• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewajiban Jangka Panjang

Dalam dokumen 7. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (Halaman 46-49)

Kewajiban Jangka Panjang merupakan kelompok kewajiban yang diharapkan dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan biasanya muncul sebagai akibat dari pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menutup defisit anggaran.

Selain itu, kewajiban yang akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika:

a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;

dan

b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan

c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.

Kewajiban Jangka Panjang meliputi Utang Dalam Negeri, Utang Luar Negeri, dan Utang Jangka Panjang Lainnya

Utang Dalam Negeri

Utang Dalam Negeri mencakup antara lain Utang dari Sektor Perbankan, Utang dari Lembaga Keuangan Bukan Bank, Utang Obligasi, Utang dari Pemerintah Pusat, Utang dari Pemda Lainnya, dan Utang Dalam Negeri Lainnya.

Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam perjanjian pinjaman, utang dalam negeri diakui pada saat dana diterima di kas daerah atau saat terjadi transaksi penjualan obligasi.

Utang Luar Negeri

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, menyatakan bahwa pemerintah daerah dilarang melakukan perikatan dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan kewajiban untuk melakukan pinjaman luar negeri. Pasal 7 menyatakan bahwa pinjaman luar negeri dapat digunakan untuk diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah, dan pemerintah daerah meneruspinjamkan dan/atau menerushibahkan pinjaman luar negeri kepada BUMD.

Utang Jangka Panjang Lainnya

Utang Jangka Panjang lainnya adalah utang jangka panjang yang tidak termasuk pada kelompok utang dalam negeri dan utang luar negeri, misalnya utang kemitraan yang merupakan utang yang berkaitan dengan adanya kemitraan pemerintah daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk Bangun Serah kelola (BSK).

58 Pada kemitraan bentuk BSK, penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah daerah disertai dengan pembayaran kepada investor secara sekaligus atau bagi hasil. Utang kemitraan dengan pihak ketiga timbul apabila pembayaran kepada investor dilakukan secara angsuran atau secara bagi hasil pada saat penyerahan aset kemitraan. Utang kemitraan disajikan di neraca sebesar dana yang dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut. Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang kemitraan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan investor setelah dikurangi dengan nilai bagi hasil yang dibayarkan.

i. Ekuitas

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah pada tanggal pelaporan. Dalam basis akrual, pemerintah daerah hanya menyajikan satu jenis ekuitas.

Saldo akhir ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Saldo akhir ekuitas berasal dari saldo awal ekuitas ditambah (dikurangi) oleh surplus/defisit LO pada periode bersangkutan dan perubahan lainnya berupa dampak kumulatif perubahan kebijakan akuntansi/koreksi kesalahan mendasar seperti koreksi nilai persediaan dan selisih revaluasi aset tetap.Pengukuran atas ekuitas tergantung dari pengukuran atas aset dan kewajiban.

7.4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan yang Ada Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Mulai Tahun Anggaran 2015 Pemerintah Kota Prabumulih telah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual tersebut, Pemerintah Kota Prabumulih telah menetapkan Peraturan Walikota Prabumulih No. 16 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Pemerintah Kota Prabumulih dan Revisinya Peraturan Walikota Prabumulih Nomor 70 Tahun 2015 dan Nomor 43 Tahun 2017.

Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan, yaitu Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP SAL), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Sementara itu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

7.5 Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan

Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan selama satu periode. Agar informasi yang dijadikan dapat dipahami atau untuk memudahkan pembaca perlu diberikan penjelasan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan, sejalan dengan maksud tersebut tahapan penjelasan pos-pos laporan keuangan ini akan diawali dengan penjelasan pos-pos Laporan Realisasi Anggaran

59 (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).

7.5.1 Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

APBD Pemerintah Kota Prabumulih Tahun 2018 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2017 tentang APBD Pemerintah Kota Prabumulih Tahun Anggaran 2018. Selama tahun 2018 telah terjadi perubahan/pergeseran anggaran pendapatan dan belanja yang harus dilaksanakan dan dituangkan dalam peraturan kepala daerah, sebagai berikut:

a. Peraturan Walikota Nomor 1 Tahun 2018 tentang Penjabaran APBD Kota Prabumulih Tahun Anggaran 2018.

b. Peraturan Walikota Nomor 32 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Walikota Nomor 1 Tahun 2018 tentang Penjabaran APBD Kota Prabumulih Tahun Anggaran 2018.

c. Peraturan Walikota Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Peraturan Walikota Nomor 1 Tahun 2018 tentang Penjabaran APBD Kota Prabumulih Tahun Anggaran 2018.

Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan yang menjelaskan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggarannya dalam satu periode pelaporan.

Dalam penjelasan LRA ini akan disajikan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada pemerintah daerah yaitu terdapat reklasifikasi pendapatan Bantuan Keuangan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah menjadi Pendapatan Transfer, serta terdapat pengelompokan akun baru yaitu Transfer. Transfer merupakan pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lain berupa Transfer Bagi Hasil Pendapatan dan Transfer Bantuan Keuangan. Kemudian belanja barang dan jasa untuk diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga dikonversi menjadi jenis belanja hibah atau belanja bantuan sosial, baik anggaran maupun realisasinya pada LRA.

a. Pendapatan LRA

Penerimaan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Anggaran dan realisasi Pendapatan TA 2018 serta realisasi TA 2017 sebagai berikut:

Tabel 7.15 Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah Tahun 2018 Tahun 2017

Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi (Rp) Pendapatan Asli Daerah

(PAD) 86.288.600.000,00 90.910.521.066,19 105,36 119.192.660.726,34 Pendapatan Transfer 797.553.618.876,00 844.795.571.955,96 105,92 774.375.335.768,97 Lain-lain Pendapatan

yang Sah 22.175.001.251,00 22.662.841.077,00 102,20 1.707.000.000,00 Jumlah 906.017.220.127,00 958.368.934.099,15 105,78 895.274.996.495,31

Realisasi Pendapatan Daerah TA 2018 sebesar Rp958.368.934.099,15 atau 105,78% dari anggarannya sebesar Rp906.017.220.127,00 mengalami

60 peningkatan sebesar Rp63.093.937.603,84 dibandingkan realisasi TA 2017 sebesar Rp895.274.996.495,31 yang diuraikan sebagai berikut:

Dalam dokumen 7. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (Halaman 46-49)