• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keunggulan Kompetitif

IX. KegIATAn DAn ProsPeK UsAHA PerseroAn DAn AnAK PerUsAHAAn

4. Keunggulan Kompetitif

Perseroan berkeyakinan keunggulan kompetitif utamanya adalah sebagai berikut:

a. Posisi yang tepat untuk memperoleh keuntungan dari terbatasnya pasokam hard coking coal

dunia

Berdasarkan SMGC, Perseroan melalui Anak Perusahaan, AKT saat ini merupakan produsen hard coking coal satu-satunya di Indonesia dan berkeyakinan untuk memperoleh keuntungan dari peluang pasar hard coking coal dunia yang sangat menarik.

Industri coking coal dunia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan produksi baja. AME memperkirakan produksi baja mentah global tumbuh dari 848 juta ton di tahun 2000 menjadi sekitar 1.219 juta ton di tahun 2009, dengan CAGR sebesar 4% atau turun dari CAGR sebesar 6% pada periode tahun 2000 dan 2008. Dalam lima tahun kedepan, produksi baja global diperkirakan akan meningkat seiring dengan pulihnya permintaan. Di wilayah Asia Pasiik, permintaan diperkirakan akan didorong oleh produksi baja di Cina dan India. Dengan estimasi produksi baja sebesar 568 juta ton pada tahun 2009, Cina menjadi penyumbang 47% dari total produksi baja dunia, meningkat dibandingkan tahun 2008 dimana Cina menyumbang 38% dari total produksi baja dunia. Didorong oleh adanya urbanisasi, pertumbuhan produksi di Cina diperkirakan akan tetap tinggi. AME memperkirakan bahwa produksi baja pada tahun 2012 dapat mencapai 694 juta ton, atau setara dengan CAGR sebesar 8% dari tahun 2009. India telah meningkatkan produksi bajanya pada tahun 2009. Pada tahun 2009, India diperkirakan telah memproduksi 57 juta ton baja, atau 4,6% dari total produksi baja dunia. Dengan cadangan coking coal yang terbatas dan permintaan yang terus meningkat, yang didorong oleh Kebijakan Pemerintah India untuk meningkatkan produksi baja, India diperkirakan akan tetap bergantung pada impor coking coal. Produksi baja di India diperkirakan akan mencapai 66 juta ton pada tahun 2012, atau setara dengan CAGR sebesar 5% dari tahun 2009.

Perseroan berkeyakinan bahwa pertumbuhan produksi baja India akan dipengaruhi oleh keterbatasan cadangan hard coking coal domestik, sedangkan pertumbuhan produksi baja Cina akan dipengaruhi oleh potensi intervensi pemerintah, masalah infrastruktur yang dihadapi oleh produsen coking coal domestik dan tingginya biaya pengangkutan domestik untuk coking coal. Dalam jangka panjang, ketergantungan India dan Cina atas impor batubara dan kemampuan pasokan batubara memenuhi permintaan akan menjadi kunci utama dalam industri tersebut.

Pertumbuhan permintaan diharapkan akan melampaui pasokan di pasar coking coal global. AME memperkirakan bahwa Australia, sebagai pemasok coking coal terbesar di dunia, akan meningkatkan produksinya pada tahun 2010 sebesar lebih dari 11% untuk memenuhi pertumbuhan permintaan dari Cina. Walaupun Australia memiliki potensi cadangan batubara yang besar, pertumbuhan ekspor coking coal dihambat oleh permasalahan terkait pelabuhan dan akses kreta api, ketersediaan pendanaan dan ketidakpastian pasar atas kebijakan pemerintah Australia seperti rencana pemberlakuan Mineral Resource Rent Tax. Mozambique dan Mongolia diharapkan akan muncul sebagai produsen coking coal

baru. Walaupun demikian, sebagian besar atau seluruh pasokannya tidak akan mencapai pasar ekspor karena diperkirakan akan diserap oleh Cina. Selain itu, permasalahan terkait intervensi pemerintah dan infrastruktur yang terbatas di Mongolia juga diperkirakan akan menghambat pasokan batubara dalam waktu dekat.

Berdasarkan AME, jumlah ekspor coking coal dari Indonesia lebih terbatas dibandingkan dengan thermal coal akibat keterbatasan proyek coking coal yang ada. Coking coal yang diproduksi di Indonesia umumnya

coking coal berperingkat rendah seperti semi-soft coking dan PCI coal. Dengan perkiraan permintaan

coking coal dunia yang tinggi, khususnya dari Cina dan India, maka sebagai satu-satunya produsen hard coking coal saat ini di Indonesia, Perseroan memiliki posisi yang tepat untuk mengambil keuntungan dari peluang pasar hard coking coal dunia yang sangat menarik.

b. Cadangan yang besar untuk mendukung peningkatan produksi yang berkesinambungan

Berdasarkan estimasi, cadangan Perseroan sebesar 69,2 juta ton, yang terdiri dari 36,5 juta ton cadangan terbukti (proved reserves) dan 32,7 juta ton cadangan terduga (probable reserves), dengan estimasi keseluruhan sumber daya (resources) sebesar 378,8 juta ton, yang terdiri dari measured resources

(sumber daya terukur) sebesar 57,8 juta ton, indicated resources (sumber daya tertunjuk) sebesar 74,3 juta ton dan inferred resources (sumber daya tereka) sebesar 246,7 juta ton berdasarkan standar JORC pada tanggal 30 Juni 2010, Perseroan berkeyakinan memiliki cadangan (reserves) dan sumber daya (resources) yang besar untuk mempertahankan pertumbuhan produksi batubara di masa akan datang. Perseroan memulai produksi di Blok Kohong pada akhir bulan September 2008 setelah sembilan bulan pengembangan dan konstruksi infrastruktur. Periode percobaan produksi telah diselesaikan pada bulan Mei 2009 dan operasi penambangan komersial telah dimulai pada akhir bulan September 2009. Sampai saat ini, Perseroan telah menambang sekitar 1.7 juta ton batubara dengan rata-rata stripping ratio sebesar 14,4. Selama periode 6 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2010, Perseroan telah memproduksi sekitar 752.107 ton batubara.

Perseroan telah menambah kapasitas produksi terpasang sampai 2,4 mtpa per tanggal 31 Desember 2009 dan sedang melanjutkan pengembangan infrastruktur dengan tujuan mencapai kapasitas produksi terpasang 3,6 mtpa pada akhir tahun 2010 dan kapasitas produksi 5,0 mtpa pada akhir tahun 2011. Perseroan secara berkesinambungan melakukan kampanye penambangan dalam usaha untuk mengembangkan cadangan yang dimilikinya. Selain itu, Perseroan telah memiliki rencana untuk mengembangkan Blok Telakon pada tahun 2011 dimana secara signiikan mampu meningkatkan kapasitas produksi Perseroan.

c. Produk hard coking coal yang berkualitas tinggi

Seluruh cadangan dan sumber daya batubara Perseroan merupakan batubara bituminus (bituminuous coal), yang sebagian besarnya merupakan hard coking coal premium.

Karakteristik coking coal yang spesiik seperti luidity, relectance dan coke strength sangatlah penting untuk produk coking coal. Survei laboratorium yang dilakukan oleh PT Geoservices Limited di Balikpapan dan the Australian Coal Industry Research Laboratory (“ACIRL”) di Ipswich, Australia, telah menunjukkan

bahwa batubara Perseroan yang dipasarkan dengan nama Tuhup Coal memiliki kandungan coking yang sangat baik, ditunjukkan dengan Crucible Swelling Number (“CSN”) 8 sampai 9, dengan kandungan vitrinite tinggi lebih dari 90%, kandungan debu in-situ rendah sampai menengah, medium sulphur, volatilitas menengah 26,5% dan nilai terbaik (1,22% Romax). Tuhup Coal menunjukkan Coke Strength after Reaction (CSR) 60%, atau lebih tinggi dari CSR coking coal pada umumnya bernilai 55%. Dalam Laporan AME terdapat tabel yang menjelaskan kriteria klasiikasi jenis-jenis batubara coking coal. Berdasarkan tabel tersebut, Perseroan berkeyakinan bahwa batubara yang diproduksi dapat diklasiikasikan sebagai

premium hard coking coal dan dapat dibandingkan dengan hard coking coal berkualitas tinggi lainnya dari Australia. Selain itu, kandungan fosfor coking coal Tuhup yang rendah, dan lebih rendah dari sebagian besar batubara Australia membuat Tuhup Coal lebih menarik, khususnya sebagai pelengkap bijih besi dengan kandungan fosfor tinggi dalam produksi baja.

SMGC dalam JORC Resources and Reserves Statement menyatakan bahwa Tuhup Coal dapat menjadi komponen utama dalam campuran coking coal. Kualitas premium ini dapat dibuktikan oleh kemampuan Perseroan untuk menawarkan harga jual yang tinggi untuk produk coking coal dan diterima dengan baik oleh para produsen baja internasional.

d. Basis pelanggan yang bereputasi dan terdiversiikasi dengan baik

Sebagai perusahaan dengan rekam jejak (track record) kegiatan operasional yang masih relatif singkat, Perseroan saat ini tengah dalam proses memasarkan brand Tuhup Coal dan membangun basis pelanggan. Sebagai bagian proses tersebut, melalui agen pemasaran Glencore, Perseroan telah mengirimkan contoh batubara kepada lebih dari 30 pelanggan global yang potensial, termasuk diantaranya pasar utama Asia, perusahaan-perusahaan di Turki, Finlandia, Prancis, Belanda dan Italia, dan sekitar seperempat dari perusahaan-perusahaan tersebut lalu menjalin kontrak jual beli dengan Glencore dengan jumlah berkisar antara 30.000 sampai 50.000 ton untuk dapat dilakukan uji coba lebih lanjut. Pembeli utama batubara Perseroan melalui Glencore meliputi pabrik baja dan produsen kokas seperti General Nice, Nippon Steel Corporation, Bengal Energy, Winsway, Tata Steel Limited, Hyundai Steel, Nisshin Steel Co. Ltd, Zhonglian dan China Steel Corporation.

Perseroan telah menerima indikasi positif dari beberapa pelanggan yang telah dikirimicontoh batubara untuk mengadakan perjanjian penyediaan batubara berjangka satu sampai tiga tahun. Perseroan saat ini tengah melakukan negosiasi dengan satu pembeli terkait kontrak pasokan batubara dan memperkirakan akan mulai melakukan negosiasi dengan calon pembeli lainnya pada akhir tahun 2010 dan awal tahun 2011 dan mulai memasok pada kuartal dua pada tahun 2011. Perseroan telah menjalin kontrak pasokan satu juta ton selama satu tahun dengan Zhonglian Resources Company Limited (“Zhonglian”) dengan harga yang ditentukan kuartalan berdasarkan harga pasar. Zhonglian adalah perusahaan perdagangan batubara dan baja yang terhubung dengan sejumlah pabrik batubara dan baja di Cina. Perseroan berkeyakinan bahwa apabila Perseroan berhasil melakukan kontrak pasokan batubara dengan banyaknya calon pembeli yang telah menyatakan minat atas batubara Perseroan dan domisili calon pembeli tersebut yang tersebar di berbagai negara, maka hal tersebut dapat mengurangi risiko Perseroan atas luktuasi permintaan batubara.

Perseroan berkeyakinan bahwa kerjasama dengan Glencore, agen pemasaran Perseroan, serta hubungan yang erat dengan Sumitomo, akan memungkinkan Perseroan membangun hubungan kerjasama jangka panjang dengan pelanggan yang telah dikirimi contoh batubara dan menyatakan minatnya pada Tuhup Coal yang dimiliki saat ini maupun dengan pelanggan baru.

e. Lokasi strategis terdekat dengan pasar besi baja terbesar di dunia dengan tingkat pertumbuhan tertinggi

Pelanggan utama Perseroan saat ini berlokasi di Cina, India, Jepang dan Korea Selatan. Cina, India dan negara lain di Asia adalah pusat pertumbuhan permintaan yang utama, walaupun di masa lalu ekspor coking coal sebagian besar berasal dari Australia dan Kanada. Dengan lokasi tambang yang menguntungkan di Asia, Perseroan dapat mengambil manfaat dari kedekatan Perseroan dengan pusat permintaan dan dapat menawarkan kualitas batubara yang sebanding dengan biaya pengangkutan yang kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya di Australia.

Biaya pengangkutan yang relatif lebih murah pada tahun 2009 dan 2010 telah menjadikan pasar coking coal dunia mendunia, dan membuat para eksportir dari Indonesia, Australia dan Afrika Selatan menguasai pangsa pasar yang sebelumnya dikuasai Amerika Serikat dan Kanada. Dengan Cina menjadi net importir

coking coal, Indonesia bertahan menjadi pemasok yang paling diuntungkan dengan biaya pengangkutan yang rendah. Berdasarkan AME, potensi meningkatnya biaya pengangkutan dapat memberikan dampak positif terhadap perdagangan batubara di wilayah Atlantik dan Pasiik. Hal tersebut dapat memperkuat keunggulan kompetitif Indonesia dibandingkan dengan negara-negara di Asia, dengan eksportir dari Australia dan Afrika Selatan yang terkena dampak negatif paling besar dengan peningkatan biaya tersebut. Berdasarkan AME, produsen batubara Indonesia memiliki penghematan freight cost rata-rata sebesar USD3-USD6 per ton dan USD4-USD8 per ton, berturut-turut untuk pengapalan ke Jepang dan Cina, bila dibandingkan pesaing dari Australia. Selain itu, Indonesia memiliki lokasi yang lebih dekat dengan pasar Asia. Berdasarkan AME, waktu perjalanan dari Indonesia ke Cina dan Jepang membutuhkan sekitar 7-9 hari dan 8-10 hari, berturut-turut, dibandingkan dengan 10-13 hari dan 12-15 hari, berturut-turut untuk produsen coking coal dari Australia. Perseroan berkeyakinan bahwa keuntungan waktu pengiriman ini membuat Perseroan lebih tanggap atas permintaan dari pelanggan dan dapat mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan kompetitor dari Australia.

Selain itu, para pelanggan, terutama pabrik baja Jepang yang saat ini mengimpor 50% kebutuhan coking

coal dari Australia, telah menyatakan kesediaannya untuk mengamankan sumber alternatif penyediaan untuk mengurangi ketergantungannya pada hard coking coal Australia yang terkadang mengalami hambatan terkait jalur kereta dan infrastruktur lainnya.

Perseroan berkeyakinan dapat memanfaatkan kesempatan dimana coking coal Tuhup dapat menjadi alternatif bagi coking coal Australia karena kedekatan lokasi tambang Perseroan dengan fasilitas pengangkutan dan pelanggan di negara Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Turki dan negara Asia lainnya, sehingga mampu mengurangi waktu pengiriman dan keseluruhan biaya transportasi.

f. Potensi untuk meningkatkan cadangan dan sumber daya batubara secara signiikan

Per tanggal 30 Juni 2010, Perseroan memiliki cadangan terbukti dan terduga (proved and probable reserves) sebesar 69,2 juta ton di Blok Kohong, yang terdiri dari cadangan terbukti sebesar 36,5 juta ton dan cadangan terduga sebesar 32,7 juta ton, yang telah diteliti sesuai standar JORC.

Jumlah keseluruhan sumber daya (resources) batubara per tanggal 30 Juni 2010 sebesar 378,8 juta ton, terdiri dari 280,6 juta ton di Blok Kohong dan 98,1 juta ton di Blok Telakon.

Perseroan membuktikan kemampuannya untuk meningkatkan sumber daya yang dimiliki dengan fokus pada aktivitas eksplorasinya, ditunjukkan dengan graik berikut:

g. Tim manajemen yang tangguh dan berpengalaman

Perseroan memiliki tim manajemen yang berpengalaman dan memiliki jejak rekam (track record) yang baik dalam operasi pertambangan batubara. Mayoritas dari manajemen senior memiliki pengalaman rata-rata lebih dari 20 tahun di berbagai perusahaan pertambangan internasional seperti: Rio Tinto, dan perusahaan pertambangan Indonesia seperti: PT IMR Mining Services, PT Kaltim Prima Coal, PT Kaltim Resources Berau dan PT Terex Mining Indonesia.

Perseroan mampu mempercepat peningkatan pengembangan tambang dan produksi batubara pertamanya, setelah melakukan aktivitas pengembangan dan konstruksi infrastruktur hanya dalam waktu 9 bulan. Manajemen Perseroan telah berhasil mengembangkan pertambangan Perseroan menjadi pertambangan yang produktif dalam waktu singkat dengan merekrut orang yang memiliki keahlian di bidangnya dan Perseroan berkeyakinan dapat terus mengembangkan usahanya di masa akan datang.