• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

H. Manajemen Laba dalam Pandangan Etika Bisnis Islam

I. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian 1. Profitabilitas dengan Manajemen Laba 1.Profitabilitas dengan Manajemen Laba

Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk menilai suatu perusahaan. Selain untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai

30

kebijaksanaan dan keputusan. Laba merupakan faktor yang paling penting didalam sebuah perusahaan agar perusahaan tersebut dapat bertahan. Informasi mengenai laba perusahaan terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan. Bagi pihak investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis yang akan dibagikan melalui pembagian deviden. Laba juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu31. Perusahaaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan cenderung mengatur labanya.

Laba perusahaan merupakan dasar dalam pembagian dividen. Dengan demikian, dividen dapat dibagikan jika perusahaan memperoleh laba. Dengan nilai laba yang ada akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pembagian dividen. Namun, ada beberapa kepentingan manajemen, seperti pengembangan usaha, eksperimen produk baru, atau bahkan untuk kepentingan manajemen pribadi, yang berpengaruh kepada kebijakan dalam penentuan laba perusahaan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ardiyansyah 2010), menunjukan bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan dengan rasio Return On Asset (ROA)

berpengaruh pada manajemen laba. Hal ini sejalan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri (2011) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang memiliki laba besar lebih mungkin melakukan manajemen laba daripada perusahaan yang memiliki laba kecil, dengan

31

Muhammad Ardiansyah, Pengaruh Corporate Governance,Lleverage dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI periode 2009-2013, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, h. 1.

profitabilitas sebagai ukuran kinerja keuangan dan adannya teori keagenan yang menunjukan bahwa informasi keuangan merupakan tanggung jawab yang diberikan oleh pemegang saham kepada manajemen mendorong manajemen dalam menyajikan laporan keuangan yang diinginkan para pemegang saham.

Dari beberapa macam proksi yang biasanya digunakan untuk mengukur profitabilitas seperti Return on Asset, Return On Equity, Return On investment,

Earning Per Share dan lain-lain, dalam penelitian ini difokuskan untuk mengukur

tingkat profitabilitas menggunakan proksi Return on Equity (ROE), karena secara

teoritis menurut pandangan peneliti Return on Equity lebih cocok dalam mewakili

proksi profitabilitas terhadap manajemen laba pada emiten Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), sebab dalam pasar modal investor melihat dan menilai suatu saham dan emitennya pada kemampuannya dalam pengelolaan modalnya untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu Return on Equity lebih

tepat untuk menilai tolak ukur seberapa baik kemampuan emiten dalam memberikan keuntungan bagi pemegang saham.

2. Corporate Governance dengan Manajemen Laba

Salah satu cara yang paling mungkin dilakukan untuk mengurangi konflik kepentingan dan memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai pada peraturan dan mekanisme pengendalian, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik atau Corporate Governance. Untuk

mengurangi perilaku manajemen laba dan meningkatkan kualitas laporan keuangan, maka perlu dilakukan tata pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance) manajemen yaitu dengan membuat peraturan tentang keharusan bagi

perusahaan untuk mengungkapkan informasi-informasi tertentu secara wajib dan suka rela, upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan32.

Karena secara konseptual mekanisme Corporate Governance yaitu upaya

membangun kesetaraan, transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas dalam mengelola sebuah perusahaan yang menerapkan prinisp good corporate governance secara konsisten akan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan menurunkan tingkat manajemen labanya33.

Kunci utama keberhasilan GCG adalah membangun sistem pengawasan dan pengendalian yang baik. Terwujudnya keseimbangan pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan akan menjadi penghambat bagi manajer untuk membuat kebijakan sesuai kepentingan pribadi serta mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan34. Pada penelitian ini Corporate Governance menggunakan proksi persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah seluruh dewan komisaris. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara Corporate Governance terhadap

manajemen laba.

32

Sri Sulistyanto, Manajemen Laba (Teori & Model Empiris), h. 46. 33

Rahmita Wulandari, Analisis Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011), (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2013), h.6.

34

Robert Jao & Gagaring Pagalung, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8, No. 1, (November 2011) : h. 43.

3. Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Perusahaan yang berukuran besar lebih diminati oleh para analis dan broker dimana laporan keuangan yang dipublikasi lebih bersifat transparan sehingga memperkecil timbulnya asimetri informasi yang dapat mendukung timbulnya manajemen laba35. Terdapat kecenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar. Alasan yang mendasari dugaan tersebut adalah karena (Kim et. al. : 2003) dalam Handayani

dan Rachadi (2009) yaitu :

a. Mempertahankan kredibilitas mereka dalam komunitas bisnis dan tanggung jawab sosial, termasuk kredibilitas dalam penyajian informasi keuangan.

b. Kemampuan untuk menggunakan kecanggihan teknologi melalui sistem informasi yang memadai.

c. Dijadikan acuan oleh analisis keuangan dalam melakukan analisa pasar. d. Lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan apa

yang diharapkan oleh pasar dan para analis.

e. Memiliki posisi tawar kepada eksternal auditor yang memeriksanya. Namun berkebalikan dari pernyataan diatas bahwa menurut penelitian handayani dan rachadi (2009) menunjukan bahwa perusahaan sedang dan besar tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba melalui mekanisme

pelaporan laba positif baik untuk menhindari kehilangan laba (kerugian) atau penurunan laba36. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka diasumsikan terdapat keterkaitan yang antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba dan diduga ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

4. Leverage terhadap Manajemen Laba

Leverage adalah rasio yang menunjukkan perbandingan dana yang dipinjam

dari kreditur dibandingkan dengan dana yang disediakan oleh pemiliknya, Leverage

merupakan jumlah asset yang tidak dibiayai oleh ekuitas pemegang saham atau dengan kata lain leverage merupakan rasio antara total hutang dengan total aset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai hutang perusahaan. Sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam hipotesis debt

covenant bahwa motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian

kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti

proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba.

Kreditur sebagai pihak eksternal tidak dapat secara langsung mengobservasi kegiatan perusahaan sehingga tidak dapat memastikan bahwa laporan keuangan terhindar dari praktik-praktik yang akan merugikan kreditur. Kerugian ini dapat terjadi karena laporan tersebut tidak mencerminkan keadaan yang terjadi pada perusahaan. Tindakan manjemen khususnya manajer dalam melakukan manajemen

36

laba yang didasari untuk mendapatkan pinjaman yang lebih besar dari kreditur akan membuat kecenderungan terhadap timbulnya kebangkrutan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saleh et al. (2005) dan Tarjo (2008)

menunjukan hasil bawa leverage mempunyai pengaruh yang positif terhadap

manajemen laba37.

Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Jao dan Gagaring pagalung (2011) justru menunjukan hasil yang sebaliknya bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap manajemeb laba hal ini konsisten dengan penelitan yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003), Peasnell (2003), dan Murhadi (2009). Hal ini dianggap dapat mungkin terjadi karena Perusahaan dengan tingkat

leverage yang tinggi akibat besarnya total hutang terhadap total modal akan

menghadapi resiko default yang tinggi yaitu perusahaan terancam tidak mampu

memenuhi kewajibannya. Tindakan manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindarkan default tersebut. Pemenuhan kewajiban harus tetap

dilakukan dan tidak dapat dihindarkan dengan manajemen laba.38. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio Debt to Asset Ratio (DAR) sebagai proksi dari

leverage. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotsis yang diajukan adalah :

37

Robert Jao & Gagaring Pagalung, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8, No. 1, (November 2011) : h. 43.

38