(Studi Empiris pada Emiten Indeks Saham Syariah Indonesia Sub Sektor Barang Konsumsi Periode 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh DODY FRANS 1111046100082
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Emiten Indeks Saham Syariah Indonesia Sub Sektor Barang Konsumsi Periode 20I
l-z}ru)"
telah diujikan dalam sidang manriqa;rj,ak Fakuttas Syariah dan F[ukum Universitas Islam Negeri GI[N) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 15 Oltober2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gslar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.SV) pada Prograrn Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta,
Oktober 2015Panitia Sidang:
Ketua
: AM. Hasan Ali" M.ANiP. 197s1201 20050
Sekretaris Abdurrauf. Lc.. M.A
NIP. 19731215 200501 1 002
Supriyono" S.E. M.M
Pembimbing :
Pengujil
:Fenguji I1
NrP. 19720111 201411 1 001
Dr. siti Hamidah Rusriana, s.E..Ak.^ M.si
(.C^"=].,,*;
MDN.0316045705Dr. Abd. Aziz Hsb" M.Pd NIP" [9570511 199703 1 001
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata1
di
Universitas Islam Negeri GIIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ke.tentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UD{) Syarif Hidayatullah Jakarta.3"
Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasiljiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
,27$*k1o!e:2015
Dody h-r
v
Perusahaan dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi Empiris pada Emiten yang Terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia Sub Sektor Barang Konsumsi Periode 2011-2014).
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, 144 Halaman. Pada dasarnya manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu informasi dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai parameter untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah informasi laba. Dari informasi laba akan banyak muncul interpretasinya. Oleh sebab itu sering kali manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi atau memanipulasi informasi laba.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, corporate governance, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor barang konsumsi yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2011-2014. Terdapat 17 perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi data panel yang diolah menggunakan Eviews 7.0.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel return on equity, komisaris independen, ukuran perusahaan dan debt to asset ratio berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba. Sedangkan berdasarkan pengujian secara parsial, variabel ukuran perusahaan dan debt to asset ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Variabel return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba dan variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata Kunci : Manajemen Laba, Profitabilitas, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Data Panel, ISSI.
vi
rahmat, taufik dan karunia-Nya kepada seluruh umat manusia, khususnya kepada penulis yang
telah diberikan kekuatan dan kemudahan untuk meneyalesaikan penulisan tugas akhir ini dengan
lancar. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita semua menuju arah kebenaran dan kebahagiaan.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Profitabilitas, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap
Praktik Manajemen Laba”, (Studi Empiris pada Emiten yang Terdaftar pada Indeks Saham
Syariah Indonesia Sub Sektor Barang Konsumsi Periode 2011-2014), ditujukan sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan
yang tak ternilai bagi penulis, sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang
yang penulis sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dan mendukung selama
penulisan skripsi ini.
Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas
doa, bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai pihak.. Oleh karena itu merupakan
suatu kebahagiaan bagi penulis yang dalam kesempatan ini dengan setulus hati mengucapkan
vii
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku ketua program studi Muamalat dan Bapak H.
Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Orang tua tercinta Sri Rachmi Ananti dan Wiyono yang selama ini tidak henti-hentinya
memberikan semangat, dukungan, dan doa agar terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih
untuk kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.
4. Bapak Supriono, S.E., M.M. sebagai dosen pembimbing saya yang telah meluangkan
waktu disela-sela kesibukannya untuk memberi arahan dan bimbingan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Kepada teman-teman “Sahabat Koplak”, terutama kepada Sule dan Ridho. terimakasih
atas perhatian, semangat dan doanya agar terselesaikannya skripsi ini.
6. Kepada Sahabat-sahabat saya, Siti Alfi Syahrin, orang yang membuat saya percaya
bahwa power of words itu benar-benar ada dan selama ini menjadi tempat berkeluh-kesah
dan menampung isi kepala saya. Terimakasih banyak atas semangat, doa, dukungan dan
nasihat-nasihatnya dalam melewati masa-masa sulit saya. Terimakasih juga kepada Silvia
Arafah yang selama ini turut memberi semangat dan mendoakan yang terbaik untuk saya.
Semoga kita bisa sama-sama terus sampai nanti yaaaa.
7. Terimakasih banyak kepada Indri atas waktu yang telah dilalui bersama serta tidak
henti-hentinya memberi support, semangat dan mendoakan yang terbaik untuk kelancaran
viii
karena telah meluangkan waktunya untuk menjadi tempat bertanya banyak hal yang
berkaitan dengan skripsi saya.
10.Assy Shella, yang sering memberikan motivasi, doa dan semangat agar cepat
menyelesaikan skripsi dan mengejar wisuda. Terimakasih juga atas pinjaman bukunya
serta bantuan lainnya selama ini.
11.Untuk Mas Ferdy dari BPS terimakasih atas konsultasi statistiknya.
12.Untuk teman-teman seperjuangan lainnya Rahmat Abdillah, Vita, Opey, Rendy, Tiwi,
Hanni, Meyga, Faisal, Ame, Hilman & Tatang. Terimakasih atas semuanya selama masa
perkuliahan.
13.Keluarga besar Perbankan Syariah C lainnya yang telah banyak menghabiskan waktu
bersama penulis selama masa perkuliahan ini. Terimakasih atas kebersamaan, canda dan
tawanya. Semoga kita semua bisa menjadi orang sukses. Amin.
14.Terimakasih juga kepada pihak lainnya karena telah membantu penulis selama ini, dan
dengan berat hati tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Jakarta, 21 September 2015
ix
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ……….. ix
DAFTAR TABEL ……….. xii
DAFTAR GAMBAR ………. xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 15
C. Pembatasan Masalah ... 17
D. Perumusan Masalah ... 17
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 18
F. Sistematika Penulisan ... 20
BAB II LANDASAN TEORI ... 22
A. Laporan Keuangan ... 22
B. Agency Theory ... 26
C. Profitabilitas ... 29
D. Corporate Governance ... 35
x
I. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 67
J. Matriks Penelitian Terdahulu Terdahulu ... 74
K. Kerangka Pemikiran ... 76
L. Hipotesis ……….. 77
BAB III METODE PENELITIAN ... 78
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 78
B. Populasi dan Sampel ... 79
C. Teknik Pengumpulan Data ... 80
D. Metode Analisis Data ... 81
2. Teknik Analisis Data ... 81
a.Keuntungan Menggunakan Data Panel ... 81
b. Penentuan Model Estimasi ... 83
c. Tahap Analisa Data ... 84
d. Uji Asumsi Klasik ... 87
e. Uji Hipotesis dan Model Summary ... 91
E. Operasional Variabel Penelitian ... 94
F. Kerangka Penelitian ………. 104
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 105
A. Deskripsi Objek Penelitian ... 105
xi
E. Analisa dan Pembahasan ... 109
1. Statistika Deskriptif ... 109
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 111
3. Uji Asumsi Klasik ... 117
4. Uji Signifikansi ... 122
F. Interpretasi Hasil Penelitian ... 131
BAB V PENUTUP ... 137
A. Kesimpulan ... 137
B. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA ... 140
xii
1.1 Peringkat Informasi Untuk Keputusan Saham ……… ... 6
1.2 Nilai Deteksi Manajemen Laba ……….. .... 10
2.1 Matriks Penelitian Terdahulu ... 74
3.1 Operasionalisasi Variabel ………. ... 103
4.1 Tahapan Seleksi Pemilihan Sampel dengan Kriteria ... 106
4.2 Daftar Sampel Penelitian ... 107
4.3 Statistika Deskriptif ... 109
4.4 Hasil Regresi Data Panel Model Common Effect ... 113
4.5 Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effect... 114
4.6 Hasil Uji Chow ... 116
4.7 Uji Multikolinearitas ... 119
4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park ... 121
4.9 Hasil Uji F dengan Model Common Effect... 123
4.10 Hasil Uji t dengan Model Common Effect ... 125
[image:12.612.71.517.74.567.2]xiii
Gambar Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 76
3.3 Kerangka Penelitian ... 104
1 A. Latar Belakang
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar
modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada berbagai instrumen
keuangan. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya
sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrumen1.
Pasar modal dapat menjadi penggerak bagi perekonoian suatu negara. Melalui
pasar modal investor dapat mengalokasikan dana dari sektor yang kurang produktif
ke sektor ke sektor yang lebih produktif oleh karena itu pasar modal yang efisien
dapat mendukung perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, pasar
modal memungkinkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk memanfaatkan dana langsung dari masyarakat
tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan, hal ini sesuai
dengan pengertian pasar modal (capital market) yaitu pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan dan sebagai sarana pendanaan
bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi
kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya2.
Pasar modal harus mampu menciptakan suatu mekanisme yang dapat
melindungi kepentingan pihak yang kelebihan dana (investor), yaitu dengan cara
memberikan seluruh informasi secara lengkap dan benar serta menyampaikan seluruh
perubahan-perubahan yang terjadi secara up todate dan terpercaya, sehingga investor
dapat memahami secara menyeluruh mengenai keadaan emiten bursa efek dalam
berbagai aspek yang dialami, terutama aspek keuangan dan perkembangan aktivitas
di bursa efek3.
Perusahaan sebagai badan usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan,
pada dasarnya tingkat produktifitas suatu perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan akan mencerminkan kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja perusahaan
adalah tingkat prestasi (karya) atau hasil yang dicapai kadang-kadang digunakan
untuk dicapainya suatu hasil yang positif. Produktifitas yang dilakukan perusahaan
sebagai kemampuan perusahaan untuk memberikan nilai terhadap perusahaan
2 Mohammad Didik Ariyanto, “Analisis Pengaruh Manajemen Laba dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 5, (September 2010) : h.15
3
adalah kinerja perusahaan. Penilaian kinerja merupakan sangat penting bagi
perusahaan yang telah go public. Perusahaan go public adalah perusahaan yang
dimiliki oleh masyarakat, dengan pengertian lain bahwa masyarakat memiliki akses
untuk memiliki perusahaan melalui mekanisme penyertaan dalam bentuk saham.
Penilaian kinerja ini sangat penting sehingga diketahui nilai perusahaan.
Penilaian kinerja juga sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang mengalami
kesulitan, penilaian kinerja juga sangat berguna untuk restrukturisasi
pengimplementasian program pemulihan usaha, bagi perusahaan yang go public
penilaian kinerja sangat penting jika perusahaan akan menjual perusahaannya di
bursa harus melakukan penilaian untuk menentukan nilai wajar saham yang
akan ditawarkan kepada masyarakat. Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan
tingkat stabilitas suatu perusahaan4.
Akuntansi merupakan kegiatan menyediakan informasi keuangan bagi
pengambilan keputusan ekonomis. Segala sesuatu yang terjadi dalam suatu bisnis,
terutama kejadian ekonomis, harus selalu dicatat dalam laporan akuntansi. Akuntansi
pada dasarnya berhubungan erat dengan informasi dan output dari akuntansi adalah
laporan keuangan5. Menurut Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1
mengemukakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun
4
Ibid.,. h.12. 5
menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status
keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan (PSAK No, 1)6.
Tujuan utama laporan keuangan adalah sebagai informasi akuntansi yang
disajikan untuk pihak-pihak terkait (Stakeholder) suatu perusahaan untuk menyajikan
keadaan tentang kondisi keuangan perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kinerja
dan perubahan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Para pihak terkait tersebut terdiri
dari pihak internal seperti manajemen perusahaan dan karyawan maupun eksternal
perusahaan seperti investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya.
Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) atau Capital Market Efficiency
menyebutkan bahwa informasi laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar modal7.
Salah satu informasi dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai parameter
untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah
informasi laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Dari informasi laba akan
banyak muncul interpretasinya, tergantung siapa yang menggunakan informasi
tersebut. adanya perubahan informasi atas laba melalui beberapa cara akan
memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut dan keputusan
6
Ibid., h, 43 7
yang akan diambil oleh pengguna informasi8. Karena melalui laba dapat dinilai
tingkat kinerja manajemen, tingkat kemampuan menghasilkan laba dalam jangka
waktu panjang, serta tingkat risiko investasi dalam perusahaan tersebut.
Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada
sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang
tercermin dalam perubahan harga sekuritas9. Investor pasti senantiasa memperhatikan
pergerakan harga di pasar. Artinya, baik investor individual maupun institusi
mengikuti pergerakan pasar tiap saat secara seksama, dan selalu siap untuk
melakukan traksaksi beli atau jual manakala menurut perhitungan akan didapat hasil
yang menguntungkan. Dengan kata lain, investor yang secara cepat dapat mengetahui
potensi adanya nilai tambah akan dapat memperoleh keuntungan dengan
menggunakan pilihan strategi yang tepat10.
Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) atau Capital Market Efficiency
diatas dapat didukung oleh data-data hasil survey tentang sumber informasi yang
paling relevan untuk pengambilan keputusan investasi saham di Indonesia. tabel 1.1
Menunjukan bahwa laporan keuangan dominan digunakan oleh investor institusi dan
analis saham/keuangan. Namun laporan keuangan bukan merupakan informas yang
utama bagi investor individu. Informasi utama bagi investor individu adalah likuiditas
8 Faizah, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tindakan Perataan Laba (
Income Smoothing) pada Perusahaan yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index (JII),” (Skripsi S1 Fakultas
Syariah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009). h,1.
9 Tatang A.G & Elok Sri Utami, “Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”, Jurnal AKUNTANSI & Keuangan Vol. 4, No.1 (Mei 2002): h.56.
10
pasar dan rumor11. Walaupun laporan keuangan juga merupakan sebagai bahan
pertimbangan.
[image:19.612.106.545.115.398.2]Tabel 1.1
Peringkat Informasi untuk Keputusan Investasi Saham di Indonesia
Keterangan Total Investor Analis
Keuangan Individu Institusi
Kebijakan Perusahaan yang dipublikasikan 1 3 1 2
Laporan Keuangan Tahunan 2 6 2 1
Likuidasi Pasar 3 1 2 5
Teknikal Analisis 4 3 3 3
Laporan Keuangan Intern 5 5 1 6
Rumor 6 2 4 6
Majalah dan Koran 7 7 5 4
Saran dari Broker 8 4 6 7
Prospektus 9 8 7 4
Komunikasi Dengan Manajemen 10 9 8 8
Sumber : Sulistiawan dan Feliana (2010) : Hasil Survey yang dipresentasikan dalam seminar riset bisnis Universitas Airlangga.
Pada dasarnya manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu12, Oleh karena
itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Laba yang meningkat dari periode
sebelumnya mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan adalah bagus dan hal ini
dapat mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan.
Dalam penyusunannya, laporan keuangan secara konsisten harus disusun
dengan menggunakan standar akuntansi yang dianggap sebagai informasi relevan,
11
Dedhy Sulistiawan, dkk, Creative Accounting : Mengungkap manajemen laba dan skandal akuntansi, h.10.
netral, dan lengkap. Dalam suatu laporan keuangan, pihak internal perusahaan
mendapatkan kebebasan dalam pemilihan metode akuntansi yang digunakan. Selain
itu prinsip akuntansi juga memberikan kebebasan pemakainya untuk menentukan
nilai estimasi yang digunakannya. Nilai estimasi merupakan nilai yang digunakan
periode waktu alokasi harga perolehan (cost) aktiva tetap dan biaya dibayar dimuka
(differed charge), nilai residu tetap, persentase biaya kerugian piutang, dan lain-lain.
Kebebasan memilih metode akuntansi dan estimasi inilah yang memicu dan
mendorong seseorang untuk merekayasa informasi keuangan. Penyusun laporan
keuangan hanya mau memilih dan menggunakan metode akuntansi dan menentukan
nilai estimasi yang dapat mengoptimalkan kesejahteraannya. Artinya, penyusun
laporan keuangan hanya mau menggunakan suatu metode akuntansi tertentu apabila
ada manfaat yang bisa diperoleh. Sementara metode yang tidak bisa memberi manfaat
tidak akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
Pada dasarnya ada dua cara yang bisa digunakan seorang manajer perusahaan
untuk mempengaruhi laporan keuangan, yang pertama dengan memilih salah satu
metode akuntansi atau nilai estimasi akuntansi, dan kedua dengan menggunakan
kedua metode akuntansi dan estimasi akuntansi. Apabila penyusun laporan keuangan
memilih menggunakan metode akuntansi maka kebijakan ini relatif lebih mudah
diketahui oleh pemakai laporan keuangan, karena setiap metode akuntansi yang
digunakan harus diungkapkan dalam laporan keuangan yang bersangkutan. Namun
jika seorang penyusun laporan keuangan memilih menggunakan nilai estimasi
untuk diketahui pihak lain sehingga penyusun laporan keuangan cenderung memilih
kebijakan rekayasa mengendalikan berbagai akrual. Alasannya, transaksi akrual yang
diatur dengan memanfaatkan kebebasan menentukan nilai estimasi akuntansi ini
merupakan transakasi yang tidak mudah diketahui pemakai laporan keuangan.
Upaya mempengaruhi informasi keuangan inilah yang disebut dengan
manajemen laba. Secara umum manajemen laba dapat dilakukan karena dasar
pencatatan transaksi yang dilakukan akrual atau tanpa harus disertai penerimaan kas
atau pengeluaran kas. Secara umum manajemen laba didefenisikan sebagai upaya
manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi
dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah
yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai
kecurangan. Sementara pada pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa
manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer
perusahaan dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode
prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum13.
Pada dasarnya praktik manajemen laba bukanlah hal baru dalam dunia
akuntansi, manajemen laba merupakan bagian dari istilah creative accounting,
Creative Accounting adalah praktik akuntansi yang berbeda dengan praktik akuntansi
yang biasa digunakan. Dalam sudut pandang profesi akuntan melihat bahwa
manajemen laba merupakan sesuatu yang legal jika yang dilakukan masih dalam
13
kerangka standar akuntansi, tapi jika praktik akuntansi yang dilakukan melanggar
aturan maka hal itu disebut skandal akuntansi namun terlepas dari legal atau tidaknya
merupakan suatu peristiwa yang tidak mencerminkan keadaan laba perusahaan yang
sebenarnya.
Praktik manajemen laba menyebabkan angka laporan keuangan terpengaruh
dan berpihak pada kepentingan manajer. Tujuan praktik itu sudah jelas, yaitu
mengharapkan pembaca laporan keuangan yang menjadi sasaran praktik manajemen
laba agar mengambil keputusan yang menguntungkan manajer atau perusahaan. Hal
ini tentunya merugikan pihak lain. Sebabnya dalam praktik manajemen laba dapat
berimplikasi pada hilangnya kredibilitas pelaporan keuangan dan menambah bias
informasi dalam laporan keuangan14. Karena mestinya dalam mencapai angka laba
yang diinginkan harusnya dilakukan dengan upaya aktivitas bisnis yang normal,
bukan operasi diatas kertas15. Tabel 1.2 dibawah ini merupakan gambaran umum
mengenai praktik manajemen laba yang terjadi pada emiten syariah di Indonesia.
Secara empiris, nilai deteksi manajemen laba dapat bernilai nol, positif, atau
negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola perataan laba
(income smoothing). Sedangkan nilai positif menunjukkan adanya manajemen laba
14Ahmad Yusuf Marzuki & Achmad Badarudin Latif, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7 No. 1 (Maret 2010) : h.11.
15
dengan pola peningkatan laba (income increasing) dan nilai negatif menunjukkan
[image:23.612.79.589.118.456.2]manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing)16.
Tabel 1.2
Nilai Deteksi Manajemen Laba yang Pada 10 Emiten Syariah yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII)
NO. EMITEN Nilai Deteksi Manajemen Laba
2007 2008 2009 2010 2011
1 AALI 0.1896004413 1.575401065 0.555555904 0.490754872 0,431603005 2 ANTM 0.182786053 0.701599283 0.653609481 0.635971639 0,072323991 3 ASII 0.607992006 0.438413493 0.656960784 1.996077069 1,456907646 4 INTP 0.017076937 0.279366791 0.128392048 0.256316583 0,314867562 5 PTBA 0.827140064 0.221289187 0.842322886 0.872454376 0,730356637 6 TLKM 0.099494296 0.110148987 0.085643052 0.006399437 0,030374574 7 SMGR 0.457197415 0.416307304 0.44429853 0.121003438 0,00887056 8 TINS 0.374835455 4.887430266 0.756423211 0.422651507 2.086270775 9 UNTR 0.247127072 0.209783588 0.334751778 0.965227352 0,227235827 10 UNVR 0.349092529 0.217131717 0.290263727 0.262141335 0,092517905
Sumber : Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 1/November 2011: 1-94
Dalam pelaksanaannya pastinya berangkat dari sebuah motivasi seorang
manajer untuk mencapai tujuan tertentu yang itu erat kaitannya dengan permasalahan
etika. Etika merupakan bidang ilmu normatif yang dapat menentukan apa yang harus
dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang individu., dalam perspektif etika bisnis
islam manajemen laba adalah praktik yang sebenarnya memiliki kecenderungan tidak
16
sesuai dari prinsipsyariah dengan kata lain tindakan memanipulasi laba diatas kertas
dalam bentuk manajemen laba itu tidak sesuai dengan ajaran islam17.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahwa dalam mendeteksi
penyebab manajemen laba terdapat beberapa faktor-faktor yang turut berpengaruh
terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan, salah satunya adalah
profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan,
aset dan modal saham tertentu. Tingkat profitabilitas juga merupakan salah satu
motivasi manajer perusahaan dalam melakuan praktik manajemen laba. Melalui
manajemen laba. karena manajer perusahaan dapat mempengaruhi profitabilitas yang
dicapai dalam laporan keuangan. Studi penelitian sebelumnya tentang profitabilitas
dana manajemen laba menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif signifikan
antara profitabilitas dan manajemen laba18.
Leverage merupakan rasio untuk mengetahui seberapa besar aktiva yang
dimiliki perusahaan berasal dari modal atau hutang, dengan menggunakan rasio
leverage dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap
kepada pihak lain. Apabila leverage digunakan dengan baik, leverage dapat
digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan, namun apabila digunakan untuk
17
Ibid.,h.19.
18 I Guna, Welvin & Arleen Herawaty, “Pengaruh Mekanisme
menarik minat kreditur, maka leverage akan memunculkan tindakan manajemen laba.
Perusahaan yang memiliki liabilitas tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan
menggeser laba masa depan ke masa sekarang.
Watts and Zimmerman (1990) menyatakan dalam debt covenant hypothesis
bahwa semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran persyaratan hutang yang
didasarkan atas angka akuntansi maka manajer lebih cenderung untuk memilih
prosedur-prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode mendatang ke periode
berjalan19. Penelitian yang dilakukan oleh Saleh et al. (2005), Tarjo (2008), dan Lin
et al. (2009) dalam Gao & Pagaling (2011 )menemukan bahwa leverage mempunyai
hubungan positif dengan manajemenlaba.
Hal ini diperjelas dalam penelitian yang dilakukan oleh Klein dan Othman
dan Zhegal, (2006) dalam Diana & Dul (2011) yang menyebutkan bahwa hutang
dapat meningkatkan manajemen laba saat perusahaan ingin mengurangi kemungkinan
pelanggaran perjanjian hutang dan meningkatkan posisi tawar perusahaan selama
negosiasi hutang. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya di perusahaan
tentunya manajer harus menunjukan performa baik dari perusahaannya. Perilaku
kreatif dari manajer untuk menampilkan performa yang baik dari laporan
keuangannya pun sering kali muncul.
Corporate governance muncul karena adanya pemisahan antara pemilik
dengan pengendalian perusahaan. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal
19
dengan pengendalian oleh agent dalam sebuh organisasi cenderung menimbulkan
konflik keagenan diantara principal dengan agen. Pemisahan yang terjadi antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan menimbulkan suatu konflik yang
disebut dengan agency conflict.
Dengan berperan sebagai agen, manajemen suatu perusahaan diberi
wewenang oleh pemilik untuk mengambil keputusan dan menjalankan serta
mengurus jalannya perusahaan, karena itu manajemen sebagai pengelola perusahaan
dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik perusahaan. Manajemen
berkewajiban untuk pengungkapan informasi mengenai kondisi perusahaan. Misalnya
informasi tentang laporan keuangan. Namun terkadang informasi yang diberikan
tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kondisi ini disebut sebagai asimetri
informasi. Asimetri informasi terjadi karena antara diantara pihak-pihak terkait tidak
mempunyai sumber dan akses yang setara untuk memperoleh informasi, dalam hal ini
antara principal dan agen Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen dan
pemilik perusahaan dapat memicu manajemen untuk melakukan praktik manajemen
laba.
Ada dua poin penting yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak
stockholder dan stakeholder untuk memperoleh informasi akurat dan tepat waktu
serta akurat, tepat waktu, dan transparan semua informasi mengenai perusahaan, atau
dengan kata lain, konsep good corporate governance menekankan pentingnya
kesetaraan (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), dan
keuangan. Alasannya laporan keuangan merupakan alat komunikasi utama
perusahaan dengan semua pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Andayani, 2010). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007), Bangun dan Vincent (2008)
dalam Wulandari (2013) menunjukan bahwa corporate governance berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan
mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga
pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya
akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut.
Perusahaan besar umumnya memiliki total aktiva yang besar pula, semakin tinggi
total aktiva suatu perusahaan, maka risiko yang akan ditanggung oleh investor akan
semakin kecil20.
Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka
akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak
perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Perusahaan yang besar akan
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan dan cenderung melaporkan
kondisi keuangan dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat.
Sedangkan perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan
manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar sehingga dapat
menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih bagus. Ini menunjukkan bahwa semakin
besar perusahaan semakin kecil pengelolaan laba yang dilakukan21. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert dan gagaring (2011), Lee and Choi
(2002), Midiastuty dan Machfoedz (2003), Saleh et al. (2005), Liu dan Lu (2007),
dan Cornett et al. (2009) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba
Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti melihat bahwa penelitian
mengenai manajemen laba ini layak untuk diteliti kembali oleh karena itu maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Profitabilitas, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba”, (Studi Empiris pada Emiten Indeks Saham Syariah Indonesia Sub Sektor Barang Konsumsi Periode 2011-2014).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa identifikasi
masalah diantaranya adalah :
1. Creative Accounting adalah praktik akuntansi yang berbeda dengan
praktik akuntansi yang biasa digunakan. Manajemen laba merupakan
bagian dari creative accounting atau diistilahkan sebagai nama lain dari
creative accounting. Pada dasarnya manajemen laba diasumsikan sebagai
kemampuan untuk “memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan
mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang
diharapkan. Selaras dengan definisi tersebut, dalam pendapat lain juga
hampir sama dalam mendefinisikan manajemen laba, yaitu intervensi yang
dilakukan oleh pihak internal perusahaan dalam mempengaruhi informasi
laporan keuangan untuk mendapatkan tingkat kinerja yang diinginkan
serta didasari oleh motivasi lainnya.
2. Dalam perhitungan manajemen laba terdapat bermacam-macam teknik
perhitungannya untuk mendeteksi praktik manajemen laba sebagai
variabel independen, salah satu teknik yang memberikan hasil paling kuat
dalam perhitungan manajmen laba adalah dengan discreationary accruals
sebagai proksi manajemen laba, karena teknik ini sejalan dengan
akuntansi berbasis akrual yang banyak digunakan dalam dunia usaha.
Metode ini merupakan pencatatan yang membuat munculnya komponen
akrual yang mudah untuk dipermainkan besar kecilnya. Pada penelitian ini
difokuskan untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara teori
C. Pembatasan Masalah
1. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor
yang dianggap dominan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya terhadap
praktik manajemen laba) emiten syariah sub sektor barang konsumsi.
2. Penelitian ini menggunakan 4 variabel bebas yang terdiri dari rasio
profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE), lalu Debt
to Asset Ratio (DAR) sebagai proksi leverage, Corporate Governance,
dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba yang dideteksi
menggunakan discreationary accrual sebagai variabel terikat.
3. Objek dalam penelitian ini adalah emiten sub sektor barang konsumsi
yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) dan terdaftar dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
4. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data panel yaitu
perpaduan jenis data time series dan data cross section yang diambil dari
laporan keuangan tahunan emiten Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
yang telah diaudit periode tahun 2011-2014.
D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini pembahasan terfokus kepada masalah faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik manajemen laba pada emiten syariah sub sektor barang
akan dibahas dalam penelitian ini yaitu return on equity, Corporate governance,
ukuran perusahaan dan debt to asset ratio terhadap discretionary sebagai deteksi
praktik manajemen laba. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat
ditarik beberapa pokok masalah sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara variabel return on
equity, corporate governance, ukuran perusahaan dan debt to asset
ratio terhadap praktik manajemen laba pada emiten Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) sub sektor barang konsumsi ?
b. Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba pada emiten Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sub sektor
barang konsumsi ?
c. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel return on
equity, corporate governance, ukuran perusahaan dan debt to asset
ratio terhadap praktik manajemen laba pada emiten Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) sub sektor barang konsumsi ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bukti secara empiris
mengenai pengaruh variabel-variabel independen terhadap praktik manajemen
yang dianggap dapat mempengaruhi praktik manajemen laba pada emiten
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sub sektor barang konsumsi periode
2011-2014.
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan bagi berbagai pihak diantaranya adalah :
a. Dapat dijadikan referensi, bacaan, dan dapat dibandingkan antara
penelitian ini, dan penelitian sebelumnya serta penelitian yang akan
datang mengenai topik yang dibahas dalam penelitian ini.
b. Penelitiian ini diharapkan dapat menambah keragaman referensi
mengenai Creative Accounting, khususnya tentang earning
management (manajemen laba) syariah guna menambah pengetahuan
dan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis serta dapat
dijadikan sebagai acuan dan bahan pertimbangan dari penelitian yang
telah ada maupun yang akan dilakukan.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
khazanah keilmuan dan pengembangan kajian teoritis khususnya yang
berkaitan dengan praktik Creative Accounting yang terjadi pada
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran awal dari apa yang akan dilakukan oleh
peneliti yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah rumusan masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menyediakan tentang kajian kepustakaan yang berisi tentang
landasan teori tentang perbankan syariah dan konsep manajemen laba.
Selain itu bab ini juga berisi review studi penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan manajemen laba sebagai referensi penelitian.
Melalui penelitian terdahulu maka terbentuklah kerangka konsep
sebagai miniatur penelitian yang nantinyaakan menjadi dasar dalam
pembentukan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai metode apa yang penulis gunakan
dalam penulisan skripsi .yang mencakup tempat dan waktu penelitian,
pendekatan dan desain penelitian, jenis dan sumber data penelitian,
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang pembahasan yang memaparkan hasil dari
pengujian hipotesis. dan menganalisa data-data yang diperoleh dalam
penelitian sehingga didapat hasilnya, yang kemudian dilakukan
pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan
kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang ditarik dari pembuktian atau
dari uraian yang telah ditulis terdahulu dan bertalian erat dengan
pokok masalah. selain itu juga terdapat implikasi penelitian,
keterbatasan dan saran bagi kemungkinan pengembangan penelitian
22 A. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari akuntansi
karena laporan keuangan merupakan output dari akuntansi. Laporan keuangan sangat
penting untuk menggambarkan kondisi perusahaan, posisi laporan keuangan, kinerja,
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pernggunaan sumber-sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu1.
Suatu laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan.
Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan2. Laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
1
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h.105
2
laporan keuangan dalam membuat keputusan. Dalam menyusun laporan keuangan,
tidak terlepas dari perilaku manajer perusahaan yaitu sehubungan dengan pemilihan
kebijakan akuntansi. Manajer akan menerapkan kebijakan konservatif atau cenderung
liberal, tergantung nilai pelaporan laba yang diinginkan.
1. Karakteristik Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan akan bermanfaat jika dalam menyusun laporan
keuangan tersebut diperhatikan beberapa hal yang yang menjadi karakteristik dari
laporan keuangan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas
membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai dalam
pengambilan keputusan bernilai ekonomis. Karakteristik kualitatif keuangan menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia melalui PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No 1 (2007:7) adalah :
a. Mudah dipahami (Understandability)
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam
hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, informasi
kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat
dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu
b. Relevan (relevance)
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini, atau masa depan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
c. keandalan (reliability)
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
yang seharusnya disajikan, atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Selain itu informasi harus diarahkan pada kebutuhan pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu.
Dalam hal menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu,
maka ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan hakikat dan
tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan akal sehat. Agar dapat
diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialistis dan biaya (kelengkapan). Kesenjangan untuk tidak
mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan
d. Dapat diperbandingkan (Comparability).
Pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
posisi keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, serta
perusahaan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan
penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa
harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antara periode
yang sama, dan untuk perusahaan yang berbeda.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Pada hakikatnya laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi.
Informasi keuangan perusahaan tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan ekonomis bagi pihak-pihak terkait. Pihak-pihak yang terkait
tersebut terdiri dari pihak intern dan pihak ekstern perusahaan. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan (2007) “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi”. Sedangkan Menurut Accounting Principles Board
Statement No.4 tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut3 :
3
a. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi
keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi
keuangan.
b. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber
daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat
mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, menunjukkan pendanaan
dan investasinya, mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi
komitmennya, untuk menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi
pertumbuhannya.
2) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai
perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan yang
diarahkan untuk memperoleh laba.
B.Agency Theory
Teori agensi pertama kali dipopulerkan oleh Jensen dan meckling pada
tahun1976. Dalam teori ini dinyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketik satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan
agen tersebut4. Dalam hal ini pemegang saham hanya tertarik pada hasil keuangan
yang bertambah atau investasi mereka didalam perusahaan. Hubungan antara agen
dan principal (pemegang saham) harus memiliki kepercayaan yang kuat dimana agen
melaporkan segala informasi perkembangan perusahaan yang dimiliki oleh principal
melalui segala bentuk informai akuntansi karena hanya pihak manajemen yang
mengetahui dengan pasti keadaan perusahaan.
Teori agensi mengasumsikan bahwa seorang manajer sebagai pengelola
perusahaan mengetahi lebih banyak informasi-informasi internal dan prospek
perusahaan kedepannya dibandingkan pemilik (pemegang saham). Karena pemilik
(pemegang saham) tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen,
maka pemilik (pemegang saham) tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti
bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Oleh
karena itu sebagai seorang manajer mempunyai kewajiban memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut penting karena sebagai alat komunikasi perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak-pihak internal maupun eksternal.
Oleh karena itu informasi yang akurat mengenai kondisi perusahaan sangat
dibutuhkan agar tidak bias terutama menyangkut hal pengambilan keputusan.
Adannya ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu
4Rahmita Wulandari, “Analisis Pengaruh
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri
antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan
kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earning management).
Asimetri informasi ini mendorong terjadinya konflik yang biasa disebut agency
conflict yakni mendorong agent menyajikan informasi yang tidak sebenarnya seperti
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal terutama
yang berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Terdapat kemungkinan konflik
dalam hubungan antara prinsipal dan agen (agency conflict), konflik yang timbul
sebagai akibat keinginan manajemen (agen) untuk melakukan tindakan yang sesuai
dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan kepentingan pemegang saham
(principal) untuk memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan. Agency
conflict timbul karena5 :
1. Moral-Hazard
Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan
yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
2. Earning Retention
Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pedapatan
perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai
distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi
internal yang positif.
3. Risk Aversion
Manajemen cenderung mengambil posisi aman utuk mereka sendiri
dalam mengambil keputusan investasi.
4. Time-Horizon
Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka.
C. Profitabilitas
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika
perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif
dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya, sebuah
perusahaan memiliki profitabilitas yang rendah menunjukan bahwa perusahaan
tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik,
sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Profitabilitas berhubungan dengan
kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan menggunakan sumber
daya yang dimilikinya.
Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini
menciptakan keuntungan bagi perusaaan6. Nilai profitabilitas sudah menjadi norma
ukuran bagi kesehatan perusahaan karenanya profitabilitas digunakan sebagai alat
yang untuk menganalisis kinerja manajemen. Tingkat profitabilitas akan
menggambarkan posisi laba perusahaan profitabilitas juga merupakan hasil bersih
dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk dapat mengetahui
kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba selama periode tertentu serta
memberikan gambaran mengenai tingkat efektifitas manajemen didalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen dilihat dari laba yang
dihasilkan terhadap penjualan serta investasi perusahaan. Rasio tersebut disebut juga
dengan rasio rentabilitas7. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya8.
Sedangkan menurut Kasmir, Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
6
Herdiani Restu Ekasiswi & Moh. Didik, Analisis Pengaruh Manajemen Laba dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Go public yang Terdaftar di BEI 2007-2009)” Jurnal (2010), h. 7.
7
Muchlisin Riadi, Rasio Profitabilitas, Artikel diakses pada 16 juni 2015 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-profitabilitas.html
8
memberikan ukuran tingkat efektivis manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi9.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
suatu ukuran atau rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas kegiatan operasional yang dilakukan dalam periode tertentu.
Pada dasarnya terdapat 7 teknik dalam mengukur tingkat profitabilitas dalam suatu
perusahaan yaitu Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Rentabilitas
Ekonomi, Return on Investment (ROI), Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), dan Earning per Share (EPS)10.
1. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin Merupakan rasio yang menguur efisiensi pengendalian
harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien.
9
Kasmir, Analisa Laporan Keuangan (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), h,196. 10Muchlisin Riadi, “Rasio Profitabilitas”, diases pada 21 Oktober 2015 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-profitabilitas.html
Penjualan –HPP
GPM :
2. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin
tinggi Net Profit Margin (NPM) semakin baik operasi suatu perusahaan.
3. Return on Invesment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.
4. Return on Asset
Return on Asset adalah rasio rentabilitas yang menunjukan perbandingan
antara laba dengan total asset suatu perusahaan, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi
pengelolaan asset yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan11. Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan
11Dwi Nura’ini Ihsan,
Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2013), h. 101.
Laba Bersih Setelah Pajak
NPM :
Penjualan
Laba Bersih Setelah Pajak
ROI :
dalam menghasilkan keuntungan (return) bagi perusahaan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukan kinerja yang semakin baik.
Nilai ROA yang semakin tinggi menunjukan suatu perusahaan semakin efisien dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan
meningkat. ROA juga menggambarkan perputaran aktiva dari volume penjualan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan Jadi semakin tinggi nilai profitabilitas menunjukan
kinerja keuangan perusahaan semakin membaik. Profitabilitas proksi ROA secara
matematis dirumuskan sebagai berikut :
Berdasarkan rumus diatas dapat diketahui bahwa semakin besar ROA suatu
perusahaan berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai suatu
perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari sisi penggunaan
asset.
5. Return on Equity
Return on Equity ialah perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan
total ekuitas. Return on equity ialah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik itu pemegang saham biasa ataupun
Laba Bersih ROA :
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam suatu
perusahaan12.
Return on equity ialah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
tersebut mengelola modal sendiri (net worth) dengan secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri ataupun
pemegang saham suatu perusahaan13. ROE tersebut menunjukkan rentabilitas modal
sendiri atau yang sering disebut dengan rentabilitas usaha. Profitabilitas dengan
proksi ROE dirumuskan sebagai berikut :
Tingkat profitabilitas suatu perusahaan dapat menjadi tolak ukur dalam
menentukan kondisi perusahaan terutama kondisi keuangannya, sehingga perusahaan
dapat memahami secara baik kondisi yang dialami oleh perusahaan. Tingkat
profitabilitas yang tinggi menunjukan bahwa kinerja perusahaan tersebut dipandang
baik dan pengawasan serta pengontrolan operasional perusahaan berjalan dengan
baik. Sedangkan apabila tingkat profitabilitas rendah, menunjukan bahwa kinerja
perusahaan dipandang kurang baik, dan kinerja manajemen dinilai buruk atau kurang
maksimal di mata para principal (pendiri perusahaan). Dalam mengukur
12
Sofyan Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, h. 304. 13
Agnes Sawir, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009). h.64.
Laba bersih setelah pajak
ROE :
profitabilitas, para pengguna laporan keuangan yaitu pihak-pihak yang
berkepentingan biasanya menemui berbagai kendala seperti data yang dilaporkan di
dalam laporan keuangan telah dimodifikasi dan lain-lain.
Dalam mengukur tingkat profitabilitas, ada beberapa tolak ukur yang sangat
penting karena banyak digunakan dalam perhitungan rasio-rasio yang menghitung
tingkat profitabilitas, yaitu aktiva dan laba. Profitabilitas bisa menjadi bahan acuan
untuk melihat kondisi suatu perusahaan khususnya kondisi keuangan perusahaan,
sehingga apabila tingkat profitabilitas tinggi maka para investor dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut akan menilai bahwa perusahaan
tersebut baik. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi akan lebih disukai oleh banyak investor dan pihak-pihak lain yang memiliki
kepentingan dengan perusahaan tersebut dengan berbagai kepentingannya
masing-masing.
D. Corporate Governance
Semakin merebaknya aktivitas manajemen laba juga telah mendorong
berkembangnya perhatian publik terhadap konsep good corporate governance.
Konsep ini secara istilah merupakan tata kelola perusahaan yang baik atau dengan
kata lain sebagai suatu sstem yang mengatur dan mengandalikan perusahaan agar
selalu menciptakan nilai tambah bagi semua stockholder dan stakeholdernya. Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa corporate governance merupakan sebuah sistem
antara pemegang saham , pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Ada dua poin penting yang
ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak stockholder dan stakeholder untuk
memperoleh informasi akurat dan tepat waktu (timeliness) serta kewajiban
perusahaan intuk mengungkapkan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan
transparan semua informasi mengenai perusahaan.
Corporate Governance sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan
meminimalisai konflik keagenan dan merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi hubungan antara dewan komisaris,
manajemen perusahaan, dan para pemegang saham. Corporate governance adalah
salah satu konsep yang berdasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Karena pada mulanya
salah satu urgensi pentingnya corporate governance berhubungan dengan teori
keagenan yang menyatakan mengenai pentingnya pemilik perusahaan menyerahkan
pengelolaan perusahaan pada tenaga profesional (disebut agent) yang lebih mengerti
dan profesional dalam menjalankan bisnis.
Ada beberapa asumsi dasar yang membangun teori agensi yaitu agency
conflict dan agency problem. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana
para investor yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau meginvestasikan dana ke
investor memonitor manajer. Dengan demikian diharapkan corporate governance
mampu mempengaruhi manajer untu tidak melakukan tindakan manajemen laba.
Corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Comittee
pada tahun 1992 dalam sebuah laporan yang kemudian dikenal dengan nama Cadbury
Report. Laporan ini kemudian menjadi titik balik yang menentukan praktik corporate
governance di dunia. Cadbury Comittee (yang digunakan dalam FCGI, (2001:1).
Pedoman GCG merupakan panduan bagi perusahaan dalam membangun,
melaksanakan dan mengkomunikasikan praktik GCG kepada pemangku kepentingan.
Dalam pedoman tersebut KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance)
memaparkan azas-azas GCG sebagai berikut :
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan
pemegang saham dan pemegang kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas Corporate Governance, perusahaan
harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan. Dengan kata lain, konsep good corporate governance
menekankan pentingnya kesetaraan (fairness). Transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), dan responsibilitas (responsibility) informasi untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Alasannya, laporan keuangan merupakan
alat komunikasi utama perusahaan dengan semua pihak yang mempunyai
kepentingan dengan perusahaan. Semakin berkualitas laporan keuangan semakin
Corporate governance menjadi mekanisme pengawasan agar manajemen
melakukan kegiatan operasional untuk kepentingan pemegang saham. Menurut IICG
terdapat tujuh dimensi atau konsep penerapan good corporate governance yang
diambil dari panduan OECD dan komnas good corporate governance. Namun dalam
penelitian ini hanya menggunakan proksi komisaris independen sebagai tolak ukur
dalam mengukur Corporate Governance dalam suatu perusahaan.
Dalam sebuah peusahaan, kita mengenal adanya direksi dan manajemen.
Namun, ada sebuah peran penting lagi dalam sebuah perusahaan yaitu peran dari
komisaris independen. Komisaris Independen menjadi organ utama bagi penerapan
praktik good corporate governance, dengan melihat fungsi yang dimiliki. Oleh
karena itu, sesuai dengan nama yang diemban sebagai komisaris independen, maka
harus memil