• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 3 : Hasil Penyelesaian Sengketa

K. Lembaga ICSID 1. Sejarah ICSID

2. Kewenangan ICSID

Tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase. Beberapa konvensi internasional menjelaskan dan membatasi sengketa apa saja yang dapat diselesaikan melalui arbitrase, antara lain :

Pasal 1 Protocol Genewa Tahun 1923 mendefinisikan sengketa yang dapat diarbitrase sebagai :

Any differences that may arise in connection with such contract relating to commercial matters or to any other matter capable of settlement by arbitration.

(Terjemahan : segala perbedaan yang mungkin timbul dalam hubungan dengan ikatan kontrak berkenaan dengan komersial atau hal lain yang dapat diselesaikan melalui arbitrase).

Pasal II ayat (1) Konvensi New York 1958, membatasi hal dapat diselesaikan melalui arbitrase bahwa :

Arisen or which may arise between them in respect of a defined legal relationship whether contractual or not concerning a subject matter capable of settlement by arbitration.

(Terjemahan : yang ditimbulkan atau yang akan timbul antara para pihak menyangkut hubungan hukum yang sah apakah mengenai kontraktual atau berkaitan dengan hal lain yang diselesaikan melalui arbitrase).

Pasal 7 United Nation Model Law 1985 mengacu pada :

Disputes which have arisen or which may arise between them in respect of a defined legal relationship, whether contractual or not.

(Terjemahan : Perselisihan yang timbul atau yang mungkin timbul di antara para pihak berkaitan dengan hubungan hukum yang ditetapkan, baik kontrak atau bukan).

Pasal 1 International Chamber of Commerce (ICC) menjelaskan bahwa : They apply to arbitration agreements for settling : business disputes of an international character.

(Terjemahan : para pihak menggunakan perjanjian arbitrase untuk menyelesaikan sengketa bisnis yang berkarakter internasional).

Premis No. 1 UNCITRAL Arbitration Rules (1976) membatasi kewenangannya hanya terbatas pada ”Disputes arising in the context of international commercial relation” (sengketa yang timbul dalam konteks hubungan komersial internasional).

Pasal 25 ayat (1) Konvensi ICSID 1965 membatasi kewenangan Centre yaitu :

The Jurisdiction of the Centre shall extend to any legal dispute arising directly out of an investment between a contracting state (or any constituent subdivision or agency of a Contracting State designated to the Centre by that state) and a national or another Contracting State, which the parties to the dispute consent in writing to submit to the Centre. When the parties have given their consent, no party may withdraw its consent unilaterally.

(Terjemahan : kewenangan dari Centre harus meluas pada setiap sengketa hukum yang timbul secara langsung dari suatu investasi antara suatu negara peserta (atau setiap subdivisi atau badan dari negara peserta yang menunjuk pada Centre oleh negara itu) dan warga dari negara peserta lain, yang mana para pihak sengketa menyetujui secara tertulis untuk mengajukannya pada Centre. Dalam hal para pihak sudah memberikan persetujuannya, tidak satupun pihak yang dapat menarik persetujuannya secara sepihak).

ICSID merupakan suatu badan administratif dan bukan badan judisial, namun juga sebagai badan hukum internasional yang mirip dengan Mahkamah Internasional. ICSID juga bukan badan arbitrase komersial seperti ICC (International Chamber of Commerce), melainkan suatu badan arbitrase pilihan yang menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa investasi antara investor asing dengan salah satu negara anggota ICSID (contracting state) atau badan suatu negara anggota ICSID yang telah menandatangani perjanjian awal yang disebut BIT (Billateral Investment Treaty) untuk memilih ICSID sebagai lembaga penyelesaian sengketa di kemudian hari. ICSID dipilih karena penyelesaian melalui pengadilan nasional dikhawatirkan akan berakibat adanya putusan yang tidak adil bagi investor asing.

ICSID dikembangkan sebagai suatu promosi terhadap investasi dan pembangunan ekonomi yang kemudian menjadi pilihan utama dalam

menyelesaikan sengketa investasi sebagaimana syarat-syarat penyelesaian sengketa investasi. ICSID juga menjadi pilihan karena beberapa kelebihan yaitu sistemnya yang berdasarkan sukarela sesuai dengan Pasal 67 dan 25 ayat (4) Konvensi, fleksibel sebagaimana dapat diketahui dari aturan konvensi dan bersifat efektif sesuai Pasal 25 ayat (1), Pasal 26, Pasal 53 ayat (1) dan Pasal 54 ayat (2) Konvensi ICSID. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibrahim F.I. Shihata264 bahwa “the main features of the system ICSID ‟s founders devised for this instrument include its voluntary character, its flexibility, and its effectiveness of the ICSID system” (tujuan utama pendiri sistem ICSID yang dirancang untuk instrumen ini adalah termasuk karakter sukarela, fleksibilitas, dan efektifitas sistem ICSID).

Perjanjian investasi umumnya disimpulkan antara dua negara yang berbeda dengan tujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi warga negara masing-masing negara. Kelebihan utama dari perjanjian investasi menurut Colin Y.C. Ong265 meliputi :

a. Mengizinkan gugatan investor terhadap negara tanpa harus melepaskan perlindungan domestik;

b. Memungkinkan investor asing untuk menggunakan haknya dalam perjanjian investasi guna mengajukan tuntutan kerugian;

c. Memungkinkan investor untuk langsung melaksanakan putusan tanpa melalui pengadilan domestik.

264 Ibrahim F.I. Shihata, “Towards a Greater Depoliticization of Investment Disputes : The

Roles of ICSID and MIGA,” 1 Foreign Investment Law Journal 1-12, 1986 dalam Arbitration Chapter VIII, Teaching Materials of Harvard law School, (Chambridge, Massachussets, USA, Spring 1996), hlm. 659-665.

265 Colin Y.C. Ong, “Arbitration and Investment Disputes, Artikel dari Bulletin Triwulan Arbitrase Indonesia, Vol. II/Jan-Mar 2008, di unduh tanggal 25 Februari 2012 dari www.bani-arb.org.

Arbitrase ICSID umumnya dikenal untuk keuntungan sebagai berikut:266 a. Proses ICSID selalu menjaga kemandiriannya dari sistem pengadilan

nasional dalam negeri dan diatur dengan aturan ICSID yang relevan dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Konvensi ICSID tidak mengizinkan adanya intervensi atas perlindungan diplomatik atau kekebalan yang akan diberikan dalam proses arbitrase.

b. Putusan ICSID relatif mudah dilaksanakan lebih dari putusan arbitrase komersial yang harus dilaksanakan di bawah Konvensi New York 1958. Berdasarkan Konvensi ICSID, putusan ICSID secara otomatis dapat dilaksanakan tanpa menggugat sebelumnya kepada pengadilan nasional dari semua negara peserta. Singkatnya putusan ICSID harus diperlakukan seolah-olah itu keputusan akhir dari pengadilan nasional.

c. Sekretariat Jenderal ICSID memiliki staf hukum dan berpengalaman luas yang membantu memberikan dukungan administrasi secara luas. Majelis arbitrase selalu diberi sekretaris pribadi yang akan membantu Majelis arbitrase dalam bertindak secara netral dalam komunikasi antara para pihak dan arbiter. Sekretaris tidak hanya akan mengadakan telekonferensi atau pertemuan fisik, tetapi juga akan menyimpan catatan dari semua pertemuan dan dengar pendapat, membantu untuk memproses pembayaran majelis arbitrase dan yang lebih penting juga membantu majelis dalam mempersiapkan setiap permintaan konsep prosedural.

d. Senyatanya bahwa ICSID berada di bawah Kelompok Bank Dunia, maka hal ini memberikan pengaruh yang lebih besar dalam mendorong negara anggota mematuhi putusan. Negara peserta umumnya takut tidak dapat memperoleh pinjaman di masa yang akan datang dari Bank Dunia dan ini dapat menjadi faktor penghambat dalam memastikan bahwa negara peserta menyesuaikan dengan putusan yang dikeluarkan terhadapnya.

ICSID membebankan biaya administrasi yang relatif jauh lebih rendah daripada arbitrase komersial seperti ICC. Selain pengeluaran dan biaya yang biasa, biaya arbiter ICSID umumnya ditentukan dan arbiter berhak untuk memiliki biaya tetap relatif kecil yang kurang dari US $ 3000 per hari dari pertemuan atau pekerjaan persiapan lainnya yang dilakukan sehubungan dengan proses arbitrase.

266

Pasal 6 ayat (1) huruf a sampai c Konvensi ICSID berbunyi :

(1) Without prejudice to the powers and functions vested in it by other provisions of this Convention, the Administrative Council shall (Dengan tidak mengurangi kekuasaan-kekuasaan dan fungsi-fungsi yang berada padanya oleh ketentuan-ketentuan lain dalam konvensi ini, Dewan Administratif harus):

(a) adopt the administrative and financial regulations of the Centre (mengesahkan peraturan administrasi dan keuangan pada Centre).

(b)adopt the rules of procedure for the institution of conciliation and arbitration proceedings (mengesahkan aturan-aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase).

(c) adopt the rules of procedure for conciliation and arbitration proceedings (hereinafter called the Conciliation Rules and the Arbitration Rules) (mengesahkan aturan-aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase (selanjutnya disebut sebagai Aturan Konsiliasi dan Aturan Arbitrase).

Sesuai dengan pasal tersebut, Dewan Administratif ICSID menyusun regulasi dan aturan untuk melengkapi ketentuan ICSID, yang secara umum digunakan sebagai regulasi dan aturan ICSID yaitu : pertama, Administrative and Financial Regulations, yang mengatur tentang administrasi ICSID secara detail tentang proses konsiliasi dan arbitrase. Kedua, Rule of Procedure for the Institution of Conciliation and Arbitration Proceedings (Institution Rules), yang mengatur prosedur untuk menggunakan proses konsiliasi dan arbitrase sesuai Konvensi ICSID. Ketiga, Rules of Procedure for Conciliation Proceedings (Conciliation Rules), yang mengatur prosedur serupa bagi pelaksanaan proses konsiliasi, dan keempat, Rules of Procedure for Arbitration Proceedings (Arbitration Rules), yang mengatur tentang prosedur untuk pelaksanaan berbagi tahapan suatu proses

arbitrase, termasuk konstitusi Majelis Arbitrase, presentasi oleh para pihak atas sengketanya dan penyusunan putusan arbitrase.

Selain menyediakan fasilitas untuk proses konsiliasi dan arbitrase sesuai konvensi, ICSID juga menyusun suatu fasilitas tambahan yang disebut “ICSID Additional Facility Rules (AF)” sejak tahun 1978 untuk menyelesaikan sengketa tertentu di luar lingkup sengketa yang ditentukan oleh konvensi yang tidak timbul secara langsung dari investasi dan untuk sengketa investasi di mana salah satu pihaknya bukan negara anggota ICSID, namun tunduk pada aturan ICSID atau terjadi sengketa dengan negara anggota ICSID (contracting state).267 Sebagai contoh dalam Chapter 11 NAFTA (North Amrican Free Trade Agreement) yang mengatur investasi asing dan menyediakan penyelesaian sengketa investasi antara pemerintah sebagai negara anggota dan suatu investor swasta dari negara anggota lain, sengketa mana dapat tunduk pada arbitrase di bawah Konvensi ICSID di mana pemerintah dan investor keduanya dari negara anggota.

ICSID Additional Facility Rules ditujukan untuk digunakan oleh para pihak yang memiliki hubungan kepentingan ekonomi jangka panjang dengan pihak negara yang bersengketa dan terdiri dari komitmen sumber daya yang substansial pada bagian dari salah satu pihak. Fasilitas tersebut tidak didesain untuk melayani sengketa yang masuk dalam konvensi ICSID yang termasuk

267 Sherif. H. Seid, Global Regulation of Foreign Direct Investment, (England : Ashgate Publishing Limited, 2002), hlm. 164.

sengketa transaksi komersial umum. Sekretaris-Jenderal ICSID juga harus memberi persetujuan terlebih dulu atas perjanjian yang menggunakan “additional facility.” Fasilitas tersebut memiliki aturan arbitrase sendiri yang menyerupai regulasi dan aturan ICSID.

Arbitrase ICSID diatur dalam Konvensi yang dilengkapi dengan peraturan dan aturan yang diadopsi oleh Dewan Administratif ICSID, termasuk peraturan prosedur aturan arbitrase (ICSID Arbitration Rules) sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf c. Meskipun Konvensi ICSID dan Aturan Arbitrase ICSID berisi beberapa ketentuan yang mencerminkan sifat unik “publik-privat” dari sengketa antara investor dan negara,268 Struktur dan inti isinya (misalnya bahwa para pihak mengontrol komposisi majelis dan hukum yang berlaku) dari Aturan ICSID yang dibentuk pada aturan arbitrase komersial internasional seperti peraturan Arbitrase UNCITRAL dan Aturan ICC.269 Aturan-aturan arbitrase komersial internasional ini juga digunakan dalam arbitrase non-ICSID selain NAFTA.270 Oleh karena itu, perjanjian arbitrase investasi bergantung pada desain

268

Sebagai contoh, suatu putusan arbitrase tidak dapat dilakukan suatu peninjauan kembali melalui pengadilan nasional suatu negara di mana suatu putusan akan dilaksanakan, dan ketentuan

public policy” suatu negara tidak mengatur dasar penolakan pengakuan putusan (Pasal 54 ayat (1) Konvensi ICSID).

269

ICC, ICC Arbitration Rules of 1998, dalam http://www.iccwbo.org/uploadedFiles/Court/Arbitration/other/rules_arb_english.pdf, diunduh 20 Januari 2014.

270 Pada tahun 2008, terdapat 20 dari 21 sengketa investor melawan negara yang diselesaikan melalui ICSID atau ICSID Additional Facility, 83 sengketa diselesaikan melalui UNCITRAL Rules, 17 sengketa diselesaikan melalui peraturan arbitrase Stockholm Chamber of Commerce, dan 5 sengketa diselesaikan melalui ICC Rules, lihat dalam UNCTAD, “Latest Developments in Investor

-State Dispute Settlement,” 2009, http://unctad.org/en/Docs/webdiaeia20103_en.pdf, diunduh 22 Januari 2014.

prosedural arbitrase komersial internasional,271 meskipun ada perbedaan yang jelas antara arbitrase komersial klasik dan arbitrase investasi.

ICSID tidak menyelesaikan sengketa antar subjek hukum perdata, namun hanya menyelesaikan sengketa antara pemerintah sebagai subjek publik dengan investor sebagai subyek hukum perdata. Kedudukan pemerintah sebagai subjek hukum publik karena pemerintah yang mengeluarkan berbagai izin terkait dengan investasi yang dilakukan oleh investor di wilayah pemerintahannya. Lebih jauh, dikatakan bahwa konvensi yang dikembangkan secara internasional bagi penyelesaian sengketa investasi ini ditujukan untuk menyelesaian sengketa investasi yang meningkat mengikuti investasi asing dan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi dari host state.272 Hal tersebut menjadi teori yang digunakan dalam putusan AMCO v. Indonesia yang dalam pertimbangannya Majelis Arbitrase menyatakan bahwa273 melindungi investasi adalah “… to protect investments is to protect the general interest of development and developing countries” (melindungi kepentingan umum pembangunan dan negara-negara berkembang).

Manakala suatu sengketa muncul, ICSID akan membentuk suatu panel arbitrase atau konsiliasi untuk menanganinya. Selanjutnya, peranan ICSID

271

Van Harten dan Loughlin memberi argument bahwa “investment treaties incorporate arbitration treaties in order to provide an institutional forum and procedural framework for investment arbitration” , dalam G. Van Harten and M. Loughlin, “Investment Treaty Arbitration as a Species of Global Administrative Law,” 17 EJIL 1, 2006, 121, 126. Lihat juga, G. Van Harten, “The

Public-Private Distinction in the International Arbitration of Individual Claims Against The State,”56 ICLQ 2, 2007, 377.

272 Sherif H. Seid, op.cit., hlm. 12. 273

hanyalah mengawasi jalannya persidangan dan memberikan aturan-aturan hukum acaranya. Hasil penelitian dari George R. Delaume274 tentang ICSID menyimpulkan bahwa : Pertama, tidak seperti lembaga-lembaga arbitrase komersial lainnya, ICSID seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan suatu organisasi internasional yang dibentuk oleh Konvensi Washington yang berlaku pada tanggal 14 Oktober 1966; Kedua, ICSID adalah suatu organisasi yang terkait (associated) dengan Bank Dunia, keterkaitan tersebut membawa akibat penting yaitu : Pertama, bahwa tujuan utama badan ICSID adalah untuk meningkatkan iklim saling percaya dan menguntungkan antara negara dengan investor untuk meningkatkan arus sumber kekayaan kepada negara sedang berkembang berdasarkan syarat-syarat yang beralasan. Oleh karena itu ICSID tidak dapat dipandang semata-mata sebagai suatu mekanisme penyelesaian sengketa, namun juga meningkatkan perkembangan ekonomi negara sedang berkembang. Kedua, karena Bank Dunia memberi subsidi kepada ICSID, maka biaya arbitrase menjadi relatif lebih murah; Ketiga, persidangan arbitrase ICSID dapat dilaksanakan dalam konteks hukum internasional yang ditetapkan dalam Konvensi ICSID serta peraturan dan aturan yang dibuat guna pelaksanaannya. Tidak seperti arbitrase komersial, ICSID merupakan suatu perangkat/mekanisme penyelesaian sengketa yang berdiri sendiri, terlepas dari sistem-sistem hukum nasional suatu negara tertentu; Keempat, dalam konteks ICSID, peranan utama

274 http://akbarkurnia.blogspot.com/2011/12/penyelesaian-sengketa-penanaman-modal.html., diakses tanggal 3 Februari 2013.

pengadilan nasional adalah menguatkan dan meningkatkan pengakuan atas eksekusi putusan-putusan arbitrase ICSID. Jika salah satu pihak bersikap apatis dan tidak mau ambil bagian dalam persidangan untuk mengeluarkan putusan; Kelima, arbitrase ICSID dimaksudkan untuk menjaga atau memelihara keseimbangan antara kepentingan investor dengan negara penerima modal (host state).

ICSID memiliki susunan organisasi yang terdiri dari Dewan Administratif (Administrative Council) dan Sekretariat (Secretary) sebagai berikut :275

1. Dewan Administratif (Administrative Council), anggotanya adalah setiap negara anggota (contracting state) konvensi dan diwakili oleh seorang anggota. Jika pada suatu saat Presiden Bank Dunia berhalangan atau sedang dalam keadaan lowong, maka yang bertindak menjabat ketua dewan adalah orang yang bertindak sebagai pejabat Presiden Bank Dunia, sebagaimana Pasal 4 Konvensi yang berbunyi :

(1) The Administrative Council shall be composed of one representative of each Contracting State. An alternate may act as representative in case of his principal‟s absence from a meeting or inability to act.

(Dewan Administratif harus terdiri dari satu wakil dari masing-masing pihak peserta. Seorang cadangan dapat bertindak sebagai wakil dalam hal pimpinannya tidak hadir dalam suatu persidangan atau tidak dapat bertindak).

(2) In the absence of a contrary designation, each governor and alternate governor of the Bank appointed by a Contracting State shall be ex officio its representative and its alternate respectively.

(Dalam hal tidak ada penunjukan sebaliknya, masing-masing Gubernur dan Wakil Gubernur Bank yang ditunjuk oleh suatu negara peserta harus secara ex officio perwakilannya atau cadangannya).

275

Ketua Dewan Administratif adalah Presiden Bank Dunia secara ex officio tanpa pemilihan sesuai Pasal 3 Konvensi yang berbunyi Centre harus memiliki suatu Dewan Administratif dan suatu Sekretariat dan harus menyusun suatu daftar konsiliator dan daftar arbiter (“The Centre shall have an Administrative Council and a Secretariat and shall maintain a Panel of Conciliators and a Panel of Arbiters”).

Dewan Administratif berwenang dan berfungsi sesuai Pasal 6 Konvensi yaitu : mengesahkan peraturan administrasi dan keuangan Centre, mengesahkan aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase, mengesahkan aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase yang lebih lanjut disebut aturan konsiliasi dan aturan arbitrase, menyetujui kerjasama dengan Bank Dunia untuk penggunaan fasilitas dan jasa administratif Bank,

menentukan syarat-syarat pelayanan Sekretaris Jenderal (Secretary General) dan setiap Deputi Sekretaris Jenderal (deputy Secretary General), mengadopsi anggaran tahunan dari penerimaan dan pengeluaran dari Centre, dan menyetujui laporan tahunan mengenai pengoperasian Centre.

2. Sekretariat, yang terdiri dari seorang pejabat Sekretaris Jenderal (Secretary General) dan dibantu oleh seorang atau lebih Deputi Sekretaris Jenderal (Deputy Secretary General) serta beberapa staf, di mana Sekretaris Jenderal dan Deputi Sekretaris Jenderal dipilih oleh Dewan Administratif berdasarkan suara terbanyak, dua pertiga dari seluruh anggota, sesuai Pasal 9 Konvensi

yang berbunyi (“The secretariat shall consist of a Secretary-General, one or more Deputy Secretaris-General and Staff”).

Pasal 12 Konvensi berbunyi panel konsiliator dan panel arbiter harus masing-masing terdiri dari orang-orang yang memenuhi kualifikasi, yang ditunjuk sebagaimana di sini dan selanjutnya ditentukan, yang berkehendak untuk melayani (“The Panel of Conciliators and the Panel of Arbiters shall each consist of qualified persons, designated as hereinafter provided, who are willing to serve thereon”).

Pasal 15 Konvensi yang berbunyi :

(1) Panel members shall serve for renewable periods of six years (Anggota panel harus melayani untuk jangka waktu enam tahun yang dapat diperbaharui kembali).

(2) In case of death or resignation of a member of a Panel, the authority which designated the member shall have the right to designate another person to serve for the remainder of that member‟s term (Dalam hal meninggalnya atau pengunduran diri dari anggota dari suatu panel, otoritas yang menunjuk anggota itu harus mempunyai hak untuk menunjuk orang lain untuk melayani untuk masa sisa dari anggota tersebut).

(3) Panel members shall continue in office until their successors have been designated (Anggota panel harus terus memegang jabatannya sampai terlah ditunjuk penggantinya).

Pasal ini mengatur tentang Panel yaitu orang yang ditunjuk sebagai konsiliator atau arbiter yang merupakan orang yang berkualitas (qualified) dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dengan ketentuan jika salah seorang anggota panel meninggal atau mengundurkan diri maka kewenangan untuk menunjuk penggantinya menjadi hak anggota yang masih ada.

Pasal 18 Konvensi yang berbunyi Centre harus mempunyai kepribadian hukum internasional penuh. Kapasitas hukum dari Centre harus mencakup

kapasitas “ (a) to contract; (b) to acquire and dispose of movable and immovable property; (c) to institute legal proceedings” ((a) untuk berkontrak; (b) untuk mendapatkan dan menjual barang-barang bergerak maupun tidak bergerak; (c) mengajukan proses-proses hukum). Pasal ini mengatur bahwa ICSID juga memiliki legalitas personal internasional yang penuh meliputi perjanjian (to contract), memperoleh dan menjual benda bergerak dan tidak bergerak ((to acquire and depose movable and immovable property) dan untuk mengajukan proses-proses hukum (to institute legal proceeding).

Pasal 19 Konvensi berbunyi untuk membuat Centre memenuhi fungsi-fungsinya, Centre dalam wilayah masing-masing negara peserta dapat menikmati kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa yang ditentukan dalam bagian ini (“to enable the Centre to fulfil its functions, it shall enjoy in the territories of each Contracting State the immunities and privileges set forth in this Section”), Centre juga memiliki hak “immunitas” dan “privilege” untuk bergerak dengan leluasa dalam setiap wilayah negara peserta konvensi (contracting state).

Pasal 21 Konvensi yang berbunyi :

The Chairman, the members of the Administrative Council, persons acting as conciliators or arbiters or members of a Committee appointed pursuant to paragraph (3) of Article 52, and the officers and employees of the Secretariat: (Ketua, para anggota Dewan Administratif, orang-orang yang bertindak sebagai konsiliator atau arbiter atau para anggota dari suatu komite yang ditunjuk sesuai Pasal 52 ayat (3) dan para pejabat dan karyawan sekretariat).

(a) shall enjoy immunity from legal process with respect to acts performed by them in the exercise of their functions, except when the Centre waives this immunity (harus menerima kekebalan proses hukum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak tersebut dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya, kecuali Centre menangguhkan kekebalan ini).

(b) not being local nationals, shall enjoy the same immunities from