1.4 I II III IV I II

III IV I II III IV I II III 2014 2015 2016 2017 0.71 Indeks

Sumber: BI, diolah

-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 2015 2016 2017

g.Total Kredit Rumah Tangga g.KPR g.KKB g.Kredit lain-lain g.Multiguna (sisi kanan)

% yoy % yoy

% yoy

Sumber: BI, diolah

Grafik 1.7. Perkembangan Skala Likert

Permintaan Domestik

(26)

21 1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Pengaruh base effect penundaan Dana Alokasi Umum (DAU) pada triwulan III 2016, serta pergeseran pemberian gaji ke-13 PNS pada triwulan III 2017 mendorong kenaikan laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan. Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan No. 125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Sebagian Penyaluran DAU Tahun 2016 dan No.162/PMK.07/2016 tentang Rincian Kurang dan Lebih Bayar DBH Tahun 2016 menyebabkan Pemda Sumbar harus melakukan pemangkasan pengeluaran daerah yang bersifat kurang produktif. Hal ini dilakukan karena adanya penurunan penerimaan daerah mencapai lebih dariRp600 miliar. Kondisi tersebut menyebabkan kontraksi pengeluaran pemda selama triwulan III 2016. Berbeda dengan tahun sebelumnya, penerimaan negara pada tahun 2017 yang relatif baik tercermin dari belum adanya kebijakan serupa pada tahun ini. Sehingga belanja pemda mampu tumbuh positif selama triwulan III 2017. Peningkatan belanja pemda ditopang pula oleh meningkatnya realisasi penerimaan daerah (baik dari PAD dan Dana Perimbangan) selama triwulan III 2017, dibandingkan periode sama tahun 2016. Hal ini berdampak pada keleluasaan ruang fiskal pemda dalam menggunakan anggaran sesuai rencana yang ditetapkan.

Kenaikan realisasi belanja pemerintah selama triwulan III 2017 terdorong pula oleh adanya pemberian gaji ke-13 pasca Idul Fitri. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya belanja pegawai pada APBD Provinsi Sumatera Barat menjadi Rp548 miliar, atau tertinggi dibandingkan angka historis triwulan III selama 3 tahun terakhir (2014-2016). Di sisi lain, pola siklus belanja daerah yang semakin ekspansif memasuki semester II berdampak pada kenaikan penyerapan anggaran pada triwulan laporan. Hal tersebut didukung pula adanya komitmen dari Pemda untuk mempercepat penyerapan belanja serta menjaga agar penyerapan belanja tahunan mencapai lebih besar dari 95% dari target APBD. Kondisi tersebut tercermin dari adanya sejumlah upaya pemantauan dan evaluasi berkala terhadap penyerapan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Provinsi Sumatera Barat. Hal tersebut dipertegas pula dengan adanya penandatanganan kontrak kinerja antara pimpinan SKPD dengan Gubernur Provinsi Sumatera Barat terkait penyerapan anggaran.

(27)

22 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Beanja Modal Belanja Pegawai

Penyerapan Belanja Modal - sisi kanan Penyerapan Belanja Pegawai - sisi kanan Miliar Rp

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat, diolah

Grafik 1.9. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

1.2.3 Investasi

Optimalisasi belanja modal pemerintah serta dukungan realisasi investasi pihak swasta menyebabkan meningkatnya kinerja investasi pada triwulan III 2017, dari 1,58% (yoy) menjadi 2,83% (yoy). Membaiknya aktivitas investasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) akselerasi penyerapan anggaran daerah untuk mendorong percepatan pengerjaan proyek infrastruktur strategis daerah; (2) iklim investasi semakin kondusif, diiringi dengan semakin tinggi komitmen pemerintah dalam meningkatkan promosi investasi hingga ke mancanegara; (3) perbaikan permintaan global yang menyebabkan pelaku usaha berorientasi ekspor untuk meningkatkan investasi (khususnya untuk pembelian mesin).

Ekspansi investasi pihak swasta di Sumatera Barat terefleksi dari meningkatnya realisasi investasi PMA dan PMDN selama triwulan III 2017 menjadi USD160,4 juta dan Rp557,9 miliar. Berdasarkan jenisnya, kenaikan investasi PMA terutama berasal dari sektor pertambangan dan energi (listrik, gas, dan air) dengan pangsa keduanya mencapai 98,5% dari total PMA. Peluang investasi pada sektor tersebut sangat besar mengingat Sumatera Barat memiliki lokasi tambang dan geothermal yang potensial. Terlebih lagi, adanya proyek pembangunan listrik nasional 35.000 MW turut mendorong pengembangan investasi energi listrik. Dalam proyek tersebut, Sumatera Barat sedang dalam tahap konstruksi pembangkit listrik dengan kapasitas 95 MW yang tersebar di 4 lokasi (Guntung, Induring, Lintau II, dan Muara Laboh). Berdasarkan informasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Provinsi Sumatera Barat, saat ini setidaknya terdapat 17 lokasi geothermal di Sumatera Barat, dengan kapasitas listrik yang dihasilkan mencapai lebih dari 16.000 MW. Namun, baru terdapat 1 lokasi geothermal yang sudah dieksplorasi dan 2 lokasi lainnya sedang dalam tahap survei oleh

(28)

23

perusahaan investor. Sebagai informasi, negara investor PMA terbesar pada triwulan III 2017 berasal dari Jepang diikuti oleh Singapura dan Amerika Serikat. Dari sisi pemerintah, geliat pengerjaan proyek infrastruktur strategis seperti jalan dan jembatan mendorong peningkatan investasi Sumatera Barat. Terlebih lagi, adanya proyek pembangunan 100 ribu rumah4 untuk penduduk miskin di 7 kab/kota terindikasi turut mendorong kinerja investasi pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan konstruksi menjadi 6,85% (yoy) pada triwulan III 2017, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 5,70% (yoy).

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 50 100 150 200 250 300 350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

USD Juta/Rp Miliar Jumlah Proyek PMA

Proyek PMDN Investasi PMA (USD Juta) Investasi PMDN (Rp Miliar) Sumber: BKPM, diolah Jepang 87.1% Singapura 7.0% Amerika Serikat 3.4% Hongkong, RRT 1.2% Australia 1.0% Lainnya 0.3% Sumber: BKPM, diolah Grafik 1.10. Perkembangan Investasi PMA dan

PMDN di Sumatera Barat

Grafik 1.11. Negara Investor PMA di Sumatera Barat Pada Triwulan III 2017

Meningkatnya kinerja investasi tercermin dari peningkatan sejumlah indikator. Konsumsi semen selama triwulan III 2017 yang mencapai 315 ribu ton atau tumbuh sebesar 16,4% (yoy), serta merupakan penjualan semen tertinggi selama 4 tahun terakhir. Hasil liaison

Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Barat menunjukkan adanya peningkatan skala

likert investasi, terutama berasal dari pelaku usaha yang bergerak di bidang perdagangan

dan industri pengolahan. Berdasarkan informasi dari sejumlah perusahaan kontak, realisasi investasi terutama dilakukan untuk pembangunan gedung dan gardu listrik, serta pembelian mesin.

4

(29)

24 (30.0) (20.0) (10.0) 10.0 20.0 30.0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Semen Pertumbuhan - sisi kanan

ribu ton %, yoy

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.10 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.91 1.1 1.2 1.3 1.4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 2015 2016 2017 0.91 Indeks

Sumber: BI, diolah Grafik 1.12. Perkembangan Penjualan Semen di

Sumatera Barat

Grafik 1.13. Skala Likert Realisasi Investasi Sumatera Barat (Hasil Liaison)

1.2.4 Ekspor

Membaiknya harga komoditas internasional mendorong peningkatan kinerja ekspor luar negeri pada triwulan laporan. Harga komoditas ekspor utama Sumatera Barat, yaitu CPO dan karet, terpantau mulai membaik memasuki triwulan III 2017 setelah sempat turun sepanjang triwulan I dan II 2017. Selama triwulan III 2017, harga karet tumbuh sebesar 28,1% (yoy) pada triwulan III 2017, atau merupakan pertumbuhan tertinggi dibandingkan rata-rata historis triwulan III selama 3 tahun terakhir (2014 2016). Hampir sejalan dengan karet, kontraksi harga CPO dunia terpantau membaik dari 6,0% (yoy) menjadi 3,4% (yoy) selama triwulan III 2017. Porsi ekspor CPO dan karet yang mencapai 81,3% (yoy) di dalam ekspor total Provinsi Sumatera Barat menyebabkan tingginya pengaruh dinamika pasar dua komoditas tersebut pada kinerja ekspor Sumatera Barat. Selain harga, perbaikan kinerja ekspor ditopang pula oleh meningkatnya permintaan negara mitra dagang utama Sumatera Barat, tercermin dari meningkatnya aktivitas industri manufaktur negara mitra dagang utama Sumatera Barat seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. Hal tersebut terkonfirmasi dari peningkatan

index (PMI) kedua negara tersebut. Lebih lanjut, perekonomian India yang diperkirakan

rebound pada triwulan III 2017 berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Sumatera

Barat mengingat pangsa ekspor ke negara tersebut mendominasi total ekspor Sumatera Barat. Di sisi lain, adanya kebijakan Pemerintah Tiongkok menerapkan program B5 atau biodiesel campuran 5% dengan solar memengaruhi permintaan ekspor CPO.

(30)

25 (60.00) (40.00) (20.00) 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

I II III IV I II III IV I II III 2015 2016 2017

113.09

(3.45)

%, yoy Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri

Sumber: BPS, diolah (10.00) (5.00) 5.00 10.00 15.00 20.00

I II III IV I II III IV I II III 2015 2016 2017

(6.15) 16.42

%, yoy Ekspor Antar Daerah Impor Antar Daerah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14. Ekspor dan Impor Luar Negeri Grafik 1.15. Ekspor Impor Antar Daerah

Meningkatnya ekspor Sumatera Barat tercermin dari perbaikan sejumlah indikator. Indikasi perbaikan ekspor tercermin dari skala likert pada triwulan II 2017 sebesar 0,67, atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,11. Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Barat, volume penjualan ekspor salah satu perusahaan pengolahan CPO sampai dengan Agustus 2017 mengalami peningkatan yang terbatas menjadi 23.800 ton (2%, yoy). Kondisi serupa juga terlihat pada penjualan ekspor kontak perkebunan kelapa sawit lainnya yang meningkat sebagai dampak positif kondisi iklim dan cuaca yang cukup baik. Selain CPO, penjualan perusahaan ekspor pengolahan karet juga mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan harga komoditas dan adanya perluasan pasar ke Australia dan Pakistan. Indikasi lain tercermin dari meningkatnya aktivitas pengiriman barang ekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Berbeda dengan aktivitas perdagangan luar negeri, ekspor antar daerah kembali melambat pada triwulan III 2017. Kontraksi pertumbuhan ekspor antar daerah tercatat semakin dalam menjadi 6,15% (yoy) dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 5 10 15 20 25 30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

M

ill

ion

s

Nilai Ekspor Karet Vol. Ekspor Karet (skala kanan)

Juta USD ribu tonribu ton

Sumber: BI, diolah

80 85 90 95 100 105 110 115 120 45 47 49 51 53 55 57 59

I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 2015 2016 2017

INDEKS INDEKS Amerika Serikat Tiongkok

Jepang Batas Singapura

Sumber: ieconomics, diolah Grafik 1.16. Perkembangan Nilai dan Volume

Ekspor Karet Sumatera Barat

(31)

26

5,78% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya jumlah dan pertumbuhan volume muat barang di Pelabuhan Teluk Bayur pada triwulan laporan.

-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.10 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.91 1.1 1.2 1.3 1.4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2014 2015 2016 2017 0.71 Indeks

Sumber: BI, diolah

(80.0) (60.0) (40.0) (20.0) 20.0 40.0 60.0 80.0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Volume Ekspor Volume Impor

Pertumbuhan Volume Impor - sisi kanan Pertumbuhan Volume Ekspor - sisi kanan

Sumber: Pelindo, diolah

Grafik 1.18. Skala Likert Ekspor Hasil Liaison Grafik 1.19. Perkembangan Volume Ekspor

Impor Melalui Pelabuhan Teluk Bayur

India 40.8% Amerika Serikat 11.6% Singapura 11.1% Tiongkok 3.8% Bangladesh 3.6% Myanmar 3.4% Jepang 2.9% Malaysia 2.8% Belanda 2.8% Lainnya 17.1%

Sumber: BI, diolah

Minyak dan lemak nabati atau hewani; 66.5% Karet dan barang dari karet; 15.1% Kopi, teh dan

rempah-rempah; 4.6% Aneka produk kimia; 1.5% Limbah dari industri makanan; 1.2% Lainnya; 2.0%

Sumber: BI, diolah Grafik 1.20. Negara Tujuan Ekspor Sumatera

Barat Triwulan III 2017

Grafik 1.21. Komoditas Ekspor Sumatera Barat Triwulan III 2017 (60.0) (40.0) (20.0) 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 500 1,000 1,500 2,000 2,500

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Volume Bongkar Volume Muat

Pertumbuhan Volume Bongkar - sisi kanan Pertumbuhan Volume Muat - sisi kanan

Ribu Ton %, yoy

Sumber: Pelindo, diolah

Grafik 1.22. Aktivitas Bongkar Muat Arus Barang Pelabuhan Teluk Bayur

(32)

27 1.2.5 Impor

Kinerja impor luar negeri Sumatera Barat kembali meningkat pada triwulan III 2017. Meningkatnya geliat investasi dan membaiknya aktivitas industri pengolahan terindikasi menjadi pendorong kenaikan impor barang luar negeri, khususnya untuk jenis barang modal dan bahan baku. Kenaikan impor barang modal dan bahan baku tercermin dari meningkatnya nilai impor mesin dan limbah dari industri (pakan ternak) dari USD1,9 juta dan USD3,3 juta pada triwulan II 2017 menjadi USD7,1 juta dan USD5,5 juta. Peningkatan impor mesin sejalan pula dengan hasil liaison salah satu perusahaan kontak yang bergerak di bidang pengolahan karet yang melakukan pembelian mesin untuk meningkatkan kapasitas produksi. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan pembibitan sapi ternak menjadi pendorong kenaikan impor pakan ternak. Selain itu, kelangkaan garam yag berimbas pada turunnya kinerja industri pengolahan alas kaki dan kulit pada triwulan II 2017 terindikasi menjadi penyebab kenaikan impor garam pada triwulan III 2017. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan tersebut. 0 10 20 30 40 50 0 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017 M ill io n s

Nilai Impor Nonmigas

Nilai Impor Limbah dari Industri Makanan Nilai Impor Pupuk

Nilai Impor Mesin

Juta USD juta USD

Sumber: BI, diolah

-50 0 50 100 150 200 250 300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Vol. Impor Nonmigas Vol. Impor Pupuk Vol. Impor Mesin

Vol. Impor Limbah dari Industri Makanan

Juta Ton

Sumber: BI, diolah

Grafik 1.23. Nilai Impor Non Migas Grafik 1.24. Volume Impor Non Migas

Ditinjau dari klasifikasi pengelompokan barang, impor luar negeri masih didominasi oleh bahan baku (73,7%). Nilai impor bahan baku selama triwulan III 2017 tercatat sebesar USD21,7 juta sedangkan berdasarkan negara asal barang, impor luar negeri Sumatera Barat pada triwulan laporan bersumber dari Tiongkok (27,0%), Kanada (10,1%), dan Amerika Serikat (2,7%).

(33)

28 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Barang Konsumsi Barang Modal Bahan Baku

Juta USD

Sumber: BI,diolah

Limbah dari industri makanan ; 18.57% Pupuk ; 26.30% Kertas; 8.34% Garam, sulfur, dan batu-batuan; 4.16% Mesin; 23.78% Lainnya ; 18.83% Sumb er: BI, diolah

Grafik 1.25. Nilai Impor Berdasarkan Kelompok Grafik 1.26. Porsi Impor Komoditas Non Migas

Triwulan III 2017 Tiongkok 27.0% Kanada 10.1% Amerika Serikat 2.8% Rusia 1.9% Jerman 1.2% India 1.1% Lainnya 55.9%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.27. Asal Barang Impor Sumatera Barat Triwulan III 2017

1.3 Dinamika Lapangan Usaha Ekonomi Utama Sumatera Barat

Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan merupakan pendorong utama membaiknya perekonomian pada triwulan laporan. Sementara itu, melemahnya kinerja pertanian dan transportasi pergudangan menahan ekonomi Sumatera Barat tumbuh lebih tinggi lagi.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan

2017

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.71 0.69 1.67 11.78 4.36 5.44 2.72 -0.43 0.48 4.01 4.39 4.09

2 Pertambangan dan Penggalian 6.37 5.56 6.27 -2.96 3.73 -3.17 -0.48 2.74 9.26 2.98 1.28 -0.01

3 Industri Pengolahan 3.97 4.66 1.06 -2.00 1.84 1.68 7.23 5.93 4.74 3.84 0.46 3.03

4 Pengadaan Listrik dan Gas 11.32 6.78 5.94 -4.87 4.05 14.09 15.01 14.80 1.32 2.18 0.25 5.71

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.47 7.25 4.44 5.84 5.99 4.39 5.74 7.84 7.58 5.97 5.74 1.76

6 2.61 8.13 9.84 6.94 6.87 5.60 6.14 7.14 7.40 7.68 5.70 6.85

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.02 5.28 3.67 7.28 5.30 7.18 4.64 3.81 5.71 4.74 6.35 7.48

8 Transportasi dan Pergudangan 9.47 11.51 10.80 4.00 8.85 7.56 9.33 9.22 4.50 5.34 7.85 6.87

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.12 4.87 7.44 9.84 6.85 11.09 12.06 11.04 10.45 8.61 8.54 7.48

10 Informasi dan Komunikasi 10.13 14.02 10.97 0.63 8.77 6.20 8.89 9.29 12.35 8.30 9.66 7.02

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6.93 -0.74 3.99 4.41 3.63 5.20 9.81 6.93 10.22 2.72 5.00 2.45

12 2.49 3.56 5.74 9.25 5.30 6.87 6.47 4.64 3.68 4.92 7.81 3.64

13 Jasa Perusahaan 4.04 3.95 6.32 10.24 6.15 6.84 5.74 4.98 5.02 5.21 7.28 5.42

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.04 7.45 3.62 4.49 5.12 6.22 6.95 5.84 1.09 2.11 3.56 4.89

15 8.86 12.20 11.97 3.05 8.81 10.73 8.75 8.49 6.19 7.31 8.27 8.49

16 4.74 4.84 8.49 7.48 6.42 4.89 6.69 4.19 2.79 8.00 6.86 5.91

17 10.53 10.97 8.99 8.51 9.72 9.21 8.98 9.35 12.16 8.03 8.03 8.03

5.49 5.75 5.26 5.61 5.52 5.58 5.85 4.81 4.86 4.99 5.33 5.38

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

II III Konstruksi Real Estate I II III IV I I II III IV Total 2016 2015

Lapangan Usaha (%, yoy)

Gambar

Grafik 1.23. Nilai Impor Non Migas Grafik 1.24. Volume Impor Non Migas
Grafik 1.34. Jumlah Wisman di Sumatera Barat   Grafik 1.35. Pendaftaran Kendaraan Bermotor  Baru di Sumatera Barat
Grafik  1.43.  Pertumbuhan  Produksi  Industri  Manufaktur  Besar  dan  Sedang  dan  Industri  Mikro dan Kecil
Grafik 1.47. Perkembangan Indeks Ekspektasi  Konsumen, Indeks Keyakinan Konsumen, dan  Indeks Ekonomi Saat Ini (SK BI)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karya-karya tulis di atas berbeda dengan skripsi yang akan penulis bahas karena dalam penelitian ini, peneliti akan lebih memfokuskan pada problem atau masalah-masalah yang

Catatan yang diperoleh masih merupakan data yang di observasi, maka suatu keharusan bagi peneliti untuk melakukan catatan yang lebih komprehensif untuk

Kesimpulan penelitian ini, yaitu pada materi kubus dan balok : (1) model pembelajaran TPS dimodifikasi dengan Mind Mapping menghasilkan prestasi belajar lebih baik

(Ex Hosana Medica Pilar), RS Jawa Barat Bekasi Jl. Kasuari Raya Kav.. 162 Hasanah Graha Afiah, RS Jawa Barat Depok Jl. Raden Saleh No. Raya Siliwangi No. Gardenia Raya Selatan, Blok

Beberapa molekul mengandung atom pusat dengan jumlah ganjil elektron valensi, sehingga mereka tidak mungkin memiliki semua elektron mereka berpasangan.. Hal tersebut, yang

Penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi dismenore pada remaja putri usia 15-17 tahun di Surakarta masih tinggi, dan faktor yang berpengaruh pada derajat dismenore antara

Ira Irawati tahun 2008 yang berfokus pada pengukuran tingkat daya saing daerah berdasarkan variabel perekonomian daerah, variabel infrastruktur dan sumber

Budaya religius adalah segala norma, nilai, aturan, kegiatan, perilaku dan asumsi dasar yang dibentuk dan dibiasakan untuk disampaikan kepada seluruh stakeholder