• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 5 : Langkah Penyelesaian Sengketa Melalui ICSID

M. Keterbukaan Putusan Arbitrase Sesuai Konvensi ICSID

Informasi dasar mengenai setiap sengketa yang dimintakan penyelesaiannya melalui ICSID telah tersedia sejak sengketa pertama di tahun 1972 yaitu sengketa Holiday Inn. S.A., and others v. Morocco (ICSID Case No. ARB/72/1) tanggal 13 Januari 1972 dan hal tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan 23 ayat (1) ICSID Administrative Financial Regulations yang mengharuskan Sekretaris-Jenderal untuk meregister setiap sengketa sesuai Pasal 5 ICSID Additional Facility Rules. Peraturan ini juga menetapkan bahwa register tersebut harus terbuka untuk diperiksa oleh para pihak sesuai Peraturan 23 ayat (2) ICSID Administrative Financial Regulations dan Pasal 5 ICSID Additional Facility Rules, register mana berisi rincian dasar proses persidangan, data yang lengkap mengenai institusi, perilaku dan disposisi setiap persidangan, termasuk metode konstitusi dan keanggotaan masing-masing komisi, majelis dan komite serta mengharuskan register untuk memasukkan informasi tentang putusan yang dilakukan para pihak sesuai Konvensi ICSID.

301

Pasal 48 Konvensi ICSID dan Aturan 48 ICSID Arbitration Rules telah ada sejak pertama kali konvensi ICSID disahkan di Washington pada tahun 1965. Kemudian pada tahun 1984, Aturan 48 ayat (4) ICSID Arbitration Rules direvisi untuk memasukkan ketentuan bahwa di samping larangan Centre untuk menerbitkan dan mempublikasikan kutipan putusan tanpa persetujuan para pihak, maka terdapat juga kebijaksanaan ICSID untuk mempublikasikan kutipan dari aturan-aturan hukum yang diterapkan oleh majelis arbitrase.302 Jadi dengan kewenangan Sekretaris-Jenderal tersebut dalam rangka membantu perkembangan arbitrase ICSID maka putusan arbitrase ICSID dipublikasikan agar khalayak ramai mengetahui hukum apa yang diterapkan dan bagaimana majelis memutuskan permasalahan dalam sengketa itu sehingga dapat diprediksi gambaran oleh para pihak nantinya dalam penyelesaian sengketa. Demikian juga bagi negara dan investor yang telah mengikatkan diri untuk menyelesaikan sengketa yang timbul di kemudian hari melalui lembaga ICSID dan para pihak yang berminat untuk melakukan investasi dengan suatu host state tertentu. Penolakan terhadap gagasan arbitrase yang rahasia telah di mulai sejak tahun 1990 dengan memisahkan antara sifat yang melekat untuk kerahasiaan di sisi lain dan konsep hukum yang relatif terbatas di sisi lain,303 dengan kata lain tidak ada pengakuan secara umum mengenai kewajiban kerahasiaan dalam arbitrase. Di pertengahan tahun 1990 inilah jumlah sengketa investasi melalui ICSID meningkat

302

Aturan 48 ayat (4), Perubahan ICSID Arbitration Rules pada tahun 1984, pada kalimat

kedua, bahwa : “The Centre may, however, include in its publications excerpts of the legal rules applied by the Tribunal.”

303

sejalan dengan meningkatnya perhatian dan kritik atas ketersediaan informasi tentang sengketa antara investor dan negara.304

Michael Mcllwrath dan Roland Schroeder305 menulis bahwa publikasi putusan arbitrase bukanlah konsep yang sama sekali baru, misalnya pada tahun 1910, Arbiration of the Finnish Chamber of Commerce telah menerbitkan ringkasan putusan lembaga arbitrase yang tercantum dalam papan pengumuman Bursa Efek Finlandia tanpa mencantumkan nama para pihak, namun berakhir di tahun 1930-an. Namun beberapa tahun terakhir timbul protes dari berbagai perusahaan berupa ketidakpuasannya terhadap kinerja lembaga arbitrase yang lama dan mahal, sehingga akhirnya disadari bahwa pengusaha memerlukan informasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk memilih lembaga arbitrase dan arbiter yang sesuai dengan keinginan. Hal tersebut berarti bahwa keterbukaan proses dan putusan arbitrase dapat membantu pengguna arbitrase untuk mengukur kinerja lembaga dan arbiter.

Keterbukaan putusan diartikan sebagai putusan yang terbuka dan dapat di lihat oleh publik dengan mudah. Oleh karena ICSID berkaitan dengan negara yang akan menyelesaikan sengketa maka perlu adanya keterbukaan putusan sengketa yang melibatkan negaranya sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya. Keterbukaan diartikan sebagai putusan yang dipublikasi, publik dapat mengetahui dan ikut serta dalam proses arbitrase, akses terhadap dokumen dan dapat

304

Meg Kinnear, Eloise Obadia and Michael Gagain, “The ICSID Approach to Publication of

Information in Investor-State Arbitration,” dalam Alberto Malatesta & Rinaldo Sali, The Rise ..., ibid., hlm. 115.

305 Michael Mcllwrath dan Roland Schroeder, “Users Need More Transparency in International Arbitration,” dalam Alberto Malatesta & Rinaldo Sali, The Rise ..., ibid., hlm. 88.

memberi pendapat, sebagaimana diuraikan oleh Cornel Marian306 bahwa :

(1) a tribunal‟s decision/award be made public, (2) public parties enjoy unhindered access to the notice of arbitration-the document that commences arbitration proceedings, (3) public parties have access to oral hearings, and (4) similar access to documents, and (5) interested parties be given an opportunity to comment.

(Terjemahan : (1) putusan pengadilan diumumkan, (2) pihak masyarakat menikmati akses tanpa hambatan atas dokumen arbitrase yang memuat proses arbitrase, (3) pihak masyarakat memiliki akses untuk sidang dengar pendapat, dan (4) akses terhadap dokumen yang serupa, dan (5) pihak yang berkepentingan diberi kesempatan untuk memberikan komentar).

Dalam hal keterbukaan, arbitrase ICSID memiliki perbedaan dengan arbitrase komersial secara tradisional yang umumnya bersifat privat, karena dalam arbitrase antara investor dan negara terdapat hubungan antara negara dengan investor, kemudian juga terdapat kepentingan publik, sedangkan di sisi yang lain juga terdapat perintah aturan prosedural mengenai kerahasiaan yang mengatur ikut sertanya publik atas persetujuan para pihak, dan seringkali penyelesaian sengketa diabaikan jika dilakukan tanpa publisitas dan partisipasi terbuka oleh publik. Oleh karenanya, kerahasiaan bukan sebagai faktor yang mendukung cepatnya penyelesaian sengketa, hal mana menimbulkan kritik yang berkaitan dengan kerahasiaan, salah satunya menyatakan bahwa :307

Their meetings are secret. Their members are generally unknown. The decisions they reach need not be fully disclosed. Yet the way a group of international tribunals handles disputes between investor and foreign governments can lead to

306 Cornel Marian, “Sustainable Investment Through Effective Resolution of Investment

Disputes Is Transparency The Answer?,” hlm. 4., diunduh dari

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2070676. 307

Alessandra Asteriti and Christian J. Tams, Transparency and Representation of the Public Interest in Investment Treaty Arbitration, diakses dari http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1618843, hlm. 5.

national laws being revoked and environmental regulations changed. And it is all in the name of protecting foreign investor under NAFTA.

(Terjemahan : pertemuan para pihak adalah rahasia. Anggotanya umumnya tidak diketahui. Hampir seluruh keputusannya tidak diungkapkan. Namun cara sekelompok pengadilan internasional menangani sengketa antara investor dan pemerintah asing dapat menyebabkan hukum nasional dicabut dan peraturan lingkungan berubah dan itu semua atas nama melindungi investor asing sesuai NAFTA).

Kritik tersebut disebabkan karena ICSID memiliki karakter campuran di mana merupakan penyelesaian sengketa yang melibatkan negara dari suatu pemerintahan, kemudian obyek sengketanya berkaitan dengan isu kesejahteraan publik seperti aturan lingkungan, standar pekerja, hak minoritas dan tindakan politik dan putusan arbitrase ICSID berdampak pada ketersediaan dana suatu negara.308

Dalam hal memilih untuk tidak rahasia yang mengakibatkan kemungkinan adanya partisipasi pihak di luar perjanjian, maka ICSID telah berusaha senetral mungkin untuk menerima segala kemungkinan dengan membuat peraturan yang mengatur keterbukaan atas kesepakatan para pihak, meski demikian terdapat kritik atas aturan bahwa “the historic secrecy surrounding the development of all aspects of the international investment law regime” (sejarah kerahasiaan meliputi perkembangan semua aspek rezim hukum investasi internasional).309 Kemudian terdapat pendapat dari IISD (International Institute of Sustainable Development)

308

Ibid. 309

Howard Mann, et.al. “Comments on ICSID Discussion Paper, Possible Improvements of the

Framework for ICSID Arbitration,” International Institute for Sustainable Development, Desember 2004, hlm. 2, diakses dari www.iisd.org/pdf/2004/investment_icsid_response.pdf., tanggal 17 April 2014.

bahwa310 “no other legal dispute settlement system under public international law […] prevents the publication of its determinations or relies in whole or in part on the publication of selected portions of a decision” (tidak ada sistem penyelesaian sengketa hukum lain menurut hukum internasional publik yang mencegah publikasi yang ditentukan atau bergantung secara keseluruhan atau sebagian pada publikasi bagian putusan yang dipilih).

ICSID telah berada di garis depan berkaitan dengan peningkatan keterbukaan dalam pelaksanaan arbitrase investasi. Desakan mengenai publikasi telah dibicarakan dalam ICSID dan menjadi sangat istimewa dalam rangka peningkatan jumlah sengketa yang diselesaikan melalui lembaga ICSID, beberapa sengketa bahkan mempersoalkan isu publikasi yang kemudian dihentikan sementara pemeriksaannya (pending cases), misalnya sengketa Apotex Holding Inc. and Apotex Inc., v. United States of America (ICSID Case No. ARB (AF)/12/1) dalam confidentiality agreement tanggal 24 Juli 2012 dan sengketa Mobile TeleSystems OJSC v. Republic of Uzbekistan (ICSID Case No. ARB (AF)/12/7), yang dihentikan sementara berkaitan dengan kerahasiaan,311 sedangkan dalam sengketa Biwater Gauff (Tanzania) Limited v. United Republic of Tanzania, (ICSID Case No. ARB/05/22), dalam Procedural Order No. 3, paragraf 121 tanggal 29 September 2006, mempertimbangkan bahwa :

In the absence of any agreement between the parties on this issue, there is no provision imposing a general duty of confidentiality in ICSID arbitration, whether in the ICSID Convention, any of the applicable Rules or otherwise.

310

Ibid., hlm. 8.

311http://icsid_worldbank.org/icsid/FrontServlet?requestType=GenCasePHSRH&actionVal=List Pending, diakses pada tanggal 31 Desember 2013.

Equally, however, there is no provision imposing a general rule of transparency of non confidentiality in any of these sources.

(Terjemahan : Dengan tidak adanya perjanjian antara para pihak mengenai isu kerahasiaan, maka tidak ada ketentuan yang memaksa kewajiban kerahasiaan dalam arbitrase ICSID, baik dalam Konvensi ICSID, salah satu aturan yang berlaku atau sebaliknya, demikian juga, dalam aturan umum atau semacamnya tidak ada ketentuan memaksa untuk keterbukaan atas hal yang tidak rahasia dalam sumber tersebut).

Demikian juga dalam Aturan 30 ICSID Arbitration Rules tahun 1968, menyatakan

bahwa : “The parties are not prohibited from publishing their pleadings. They may, however, come to an understanding to refrain from doing so, particularly if they feel that publication may exacerbate the dispute” (para pihak tidak dilarang untuk mempublikasi permohonannya. Meski demikian, para pihak dapat memahami untuk menahan diri melakukan publikasi terutama jika merasa bahwa publikasi itu dapat memperburuk sengketa).

Larangan untuk melakukan publikasi yang memperburuk keadaan sengketa tersebut telah dipertimbangkan dalam putusan Amco Asia Corporation and others v. Republic of Indonesia, (ICSID Case No. ARB/81/1), Decision on Request for Provisional Measure, tanggal 9 Desember 1983, bahwa :

All these remarks do by no means weaken the good and fair practical rule, according to which both parties to a legal dispute should refrain in their own interest, to do anything that could aggravate or exacerbate the same, thus rendering its solution possibly more difficult.

(Terjemahan : Semua pernyataan yang diajukan tidak berarti melemahkan aturan praktek yang baik dan adil, yang menuntut kedua belah pihak yang bersengketa untuk menahan diri berkaitan kepentingannya, untuk melakukan apapun yang dapat memperburuk atau sama-sama memperburuk keadaan sehingga menghasilkan solusi yang lebih sulit).

Demikian juga dalam putusan Occidental Petroleum Corporation and Occidental Exploration and Production Company v. Republic of Ecuador, (ICSID Case No. ARB/06/11), Decision on Provisional Measures, paragraf 96, tanggal 17 Agustus 2007, yang menyatakan bahwa :

It relates to the general principle frequently affirmed in international case-law, whether judicial or arbitration proceedings are in question, according to which “each party to a case is obliged to abstain from every act or omission likely to aggravate the case or to render the execution of the judgment more difficult.” (Terjemahan : berkaitan dengan prinsip umum yang menegaskan dalam kasus hukum internasional, apakah itu proses pengadilan atau proses arbitrase yang bersangkutan, menuntut pada “masing-masing pihak dalam sengketa untuk wajib menahan diri dari setiap tindakan atau kelalaian yang akan memperburuk sengketa atau menahan diri untuk membuat pelaksanaan putusan menjadi semakin sulit”).

Pada tahun 2006, negara anggota ICSID (contracting state) dan pihak lain yang berkepentingan menyadari semakin pentingnya peningkatan keterbukaan dalam ICSID sehingga beberapa perubahan dilakukan terhadap akses dokumen,312 dimungkinkannya dengar pendapat dalam persidangan secara terbuka,313 ikut sertanya pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa.314

Amandemen penting yang dilakukan terhadap Aturan 48 ayat (4) ICSID Arbitration Rules menjelaskan bahwa tanpa adanya persetujuan kedua belah pihak untuk menerbitkan putusan, Centre akan mempublikasikan “pertimbangan hukum

majelis (legal reasoning of the tribunal)”. Amandemen ini telah melampaui aturan

312 Aturan 48 ayat (5) ICSID Arbitration Rules 2006 dan Pasal 53 ayat (3) Additional Facility Arbitration Rules 2006.

313

Aturan 32 ayat (2) ICSID Arbitration Rules 2006 dan Pasal 39 ayat (2) Additional Facility Arbitration Rules 2006.

314 Aturan 37 ayat (2) ICSID Arbitration Rules 2006 dan Pasal 41 ayat (3) Additional Facility Arbitration Rules 2006.

sebelumnya di tahun 1984 yang memungkinkan publikasi “aturan-aturan hukum yang diterapkan oleh majelis (legal rules applied by the tribunal).”315 Aurelia Antonietti316 mengatakan bahwa :

The former had „sometimes proved difficult to identify and the new iteration would „allow the Centre to publish the tribunal discussion of how to apply applicable legal principle.

(Terjemahan : sebelumnya „terkadang terbukti sulit untuk mengidentifikasi dan mengulang hal baru yang akan 'memungkinkan Centre untuk mempublikasi diskusi majelis tentang bagaimana menerapkan prinsip hukum yang berlaku). Amandemen tersebut menyebabkan kewajiban bagi Centre untuk mempublikasi kutipan putusan yang tidak termasuk milik publik dan secara khusus dimaksudkan untuk mencapai harapan keterbukaan yang lebih besar secara keseluruhan dalam sistem ICSID. Amandemen yang serupa juga dilakukan terhadap Pasal 53 ayat (3) Additional Facilitily Arbitration Rules yang menyatakan bahwa :

Except to the extent required for any registration or filing of the award by the Secretary-General under paragraph (1) of this Article, the Secretariat shall not publish the award without the consent of the parties. The Secretariat shall, however, promptly include in the publications of the Centre excerpts of the legal reasoning of the Tribunal.

(Terjemahan : Kecuali sejauh yang diperlukan untuk setiap pendaftaran atau pengajuan putusan oleh Sekretaris Jenderal pada ayat (1) Pasal ini, Sekretariat tidak akan mempublikasikan putusan tanpa persetujuan dari para pihak. Meski demikian, Sekretariat wajib segera melakukan publikasi kutipan pertimbangan hukum dari tribunal Centre tersebut).

Aturan tersebut merupakan kebalikan dari amandemen pada tahun 1984, yang hanya menyatakan bahwa Centre „dapat‟ mempublikasi kutipan pertimbangan hukum (the

315

Meg Kinnear, Eloise Obadia and Michael Gagain, dalam Alberto Malatesta & Rinaldo Sali, The Rise ..., op.cit., hlm. 116.

316 Ibid.

Centre „may‟ publish excerpt). Dengan demikian maka jelaslah bahwa perubahan terhadap aturan-aturan ini merupakan syarat yang ditujukan untuk meningkatkan keterbukaan dan efisiensi dalam pengembangan hukum internasional oleh karena publikasi putusan merupakan kewajiban bagi Centre, meski para pihak tidak setuju untuk hal tersebut.

Revisi pada tahun 2006 terhadap Aturan 48 ayat (4) ICSID Arbitration Rules tersebut, terdapat dalam kalimat Aturan 48 ayat (4) ICSID Arbitration Rules yang ditambahkan dengan permintaan kepada Centre untuk mempublikasikan kutipan pertimbangan hukum majelis arbitrase (“excerpts of the legal reasoning of the Tribunal”).317 Sementara, Aturan 48 ini hanya mengacu pada “putusan”' (yang mencakup keputusan final dari majelis arbitrase serta keputusan dari pembatalan putusan pokok oleh komite ad hoc untuk tujuan publikasinya, Centre memperlakukan keputusan lain dari majelis arbitrase seperti rekomendasi dari tindakan sementara, keputusan awal atas yurisdiksi atau perintah prosedural dengan cara yang sama seperti putusan.

Agar dapat memudahkan publikasi putusan tepat pada waktunya dengan membuat perintah publikasi lebih awal maka ICSID merevisi Aturan 48 ayat (4) ICSID Arbitration Rules menyatakan bahwa : “The Centre shall not publish the award without the consent of the parties. The Centre shall, however, promptly include in its publications excerpts of the legal reasoning of the Tribunal.” Jika ICSID tidak

317

Aturan 48 ayat (4), Perubahan ICSID Arbitration Rules tahun 2006, pada kalimat kedua,

menjadi : “… The Centre shall, however, promptly include in its publications excerpts of the legal reasoning of the Tribunal.”

memperoleh persetujuan kedua belah pihak untuk mempublikasikan seluruh isi dari putusan, dan hal tersebut tidak dipublikasi oleh sumber lain, maka ICSID wajib mempublikasi petikan putusan dari kesimpulan pertimbangan hukum majelis tersebut secara tepat waktu.

Aturan 48 ICSID Arbitration Rules, berbunyi :

(1) Upon signature by the last arbitrator to sign, the Secretary-General shall promptly (setelah ditandatangani oleh arbiter terakhir, Sekretaris Jenderal harus segera) :

(a) authenticate the original text of the award and deposit it in the archives of the Centre, together with any individual opinions and statements of dissent; and ( melakukan otentikasi teks asli dari putusan dan menyimpannya ke dalam arsip Centre, bersama-sama dengan setiap pendapat dan laporan perbedaan pendapat ; dan).

(b) dispatch a certified copy of the award (including individual opinions and statements of dissent) to each party, indicating the date of dispatch on the original text and on all copies (mengirimkan salinan resmi dari putusan (termasuk setiap pendapat dan laporan perbedaan pendapat) kepada masing-masing pihak, yang menunjukkan tanggal pengiriman pada teks asli dan pada semua salinan).

(2) The award shall be deemed to have been rendered on the date on which the certified copies were dispatched (putusan dianggap telah diberikan pada tanggal di mana salinan resmi dikirim).

(3) The Secretary-General shall, upon request, make available to a party additional certified copies of the award (Sekretaris Jenderal harus, atas permintaan, menyediakan kepada para pihak salinan resmi tambahan dari putusan).

(4) The Centre shall not publish the award without the consent of the parties. The Centre shall, however, promptly include in its publications excerpts of the legal reasoning of the Tribunal (Centre tidak akan mempublikasikan putusan tanpa persetujuan dari para pihak. Akan tetapi, Centre harus mempublikasi kutipan putusan termasuk pertimbangan hukum dari majelis).

Hasil amandemen tahun 2006 Aturan 48 ICSID Arbitration Rules, sedikit berbeda dengan Aturan 48 yang lama. Aturan baru, mengatur bahwa putusan disahkan, tetapi tidak mewajibkan ICSID untuk mempublikasi petikan putusan

tersebut. Tidak ada ketentuan waktu yang tepat bagi publikasi salinan seluruh isi pokok putusan ketika ICSID menunggu untuk menerima persetujuan kedua belah pihak untuk mempublikasi putusan, yang adakalanya menghabiskan waktu beberapa bulan.

Pasal 48 ayat (5) Konvensi ICSID juga telah mengatur larangan publikasi atas putusan ICSID tanpa persetujuan para pihak, akan tetapi ICSID tidak mengharuskan bahwa seluruh proses dengar pendapat (hearing) ditutup untuk umum. Pasal 48 ayat (5) Konvensi ICSID ini juga ditegaskan dalam Aturan 48 ayat (4) ICSID Arbitration Rules dan Peraturan 22 Administrative and Financial Regulation318 yang pada pokoknya bahwa jika terjadi kesepakatan di antara para pihak untuk mempublikasikan putusan arbitrase para pihak maka harus melalui Sekretaris-Jenderal ICSID untuk mengatur publikasi putusan tersebut dalam bentuk yang tepat dengan maksud untuk meningkatkan perkembangan hukum internasional dalam kaitannya dengan investasi.

Terbukanya putusan untuk umum atas persetujuan para pihak sebagaimana diuraikan di atas telah diatur sejak adanya Konvensi ICSID untuk pertama kali. Perubahan dan penambahan (amandemen) atas ICSID Arbitration Rules dilakukan

318 Peraturan 22 Administrative and Financial Regulations :

(1) “The Secretary-General shall appropriately publish information about the operation of the Centre, including the registration of all requests for conciliation or arbitration and in due course an indication of the date and method of the termination of each proceeding.

(2) If both parties to aproceeding consent to the publication of : a. Report of Conciliation Commissions,

b. Arbitral awards; or,

c. The minutes and other records of proceedings

The Secretary-General shall arrange for the publication thereof, in a appropriate form with a view to furthering the development of international law in relation to investments.”

pada tanggal 10 April 2006 dan telah diratifikasi oleh 150 negara.319 Tujuan amandemen tersebut adalah membuat proses ICSID lebih efisien dan transparan, serta menanamkan kepercayaan yang lebih besar dalam proses arbitrase.320 Perubahan mana merupakan peningkatan yang dramatis dan untuk memperoleh hasil yang sempurna maka proses amandemen dilakukan selama 18 (delapan belas) bulan konsultasi dengan Contracting State,321 komunitas bisnis, masyarakat sipil, ahli-ahli arbitrase dan institusi arbitrase lainnya dengan tujuan membuat proses ICSID lebih efektif dan terbuka selagi terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat kepada ICSID dalam proses arbitrase322 serta disesuaikan dengan “Additional Facility Arbitration Rules.”

Setelah dilakukan amandemen, saat ini diatur mengenai tersedianya prosedur persiapan penetapan sementara, proses cepat bagi penolakan klaim non jasa, akses bagi para pihak di luar sengketa terhadap proses arbitrase, publikasi putusan dan kebutuhan atas keterbukaan tambahan bagi arbiter, sebagaimana dapat di lihat dalam Aturan 32, 37, 41, dan 48 ICSID Arbitration Rules tahun 2006 dan Pasal 39 Arbitration Additional Facility Rules.

319

Perubahan /amandemen konvensi dapat dilakukan apabila seluruh Contracting State meratifikasi perubahan tersebut sesuai Pasal 66 Konvensi ICSID. Oleh karenanya tidak mengejutkan jika Konvensi ICSID tidak pernah diamandemen sebelumnya.

320Andrew P. Tuck, “Investor-State Arbitration Revised : A Critical Analysis of The Revisions and Proposed Reforms to the ICSID and UNCITRAL Arbitration Rules,” Law and Business Review of The Americas, vol. 13, issue 4, 2007, hlm. 889, diakses dari http://search.proquest.com/docview/194659652?accountid=50257.

321

Amandemen ICSID Arbitration Rule Tahun 2006, Aturan 39, 41, 37, 48, dan 6.

322Steven P. Finizio et al., “Recent Developments in Investor-State Arbitration: Effective Use

of Provisional Measures,” European Arbitration Review, Global Arbitration Review, 2007, diakses dari http:// www.globalarbitrationreview.com/ear04_icsid.cfm., tanggal 21 Oktober 2013.