• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

E. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu tolak ukur mengenai besar kecilnya suatu perusahaan yang ditinjau dari aspek tertentu. Kencenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar. Alasan yang mendasari dugaan tersebut adalah karena :

a. Mempertahankan kredibilitas mereka di dalam komunitas bisnis dan tanggung jawab sosial, termasuk kredibilitas dalam penyajian informasi keuangan,

b. Kemampuan untuk menggunakan kecanggihan teknologi melalui sistem informasi yang memadai.

c. Dijadikan acuan oleh analis keuangan dalam melakukan analisa pasar.

14Roiqul Azmi, “Menyoal Peran Penting Komisaris Independen”, artikel diakses pada 27 September 2015 dari http://www.kompasiana.com/azmiroiqul/menyoal-peran-penting-komisaris-independen_55283ac0f17e61612a8b462a.

d. Lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan yang diharapkan oleh pasar dan para analis.

e. Memiliki posisi tawar kepada eksternal auditor yang memeriksanya.

Perusahaan yang berukuran besar akan memiliki kepentingan yang lebih luas sehingga berbagai kebijakan perusahaan akan memiliki dampak yang lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran sebuah perusahaan akan mempengaaruhi struktur pendanaan perusahaan. Dana yang dibutuhkan akan mengindikasi perusahaan menginginkan pertumbuhan laba dan pertumbuhan tingkat pengembalian saham. Oleh sebab itu perusahaan yang sedang dan besar (menengah keatas) memiliki kecenderungan terhadap manajemen laba.

Namun berdasarkan hasil penelitian, teori lainnya menunjukan bahwa perusahaan sedang dan besar, tidak terbukti melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindar earning losses maupun

earning decreases. Seperti halnya Size Hypothesis, bahwa semakin besar perusahaan

akan cenderung untuk menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar secara politis lebih mendapat perhatian dari institusi pemerintahan dibandingkan perusahaan kecil.

Semakin besar ukuran perusahaan biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan semakin banyak dan memperkecil kemungkinan terjadinya asimetri informasi yang bisa menyebabkan terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan. Seperti penelitian Siregar dan Utama (2005)

dimana ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba. Artinya semain perusahaan maka semakin kecil pengelolaan laba yang dilakukan.

Sebagian besar peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi sensitifitas politis dan perilaku manajer dalam melaporkan kinerja keuangannya (Pacecca 1995). Zimmerman dalam (Ardiansyah (2011) menyarankan untuk menggunakan proksi ukuran perusahaan dalam kerangka political cost. Berdasarkan

size hypothesis yang dipaparkan oleh Watt dan Zimmerman, berasumsi bahwa

perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost dalam

kerangka politic process, dibandingkan dengan perusahaan kecil. Lebih lanjut

beberapa peneliti berhasil membuktikan bahwa political process memiliki dampak

pada pemilihan prosedur akuntansi oleh perusahaan yang berukuran besar (Watt dan Zimmerman) dalam ardiansyah (2011).

Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total asset, tenaga kerja dan lan-lain. Namun dalam penelitian ini digunakan total aset untuk mengukur ukuran perusahaan. Hal ini disebabkan Ini dikarenakan total aset lebih stabil dan representatif dalam menunjukkan ukuran perusahan. misalnya dibanding pengukuran dengan menggunakan kapitaliasi pasar dan penjualan yang sangat dipengaruhi oleh

demand and supply. Berikut ini adalah rumus dalam menghitung ukuran perusahaan

berdasarkan total aktiva.

Ukuran Perusahaan : Ln (Total Aset Perusahaan )

Berdasarkan pemaparan teori dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur besar atau kecilnya suatu perusahaan (size) dan dianggap

dapat mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusaaan.

F.Leverage

Dalam pengertian umum, leverage merupakan rasio yang menunjukkan

perbandingan dana yang dipinjam dari kreditur dibandingkan dengan dana yang disediakan oleh pemiliknya. Menurut pendapat lain, leverage merupakan pengukur

besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang, yang mana hutang tersebut berasal dari kreditor bukan dari pemegang saham ataupun investor.

Dalam pengertian lain dsebutkan bahwa leverage merupakan jumlah aset yang

tidak dibiayai oleh ekuitas pemegang saham atau dengan kata lain leverage

merupakan biaya tetap yang digunakan untuk mendanai perusahaan, biaya ini dapat menguntungkan perusahaan apabila dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap yang dikeluarkan, namun,

leverage juga dapat merugikan apabila hasil yang diperoleh perusahaan tidak lebih

besar dari biaya tetapnya. Leverage dapat memberi suatu kondisi yang

menguntungkan bagi perusahaan, karena mampu menunjang keperluan perusahaan akan kebutuhan aktiva dan biaya-biaya dengan tingkat volume yang tinggi

Kebijakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien

akan meningkatkan nilai perusahaan. Tapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru memicu bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Utang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar hutangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur sehingga memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh penjadwalan kembali pembayaran hutang.

Dalam Hipotesis utang/ekuitas (Debt/Equity Hypothesis) disebutkan dalam

sebagian besar perjanjian utang terdapat syarat-syarat (covenants) yang harus

dipenuhi perusahaan selama masa perjanjian. Dinyatakan pula ketika perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap debt covenant, maka manajer

perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya debt covenant tersebut

dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Pelanggaran terhadap debt covenant dapat mengakibatkan timbulnya suatu biaya serta

dapat menghambat kerja manejemen, sehingga dengan meningkatkan laba (melakukan income increasing) manajemen berusaha untuk mencegah atau

setidaknya menunda hal tersebut.

Watts and Zimmerman dalam Robert Gagaring (2011) menyatakan dalam

debt covenant hypothesis bahwa semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran

cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan. Jadi perusahaan yang memiliki liabilitas tinggi akan cenderung memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Intinya, apabila digunakan untuk menarik minat kreditur, maka leverage akan memunculkan tindakan manajemen laba. Penelitian yang

dilakukan oleh Saleh et al. (2005), Tarjo (2008) menemukan bahwa leverage

berpengaruh positif terhadap manajemenlaba.

Perhitungan leverage dalam praktiknya bisa dilakukan melalui dua

pendekatan yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi, Yakni dengan Debt to

Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio. Debt to Asset Ratio adalah sebuah rasio untuk

mengukur jumlah asset yang dibiayai oleh hutang semakin tinggi nilai DAR mengindikasikan semakin besar jumlah asset yang dibiayai oleh hutang dan semakin kecil jumlah asset yang dibiayai oleh modal. Debt to Equity Ratio adalah rasio yang

membandingkan seberapa besar jumlah hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi angka DER maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya. Secara umum Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt

to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Debt (Hutang)

DAR :

Penelitian ini mengukur leverage dengan Debt toAsset Ratio yang merupakan

rasio antara total liabilitas dengan total aset. Semakin besar rasio leverage, berarti

semakin tinggi nilai liabilitas perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko

yang dihadapi perusahaan.