• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 3 : Hasil Penyelesaian Sengketa

K. Lembaga ICSID 1. Sejarah ICSID

3. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui ICSID

ICSID adalah lembaga internasional berdasarkan Konvensi tentang penyelesaian perselisihan investasi antara negara dengan warga negara lain yang dibentuk di bawah naungan Bank Dunia untuk mendorong investasi asing swasta di negara-negara berkembang. Tujuannya adalah untuk mengatasi rasa takut investor dari risiko politik dengan menghapus sengketa dari yurisdiksi nasional dan tekanan politik. Melalui karakter yang dimilikinya, maka ICSID diharapkan memiliki otoritas yang diperlukan untuk menangani bidang politik yang sensitif dalam hubungan ekonomi. Mengingat banyaknya sengketa investasi, nasionalisasi dan renegosiasi pada tahun 1960-an dan 1970-an, sehingga Bank Dunia diharapkan sebagai naungan yang baik bagi ICSID.

Tujuan konvensi adalah untuk menghindari sengketa antara negara-negara dan untuk mencapai kerjasama antara karakteristik sistem yang berbeda secara sosial-ekonomi dengan mengikutsertakan negara-negara tersebut untuk mencapai target yang ditujukan melalui hubungan kontraktual yang dibuat. Centre membentuk majelis arbitrase yang akan memutuskan sengketa tersebut

278

Sejak tahun 1986 hingga tahun 2012, jumlah terendah sengketa yang dimintakan penyelesaiannya melalui ICC adalah 285 sengketa dan tertinggi 817 sengketa setiap tahun. www.iccwbo.org/Products-and-Services/Arbitration-and-ADR/Arbitration/Introduction-to-ICC-Arbitration/Statistics/, diunduh tanggal 30 Desember 2013.

dan memberikan pelayanan administratif serta kepatuhan terhadap konvensi oleh beberapa negara yang terlihat dengan diratifikasinya konvensi ini.279

Pasal 25 Konvensi ICSID berbunyi :

(1) The jurisdiction of the Centre shall extend to any legal dispute arising directly out of an investment, between a Contracting State (or any constituent subdivision or agency of a Contracting State designated to the Centre by that State) and a national of another Contracting State, which the parties to the dispute consent in writing to submit to the Centre. When the parties have given their consent, no party may withdraw its consent unilaterally (Yurisdiksi dari Centre meliputi setiap sengketa hukum yang timbul secara langsung dari suatu investasi, antara suatu negara peserta (atau setiap subdivisi atau badan dari negara peserta yang ditunjuk pada Centre oleh negara itu) dan warga dari negara peserta yang lain, para pihak pada sengketa yang menyetujui secara tertulis untuk mengajukannya pada Centre. Dalam hal para pihak sudah memberikan persetujuan, tidak satu pihak pun dapat menarik persetujuannya secara sepihak).

(2) “National of another Contracting State” means: (”warga dari negara peserta yang lain” berarti ) :

(a) any natural person who had the nationality of a Contracting State other than the State party to the dispute on the date on which the parties consented to submit such dispute to conciliation or arbitration as well as on the date on which the request was registered pursuant to paragraph (3) of Article 28 or paragraph (3) of Article 36, but does not include any person who on either date also had the nationality of the Contracting State party to the dispute; and (Setiap subjek hukum yang memiliki kewarganegaraan dari suatu negara peserta selain dari pihak negara yang bersengketa sejak tanggal para pihak menyetujui untuk mengajukan sengketa itu pada konsiliasi atau arbitrase sebagaimana sejak tanggal permohonan didaftarkan sesuai dengan Pasal 28 ayat (3) atau Pasal 36 ayat (3), tetapi tidak termasuk orang yang pada tanggal itu juga memegang kewarganegaraan dari pihak negara peserta pada sengketa itu, dan).

(b) any juridical person which had the nationality of a Contracting State other than the State party to the dispute on the date on which the parties consented to submit such dispute to conciliation or arbitration and any

279

Berdasarkan data ICSID, hingga Desember 2013, sebanyak 159 Negara telah menandatangani konvensi dan sebanyak 150 negara dari jumlah tersebut yang telah menandatangani konvensi telah meratifikasi ke dalam peraturan nasionalnya, 9 negara lainnya belum meratifikasi.

juridical person which had the nationality of the Contracting State party to the dispute on that date and which, because of foreign control, the parties have agreed should be treated as a national of another Contracting State for the purposes of this Convention. (setiap subjek hukum yang memegang kewarganegaraan dari suatu negara peserta selain dari pihak negara pada sengketa pada tanggal di mana para pihak menyetujui untuk mengajukan sengketa demikian pada konsilasi atau arbitrase dan setiap subyek hukum yang mempunyai kewarganegaraan pihak negara peserta yang sengketa pada tanggal itu dan yang karena kontrol oleh pihak asing, para pihak telah menyetujui diperlakukan sebagai warga dari negara peserta yang lain untuk keperluan dari konvensi ini).

(2) Consent by a constituent subdivision or agency of a Contracting State shall require the approval of that State unless that State notifies the Centre that no such approval is required. (persetujuan oleh konstituen subdivisi atau badan dari suatu negara peserta harus mewajibkan persetujuan dari negara itu kecuali negara itu memberitahukan kepada Centre bahwa persetujuan demikian itu tidak diperlukan).

(3) Any Contracting State may, at the time of ratification, acceptance or approval of this Convention or at any time thereafter, notify the Centre of the class or classes of disputes which it would or would not consider submitting to the jurisdiction of the Centre. The SecretaryGeneral shall forthwith transmit such notification to all Contracting Convention States. Such notification shall not constitute the consent required by paragraph (1). (setiap negara peserta dapat, pada saat ratifikasi, menerima atau menyetujui konvensi ini atau pada setiap saat sesudahnya, memberitahukan kepada Centre mengenai jenis atau jenis-jenis sengketa yang akan atau tidak akan diajukan pada kewenangan Centre. Sekretaris Jenderal harus segera mengirimkan pemberitahuan tersebut kepada semua negara peserta. Pemberitahuan seperti itu tidak menandakan persetujuan yang diwajibkan oleh ayat (1)).

Pasal 25 Konvensi tersebut mengatur tentang yurisdiksi lembaga ICSID yang secara hukum meliputi sengketa yang langsung timbul dari penanaman modal (investment) antara negara peserta (Contracting State) atau dengan salah satu pihak Contracting State, yang mana harus disepakati secara tertulis dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan pihak lain.

Konvensi ICSID dan lembaga ICSID merupakan suatu kerangka kerja institutional bagi konsiliasi dan arbitrase terhadap sengketa antara investor asing dengan pemerintah suatu negara. Yurisdiksi ICSID hanya terbatas pada sengketa hukum yang timbul secara langsung dari suatu investasi, antara negara atau setiap subdivisi dan warga negara lain yang merupakan anggota penandatangan konvensi sesuai Pasal 25 ayat (1) Konvensi. Oleh karenanya, ICSID sebagai suatu institusi yang akan berusaha mencari penyelesaian sengketa antara negara dan investor bukan negara.

Pasal 25 ayat (1) Konvensi tersebut mengandung tiga syarat yang disimpulkan agar sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, sesuai konvensi ICSID yaitu : pertama, kesepakatan para pihak; kedua, kualitas para pihak ; ketiga, sifat sengketa. Syarat pertama, kesepakatan para pihak merupakan syarat penting untuk mengajukan sengketa ke pengadilan arbitrase yang diatur oleh konvensi. Kata sepakat, menurut David A. Soley adalah merupakan tonggak (corner stone) bagi yurisdiksi badan arbitrase ICSID.280 Ini juga menekankan bahwa negara mematuhi konvensi dan tidak secara otomatis menjamin bahwa setiap sengketa tertentu akan dibawa ke arbitrase ICSID, bahkan jika ketiga persyaratan ini dipenuhi.281 Kesepakatan para pihak harus dibuat secara tertulis dan kesepakatan yang dibuat tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa

280Lihat Huala Adolf, “Sengketa Penanaman Modal : Jurisdiksi Badan Arbitrase ICSID, artikel dalam Indonesia Arbitration Quarterly Newsletter, Vol. 6 No. 1 March 2014, (Jakarta : BANI Arbitration Center), hlm. 31 sebagaimana dikutip dari David A. Soley, “ICSID Implementation : An

Effective Alternative to International Conflict,” artikel dalam International Lawyer Vol. 19 No. 2, 1985, hlm. 524.

281

persetujuan pihak lain. Meskipun tidak ada bentuk tertulis yang disediakan untuk itu, secara umum kesepakatan dimuat dalam klausula arbitrase dalam kontrak investasi, atau oleh suatu perjanjian penyerahan. Meskipun demikian, ada cara lain untuk menunjukkan kesepakatan ; misalnya, ketika seorang investor tunggal ingin melakukan investasi sesuai dengan ketentuan hukum nasional dari negara penerima dalam melindungi investasi, dan peraturan itu menunjuk secara jelas kepada arbitrase ICSID.282

Syarat kedua, agar sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, sesuai konvensi ICSID adalah mengenai kualitas para pihak yang diatur bahwa para pihak yang menyelesaikan sengketa melalui lembaga ICSID haruslah negara yang telah ikut menandatangani Konvensi atau Contracting State atau badan publik atau lembaga yang berkaitan dari negara yang akhirnya tunduk pada ICSID sesuai Pasal 25 ayat (3) “Consent by a constituent subdivision or agency of a Contracting State shall require the approval of that State unless that State notifies the Centre that no such approval is required” dan pihak lain yang negaranya juga ikut menandatangani konvensi ICSID. Kewarganegaraan para pihak (investor dan negara di mana penanaman modal ditujukan) harus memberikan rekomendasi yang terpisah untuk menyerahkan sengketa kepada arbitrase ICSID. Meskipun demikian, investor asing seringkali membuatnya di negara di mana penanaman modal ditujukan, perusahaan lokal akan menjadi

282 Ibid, lihat juga P. Bernardini, L‟arbitrato internazionale (International Arbitration), (Giuffre, 1987), hlm. 157.

pihak kontrak lain dari negara itu dalam perjanjian penanaman modal, dengan kondisi ini, Konvensi tidak dapat dipakai karena syarat kewarganegaraan yang berbeda tidak dipenuhi; hal ini dilindungi oleh konvensi itu sendiri sesuai Pasal 25 ayat (2) huruf b yang memberi persetujuan rekomendasi pada penyelenggaraan Konvensi oleh suatu badan hukum dari negara yang sama sebagai negara peserta konvensi, tetapi untuk tujuan konvensi diperlakukan seperti warganegara peserta konvensi yang lain karena pengaruh minat asing untuk itu.283

Proses lahirnya sengketa investasi yang diselesaikan melalui arbitrase ICSID adalah sebagai berikut :284

283

Mauro Rubino and Sammartano, op.cit., hlm. 53.

284 Derivasi dari Skema Penafsiran Kontrak Ningrum Natasya Sirait & Runtung Sitepu, Hukum Kontrak Bisnis, (Medan : Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2005), hlm. 20.