• Tidak ada hasil yang ditemukan

F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):

Baik, saya kira substansi dari 4 poin ini sudah benar kan kalau digabungkan antara 2 dan 4 saya kira memang kita akan kesulitan untuk merumuskan kalimat yang pas. Sehingga mungkin yang nomor 4 itu tinggal dilengkapi saja kalimatnya, sehingga berbunyi bahwa tetap melakukan produksi dan ekspor konsentrat dan melakukan pemutusan hubungan kerja. Jadi tetap melakukan produksi, melakukan ekspor konsentrat dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan. Saya kira itu aja.

Baik, terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, tadi Pak Marzuki. Silakan Pak.

F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):

Pak Ketua, sebetulnya prinsipnya kan yang tidak boleh dilakukan Freeport itukan sebetulnya mem-PHK karyawan dan lain-lain itu yang tidak boleh Pak. Kalau itu dicantumkan semua nanti justru seolah-olah kita ini mengecualikan Freeport, mengistimewakan Freeport boleh ekspor konsentrat sampai kapan pun tanpa harus membangun smelter dan lain sebagainya, padahal tidak begitu semangatnya. Jadi ya kalau mau dicantumkan tetap melakukan produksi itu kan menurut saya enggak perlu. Mau produksi mau nggak, yang penting enggak boleh PHK, nah karena nggak boleh PHK harus produksi kan begitu kira-kira. Jadi ya sudah berproduksi tetap produksi tapi di PHK itu enggak boleh. Kira-kira begitu, tapi kalau tetap melakukan ekspor konsentrat apa itu menurut saya itu nanti menjadi negatif rapat kita ini, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat di luar gedungnya. Dan semangat nomor 3 seakan-akan diabaikan. Berkeadilan ekonomi itu nanti ilang, isu yang muncul adalah Komisi VII mendukung Freeport ekspor terus konsentrat, tambahin lagi tanpa membnagun smelter tambah parah nanti. Jadi gitu Pak Ketua, jadi nggak usah dicantumkan lah yang.

KETUA RAPAT:

Baik, silakan Pak Marzuki.

KOMISARIS PT FREEPORT INDONESIA:

Pak Ketua, setelah mendengar pandangan-pandangan ini barangkali memang jikalau dari pihak kami bisa memberikan gambaran tentang kondisi objektif

di lapangan. Maka tidak terlalu mudah untuk poin 4 ini bisa terlaksana. Oleh karena bukan saja ini yang jadi masalah, nanti akan pertanyakan bagaimana sikap Freeport mengenai smelter, gimana dan lain-lain itu. Jadi ini sudah lebih banyak ke masalah-masalah operasional penyelesaian. Sebetulnya poin 3 ini sudah mencakup itu semua, termasuk pembicaraan antara pemerintah dengan Freeport untuk menangani masalah-masalah sebagai akibat dari keadaan yang kita alami sekarang. Jadi poin 2 ini baik untuk kemudian dijelaskan, Komisi VII DPR RI memperoleh informasi dari Dirjen Minreba Kementerian ESDm terkait kebijakan peningkatan nilai tambah mineral untuk PT Freeport Indonesia dan keterangan dari PT Freeport mengenai pengoperasian tambang di Papua itu. Itukan seimbang, jadi penerimaan informasi dari kedua belah pihak.

Kemudian yang ketiga itu barangkali kalau perlu ditambahkan, Komisi VII DPR RI meminta Dirjen Minerba dan seterusnya untuk melakukan pemikiran yang komprehensif dan intensif. Sehingga poin 4 ini tidak perlu karena sudah komprehensif di dalam pengertian yang mendesak untuk ini diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

F-PDIP (TONY WARDOYO):

Pimpinan, saya rasa poin 4 tetap mesti masuk karena ini juga menjadi satu kepastian bagi masyarakat pekerja yang ada di tambang yang selama inikan berangsur-angsur adanya PHK. Saya rasa perlu ada kebijakan juga dari Pak Dewan Komisaris Pak Marzuki supaya bisa ada, mereka juga ada ketenangan di sana, jangan timbul satu gejolak baru lagi dari evaluasi ini. Jadi apa yang dijelaskan tadi ya memang sebenarnya masyarakat Papua khususnya pekerja tambang di PT Freeport itu mengharap-harap cemas dengan kondisi ini, mereka mengetahui kok ada pertemuan dengan Direksi pada saat ini. Saya rasa itu cukup menjadi bagian yang bisa saling mempercayai gitu Pak, kurang lebih begitu Pak Dewan Komisaris.

Terima kasih Pimpinan, saya rasa bisa dilanjutin Pimpinan. Terima kasih.

F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):

Mengharapkan sebetulnya, meminta ya kan wajar kalau Menteri Perindustrian mengatakan walaupun ekonomi sulit tidak boleh ada PHK. Ini DPR RI ya ngomongnya begitu, apapun yang terjadi Freeport nggak boleh ada PHK karena itu rakyat Indonesia yang di PHK. Itu sikap politik kita, jadi menurut saya ini meminta kepada Freeport agar tidak ada PHK.

Oke, baik.

Saya kira kita kembali tadi ada tambahan dari Komisaris. Untuk poin 2 itu dari 2 sisi informasinya ya, Komisi VII memperoleh informasi dari Dirjen Minerba dan seterusnya untuk PT Freeport Indonesia dan informasi kondisi operasional gitu tadi Pak.

Sebentar Pak, satu-satu Pak tambahan tadi. Saya kira informasinya kan dari 2 sisi kan gitu maksudnya.

F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):

Jadi sebetulnya kalau kalimat seperti inikan ESDM memberikan penjelasan atas kondisi itu, padahal sebenarnya kan ESDM menjelaskan kebijakan yang diberikan. Sehingga tadi kami cenderung membagi yang 2 itu Pak, untuk memisahkan bahwa pada hari ini kita memperoleh keterangan, penjelasan ke ESDM, kan begitu Ketua. Lalu pisah, hari ini Freeport juga memperoleh penjelasan dari Komisaris Freeport kan begitu sebetulnya, yang ingin kita pisahkan. Tentu kita ingin memposisikan di singgung juga oleh Komisaris tentang kedaulatan nasional dan sebagainya, kan sebetulnya posisinya ada di Kementerian ESDM yang memberikan penjelasan kebijakan. Freeport memberikan penjelasan kan butir lain lagi, memang demikian kan 2 pihak.

Sebentar Ketua, saya ingin selesaikan dulu. KOMISARIS PT FREEPORT INDONESIA:

Poin 2, harus menjadi poin 1. KETUA RAPAT:

Sebentar Pak, biar diselesaikan bagaimana Pak. F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):

Izin saya selesaikan Pak Ketua, Pak Marzuki, Pak nabil, Pak Simon, sahabat-sahabat kami. Dengan demikian kan ingin memisahkan itu lalu muncul poin berikutnya yang menyangkut supaya dilakukan kan itu sebuah jalan, prosesnya memang demikian.

KETUA RAPAT:

Langsung saja Pak, to the point saja. Informasi dari 2 sisi kita terima, kalau mau pake titik ya kita pisahkan nggak apa-apa juga.

F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):

Dibagi 2 nomor kalau saya usul, seperti tadi, 2 dan 3. Nomor 2 dari ESDM tentang kebijakannya, nomor 3 dari Freeport tentang harapan-harapan maupun apa saja informasinya.

KETUA RAPAT:

Saya kira kita ke substansi lah jangan soal nomor-nomor gitu loh Pak. Saya kira dengan titik itukan dengan waktu yang bersamaan gitu loh, jangan terlalu hal-hal kecil kita persoalkan lah menurut saya. Dari 2 sisi kita terima, pemerintah melalui dirjen memberikan penjelasan. Kemudian dari PT Freeport juga memberikan informasi terkait juga operasional PT Freeport di Papua kan begitu Pak kurang lebih. KOMISARIS PT FREEPORT INDONESIA:

Jadi kalau boleh Pak Ketua, dengan pendekatan Pak Ketua ini, kalau kita terima sumber informasi dari 2. Maka poin 2 ini harus menjadi nomor 1, lalu ke bawah kesimpulan dari hasil penerimaan informasi itu.

KETUA RAPAT:

Ini tata urutan maksudnya.

KOMISARIS PT FREEPORT INDONESIA:

Itu sistematiknya logik itu, itu urutannya begitu kan. Jadi poin 1 menjadi 2, poin 2 menjadi 1. Sekarang masalahnya adalah poin 4 ini, tadinya mengharapkan sekarang meminta. Ini memang problematis kalau tidak di dengar bagaimana situasi objektif di lapangan karena Freeport ini tidak bisa melakukan produksi karena tidak bisa melakukan ekspor dengan akibat menerima UPK tanpa jaminan yang diperlukan. Jadi ini beruntun itunya, kaitannya. Jadi karena kita tidak bisa menerima UPK karena tidak ada jaminan tadi itu, mesti akan diselesaikan secara intensif itu maka akan sulit produksi sebagai akibatnya adalah tentu terjadi pengecilan dari pada kegiatan operasi dan akibatnya adalah pelepasan dari kategori-kategori pekerjaan di sana. Nah dari pada itu menjadi rumit barangkali untuk mencerminkan semangat dari pembicaraan kita ini oleh karena sudah menjadi pengetahuan publik dihadiri oleh ...tadi disepakati untuk terbuka. Maka untuk menenteramkan publik dan pendapat umum, Komisi VII sudah memprakarsai suatu jalan yang menghendaki 2 pihak ini mencari solusi cepat. Ini mempunyai efek yang sangat positif Pak Ketua, pada opini publik, menstabilisasi kondisi dari polemik yang terjadi karena prakarsa dari pertemuan kita pada malam hari ini, maka mulai malam ini secara intensif kedua belah pihak kalaupun dikatakan mau dikatakan bahkan

diharapkan atau dinantikan untuk cepat mencapai solusi yang sebaik-baiknya itu. Inikan maka poin 1, 2 dan 3, ke-4 ini kami mohon dipertimbangkan kembali.

Terima kasih.

F-PKB (PEGGI PATRICIA PATTIPI): Pak Ketua, terkait pemerintah.

Jadi karyawan yang dirumahkan itu terkait dengan 4 itu di sini diminta untuk sambil menunggu realisasi dari poin ketiga, tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan PT Freeport. Tadi Pak Komisaris sudah menjelaskan bahwa belum ada izin untuk mengekspor, mereka merumahkan itu karyawan, tidak bisa lagi melakukan produksi karena gudang-gudang penyimpanan konsentrat itu sudah penuh. Makanya karyawan itu dirumahkan menuju PHK seperti itu. Jadi poin 4 itu kalau bisa dihilangkan karena memang sampai sekarang belum ada izin konsentrat untuk di ekspor. Makanya kenapa ada PHK dan dirumahkan karyawan itu karena itu belum ada izinnya. Jadi kalau sampai ini poin 4 itu tetap dipertahankan itu sudah menyalahi karena belum ada izin konsentrat itu untuk di ekspor. Jadi tidak bisa lagi kerja di sana karena gudang-gudang sudah penuh, mau ditampung di mana itu Pak.

F-PDIP (TONY WARDOYO):

Pimpinan, saya rasa kita perlu penjelasan ulang dari Pak Dirjen. Pak Dirjen ini sudah waktunya mengeluarkan izin.

F-HANURA (MUKHTAR TOMPO, S.Psi): Masa mau feed back lagi.

KETUA RAPAT:

Sebentar Pak, biar saya atur dulu rapatnya ya. Tadi pak, saya kira Pak Tony apa, nggak ada penjelasan ulang, izin sudah ada di kasih Pak.

F-PDIP (TONY WARDOYO):

Supaya Bu Pegginya mungkin jelas karena kalau, kalau saya tidak salah dengar Pak Dirjen sudah menjelaskan sudah memberikan izin ekspor, apakah benar Pak Dirjen sudah mengeluarkan izin ekspor ke PT Freeport.

Sudah Pak.

F-PDIP (TONY WARDOYO):

Kalau sudah, berarti kan produksi itu harus jalan. Nah PHK itu nggak perlu terjadi, kurang lebih begitu.

KETUA RAPAT:

Saya tawarkan begini, sudah jelas kita inikan wakil rakyat ini Pak, kita nggak mau ada ketidaknyamanan di sana. Oleh karena itu situasi ini tidak lalu kemudian ada hal-hal kontra produktif di sana bahwa soal teknis nanti itukan teknis. Yang penting bahwa tiap PT Freeport kita minta juga untuk menunjukkan itikad baiknya. Sementara perundingan berjalan tidak ada PHK gitu loh, bahwa teknis sana ada dirumahkan itukan soal lain.

F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN): Interupsi sedikit.

Terkait poin 3 saya pikir kan nanti yang membuat keputusan ini pemerintah c.q Menteri ESDM, tetapi kita tidak bisa di sini karena membuat...meminta Menteri ESDM karena kita rapat di sini Rapat Dengar Pendapat. Jadi ada satu poin Komisi VII DPR RI meminta Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ri untuk melaporkan secara resmi ke Menteri ESDM agar mengenai poin ketiga itu. Jadi artinya supaya publik juga tahu dan menteri juga terikat dengan keputusan ini, kalau hanya Pak Dirjen nggak bisa untuk mencari solusi yang terbaik. Jadi perlu ada satu poin, iya, resmi gitu, hasil rapat ini.

KETUA RAPAT:

Teknis itu lah Pak.

F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):

Diminta itu menteri dalam kurung melalui dirjen karena kita rapat dengan dirjen, itu saja, sudah kalimatnya jadi enak. Kalau maunya itu kalimatnya, Komisi VII DPR RI meminta Kementerian ESDM RI melalui dirjen karena kita rapat dengan dirjen dan PT, dalam kurung melalui dirjen ESDM, sudah selesai

F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):

Pak Ketua, karena substansi forum kita berdasarkan undangan resmi itu menyangkut poin 2. Saya kira tetap saja kembalikan dia ke posisi di nomor 1 karena kesimpulan di nomor 2 ini tidak bisa mengacu pada nomor 1 itu, terpisah, substansinya beda. Iya kembali saja ke nomor 1 itu.

F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):

Ini urut-mengurut biar lah gitu juga nggak apa-apa. KETUA RAPAT:

Oke, baik saya ingin ulang, ini sudah kita ketok nggak bisa ini, kita di nomor 4 soal urutan sih nggak apa-apa lah saya kira sama saja. Kita ke kesimpulan tadi Pak Totok udah belum ya, Pak Dar maksud saya, tadi memisahkan ada 2 informasi yang kita dapat dari Dirjen, satu lagi dari PT Freeport gitu loh, sudah masuk Pak ya.

F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):

Sebetulnya inginnya dipisah Ketua, asal maknanya beda karena kita memperoleh penjelasan itu kan proses-proses yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-undang, apakah 103, apakah 170 dan sebagainya. Keterangan-keterangan dari Dirjen kan memang menggambarkan sebuah proses yang sangat bertumpu pada konstitusi, 2 nomor Ketua.

KOMISARIS PT FREEPORT INDONESIA:

Ketua, sebetulnya yang kami sampaikan adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah direktur utama kan. Jadi poin 2 ini sebetulnya tidak pokok yang kami sampaikan tadi ini hanya menanggapi apa yang menjadi kepedulian atau concern dari pada Komisi VII ini.

Jadi kalau boleh kami usulkan isilah informasi kondisi operasional ini dihilangkan, tapi menjadi informasi dari PT Freeport perihal direktur utama. Itu nomor 1 jadinya, dari situ kemudian berkembanglah pembicaraan yang bertalian dengan bagaimana menyikapi masalah kejadian itu, itu poin 2.

Poin 3 ini adalah mencerminkan semangat dari komisi ini untuk mencari solusi sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.

Poin 1 sudah sepakat lah kita bahwa kita sudah mendengar tadi dan apa namanya kesimpulan kita di minta lah oleh komisaris ke depan tentu saja melakukan pembinaan, kita berharap tidak terulang gitu ya.

Lalu kan PT Freeport juga tadi merespon beberapa penjelasan-penjelasan terkait dengan situasi PT Freeport hari ini gitu Pak. Saya kira memang 2 hal, maka Pak Dar minta ada 2 poinnya yang pertama, satu dari kementerian, satu lagi dari Freeport gitu. Jadi dibikin satu nomor khusus gitu ya, saya kira nggak apa-apa dibikin nomor khusus nggak apa-apa, mungkin Pak Dar itu maaf Pak Pancasila jadi 5 barangkali.

Jadi nomor 3-nya Komisi VII memperoleh informasi dari PT Freeport terkait dengan keberadaan PT Freeport, terkait dengan keberadaan terkini dari PT Freeport gitu lah.